Disusun Oleh:
NIM :16.IK.468
SEMESTER :2
Menyetujui
I. DEFINISI OBAT
Obat dalam bahasa inggris disebut drug yang berasal dari bahasa perancis
droque yang berarti “rempah kering” menurut SK mentri kesehatan
R.I.No.125/B.VII/71 tanggal 9 juni 1971, yang dimaksut dengan obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, luka,
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,serta dapat
memperoleh badan atau bagian badan manusia . (Staf pengajar Farmakologi, 2008)
Obat merupakan senyawa kimia yang bersal dari nabati, hewani, maupun
sistensis yang dalam dasis tepat dapat menyembuhkan , meringankan , atau mencegah
penyakit.
Pemberian obat secara rektal dapat dipakai baik untuk mendapatkan suatu efek
lokal maupun untuk suatu efek sistemik . Obat-obat yang diabsorpsi melalui
rektum masuk ke sirkulsi sistemik tanpa melalui hepar. Alasan lain
memberikan obat per rektal adalah untuk mehindari efek reaksi obat pada
lambung (misalnya, obat-obat anti radang).
Terdapat banyak obat yang dipakai sebagai obat tetes mata ; biasanya obat
tetes mata ini digunakan untuk efek loka. Namun ,absorpsi sistemik dapat juga
terjadi akibat aliran obat melalui kanalis nasolakrimalis dan menimbulkan
efek sistemik yang tidak di inginkan .
Cara inhalasi ini digunakan untuk obat-obat anestasi yang mudah menguap
dan gas anestasi. Untuk obat-obat ini, paru-paru berpungsi sebagai tempat
pemberian dan sekaligus tempat emilisasi obat. Pertukaran obat yang cepat di
paru ini dimungkinkan karena adanya permukaan paru yang luas dan
vaskularisasi yang luas pula.
a. Suntika Intravena
Pemberian obat secara intravena adalah cara pembrian obat yang paling
cepat dan paling pasti . suatu suntikan tunggal intravena akan
memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan
mencapai paru-paru kemudian kesirkulasi sistemik.
b. Suntika Subkutan
c. Suntikan Intramuskular
e. Suntikan Intratekal
f. Suntikan intraperitoneal
III. TUJUAN
SARAF
SS Perifer SSS
SS Otonom SS Somatik
SS Simpatik S Parasimpatik
(Adrenergik) (kolinergik)
Saraf yang mengontrol dan mengoordinasikan fungsi fisiologi tubuh manusia dibedakan atas
2 divisi utama:
1. Sistem saraf pusat (SSP) terdapat dalam otak dan medula spinalis .
2. System saraf perifer yang memperantarai antara SSP dan lingkungan eksternal atau
internal.
Menjadi divisi aferen ( pembwa impuls yang masuk ke SSP) dan divisi eferen (pembawa
impuls turun dari SSP ke organ-organ). Divisi eferen di bagi lagi atas saraf somatik dan saraf
otonom (SSO). Neuron-neuron efren SSO memfersarafi otot polos dan otot jantung , kalenjer
dan organ dalam lain. Tidak seperti saraf somatik, SSO dibedakan atas saraf simpatik
(adrenergik) dan saraf parasimpatik (kolinergik).(Fakultas Farmasi UGM. 2012.)
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu
paruh, yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi
sehingga terjadi pengurangan konsentrasi obat (½ dari kadar puncak) dalam tubuh.
Faktor yang mempengaruhi Reaksi Obat diantaranya adalah :
1. Absorbsi Obat yaitu proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh
melalui aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur
pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2. Distribusi obat kedalam tubuh, setelah diabsorbsi, obat didistribusikan ke
dalam tubuh melalui darah dan system limfatis menuju sel dan masuk ke
dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan
cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.
3. Metabolisme obat, setelah melalui sirulasi, obat akan mengalami proses
metabolism. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian berinteraksi
dengan sel dan mengalami perubahan zat kimia untuk kemudian
diekskresikan.
4. Ekskresi sisa melalui obat, setelah obat mengalami metabolism atau
pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai dan tidak bereaksi.
Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, intestinal
dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.
Reaksi obat dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi
yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung
faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya usia dan berat badan, jenis
kelamin, faktor genetis, faktor psikologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
(Samodra Ratno, dkk.2011.)
Mekanisme yang mendasari ESO ialah terjadinya interaksi yang kompleks natara obat
, penderit , keadaan fisiologi dan fotologi penyakit, serta fakta ekstrinsik / faktor
penentu yang dapat mengubah respons pederita terhadap obat .
Sebagian besar ESO terjadi karena adanya salah satu atau gabungan dari keadaan-
keadaan berikut
EFEK OBAT
ALERGI IDIOSINKRASI
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialis Obat Indonesia Univaids: Jakarta
Samodro Ratno, dkk. 2011. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal. Jurnal Anestesiologi
Indonesia. Semarang.