Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FARMAKOLOGI

PEMBERIAN OBAT PADA IBU MENYUSUI


DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FARMAKOLOGI
DOSEN PENGAJAR : SRI RAHAYU DP, S.Si, M.Kes, Apt.

DISUSUN OLEH :
APRILLIA EKA PUJANINGTYAS 30315072
RARAS AYU TIFFANY DYAN SAKTI 30315073
INTAN ANGGRAINI OKTARIA DHANI 30315074
NURUL ANNAA FI’U 30315075
MOGA BELLA PRISTY ANA 30315077

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2015 / 2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 16 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1.......................................................................................................... Latar Belakang
1
1.2..................................................................................................... Rumusan Masalah
1
1.3....................................................................................................... Tujuan Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1.................................................... Masalah yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui
3
2.1.1 Mastitis.........................................................................................................3
2.1.2 Kandida / Sariawan......................................................................................4
2.1.3 Cacar Air (Virus Varisela Zoster)................................................................5
2.1.4 Cytomegalovirus (CMV).............................................................................6
2.1.5 Hepatitis B (HBV).......................................................................................6
2.1.6 HIV / AIDS..................................................................................................7
2.2. Proses Farmakokinetik Dan Farmakodinamik Pada Ibu Menyusui.......................8
2.2.1 Farmakokinetik............................................................................................8
2.2.2 Farmakodinamik........................................................................................10
2.3. Daftar Obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui dan
Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui...............................10
2.3.1 Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi
Selama Menyusui.......................................................................................10
2.3.2 Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui......................12
2.4. Pedoman dan Pengobatan Pada Ibu Menyusui....................................................13
2.5. Faktor yang Meningkatkan Penyerapan Obat Melalui ASI.................................15

iii
BAB III PENUTUP...................................................................................................16
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................16
3.2. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis
makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,
sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan,
faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi.
Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau
gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Padahal obat tersebut dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Pada proses
menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu
dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit
pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI
antara lain misalnya estrogen.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur
dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat
pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis
terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat
menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI
secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam
konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu
pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus
dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang kami tulis, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1.      Apa saja masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui ?
2.      Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu menyusui ?

1
3.      Apa saja daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui
dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui ?
4.      Bagaimana pedoman dan pengobatan pada ibu menyusui ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.      Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui.
2.      Untuk mengetahui proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu
menyusui.
3.      Untuk mengetahui daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama
menyusui dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui.
4.      Untuk mengetahui pedoman dan pengobatan pada ibu menyusui.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Masalah yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui


2.1.1 MASTITIS
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Patogen yang
paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis
infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi
dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik
(resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Gejala mastitis non – infeksius
a. Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang
akut.
b. Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan
tersebut.
c. Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Gejala mastitis infeksius
a. Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu.
b. Ibu dapat mengeluh sakit kepala.
c. Ibu demam dengan suhu diatas 34°C.
d. Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
e. Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-
tanda akhir).
f. Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”.
Pengobatan :
a. Lanjutkan menyusui.
b. Berikan kompres panas pada area yang sakit.

3
c. Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin.
d. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri.
e. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>34°C),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
f. Pertimbangkan pemberian antibiotik anti stafilokokus kecuali jika
demam dan gejala berkurang.
Tabel 1. Penisilin Anti Stafilokokus
DOSIS HARIAN
OBAT
DEWASA (gr) CARA
Methcillin (Staphcilin) 4-12 Injeksi
Oxacillin (Prostaphlin) 4-12 Oral, Injeksi
Mnafcillin (Unipen) 4-12 Oral, Injeksi
Cloxacillin (Cloxapen, Tegopen) 1-2 Oral
Dicloxacilin (Dynapen) 0,5-1 Oral
Erythromicin (jika alergi terhadap
0,5-1,0 Oral
penisilin)

2.1.2 KANDIDA / SARIAWAN


Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi
setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang
menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan
setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh
nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera
setelah menyusui bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang
menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan.
Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin
terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
a. Obati ibu dan bayinya.
b. Oleskan krim atau losion topikal anti jamur ke puting dan payudara
setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap
kali sehabis menyusui.

4
c. Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui
untuk mengurangi nyeri.
Tabel 2. Pengobatan Kandida atau Sariawan
Obat Aplikasi
Nistatin Oleskan pada payudara 4 kali sehari
Berikan suppositoria vagina setiap
hari
Klotrimazole Oleskan pada payudara 4 kali sehari
Berikan supositoria vagina setiap
hari.
Mikonazol Oleskan pada payudara 4 kali sehari
Flukonazol Gunakan dosis oral tunggal 150 mg
kandidiasis vagina

2.1.3 CACAR AIR (VIRUS VARISELA ZOSTER)


Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi
bermula dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala,
membran mukosa dan ekstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit
pernah menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air
beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko karena antibodi
ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk
berkembang.
Perawatan :
a. Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan
antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan.
b. Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus
menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar.
c. Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
 Ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak
mengalami lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan
berkembang menjadi penyakit.

5
 Keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain.
 Jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak
dihentikan.

2.1.4 CYTOMEGALOVIRUS (CMV)


CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi
CMV di dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva,
urin dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah
kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang
memiliki CMV primer selama kehamilan. Menyusui merupakan alat yang
penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang
disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala
infeksi nantinya dan dari infeksi primer selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Dianjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti
seropositif selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan
mengarah pada infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang
merugikan.
Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu
yang terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif.
Segera ke neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan.

2.1.5 HEPATITIS B (HBV)


HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan
ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau
transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV+ langsung tertular,
kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.

6
Perawatan :
a. Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain
itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG).
b. Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV.

2.1.6 HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-
10%), persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum
prevalensi HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1 %), tetapi
sejak tahun 2000 Indonesia telah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat
epidemi terkonsentrasi karena terdapat kantung-kantung dengan prevalensi
HIV lebih dari 5% pada beberapa populasi tertentu (pada pengguna narkoba
suntikan, PSK, waria, dan narapidana). Karena mayoritas pengguna narkoba
suntukan yang terinfeksi HIV berusia reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka
diperkirakan jumlah kehamilan dengan HIV positif akan meningkat. Dengan
intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-
45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Menurut estimasi Depkes, setiap
tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif yang melahirkan di Indonesia.
Berarti, jika tidak ada intervensi sekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV
positif setiap tahunnya di Indonesia.
Perawatan :
a. Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko
terinfeksi HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling &
Testing) untuk mengetahui status serologis secepatnya.
b. Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya
dengan menghindari paparan menggunakan kondom setiap sanggama,
melakukan perilaku hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis
sesuai anjuran (memastikan hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
c. Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan
profilaksis Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio

7
sesarea, dan tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini
mungkin/menggunakan susu formula (Exclusive Formula Feeding)
d. Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dariWHO :
Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable(Dapat diterima),
Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan).Apabila kelima syarat
AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASItetap diberikan setelah melalui
proses konseling mengenaikemungkinan penularan infeksi.
e. Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkanmelanjutkan
pengobatan ARV (ARV Terapi) sesuai PedomanNasional Pengobatan ARV
f. Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian nutrisi
yang sesuai.
g. Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan VCT dan
anjuran yang sesuai.

