Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

EFEK SAMPING DAN REAKSI OBAT

Disusun Oleh:

NAMA :Fahmi Riduan

NIM :16.IK.468

SEMESTER :2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Efek Samping Dan Reaksi Obat

NAMA : Fahmi Riduan

NIM : 16. IK. 468

Banjarmasin, 24 Maret 2017

Menyetujui

Pembimbing Laporan Pendahuluan (LP)

Intan Sari Dewi, S.Kep.,Ns


KONSEP DASAR KETERAMPILAN

EFEK SAMPING DAN REAKSI OBAT

I. DEFINISI OBAT

Obat dalam bahasa inggris disebut drug yang berasal dari bahasa perancis
droque yang berarti “rempah kering” menurut SK mentri kesehatan
R.I.No.125/B.VII/71 tanggal 9 juni 1971, yang dimaksut dengan obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, luka,
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,serta dapat
memperoleh badan atau bagian badan manusia . (Staf pengajar Farmakologi, 2008)

Obat merupakan senyawa kimia yang bersal dari nabati, hewani, maupun
sistensis yang dalam dasis tepat dapat menyembuhkan , meringankan , atau mencegah
penyakit.

Obat umumnya dapat memberikan manfaat untuk mengurangi penderitaan


pada manusia , meringankan gejala , dan memperbaki perasaan tidak enak pada
berbagai penyakit . walaupun demikian ,semua obat ,mempunyai efek samping dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerusakan meskipun digunakan sesuai
dengan anjuran. (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016)

II. CARA PEMBERIAN OBAT

Adapun cara pemberian obat yang dapat dilakukan yaitu :

1. Pemberian Obat Melalu Rektal (Anus)

Pemberian obat secara rektal dapat dipakai baik untuk mendapatkan suatu efek
lokal maupun untuk suatu efek sistemik . Obat-obat yang diabsorpsi melalui
rektum masuk ke sirkulsi sistemik tanpa melalui hepar. Alasan lain
memberikan obat per rektal adalah untuk mehindari efek reaksi obat pada
lambung (misalnya, obat-obat anti radang).

2. Pemberian obat melalui kutan (Kulit)


Pemberian obat pada kulit dilakukan terutama bila dilakukan efek lokal pada
kulit (misalnya, pemberian topikal obat-obat steroid). Namun, absorpsi yang
signifikan dapat juga terjadi dan menyebabkan efek system.

3. Obat Tetes Mata

Terdapat banyak obat yang dipakai sebagai obat tetes mata ; biasanya obat
tetes mata ini digunakan untuk efek loka. Namun ,absorpsi sistemik dapat juga
terjadi akibat aliran obat melalui kanalis nasolakrimalis dan menimbulkan
efek sistemik yang tidak di inginkan .

4. Pemberian Obat Secara Inhalasi

Cara inhalasi ini digunakan untuk obat-obat anestasi yang mudah menguap
dan gas anestasi. Untuk obat-obat ini, paru-paru berpungsi sebagai tempat
pemberian dan sekaligus tempat emilisasi obat. Pertukaran obat yang cepat di
paru ini dimungkinkan karena adanya permukaan paru yang luas dan
vaskularisasi yang luas pula.

5. Pemberian Obat Secara Injeksi

a. Suntika Intravena

Pemberian obat secara intravena adalah cara pembrian obat yang paling
cepat dan paling pasti . suatu suntikan tunggal intravena akan
memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan
mencapai paru-paru kemudian kesirkulasi sistemik.

b. Suntika Subkutan

Suntikan supkutan hanya dilakukan untuk obat yang tidak mengiritasi


jaringan sebab akan menyebabkan rasa sakit hebat, nekosis, dan
pengulupasan kulit.

c. Suntikan Intramuskular

Obat-obat larutan air akan di absorpsi cukup cepat setelah penyuntikan


intramusklar, bergantung pada banyaknya aliran darah ketempat suntikan.
Umumnya, kecepatan absorpsi setelah penyuntikan muskulus deltoid atau
vastus lateralis labih cepat dibandingkan suntikan pada gluteus maksimus.
d. Suntikan Intra-arterial

Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sel buah arteri untuk


mendapatkan efek yang terlokalisasi pada jaringan atau alat ubuh tertentu.
Namun, nilai terapi ini masih belum pasti. kadang-kadang obat tertentu
juga di suntikkan intra-arterial untuk keperluan diagnosis. Suntikan intra-
arterial ini harus dilakukan oleh orang orang yang memang ahli.

e. Suntikan Intratekal

Dengan cara ini, obat langsung di suntikkan ke dalam ruang subaraknoid


spinal, misalnya untuk anasteri maksimal atau pada infeksi SSP yang akut.
Suntikan intratekal dilakukan karena banyak obat-obat yang tidak bisa
mencapai otak akibat adanya sawar darah otak.

f. Suntikan intraperitoneal

Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas


sehingga obat dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik secara cepat. Cara
ini banyak dilakukan di laboratorium tetapi jarang di pakai di klinik karena
adanya bhaya infeksidan perlengkapan peritoneum.

(Staf Pengajar Farkalogi, 2008)

III. TUJUAN

Tujuan dari Efek samping dan reaksi obat adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian reaksi alergi atau efek samping obat.

2. Untuk mengetahui sebagai contoh obat yang menyebabkan reaksi elergi.

3. Untuk mengetahui obat untuk menangani alergi obat yang terjadi.


IV. ANATOMI FISIOLOGI

SARAF

SS Perifer SSS

Divisi eferen Divisi aferen

SS Otonom SS Somatik

SS Simpatik S Parasimpatik

(Adrenergik) (kolinergik)

(Staf Pengajar Farmokologi, 2008)

Saraf yang mengontrol dan mengoordinasikan fungsi fisiologi tubuh manusia dibedakan atas
2 divisi utama:

1. Sistem saraf pusat (SSP) terdapat dalam otak dan medula spinalis .

2. System saraf perifer yang memperantarai antara SSP dan lingkungan eksternal atau
internal.
Menjadi divisi aferen ( pembwa impuls yang masuk ke SSP) dan divisi eferen (pembawa
impuls turun dari SSP ke organ-organ). Divisi eferen di bagi lagi atas saraf somatik dan saraf
otonom (SSO). Neuron-neuron efren SSO memfersarafi otot polos dan otot jantung , kalenjer
dan organ dalam lain. Tidak seperti saraf somatik, SSO dibedakan atas saraf simpatik
(adrenergik) dan saraf parasimpatik (kolinergik).(Fakultas Farmasi UGM. 2012.)

V. REAKSI OBAT DALAM TUBUH

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu
paruh, yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi
sehingga terjadi pengurangan konsentrasi obat (½ dari kadar puncak) dalam tubuh.
Faktor yang mempengaruhi Reaksi Obat diantaranya adalah :
1. Absorbsi Obat yaitu proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh
melalui aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur
pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2. Distribusi obat kedalam tubuh, setelah diabsorbsi, obat didistribusikan ke
dalam tubuh melalui darah dan system limfatis menuju sel dan masuk ke
dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan
cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.
3. Metabolisme obat, setelah melalui sirulasi, obat akan mengalami proses
metabolism. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian berinteraksi
dengan sel dan mengalami perubahan zat kimia untuk kemudian
diekskresikan.
4. Ekskresi sisa melalui obat, setelah obat mengalami metabolism atau
pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai dan tidak bereaksi.
Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, intestinal
dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.
Reaksi obat dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi
yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung
faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya usia dan berat badan, jenis
kelamin, faktor genetis, faktor psikologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
(Samodra Ratno, dkk.2011.)

VI. MEKANISME TERJADINYA EFEK SAMPING OBAT

Mekanisme yang mendasari ESO ialah terjadinya interaksi yang kompleks natara obat
, penderit , keadaan fisiologi dan fotologi penyakit, serta fakta ekstrinsik / faktor
penentu yang dapat mengubah respons pederita terhadap obat .

Sebagian besar ESO terjadi karena adanya salah satu atau gabungan dari keadaan-
keadaan berikut

1. Reaksi atau respons yang berlebihan terhadap efek terapi obat

2. Khasiat farmakologi sekunder dari obat

3. Adanya toksisitas yang bersifat organ spesifit

EFEK OBAT

EFEK TERAPI EFEK NON TERAPI

ESO EFEK TOKSIK

ESO Tipe A ESO Tipe B

(ESO dose dependent) (ESO dose independen)

ALERGI IDIOSINKRASI

(Staf Pengajar Farmakologi, 2008)


DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2008.


Buku kedokteran

Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. Informasi Spesialis Obat Indonesia Univaids: Jakarta

Fakultas Farmasi UGM. 2012. Obat-Obat Penting Yogyakarta

Samodro Ratno, dkk. 2011. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal. Jurnal Anestesiologi
Indonesia. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai