Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

TENTANG

KONSEP DASAR MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

Dosen Pembimbing : Supiani, S.ST.,M.Keb

NAMA KELOMPOK 1:

1. NISPI SA’BANI
2. BAIQ YANI SUKMAWATI
3. NUR MAULIDA
4. RAHMADATUL MULIYANI
5. MARDIANA
6. YUSNITA SAWITRI DEWI
7. ADRIKNA SURRIYAH
8. JENY
9. NOVA AULIA
10. RISNAWATI
11. GIKI AZINDI

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


HAMZARTAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami
meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI” dengan
lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada
makalah kami ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Aikmel, 18 Oktober 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan dan Pembahasan............................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengendalian Mikroorganisme dan Tujuan Pengendalian ....... 3
B. Macam-macam Interaksi Mikroorganisme dan contohnya....... 5
C. Pengertian Serilisasi dan Disinfeksi ......................................... 6
D. Ciri-ciri disinfeksi yang ideal.................................................... 11
E. Pengertian Antibiotik dan Mekanisme Kerja Antibiotik.......... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 18
B. Saran.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa sekarang, mikrobiologi sudah sangat berkembang luasmemasuki bidang-
bidang pengetahuan lain, misalnya: pertanian, kesehatan, industri, lingungan hidup
sampai bidang antariksa. Oleh karena itu penelaahan biologi mikroorganisme dalam
setiap karangan akan menitik beratkan bidang masing-masing. Pada tulisan ini
penelaahan dititik beratkan pada dasar-dasar mikrobiologi, sehingga akan tampak sebagai
ilmu dasar ketimbang ilmu terapan. Sebagai ilmu dasar, mikrobiologi akan menelaah
permasalahan yang berhubungan dengan bentuk, perkembang-biakan, penyebaran dan
lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme, sedangkan sebagai ilmu terapan akan
mempelajari lebih banyak peranannya.
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan
mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-
kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan
struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil
pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi
pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian.
Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur
bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau
radiasi.
Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan
jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan
jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung
dan metode tidak langsung.

B. RumusanMasalah
1. Jelaskan macam-macam interaksi mikroorganisme dan contohnya ?
2. Jelaskan pengendalian mikroorganisme dan tujuan pengendalian ?
3. Jelaskan pengertian serilisasi dan disinfeksi ?
4. Jelaskan ciri-ciri disinfeksi yang ideal?
5. Jelaskan pengertian antibiotik dan mekanisme kerja antibiotik?

C. Tujuan
1 Dapat mengetahui dan memahami macam-macam interaksi mikroorganisme dan
contohnya
2 Dapat mengetahui dan memahami Jelaskan pengendalian mikroorganisme dan tujuan
pengendalian
3 Dapat mengetahui dan memahami Jelaskan pengertian serilisasi dan disinfeksi
4 Dapat mengetahui dan memahami Jelaskan ciri-ciri disinfeksi yang ideal
5 Dapat mengetahui dan memahami Jelaskan pengertian antibiotik dan mekanisme kerja
antibiotik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Mikroorganisme dan Tujuan


1. Tujuan Pengendalian Mikroorganisme Dalam Bahan Pangan
Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan asal hewan perlu dilakukan
apabila kita menginginkan bahan makanan tersebut tidak cepat rusak atau cepat menjadi
busuk, melainkan menjadi tahan lama. Kerusakan bahan makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut berkembangbiak dan
bermetabolisme sedemikian rupa sehingga bahan makanan mengalami perubahan yang
menyebabkan kegunaannya sebagai bahan pangan menjadi terganggu. Proses kerusakan ini
dimungkinkan karena bahan makanan memiliki persyaratan untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Dengan demikian, kerusakan bahan makanan dapat terjadi apabila
tersedia substrat (yaitu bahan makanan tsb.) yang cocok, kemudian bahan makanan itu
telah tercemar oleh mikroorganisme dan ada kesempatan bagi mikroroganisme untuk
berkembangbiak. Usaha pengendalian mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme telah
diketahui sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut umumnya dibagi ke
dalam lima bahasan yaitu
a. waktu generasi; c. faktor intrinsik;
b. faktor ekstrinsik; d. faktor proses dan e. faktor implisit.
2. Beberapa unsur dalam bahan makanan mempunyai sifat antimikroba
Susu sapi mengandung laktoferin, konglutinin, lisozim, laktenin dan sistem
laktoperoksidase. Bahan antimikroba dalam telur adalah lisozim, konalbumin,
ovomukoid, avidin. Sistem laktoperoksidase terdiri dari laktoperoksidase, tiosianat dan
peroksidase. Ketiga komponen ini diperlukan untuk efek antimikroba. Susu kambing
mengandung lebih banyak lisozim dibandingkan susu sapi. Meskipun demikian
kandungan
lisozim susu lebih rendah bila dibandingkan dengan putih telur. Laktoferin adalah
protein penangkap Fe dalam susu dan dapat disamakan dengan konalbumin putih telur.
Lisozim yang terdapat dalam telur menyebabkan lisis lapisan peptidoglikan dinding sel
bakteri. Kandung lisozim dalam telur adalah 3,5 %.
Struktur bahan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
misalnya lemak karkas dan kulit pada karkas unggas dan karkas babi dapat melindungi
daging dari kontaminasi mikroorganisme. Kerabang telur yang mempunyai pori-pori
sebesar 25-40 µm dapat mempersulit masuknya mikroorganisne ke dalam telur walau tidak
dapat mencegah tetap masuknya mikroorganisme. Mikroorganisme akan ditahan oleh
lapisan membran dalam yang mencegah masuknya mikroorganisme ke albumen. Daging
giling atau daging yang sudah dipotong menjadi bagian lebih kecil akan lebih memberi
kemudahan bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dibandingkan dengan pada
daging karkas.
3. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu
penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh
atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh
sinar ultraviolet.
Berdasarkan suhu optimumnya, mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil dengan
suhu optimum kurang dari + 20 °C, mesofil (+20° s/d + 40 °C) dan termofil (lebih dari +40
°C). Pada suhu minimum terjadi perubahan membran sel sehingga tidak terjadi transpor zat
hara. Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi denaturasi enzim, kerusakan protein dan
lipida pada membran sel yang menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Mikroorganisme
patogen biasanya termasuk ke dalam kelompok mesofil. Pengaruh suhu rendah pada
mesofil adalah inaktivasi dan perubahan struktur protein permease. Kapang mempunyai
kisaran pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan bakteri, sedangkan ragi mampu tubuh
pada kisaran psikrofil dan mesofil. Mikroorganisme juga dapat diklasifikasikan menurut
resistensinya terhadap temperatur yang tidak menguntungkan yaitu psikrotrof (tumbuh
pada suhu kurang dari + 7 °C) dan termotrof (tumbuh pada suhu lebih dari + 55 °C).
Penyimpanan bahan makanan di ruang terbuka meningkatkan kadar CO2 sampai 10 % yang
dapat dicapai dengan menambahkan es kering (CO2) padat. Penghambatan oleh CO2 meningkat
sejalan dengan menurunnya suhu karena solubilitas CO2 meningkat pada suhu rendah. Bakteri
Gram negatif lebih rentan terhadap CO2 dibandingkan bakteri Gram positif. Pseudomonas
paling rentan sedangkan bakteri asam laktat serta bakteri anaerob paling tahan. Adanya cahaya
dan sinar ultra violet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan toxin
yang dihasilkannya, misalnya pada Aspergillus ochraceus

B. Macam-macam interaksi Mikroorganisme


1. Interaksi antar organisme dan contohnya
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap
individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik
individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi
demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang
erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama
yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut
netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi

mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu
dengan tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu
organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya
sehingga bersifat merugikan inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu
dengan pohon inang.
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies
dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies
diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon
yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil
akar kacang-kacangan
C. Pengertian Serilisasi dan Disinfeksi
1. Sterilisasi
a. Pengertian
Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisik) yang dapat membunuh semua jenis
mikroorganisme sedangkan desinfeksi adalah proses yang membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme patogen kecuali spora terutama idealnya semua yang
bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah
mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat
diterima. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap:
1) Pembersihan sebelum sterilisasi
2) Pembungkusan
3) Proses sterilisasi
4) Penyimpanan yang aseptik.
b. Tujuan Sterilisasi/Desinfeksi
Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah
1) Mencegah terjadinya infeksi
2) Mencegah makanan menjadi rusak
3) Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4) Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan
murni.
c. Jenis-Jenis Sterilisasi
1) Sterilisasi Panas/Fisik
2) Sterilisasi Filtrasi
3) Sterilisasi Radiasi
4) Sterilisasi Kimia
5) Sterilisasi dengan cara Panas
6) Panas Kering
d. Pembakaran (inceneration)
1) 100% efektif
2) Terbatas penggunaannya: ose dan sengkelit
e. Sterlisasi dengan udara panas (hot air terilization)
1) menggunakan oven suhu 160-180 0C
2) Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam
3) Digunakan untuk alat-alat yang tahan panas (petridis, pipet, tabung reaksi, labu
erlenmayer, dll)
f. Hubungan antara waktu sterilisasi dengan suhu
1) Panas Basah:
a) Otoklaf
- menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs
- Cara kerja terjadi koagulasi
- Untuk mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus
stearothermophilus
b) Bila media yang telah distrerilkan diinkubasi selama 7 hari berturut-turut
selama 7 hari:
- Media keruh otoklaf rusak
- Media jernih otoklaf baik
g. Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
Merebus (boiling)
1) Teknik disinfeksi termurah
2) Waktu 15 menit setelah air mendidih
3) Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini:
h. Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
1) Pasteurisasi
2) Pertama dilakukan oleh Pasteur
3) Digunakan pada sterilisasi susu
4) Membunuh kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella,
Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah)
5) Suhu 65 C, 30 menit
6) Sterilisasi dengan Cara Kimia
7) Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
8) Rongga (space) Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
9) Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
10) Pengenceran harus sesuai dengan anjuran. Solusi yang biasa dipakai untuk
membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah menguap
11) Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:
1) Jenis bahan yang digunakan
2) Konsentrasi bahan kimia
3) Sifat Kuman
4) pH
5) Suhu
j. Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi
1) Alkohol
a) Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
b) Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak & enzim tdk
aktif
2) Halogen
a) Mengoksidasi protein kuman
3) Yodium
a) Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
b) Efektif terhadap berbagai protozoa
4) Klorin
a) Memiliki warna khas dan bau tajam
b) Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
5) Fenol (as. Karbol)
a) Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan
tegangan permukaan
b) Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
6) Peroksida (H2O2)
a) Efektif dan nontoksid
b) Molekulnya tidak stabil
c) Menginaktif enzim mikroba
7) Gas Etilen Oksida
a) Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik
b) Sterilisasi dengan Radiasi
8) Sinar Ungu Ultra (Ultraviolet)
a) Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b) Daya kerja absorbsi as. Nukleat
c) Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d) Kelemahan penetrasi lemah
9) Sinar Gamma
a) Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif
b) Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan, terutama bila panas
menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan
c) Bahan disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dgn teknik ini
d) Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
e) Sterilisasi dengan Cara Penyaringan
10) Menyaring cairan
a) Digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas: serum, urea, enzim
b) Menggunakan berbagai filter
c) Saringan Sietz asbes
d) Berkefeld tanah diatomae
e) Chamberland porselen
f) Fritted glass filter serbuk gelas
g) Cellulose Asetat pada industri minuman
h) Kelemahan banyak filtrat tersisa pada saringan, virus lolos, hanya sekali pakai
11) Menyaring udara
a) Menggunakan penyaring HIPA (High-Efficiency Particulate Air)
b) Filter terdiri dari lipatan selulose asetat
c) Memungkinkan udara tersaring bebas dari debu dan bakteri
d) Sistem pengaliran udara menggunakan laminar flow bench udara yang masuk
tersaring lebih dahulu.
D. Ciri-ciri disinfeksi yang ideal
Desinfeksi yang ideal diantaranya adalah:
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas

E. Pengertian Antibiotik dan Mekanisme Kerja Antibiotik


1. Sejarah Antibiotik dan Pengertian Antibiotik
Antibiotik (antibiotika) adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur,
yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Antibiotik ini
ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan. Penisilin menjadi antibiotika pertama yang
ditemukan di kawasan Britania raya (Inggris) oleh seorang dokter bernama Sir Alexander
Fleming (1881-1955), lahir di Lochfield, Skotlandia, 6 Agustus 1881. Beliau menemukan
Penisilin, sejenis bakteri yang berfungsi melawan bakteri berbahaya yang terdapat di
dalam tubuh manusia. Pasien pertama yang pernah merasakan khasiat temuan Fleming
adalah mantan perdana menteri Inggris.
Saking efektifnya, penisilin terus dikembangkan hingga menghasilkan terobosan
baru dengan hadirnya produk antibiotik yang menyeimbangi penisilin. Hasil
penemuannya semakin berguna saat perang dunia I berlangsung. Tentara yang terlibat
perang terluka karena terjangkit bakteri yang kemudian diberikan antibiotik.
Tekad Fleming sungguh besar untuk menjadi dokter hingga penemuannya dihargai
Nobel Perdamaian bidang fisiologi (kedokteran) pada tahun 1945. Selain gelar Nobel,
pada tahun yang sama ia terpilih sebagai anggota the Pontifical Academy of Science, dan
anggota kehormatan hampir semua komunitas kedokteran maupun perkumpulan
ilmuwan. Gelar demi gelar ia raih karena baktinya bagi dunia kesehatan.
2. Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai
substansi yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan
reproduksi bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi
menjadi dua:
a. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
b. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam,
namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh
karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam
organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:
a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin,
Oxasilin.
1) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim
DD-ranspeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga
dengan demikian akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan
sitolisis karena ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase
dan autolysins yang mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk
sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri
gram positif, sebab keberadaan membran terluar (outer membran) yang terdapat
pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu menembus dinding
peptidoglikan.
2) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan
antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk
penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram
positif/Staphilococcus/ Streptococcus. Namun karena Penicillin merupakan jenis
antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah membawa dampak
resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap
digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
3) Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya
bersifat bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis
dinding sel. Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan
Vancomycin digunakan untuk bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun
Polymixin B digunakan untuk bakteri gram negatif.
4) Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme
kerja yang hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding
sel bakteri. Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin
Binding Protein) yang akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk
membentuk jembatan peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat
PBP berikatan dengannya sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi
terhambat.
5) Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding
peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram
positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada
Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer
membran) pada bakteri gram negatif.
6) Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik
bakterisidal yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Penggunaan Methicillin dan Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang
telah membentuk kekebalan (resistansi) terhadap antibiotik dari golongan
Betalaktam
7) Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang
lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat
bakterisidal.
a. Mekanisme Kerja Antibiotik
1) Oxytetracyclin:
Bersifat bakteriostatik, dengan jalan menghambat sintetis prtein dengan
cara mengikat unit ribose sel kuman 30S hingga mencegah terbentuknya amino
asetil RNA. Berperan pula dalam pengikatan Fe 2+ dan Mg2+. Meskipun dapat
menembus sel mamalia pada umumnya tidak menyebabkan reaksi keracunan
pada individu yang menerimanya.
2) Sulfadiazine = Trimetoprim :
Antagonisme kompetitif antara asam paraaminobenzoat (PABA) dengan
sulfonamide sebagai penghambatnya. Dalam keadaan normal kuman memerlukan
asam dihidrofolat yang berasal dari PABA dan dihidropteridin, hingga terbentuk
asam dihidropteroat. Selanjutnya dengan asam glutamate akan terbentuk asam
dihidrofolat. Selanjutnya dengan direduksi akan terbentuk asam tetrahidrofolat.
Senyawa tersebut digunakan oleh kuman untuk sintesis asam thimidilat, purin,
histidin dan methionin. Oleh sulfonamide, karena terjadi kompetisi dengan
PABA, keempat asam amino terakhir diatas tidak terbentuk. Kuman yang tidak
dapat membentuk sendiri asam dihidrofolat, dan mendapatkannya dari luar, tidak
terpengaruh oleh kerjaan sulfa dalam metabolismenya. Dengan tidak dapat
melangsungkan metabolisme, kuman kemudian mati.
3) Ampicillin
Ampicillin merupakan prototype golongan aminopenicillin berspektrum
luas, tetapi aktifitasnya terhadap kokus gram positif kurang daripada penicillin G.
Absorbsi ampicillin oral tidak lebih baik dari penicillin V. Ampicillin juga
didistribusi luas dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20 %,
yang masuk dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang
diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi.
Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid,
Lincosamides, Metronidazole.
a. Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase
sehingga dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.
Quinolone lazim digunakan untuk infeksi traktus urinarius.
b. Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara
berikatan dengan β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi
RNA dan pada akhirnya sintesis protein. Rifampicin umumnya menyerang bakteri
spesies Mycobacterum.
c. Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja
yang sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk
penyakit demam tipus.
d. Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S  dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh
dari golongan Lincosamides adalah Clindamycin.
e. Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan
berefek menghambat sintesis DNA.
Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin
dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel
sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.
Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam golongan
ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.
a. Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif
terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS
ini menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri.
Tetrahidrofolat merupakan bentuk aktif asam folat,di mana fungsinya adalah untuk
berbagai peran biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta
sintesis DNA dan protein. Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit
Neiserria meningitis.
b. Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui
penghambatan metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide.
Trimetophrim akan menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya
dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF).
c. Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai
purin-antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme
bakteri dengan cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin,
sehingga mengganggu pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam
amino dalam protein.
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta
jenis antibiotik yang diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis
yang kurang efektif atau dosis yang tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan
mati melainkan mengalami mutasi atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik
tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan dan dapat dihubungkan dengan penambahan
ukuran, jumlah bobot, masa, dan banyak parameter lainnya dari suatu makhluk hidup.
2. Pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung tergantung pada nutrien dan
lingkungan yang cocok sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dengan waktu yang
relatif singkat dan sempurna
3. Media biak sangat berperan dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang disertai
dengan kebutuhan nutrien pokok, suber energi,karbon , dan zat-zat pelengkap
4. Perkembangbiakan mikroorganisme terjadi secara seksual dan aseksual, sesuai dengan
kemampuan dan cara mikroorganisme melakukan reproduksi
5. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri yang dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan keju terutama dalam proses pematangan dan pemasakan.
6. Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisik) yang dapat membunuh semua jenis
mikroorganisme sedangkan Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik. Disinfektan dapat membunuh
mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat
tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
7. Agar dapat terhindar dari berbagai dampak negative akibat penggunaan obat antibiotic
ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
a) sebaiknya hindari pemberian antibiotic pada bayi.
b) Tanyakan pada dokter alasan memberikan antibiotic,apakah ada resiko atau
efek samping terhadap penggunaanya dalam jangka pedek
c) Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta jenis
antibiotik yang diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis yang
kurang efektif atau dosis yang tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan
mati melainkan mengalami mutasi atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik
tersebut.
d) Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung
dari agen yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan,
resistensi antibiotika, dan faktor alat.
e) Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: karakteristik
mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan
banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh:
Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi,
orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi
yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. Faktor lingkungan
dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

http://irshadi-bagas-4all.blogspot.com/2008/05/interaksi-antar-organisme.html
http://obat2an.infogue.com/sejarah_dan pengertian antibiotik
Buku Mikrobiologi Kedokteran
http://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_nosokomial

Anda mungkin juga menyukai