2.2. Proses Farmakokinetik Dan Farmakodinamik Pada Ibu Menyusui


2.2.1 Farmakokinetik
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi
didalam ASI, untungnya konsentrasi obat di ASI umumnya rendah.
Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada
proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat.
Volume darah/cairan tubuh dan curah jantung yang meningkat pada
kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena itu
pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis. Obat
yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang ukurannya kecil (<
200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang
terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat
yang tidak terikat yang dapat melewatinya. Plasma relatif sedikit lebih basa
dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah di plasma akan lebih
banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran
alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut

8
akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali
ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai iontrapping.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di
plasmaibu. Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah
ke ASI, sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah
ke ASI. Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam
sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu
mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila
ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap
bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di
pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih
dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat
dinilai dengan mempertimbangkan :
1.    Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2.    Adanya metabolit aktif
3.    Multi obat : adisi efek samping
4.    Dosis dan lamanya terapi
5.    Umur bayi.
6.    Pengalaman/bukti klinik
7.    Farmakoepidemiologi data.
Farmakokinetika bayi
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata
dengan orang dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah,
misalnya absorpsi fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan distribusi obat
juga akan berbeda karena rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh
yang lebih besar dari orang dewasa. Metabolisme obat juga rendah karena
aktivitas enzim yang rendah. Ekskresi lewat renal pada awal kehidupan masih
rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan. Selain banyaknya obat
yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika obat pada bayi
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu diperhatikan

9
adalah bila efek yang tidak diinginkan tidak bergantung dari banyaknya obat
yang diminum, misalnya reaksi alergi, maka sedikit atau banyaknya ASI yang
diminum bayi menjadi tidak penting, tetapi apakah si bayi meminum atau
tidak meminum ASI menjadi lebih penting.
2.2.2 Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak
berbeda. Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas
dipelajari. Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai
contoh, dari hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada
bayi.

2.3. Daftar Obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui


dan Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui
2.3.1 Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi
Selama Menyusui

OBAT / GOL. OBAT EFEK PADA BAYI


Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat
menyebabkan iritasi, dan pola tidur yang jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik
obat pada bayi belum diketahui
Bromokriptin Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena
CNS stimulan dan intoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan
kejang telah dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang
tinggi pada ibu dapat menyebabkan bayi yang
disusui : sedasi, diaforesis, deep sleep,
lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan
abnormal. Paparan yang kronik juga

10
menimbulkan keterlambatan perkembangan
psikomotor. Bayi dari ibu alkoholik
menyebabkan risiko yang potensial
hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo
cushing sindrome. AAP mengklasifikasikan
compatible (dapat diterima), tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review
menyarankan untuk menunggu 1-2 hari setelah
minum sebelum menyusui
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Immunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 %
dari konsentrasi serum plasma ibu menyebabkan
reaksi toksik yang potensial, kontraindikasi
Asam lisergat dietilamida Kemungkinan diereksikan dalam ASI
(LSD)
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi
kontraindikasi karena potensial terjadi diare berat
pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi
melalui perokok pasif lebih tinggi dari pada
melalui ASI. Merokok secara umum tidak
direkomendasikan selama menyusui,
menurunkan produksi ASI
Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

11
2.3.2 Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui
OBAT /GOL. OBAT EFEK PADA BAYI
Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi
bagian atas dan wajah pada bayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible, terkonsentrasi dalam ASI
Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar
melalui ASI. Penggunaan obat lain yang
termasuk golongan ini selama menyusui
dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak
direkomendasikan karena waktu paruh eliminasi
panjang
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi
AAP mempertimbangkan penggunaannya
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran
cerna bayi
Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-
hati pada bayi dengan fenilketonuria
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat
(asidosis metabolik), potensial terjadi gangguan
fungsi platelet dan rash, AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan
perhatian.
Beta - blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti
hipotensi , bradikardi, asebutolol, atenolol dan
nadolol terkonsentrasi dalam ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola
tidur. Compatible
Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan
hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi
berat, compatible dalam jumlah biasa. Amati
iritasi dan gangguan tidur
Carbamazepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus,
considered compatible
Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan
sumsum tulang. AAP merekomendasikan
penggunaannya dengan hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas

12
teramati pada bayi. AAP mempertimbangkan
penggunaannya karena efek dan potensial
galaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial
menekan asam lambung, menghambat
metabolisme obat, dan CNS stimulan.
Compatible
Clindamisin Considered compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan,
amati akumulasi pada bayi, pertimbangkan
penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang
dilaporkan

