Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

“ Mikroorganisme ”

Disusun Oeh :
1. Sita Harnita (P07120018004)
2. Anak Agung Mirah Juliantari (P07120018014)
3. Putu Sinthia Putri (P07120018034)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
Kata Pengantar

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Mikroorganisme ” sebagai tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety
di jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan paper ini, di antaranya:
1. Bapak Drs. Dewa Made Ruspawan, S.Kp, M.Bio Med selaku dosen pengajar mata kuliah
Manajemen Patient Safety.
2. Teman-teman jurusan keperawatan angkatan 33 khususnya tingkat I.1 yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam penyusunan paper ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan penulisan paper
selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan
mahasiswa dalam bidang Manajeman Patient Safety.
“Om Santih, Santih, Santih, Om”

Denpasar, 10 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II ISI
2.1Siklus hidup dari mikroorganisme
2.2Ciri-ciri dari mikroorganisme
2.3Jenis-jenis dari mikroorganisme
2.4Sumber-sumber dari mikroorganisme
2.5Pertumbuhan dari mikroorganisme
2.6Faktor dari pertumbuhan mikroorganisme
2.7Cara penularan dari mikroorganisme

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan
3.2 Saran

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan patient safety merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen
penting dari mutu pelayanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen
kritis dari menejemen mutu (WHO, 2004).

Keselamatan patient safety merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Progam
keselamatan pasien bertujuan menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien
sendiri dan pihak rumah sakit.

Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopik sehingga tidak


dapat diliat dengan mata telanjang. Mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup yang
mudah beranak pinak dan berpotensi untuk menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomis
tinggi bagi manusia, misalnya antibiotic,vaksin, dan enzim. Potensi ini dapat termanfaatkan
manakala manusia dapat membuju mikroorganisme ini guna menghasilkan apa yang
diharapkan. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat, dan mampu membuat
penyakit. Maka dari itu, keselamatan patien safety dirumah sakit sangat diutamakan dalam
segala tindakan atau aktivitas guna menghindari infeksi nasokomial.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah siklus hidup dari mikroorganisme?
2. Apakah ciri-ciri dari mikroorganisme?
3. Apakah jenis-jenis dari mikroorganisme?

4
4. Apa sajakah sumber-sumber dari mikroorganisme?
5. Bagaimanakah pertumbuhan dari mikroorganisme?
6. Apakah faktor dari pertumbuhan mikroorganisme?
7. Bagaimanakah cara penularan dari mikroorganisme?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas dapat di tunjuankan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui siklus hidup dari mikroorganisme.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari mikroorganisme.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari mikroorganisme.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber dari mikroorganisme.
5. Untuk mengetahui pertumbuhan dari mikroorganisme.
6. Untuk mengetahui faktor dari pertumbuhan mikroorganisme.
7. Untuk mengetahui cara penularan dari mikroorganisme.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini dibagi menjadi dua yaitu :
1.4.1 Manfaat Umum
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.

1.4.2 Manfaat Khusus


Adapun manfaat yang di dapat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa lebih
mengetahui dan dapat memahami tentang Mikroorganisme.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang sangat kecil sehingga untuk mengamati
bantuan sarana yang diperlukan. Mikroorganisme juga disebut organisme mikroskopis.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) atau multiseluler (multiseluler). Namun,
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat dengan mata telanjang, dan ada beberapa spesies
multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun
bersifat seluler.

Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang-orang yang bekerja di


bidang ini disebut mikrobiolog.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan ganggang


mikroskopis. Jamur, terutama kecil dan tidak terbentuk hifa, juga dapat dianggap sebagai bagian,
meskipun banyak yang tidak setuju. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap
mikroorganisme adalah semua organisme yang sangat kecil yang dapat dibudidayakan dalam
cawan petri atau inkubator di laboratorium dan mampu mereproduksi dirinya sendiri melalui
mitosis.

Mikroorganisme yang berbeda dari sel makrooganisme. Sel Makroorganisme tidak bisa hidup
bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk jaringan,
organ dan sistem organ. Sementara, sebagian besar mikroorganisme dapat menjalankan proses
dengan hidup mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen
tanpa bantuan sel lain.

Pengertian Mikroorganisme Menurut Para Ahli

a. Menurut Darwis (1992)


Mikroorganisme makhluk hidup sangat kecil, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam
kelas protista terdiri dari bakteri, jamur, protozoa, dan algae.

6
b. Menurut Fardiaz (1989)
Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu memerlukan bahan
organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu material dapat menyebabkan perubahan dalam komposisi fisik
dan kimia, seperti perubahan warna, kekeruhan, dan bau asam.

2.2 Ciri-ciri Mikroorganisme


Ciri-ciri utama dari suatu Mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut:
1. Morfologi
Mikroba pada umumnya sangat kecil, ukurannya dinyatakan dalam micrometer. Oleh
karena ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop untuk melihat mikroba. Mikroskop
yang digunakan tergantung pada kecermatan yang diinginkan oleh peneliti.

2. Kimiawi
Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba di beri perlauan kimiawi, maka sel
ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik.

3. Biakan
Zat hara yang diperlukan oleh setiap mikroorganisme berbeda, ada mikroorganisme yang
hanya dapat hidup dan tubuh bila diberikan zat hara yang kompleks (serum, darah).
Sebaliknya ada pula yang hanya memerlukan bahan inorganic saja atau bahan organic
(asam amino, karbohidrat, purin, pirimidin, vitamin, koenzim).

4. Metabolisme
Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi kimiawi yang disebut
metabolism. Berbagai macam reaksi yang terjadi dalam metabolism dapat digunakan untuk
mencirikan mikroorganisme.

5. Antigenik

7
Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentuk antibody yang mengikat
antigen. Antigen merupakan bahan kimia tertentu dan sel mikroba.

6. Genetik
Mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan spesifik bagi mikroorganisme tersebut
sehingga dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme.

7. Patogenitas
Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan penyakit
merupakan cirri khas mikroorganisme tersebut selain itu dapat pula bekteri yang memakan
bakteri lainnya (Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag) yang mengifesi dan menghancurkan
bakteri.

2.3 Jenis-Jenis Mikroorganisme

1. Parasit
Parasit adalah hewan mikroskopis yang dapat mengurangi produktivitas hewan inang.
Parasit dapat menginfeksi manusia dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid
adalah parasit dari organisme lain yang menggunakan jaringan untuk kebutuhan gizi
mereka sampai orang-orang yang menunggang meninggal karena kehilangan jaringan atau
nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga dikenal sebagai necrotroph.

2. Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori jamur. Jamur ini biasanya tidak
menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan makanan. Misalnya, jamur yang
ditemukan pada permukaan daging, daging dapat dibuang bagian tanpa harus membuang
semua daging.

3. Ragi
Ragi atau Fermen adalah zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung
mikroorganisme yang memfermentasi dan media kultur untuk mikroorganisme. Medium

8
kultur ini bisa dalam bentuk butiran kecil atau nutrisi cair. Ragi umumnya digunakan dalam
industri makanan untuk membuat makanan dan minuman fermentasi seperti acar, tempe,
tape, roti, dan bir.

4. Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-
selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar
anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang
dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam
mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki
penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak).
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara
:dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi
tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau
fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam
sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh
jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap
fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi.

5. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk
hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,
lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.

9
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel).

6. Bakteri
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok besar
organismeprokariota, selain archaea, yang berukuran sangat kecil serta memiliki peran
besar dalam kehidupan di bumi.Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti
sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis
dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh
manusia.Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat
berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.Mereka umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda
(peptidoglikan).Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya
ini disebabkan oleh flagel.

2.4 Sumber Mikroorganisme


Dalam aplikasi pengolahan air limbah secara biologi, mikroorganisme dapat diperoleh dari
berbagai sumber yaitu :

1. Kotoran hewan, dalam kotoran hewan seperti sapi, kuda dan lainnya mengandung
berbagai jenis mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah.
Kotoran hewan yang masih baru disaring, filtratnya diambil dan mikroorganisme dalam
filtrat dapat dikembangkan untuk pengolahan air limbah secara biologi aerob maupun
anaerob.

2. Septic Tank, dalam septic tank mengandung berbagai jenis mikroorganisme baik yang
bersifat anaerob maupun aerob, mikroorganisme dalam septic tank dapat dimanfaatkan

10
dalam pengolahan air limbah secara biologi aerob maupun anaerob. Septic tank dipompa
dan disaring, filtrat yang didapat dikembangkan untuk menghasilkan mikroorganisme baik
yang aerob maupun anaerob.

3. Pengolahan Air Limbah, beberapa industri telah melakukan pengiolahan air limbah
secara biologi baik aerob maupun anaerob. Pada pengolahan air limbah ini akan dihasilkan
mikroorganisme yang akan dibuang, mikroorganisme ini dapat dikembangkan untuk
pengolahan air limbah secara biologi di tempat lain pada industri yang sejenis maupun
tidak.

4. Air Limbah, Air limbah organik pada umumnya dapat mengandung mikroorganisme,
mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah ini dapat dikembangkan
dan diaplikasikan pada pengolahan air limbahnya sendiri.
5. Mikroorganisme murni, beberapa industri telah memproduksi berbagai jenis
mikroorganisme yang dapat diaplikasikan pada pengolahan air limbah sehingga tidak perlu
lagi mengembangkan mikroorganisme dari sumber lainnya

2.5 Pertumbuhan Mikroorganisme

a. Pertumbuhan Bakteri
Sel yang tumbuh dipersiapkan untuk membelah. Laju pertumbuhan, dan frekuensi
pembelahan bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Dalam periode yang pendek,
seringkali selama 20 menit, suatu bakteri dapat membentuk duplikatnya yang lengkap, yang
kemudian disebut kemampuan berduplikasi. Pada baiakan pertumbuhan eksponensial, bakteri
membelah setelah menggandakan 55 volume sel dengan menggandakan panjang sel (Kusnadi,
2003).
Reproduksi atau pembiakan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio. Pembelahan
biner bakteri dimulai dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu sisi membran dari sel
dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi. Setelah proses replikasi
selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan akhirnya diikuti dengan
proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua bagian yang memiliki bahan genetika

11
yang sama. Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik
hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan gambaran
berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan bakteri
dapat dipisahkan menjadi empat fase utama; fase lag (fase lamban), fase pertumbuhan
eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase stasioner( fase stasis), dan fase penurunan populasi
(fase pematian). Fase-fase tersebut menunjukkan keadaan bakteri dalam biakan pada waktu
tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum
semua sel memasuki fase yang baru (Kusnadi, 2003).

b. Pertumbuhan Jamur
Secara alami fungi dapat berkembang biak dengan berbagai cara baik secara aseksual
maupun secara seksual. Secara aseksual fungi bereproduksi dengan cara pembelahan,
penguncupan dan pembentukan spora aseksual. Pada reproduksi seksual terjadi peleburan dua sifat
dari sel induk, sehingga individu baru yang dihasilkannya merupakan gabungan dari kedua sifat
sel induknya (Kusnadi dkk, 2003).

1. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dapat dilakukan melalui pembelahan atau pertunasan. Pada proses
pembelahan, sel anakan yang dihasilkan relatif sama dengan sel induknya, sedangkan pada
pertunasan sel anak yang dihasilkan tidak selalu sama ukurannya dengan sel induk dan sering tunas
atau kuncup yang dihasilkan sel induk tidak segera dipisahkan. Selain itu reproduksi aseksual fungi
juga dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemisahan sebagian miseliumnya, sehingga terbentuk
koloni individu baru. Fungi juga melakukan reproduksi dengan menghasilkan spora aseksual yang
tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora pada umumnya bersifat
resisten terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik dan sangat ringan sehingga mudah
disebarkan oleh angin. Selain itu beberapa spora juga dilengkapi dengan permukaan yang kasar
sehingga mempermudah penempelannya pada hewan sebagai pembawa spora ke lokasi baru.
Sehingga spora dapat menyebarkan spesies jamur tersebut ke tempat yang lebih luas (Kusnadi dkk,
2003).

12
Macam-macam spora aseksual pada jamur:
1. Sporangiospora yaitu spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok-kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel
tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora
(Dwidjoseputro, 1978).

2. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih.
Tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja, sedangkan tangkai
pembawa konidia disebut konidiofor (Dwidjoseputro, 1978).

3. Klamidospora yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang membesar serta berdinding tebal
yang merupakan alat perkembangbiakan (chlamydospora = spora yang berkulit tebal)
(Dwidjoseputro, 1978).

4. Artospora/Oidiospora/Oidia yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang tidak menjadi lebih


besar daripada aslinya (Dwidjoseputro, 1978).

2. Reproduksi Seksual
Pada reproduksi seksual fungi, prosesnya diawali dengan terjadinya plasmogami
(penyatuan sitoplasma) dari dua individu yang cocok dimana sitoplasma yang bersatu tersebut
masing-masing membawa inti yang terkandung di dalamnya. Kariogami adalah penyatuan atau
fusi nucleus dari kedua individu untuk membentuk nucleus yang diploid (2n) (Kusnadi dkk, 2003).

Tipe-tipe spora seksual:


1. Askospora yaitu spora bersel satu dan terbentuk di dalam suatu struktur semacam pundi
atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat askospora di setiap askus.

2. Basidiospora yaitu spora seksual yang terbentuk di atas struktur seperti gada yang disebut
basidium.

13
3. Zigospora yaitu spora berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang
secara seksual serasi (disebut juga gametangia) saling melebur.

4. Oospora yaitu spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
oogonium. Dalam setiap oogonium bisa ada satu atau beberapa oosfer.

2.6 Faktor Pertumbuhan


Semua makhluk hidup mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi berupa zat-zat
kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya. Pertumbuhan didefinisikan
sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu proses yang
memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya
nutrien dalam lingkungan sekelilingnya (Kusnadi, 2003)
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh
faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbedadan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Darkuni,
2001).
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan
sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri
akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak
(multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya
merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan
mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).

a. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

1. Faktor nutrisi, mikrobia dapat tumbuh dalam medium yang mengandung satu atau
lebih nutrisi. Keragaman nutrisi akan mempercepat pertumbuhan mikrobia. Sumber
karbon yang biasa diserap oleh fungi adalah glukosa. Pada bakteri, mereka memiliki
kemampuan yang sangat besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar.

14
2. Temperatur atau suhu, Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting
yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang
menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur
minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga
kelompok yaitu mikrobia psikofil, mikrobia mesofilik, dan mikrobia termofilik
(Suharni, 2008).

Setiap mikrobia memiliki temperatur optimal dimana meraka dapat tumbuh sangat
cepat dan memiliki rentangan temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Rentangan itu
adalah temperatur minimum dan maksimum, sedangkan temperatur yang baik ntuk
aktivitas kehidupan disebut temperatur optimum. Berdasar hal tersebut bakteri
dikelompokkan menjadi tiga:
 Psikofil -5oC – 30oC, optimum 10-20oC
 Mesofilik 10-45oC, optimum 20-40oC
 Termofilik 25-80oC, optimum 50-60oC
Pada umumnya temperatur minimum yang dapat ditolerir oleh fungi adalah antar
2-5oC dan temperatur maksimum yang dapat ditolerir fungi adalah 35-40oC.
3. Konsentrasi ion hidrogen, pH medium biakan mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan. Untuk mikrobia juga terdapat rentangan pH dan pH optimal. Pada fungi
secara umum pH optimum bagi fungi adalah antara 3.8-5.6.

4. Konsentrasi osmotik, konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik didalam sel
bakteri, umumnya lebih tinggi dari konsentrasi diluar sel. Faktor ini biasa disebut
dengan faktor-faktor kimia atau desinfektan. Dimana desinfektan merupakan bahan
kimia yang menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme terutama yang bersifat patogen.

5. Air, seperti halnya makhluk hidup yang lain, air merupakan kebutuhan mutlak yang
harus ada selama kehidupan. Sebagai contoh, miselium fungi hanya akan dapat tumbuh
pada larutan yang mengandung air tau pada keadaan yang lembab.

15
6. Kebutuhan Oksigen, mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya
terhadap oksigen, yakni mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang
memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah
mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk metabolismenya,
mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme yang dapat hidup secara
aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme
yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit oksigen.

b. Faktor yang menghambat pertumbuhan


Pada prinsipnya mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dengan cara dibasmi,
dihambat pertumbuhannya dalam lingkungan, dengan menggunakan berbagai proses atau
sarana fisik. Faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, antara lain:

1. Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia) atau
kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain.
Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara
jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose,
sinergisme, antibiose dan sintropisme.
a. Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan
keuntungan sedang lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.

b. Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan.
Sering simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi
sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai contoh
mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.

16
c. Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang
obligat dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan
dapat pula memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad inang
sebagai sumber kehidupannya.

d. Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis
(spesies) di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan
jasad yang lain mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya
simbiose. Simbiose dapat dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme,
dan parasitisme.

e. Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu
kemampuan untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau
medium. Tanpa sinergisme masing-masing mikkroba tidak mampu melakukan
perubahan tersebut.

f. Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi
antara jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut
terbunuh. tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang lain.
Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika oleh salah satu
mikroorganisme pada suatu asosiasi.

g. Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi
yang lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang
satu dengan yang lainnyaakan saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya
misalnya mikrobia jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat

17
digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat
digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya
dapat menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.

2. Faktor Abiotik
Temperatur, pembelahan sel sangat sensitif terhadap efek kerusakan yang
disebabkkan oleh suhu. Temperatur yang tinggi juga dapat menyebabkan denaturasi
protein dan enzim, sehingga aktivitas metabolisme terhenti. Waktu yang dibutuhkan untuk
sterilisasi umumnya berhubungan dengan temperatur paparan, hubungan ini disebut waktu
kematian termal, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme pada
temperatur yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Konsentrasi bahan, beberapa bahan bersifat mematikan untuk bakteri, ketika
digunakan pada konsentrasi yang tinggi. Bahan lain, pada konsentrasi rendah dapat
menstimuli, memperlambat, bahkan membunuh organisme.
Konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi hidrogen mempengaruhi peranan bakterisida
dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida. Suatu
peningkatan pH akan meningkatkan muatan dan dapat merubah konsentrasi efektif bahan
kimia pada permukaan sel.

Bahan yang merubah grup fungsional:


Logam berat, logam berat berfungsi sebagai antimikroba, karena dapat
mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel. Logam-logam yang
dapat berpengaruh secara umum adalah Hg, Ag, As, Zn, Cu
Radiasi, sinar matahari memiliki aktivitas bakterisida dan memainkan peranan
penting dalam sterilisasi yang bersifat spontan yang terjadi dalam keadaan alami. Peran
desinfektan tersebut terutama karena kandungan sinar ultravioletnya. Efektivitasnya
cahaya ultraviolet sebagai bahan mutagenik dan mematikan berhubungan erat dengan
panjang gelombangnya. Mekanisme efek mematikan pada bakteri karena absorbsi
menyebabkan kerusakan DNA. Virus juga akan mengalami penghambatan pertumbuhan
jika diberi radiasi ultraviolet.

18
2.7 Cara penularan Mikroorganisme (Bakteri)

Proses penyebaran mikroorganisme kedalamtubuh,baik pada manusia maupun


hewan,dapat melalui berbagai cara,diantara :

1. Kontak tubuh
Kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun
tidak langsung,penyebaran secara lamgsung melalui sentuhan dengan kulit,sedangkan
tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman.

2. Makanan dan minuman


Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi,seperti pada penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing dan lain
lain.

3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serannga adalah penyebaran penyakit
malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran pencernaan
yang dapat ditularkan melalui lalat.

4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan ( penyebaran kuman tuberkolosis) atau sejenisnya.

5. Melalui Gigitan Vector


Misal Wuchereria bancrofti adalah cacing gelang parasit manusia yang disebabkan
oleh cacing parasit yang dikenal sebagai cacing filaria.

19
BAB III

SIMPULAN

3.1 Simpulan

Keselamatan patient safety merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Progam

20
keselamatan pasien bertujuan menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien
sendiri dan pihak rumah sakit. Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran
mikroskopik sehingga tidak dapat diliat dengan mata telanjang. Mikroorganisme juga
merupakan makhluk hidup yang mudah beranak pinak dan berpotensi untuk menghasilkan
berbagai produk bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, misalnya antibiotic,vaksin, dan enzim.
Potensi ini dapat termanfaatkan manakala manusia dapat membuju mikroorganisme ini guna
menghasilkan apa yang diharapkan. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat, dan
mampu membuat penyakit.

3.3 Saran
Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun keperawatan
adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus. Oleh sebab itu
baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk menambah wawasan. Perawat juga
harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk
menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang memerlukan penanganan segera.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.

Tim Perkamusan Ilmiah, 2005. Kamus Pintar Biologi. Surabaya: Citra Wacana

Suharjono, 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim
Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.

Suharni, Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.

Winarsih, Sri dkk. 2011. Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroorganisme. Palangkaraya:


Universitas Palangkaraya.

22

Anda mungkin juga menyukai