2.4. Pedoman dan Pengobatan Pada Ibu Menyusui


Tujuan :
Mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek
merugikan akibat penggunaan obat.
Tatalaksana pemantauan penggunaan obat :
a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan
tentang patofisiologi, terutama pada ibu menyusui, prinsip prinsip
farmakoterapi, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium
dan diagnostik yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan
berkomunikasi yang memadai.
b. Mengumpulkan data ibu menyusui, yang meliputi :
-          Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama
ruang rawat / poliklinik, nomor registrasi)
-          Riwayat penyakit terdahulu
-          Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi, penggunaan obat
non resep)
-          Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik
-          Masalah medis yang diderita

13
-          Data obat-obat yang sedang digunakan
Data /informasi dapat diperoleh melalui :
-          wawancara dengan ibu menyusui atau
-          catatan medis
-          kartu indeks (kardeks)
-          komunikasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat)
c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya
masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
d. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai
penyelesaian masalah yang teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir
yang dibuat khusus.

Obat Yang Digunakan Pada Wanita Menyusui


a. Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan
memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan
pada ibu maupun bayinya.
b. Obat yang diberi izin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak
membahayakan
c. Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko
lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh
fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi
penimbunan obat
d. Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan
jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi
e. Hindari atau hentikan sementara menyusui.
f. Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau
secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
g. Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

2.5. Faktor yang Meningkatkan Penyerapan Obat Melalui ASI

14
a. Bayi yang minum banyak ASI tentunya memiliki risiko menyerap lebih
banyak obat dibandingkan bayi yang minum sedikit. Hal ini juga
dipengaruhi oleh berat badan dan usia bayi.
b. Penyerapan ke bayi pun lebih rendah pada obat yang memiliki waktu
paruh pendek atau yang berikatan kuat dengan protein.
c. Obat yang dikonsumsi dalam 3-4 hari pasca persalinan memberi efek
sangat rendah pada bayi karena jumlah produksi susu juga masih sedikit.
d. Biasanya, obat yang aman untuk bayi dianggap juga aman untuk ibu
menyusui.

BAB III

15
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Selama menyusui, seorang ibu dapat
mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat.
Padahal obat tersebut dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi
yang disusui. Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui misalnya
mastitis, kandida/sariawan, CMV, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut
tentunya memerlukan penanganan (pengobatan) yang harus aman bagi ibu
maupun bayinya. Oleh karena itu pemahaman mengenai obat selama menyusui
memang sangat penting. Pertimbangan mengenai daftar pemilihan obat yang
kontraindikasi selama menyusui juga perlu diketahui.

3.2. Saran
Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada
ibu menyusui, diperlukan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang
relatif tidak aman hingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan
ibu dan bayinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Modul Manajemen Laktasi, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1999, Laporan Penelitian Praktek Kerja Profesi di RSAB Harapan Kita
Anonim, 2000, Daftar Obat Indonesia, Jakarta
Anonim, 2001, Mastitis Penyebab & Penatalaksanaan, World Health Organization,
Penerbit Widya Medika, Jakarta
Anonim, 2004, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk
Pasien Geriatri. Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Alat Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2004, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk Penggunaan
Obat dengan atau tanpa Makanan, Tugas Khusus Pelatihan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta
Anonim, 2005, Interaksi Obat. Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
D.C.Knoppert, Safety of drug in pregnancy and lactation in Pharmacotherapy Self-
Assessment Programm, 3rd ed, module Women’s health, American College of
Clinical Pharmacy: Kansas 1999:1-24.
Harkness, Richard, 1984, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung
Katzung B.G., Basic & Clinical Pharmacology, 6th ed. 1995, Prentice-Hall
International Ltd.
Milsap RL., W J. Jusko Pharmacokinetics in the infants, Environ Health Perspect
102(Suppl 11):000-000 (1994)
MIMS, 102nd ed 2005, Indonesia.
Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai