Anda di halaman 1dari 13

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591

ISSN1693-3591

DISTRIBUSI PENGGUNAAN ANTIDIABETIK ORAL DI RUMAH SAKIT

Didik Setiawan 1, Tri Murti Andayani 2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202, Purwokerto 53182
2
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Jl. Sekip Utara, Yogyakarta

ABSTRAK

Diabetes mellitus menunjukkan ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin atau


dalam pengaturan kadar gula darah pada tingkat normal Di saat kondisi tersebut menjadi lebih
buruk, dapat ditandai dengan terjadinya hiperglikemia yang cepat, aterosklerosi, mikroangiopati,
dan neuropati. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan menggunakan
metoda retrospektif dengan melihat catatan rekam medis dari pasien rawat inap yang menderita
diabetes mellitus tipe II di Rumah Sakit Panti Rapih pada tahun 2004. Selanjutnya dilakukan
deskripsi mengenai penggunaan antidiabetes. Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain
sebagai evaluasi penggunaan antidiabetes dan studi farmakoepidemiologi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 186 pasien diabetes mellitus tipe II, terdapat 146 pasien yang
didiagnosa menderita diabetes mellitus tipe II dengan penyakit penyerta lainnya. Penggunaan
antidiabetes yang terbanyak adalah golongan sulfonilurea yaitu sebanyak 164 kasus (88,17%).
Biguanida digunakan oleh 119 pasien (63%) dan insulin sebanyak 94 kasus atau 50,54%.
Antidiabetes tersebut digunakan sebagai obat tunggal maupun sebagai obat kombinasi.
Kata kunci: antidiabetes oral, pasien rawat inap

ABSTRACT

Diabetes mellitus is an inabillity of the body to produce an insulin or controlling the


blood glucose in the normal level. When this condition has clinically change into the worse
condition, it marked by fast hyperglicemia, aterosclerosy, microangiopathy, and neuropathy.
This research was descriptive research which were done by retrospective method use medical
record note of bed rest patient diabetes mellitus type II in Panti Rapih Hospital at 2004. The
description about the anti diabetic use were done then. The result of this research showed that
from 186 diabetes mellitus type II patient, there was 146 patient who were suffered diabetes
mellitus type II accompanied by other disease. The most of Anti diabetics which were used was
group of sulphonylurea as much 164 cases (88.17%). Biguanides were used by 119 patient
(63%) and insulin as much 94 cases or 50,54%. Those anti diabetics were used as single use or
combination.
Key words: oral antidiabetic, bed rest patient
PENDAHULUAN

30
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

Diabetes mellitus (DM) merupakan ditimbulkan, maka perlu dilakukan


gangguan metabolisme glukosa yang terapi baik farmakologi maupun non-
ditandai dengan peningkatan kadar gula farmakologi yang rasional. Dalam usaha
darah dan berhubungan dengan beberapa untuk mendapatkan pengobatan yang
komplikasi akut maupun kronik. Pada sesuai tentang suatu penyakit perlu
pasien dewasa, penderita diabetes dilakukan identifikasi pola penyakit
mellitus mempunyai risiko tinggi maupun pola penggunaan obat di suatu
mengalami kebutaan, gagal ginjal dan lokasi yang nantinya dapat digunakan
amputasi non-trauma di Amerika Serikat untuk menentukan kesesuaian
(Donovan, 1997). Diabetes melitus juga penggunaan antidiabetik dengan standar
dihubungkan dengan tingginya angka tertentu sehingga terapi yang dilakukan
kematian akibat peningkatan risiko memberikan outcome yang diinginkan.
terjadinya komplikasi neuropatik,
retinal, renal, dan vaskuler (Speight dan
Holford, 1999). METODOLOGI PENELITIAN
Terdapat minimal 110,4 juta Bahan
penderita diabetes mellitus di dunia Bahan yang digunakan dalam penelitian
dengan prevalensi 1,2-22,0% untuk ini adalah berkas rekam medik pasien
orang dewasa. Pada tahun 2000 rawat inap dengan diagnosis diabetes
diperkirakan akan meningkat 1,5 kali mellitus tipe II di Rumah Sakit Panti
(175,4 juta), dan tahun 2010 meningkat Rapih Yogyakarta pada bulan Januari
dua kali (239,3 juta). Di Indonesia sampai Desember tahun 2004.
jumlah penderita diabetes mellitus Alat
minimal 2,5 juta pada tahun 1994, tahun Alat yang digunakan dalam penelitian
2000 menjadi empat juta dan pada tahun ini adalah:
2010 diperkirakan minimal terdapat lima 1. Guideline dari American Diabetes
juta penderita (Tjokroprawiro, 2000). Association (ADA) dilengkapi
Mengingat begitu tingginya angka dengan buku standar terapi,
kejadian serta pentingnya penanganan
secara tepat terhadap penyakit diabetes Formularium RS dan buku pustaka
mellitus dan komplikasi yang yang terkait dengan penelitian.

31
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

2. Lembar pengumpul data. di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih


Prosedur Penelitian Yogyakarta tahun 2004 yang didapat,
Pengumpulan data dimulai dengan diolah dan dilakukan analisis secara
seleksi rekam medik dari pasien yang deskriptif berupa:
berusia 21–60 tahun dengan diagnosa 1. Perhitungan kasus DM tipe II di RS
utama diabetes mellitus tipe II di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2004.
Panti Rapih Yogyakarta pada tahun 2004 Perhitungan kasus dihitung dari
di Bagian Olah Data Rekam Medik jumlah kasus yang didapat dari
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. rekam medik pasien rawat inap di RS
Berdasarkan nomor rekam medis Panti Rapih Yogyakarta yang
tersebut kemudian dicari catatan didiagnosis oleh dokter menderita
mediknya di ruang penyimpanan rekam diabetes melitus tipe II tahun 2004.
medik. 2. Persentase diagnosis.
Data yang dicatat dari berkas Pasien dikelompokkan berdasar ada
rekam medik adalah nomor rekam tidaknya panyakit penyerta yang
medik, nama pasien, umur, jenis dapat mempengaruhi pemilihan
kelamin, diagnosa utama dan penggunaan anti diabetes melitus.
komplikasi, tanggal masuk, tanggal 3. Identifikasi pola pemilihan
keluar, keadaan keluar rumah sakit, antidiabetik.
nama obat yang digunakan, dosis dan Pasien dikelompokkan berdasakan
frekuensi pemberian, cara pemberian, penyakit yang menyertainya,
kadar glukosa darah, dan diet yang kemudian tiap kelompok dianalisis
didapat. Dari data pada rekam medik pola penggunaan obatnya. Obat-obat
yang telah didapat dilakukan klasifikasi yang digunakan untuk terapi diabetes
dan tabulasi yang meliputi: nomor rekam melitus tipe II dianalisis secara
medik, umur, diagnosa masuk, macam deskriptif mengenai macam jenis,
obat yang digunakan, cara pemberian, golongannya, dan dosis pemberian
dan frekuensi pemberian guna melihat untuk setiap kelompok data.
pola penggunaan antidiabetik di RS
Panti Rapih Yogyakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pola penggunaan antidiabetik Proses penelusuran data dilakukan

32
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

dengan jalan mengamati satu persatu periode tersebut adalah sejumlah 186
rekam medik pasien. Pasien yang diteliti kasus. Dari rekam medik yang didapat
adalah seluruh populasi penderita dicatat nomer rekam medik, umur, jenis
diabetes mellitus tipe II yang dirawat kelamin, diagnosis masuk, pola
inap di Rumah Sakit Panti Rapih pengobatan, kadar gula darah dan
Yogyakarta periode 1 Januari sampai pemeriksaan pendukung lain yang
dengan 31 Desember 2004. Jumlah dilakukan terhadap masing-masing
kasus yang berhasil dikumpulkan pasien.
berdasarkan catatan rekam medik

Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita DM tipe II berdasarkan penyakit penyerta

Diagnosis Jumlah Pasien Persentase (%)


Diabetes Melitus tipe II 40 21,50
DM tipe II dengan komplikasi
1. DM tipe II + Nefropati 7 3,76
2. DM tipe II + Neuropati 7 3,76
DM tipe II dengan penyakit penyerta
1. DM tipe II + Penyakit jantung 10 5,38
2. DM tipe II + Hipertensi 40 21,51
3. DM tipe II + Gangguan Hepar 2 1,08
4. DM tipe II + Dislipidemia 7 3,76
DM tipe II dengan penyakit lain 73 39,25
Total 186 100,00

Gambaran subyek penelitian tipe II, pasien dikelompokkan menjadi:


Untuk kepentingan analisis data, 1. Diabetes mellitus tipe II tanpa
diagnosis pasien dikelompokkan panyakit penyerta.
menjadi empat kelompok data Pasien dikelompokkan dalam
berdasarkan ada tidaknya penyakit golongan ini jika pasien didiagnosis oleh
penyerta dengan pertimbangan apakah dokter hanya menderita DM tipe II tanpa
penyakit tersebut mempengaruhi penyakit lain yang dapat mempengaruhi
pemilihan antidiabetik yang digunakan pemilihan antidiabetik maupun penyakit
pada pasien tersebut. komplikasi.
Berdasarkan ada tidaknya 2. Diabetes mellitus tipe II dengan
diagnosis penyakit yang menyertai DM komplikasi.

33
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

Pasien dikelompokkan pada meliputi infeksi, stroke dan hemiparesis,


golongan ini jika pasien tersebut gout, vertigo, celulitis, katarak, nyeri
didiagnosis menderita DM tipe II dan abdomen, anemia, mual, muntah, dan
penyakit komplikasi lain yang lain-lain.
ditimbulkan oleh diabetes mellitus Pola pengobatan diabetes mellitus tipe
II dan kesesuaiannya dengan Standar
tersebut. Di rumah sakit Panti Rapih
American Diabetes Association
Yogyakarta, pasien yang termasuk
Antidiabetik yang digunakan
dalam golongan ini adalah pasien yang
dalam pengobatan DM tipe II meliputi
didiagnosis menderita diabetes mellitus
golongan sulfonilurea, biguanida, α-
tipe II disertai dengan nefropati maupun
glukosidase inhibitor, thiazolidindion,
neuropati.
meglitinida, serta insulin, sedangkan
3. Diabetes melitus tipe II dengan
obat-obat selain antidiabetik yang
penyakit penyerta.
digunakan dalam pengobatan sesuai
Pasien dikelompokkan dalam
dengan diagnosa penyakit yang
golongan ini jika disertai penyakit yang
menyertai meliputi: obat-obat jantung,
dapat mempengaruhi pemilihan
antihipertensi, obat saluran cerna, obat
antidiabetik. Pasien dalam kelompok ini
anti lipidemik, antibiotika, koenzim dan
meliputi: DM tipe II dengan penyakit
metabolitikum, analgesik dan anti
jantung, DM tipe II dengan hipertensi,
inflamasi, tonikum, vitamin, elektrolit,
DM tipe II dengan gangguan hepar, DM
dan obat-obat lain.
tipe II dengan dislipidemia.
1. DM tipe II tanpa penyakit penyerta
4. Diabetes melitus tipe II dengan
Pasien dengan diagnosa DM tipe II
penyakit lain.
tanpa penyakit penyerta sebanyak 40
Pasien dikelompokkan dalam
pasien. Jenis antidiabetik yang
golongan ini jika pasien didiagnosis oleh
digunakan oleh pasien golongan ini
dokter menderita diabetes mellitus tipe II
dapat dilihat pada Tabel 2.
dan penyakit lain yang tidak
Penggunaan antidiabetik pada
mempengaruhi pemilihan antidiabetik
penderita DM tipe II merupakan suatu
dan bukan karena diabetes mellitus yang
hal yang cukup penting ketika
diderita oleh pasien tersebut. Penyakit
pengaturan pola hidup tidak memberikan
lain yang termasuk dalam kelompok ini

34
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

hasil yang memuaskan untuk mencapai digunakan adalah golongan sulfonilurea


kadar glukosa darah pada rentang yang yaitu 37 pasien (92,50%) sedangkan
normal untuk mengurangi resiko penggunaan biguanida yaitu sebanyak 26
terjadinya komplikasi akibat diabetes pasien (65,00%).
melitus. Menurut ADA, antidiabetik Penggunaan kombinasi dari
yang sesuai untuk pasien DM tipe II beberapa antidiabetik lebih dianjurkan
yang masih ringan maupun menengah dari pada meningkatkan dosis satu
tingkat keparahannya adalah dari macam antidiabetik yang dapat
golongan sulfonilurea dan atau dari mengakibatkan peningkatan resiko
golongan biguanida. Golongan toksisitas dan efek samping yang lebih
biguanida terbukti dapat mengurangi tinggi. Jika dua atau lebih antidiabetik
kejadian DM tipe II sebesar 31% pada dengan mekanisme aksi yang berbeda
3234 pasien dibanding plasebo (DPPRG, digunakan bersama dapat memberikan
2002). Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa manfaat yang lebih dalam mengontrol
antidiabetik yang paling banyak kadar glukosa darah.

Tabel 2. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II tanpa penyakit
penyerta

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 15 37,50
Glikazid 5 12,50
Glimepirida 4 10,00
Glipizida 9 22,50
Glikuidon 4 10,00
Biguanida Metformin HCl 26 65,00
α-Glukosidase inhibitor Akarbose 1 2,50
Meglitinida Repaglinid 4 10,00
Insulin 16 40,00

35
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

Tabel 3. Distribusi frekuensi pemakaian tunggal dan kombinasi antidiabetik pada penderita DM
tipe II tanpa penyakit penyerta

Pemakaian tunggal antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea 5 12,50
Biguanida 2 5,00
Meglitinida 1 2,50
Pemakaian kombinasi antidiabetik
Sulfonilurea + Biguanida 12 30,00
Sulfonilurea + Insulin 10 25,00
Biguanida + Meglitinida 2 5,00
Sulfonilurea + Biguanida + Insulin 6 15,00
Sulfonilurea + Biguanida + Meglitinida 1 2,50
Sulfonilurea + α-Glukosidase inhibitor + Insulin 1 2,50

Pemilihan kombinasi antidiabetik mengurangi risiko terjadinya efek


pada pasien DM tipe II di RS Panti samping lain yang tidak diinginkan dari
Rapih Yogyakarta dapat dilihat melalui penggunaan antidiabetik seperti
Tabel 3. Kombinasi yang paling sering anoreksia, mual, flatulen, peningkatan
digunakan adalah kombinasi antara berat badan, nekrosis hati, dan lain-lain.
sulfonilurea dengan biguanida yaitu 2. DM tipe II dengan komplikasi
sebanyak 12 kasus atau sebanyak Komplikasi yang biasa ditimbulkan
30,00% dari seluruh penderita DM tipe oleh diabetes mellitus dapat berupa
II di RS Panti Rapih Yogyakarta pada retinopati, neuropati maupun nefropati.
periode Januari sampai dengan Pada kasus DM tipe II di RS Panti Rapih
Desember 2004. Yogyakarta komplikasi yang terjadi
Disamping pemilihan jenis adalah neuropati dan nefropati.
antidiabetik, pemilihan dosis antidiabetik a. DM tipe II dengan nefropati
secara tepat juga merupakan salah satu Di Amerika Serikat, proporsi
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasien DM tipe II dengan gagal ginjal
terapi. Pemilihan dosis secara tepat dapat terminal sebasar 27% di tahun 1982 dan
mengurangi risiko terjadinya meningkat menjadi 36% pada tahun
hipoglikemik yang merupakan salah satu 1992 (Ritz dan Orth, 1999). Gangguan
efek samping dari penggunaan ginjal ditandai dengan terjadinya
antidiabetik, selain itu ketepatan albuminuria. Jumlah kasus penderita
pemilihan dosis antidiabetik dapat diabetik nefropati di RS Panti Rapih

36
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

sebanyak 7 kasus. Penatalaksanaan Pengaturan kadar glukosa darah secara


terapi pada pasien ini harus disertai tepat terbukti dapat menunda onset
dengan pembatasan asupan protein.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Antidiabetik pada Penderita DM tipe II dengan


Nefropati

Golongan antidiabetik Jenis antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 2 28,57
Glikazid 1 14,29
Glikuidon 4 57,14
Biguanida Metformin HCl 1 14,29
Meglitinida Repaglinid 1 14,29

terjadinya mikroalbuminuria dan 276 dari 1172 tanpa neuropati (23,50%).


perkembangan mikro menjadi Kejadian neuropati dihubungkan dengan
makroalbuminuria pada pasien DM tipe nilai hemoglobin yang terglikolisasi dan
I maupun tipe II. lamanya diabetes (Tesfaye et al., 2005).
b. DM tipe II dengan neuropati Hiperglikemik akut menyebabkan
Diabetik neuropati merupakan penurunan fungsi syaraf, sedangkan
komplikasi vaskuler yang paling utama hiperglikemik kronik berhubungan
dan spesifik pada pasien diabetes dengan hilangnya serat bermyelin
mellitus baik tipe I maupun tipe II. maupun tidak bermyelin dari syaraf dan
Prevalensi terjadinya polineuropati pada degradasi walerian (Clark dan Lee,
pasien DM tipe II meningkat setiap 1995). Penderita dengan diagnosis DM
tahunnya dan meningkat pada pasien tipe II dengan neuropati di RS Panti
dengan hipoinsulinemia (Partanen et al., Rapih Yogyakarta sebanyak 7 kasus.
1995). Tidak ada penanganan untuk 3. DM tipe II dengan penyakit
pasien diabetik neuropati selain penyerta
pengaturan kadar glukosa darah, oleh Penderita diabetes melitus tipe II
karena itu sangat penting untuk yang disertai dengan penyakit penyerta
mengetahui faktor risiko untuk di RS Panti Rapih Yogyakarta periode
menghidari terjadinya diabetik Januari-Desember 2004 sebanyak 66
neuropati. Neuropati berkembang pada pasien. Pemilihan antidiabetik pada

37
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

pasien golongan ini harus antidiabetik tersebut kontra indikasi


mempertimbangkan karakteristik dengan kondisi patofisiologis pasien.
antidiabetik yang digunakan apakah

Tabel 5. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan neuropati

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 2 28,58
Glimepirida 1 14,29
Glipizida 1 14,29
Klorpropamid 1 14,29
Glikazid 3 42,86
Biguanida Metformin HCl 6 85,71
Meglitinida Repaglinid 1 14,29
Insulin 5 71,43

Tabel 6. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan penyakit
jantung

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 2 20,00
Glimepirida 1 10,00
Glipizida 1 10,00
Glikuidon 1 10,00
Biguanida Metformin HCl 6 60,00
Meglitinida Repaglinid 4 40,00

a. DM tipe II dengan penyakit jenis antidiabetik yang digunakan pada


jantung pasien golongan ini dapat dilihat pada
Penyakit jantung merupakan Tabel 6.
penyebab kematian terbesar pada pasien Penatalaksanaan terapi pasien
DM (Donovan, 1997). Jumlah pasien golongan ini menurut ADA adalah
penderita DM tipe II di RS Panti Rapih dengan pengaturan diet kalori yang
Yogyakarta yang disertai dengan sesuai serta latihan dalam mengatasi
penyakit jantung sebanyak 10 kasus. stres karena dapat mengurangi faktor
Penyakit jantung yang diderita oleh risiko terjadinya penyakit jantung.
pasien DM tipe II meliputi penyakit Pengobatan jangka panjang secara
jantung iskemik dan takikardi. Pemilihan intensif yang disertai dengan pengaturan

38
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

diet pada pasien DM tipe II terbukti diabetes mellitus tipe II. Jumlah kasus
dapat mengurangi risiko terjadinya DM tipe II yang disertai dengan
penyakit jantung sebesar 50% (Gaede et hipertensi di RS Panti Rapih Yogyakarta
al., 2003). Pengaturan tekanan darah dan berjumlah 40 kasus.
kadar lipid untuk dijaga pada rentang Menurut ADA tentang
yang normal harus dilakukan disamping karakteristik dari antidiabetik
penggunaan antidiabetik yang sesuai. menunjukkan bahwa sebagian besar
Penggunaan thiazolidindion merupakan antidiabetik aman untuk penderita
kontraindikasi pada pasien ini karena diabetes mellitus yeng disertai dengan
dapat menyebabkan retensi cairan tubuh hipertensi, namun thiazolidindion
sehingga dapat menyebabkan terjadinya merupakan kontraindikasi pada pasien
gagal jantung kongestif dan metformin ini karena dapat menyebabkan retensi
merupakan kontraindikasi terhadap cairan tubuh sehingga selain menjadi
pasien gagal jantung kongestif. Untuk penyebab gagal jantung kongestif juga
pengaturan tekanan darah, penggunaan sebagai penyebab peningkatan risiko
ACE inhibitor dan penghambat reseptor hipertensi.
Angiotensin II merupakan rekomendasi c. DM tipe II dengan gangguan hepar
utama pada pasien golongan ini. Dalam memilih suatu agen
Beberapa studi yang dilakukan tentang farmakologi yang akan digunakan untuk
penggunaan anti platelet seperti aspirin pasien dengan gangguan hepar harus
pada pasien diabetes mellitus mempertimbangkan bagaimana sifat dari
menunjukkan penurunan infark myokard obat tersebut maupun hasil metabolitnya.
sebesar 30%. Jumlah pasien rawat inap penderita DM
b. DM tipe II dengan hipertensi tipe II dengan penyakit penyerta berupa
Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 gangguan hepar di RS Panti Rapih
mmHg) merupakan penyakit yang biasa Yogyakarta berjumlah 2 kasus.
menyertai penderita diabetes mellitus. Penggunaan antidiabetik golongan
Hipertensi juga merupakan faktor resiko Thiazolidindion terbukti dapat
utama dari penyakit jantung dan menghambat terjadinya perlemakan hati
komplikasi mikrovaskuler seperti (Yki-Jarvinen, 2004). Golongan
retinopati dan nefropati pada penderita biguanid merupakan kontra indikasi

39
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

pada pasien golongan ini, sedangkan monitoring transaminase hati jika pasien
meglitinida boleh digunakan namun hati- menggunakan α-glukosidase inhibitor
hati karena obat ini dimetabolisme pada dosis tinggi.
secara cepat di hepar. Perlu dilakukan

Tabel 7. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan hipertensi

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 10 25,00
Glimepirida 5 12,50
Glikazid 7 17,50
Glipizida 11 27.50
Glikuidon 3 7,50
Biguanida Metformin HCl 23 57,50
Α-Glukosidase inhibitor Akarbose 1 2,50
Meglitinida Repaglinid 5 12,50
Insulin 13 32,50

Tabel 8. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan gangguan
hepar

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 1 50,00
Glipizida 1 50,00
Biguanida Metformin HCl 1 50,00
Insulin 2 100,00

d. DM tipe II dengan dislipidemia Lipoprotein (LDL), trigliserida dan


Selain hipertensi, dislipidemia juga meningkatkan High Density Lipoprotein
merupakan faktor risiko terjadinya (HDL). Jumlah kasus penderita DM tipe
penyakit jantung sehingga penanganan II dengan dislipidemia berjumlah 7
pasien golongan ini harus diterapi kasus.
dengan tepat agar mortalitas akibat Pasien DM tipe II dengan
penyakit jantung pada pasien diabetes dislipidemia harus melakukan perubahan
mellitus dapat berkurang. Pengaturan pola hidup termasuk pengaturan diet,
lipid dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktvitas fisik,
menurunkan kadar Low Density pengurangan berat badan, dan

40
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

menghentikan kebiasaan merokok. ini dianggap kurang tepat. Penggunaan


Penggunaan antidiabetik golongan obat golongan Thiazolidindion terbukti
sulfonilurea dan meglitinida yang dapat memperbaiki profil lipid pasien
mempunyai efek samping berupa DM namun dari 7 kasus yang ditemukan
peningkatan berat badan dan tidak di RS Panti Rapih tidak ada pasien yang
memperbaiki profil lipid serum menggunakan obat ini.
(Katzung, 2002) pada pasien golongan

Tabel 9. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan


dislipidemia

Golongan antidiabetik Jenis antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 1 14,29
Glikazid 1 14,29
Glipizida 1 14,29
Biguanida Metformin HCl 5 71,43
Meglitinida Repaglinid 2 28,58
Insulin 2 28,58

Tabel 10. Distribusi frekuensi penggunaan antidiabetik pada penderita DM tipe II dengan
penyakit lain

Golongan Antidiabetik Jenis Antidiabetik Jumlah Persentase (%)


Sulfonilurea Glibenklamid 32 43,84
Glimepirida 5 7,46
Glipizida 10 14,93
Glikuidon 5 6,85
Glikazid 14 19,18
Biguanida Metformin HCl 51 73,97
α-Glukosidase inhibitor Akarbose 1 1,49
Meglitinida Repaglinid 4 5,97
Insulin 32 43,84

4. DM tipe II dengan penyakit lain golongan ini sebanyak 73 kasus.


Sebagian penderita DM tipe II Penyakit lain tersebut meliputi infeksi,
pada RS Panti Rapih Yogyakarta juga stroke dan hemiparesis, gout, vertigo,
didiagnosis menderita berbagai macam celulitis, katarak, nyeri abdomen,
penyakit lain yang tidak mempengaruhi anemia, mual, muntah, dan lain-lain.
pemilihan antidiabetik yang digunakan Pada pasien golongan ini
oleh pasien tersebut. Jumlah kasus pada penggunaan antidiabetik paling banyak

41
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 ISSN 1693-3591
ISSN1693-3591

adalah sulfonilurea sebanyak 66 kasus Data diakses pada 4 Februari


2005.
(92,26%), sedangkan penggunaan
antiiabetik golongan biguanida sebanyak American Diabetes Association. 2005.
Oral Diabetes Medication,
51 kasus atau 73,97%. Penggunaan
www.diabetes.org. Data diakses
insulin pada penderita DM tipe II dengan pada 21 maret 2005.
penyakit lain juga cukup tinggi yaitu
Donovan, S. D. 1997. Diabetes Mellitus.
sebanyak 32 kasus atau 43,84%. Obat- www.cpmc.columbia.edu. Data
diakses pada 1 April 2005.
obat lain yang digunakan pada pasien
golongan ini meliputi obat-obat jantung, Gaede, P. V. P., L. Nicolai , V.H. J
Gunnar, P. Hans-Hendrik , P.
anti hipertensi, obat saluran cerna, obat
Oluf. 2003. Multifactorial
anti lipidemik, antibiotika, koenzim dan intervention and cardiovascular
disease in patients with type 2
metabolitikum, analgesik dan anti
diabetes. The New England
inflamasi, tonikum, vitamin, dan Journal of Medicine. 348(5):
383-393.
elektrolit.
Katzung, BG. 2002. Farmakologi Dasar
dan Klinik. Ed-8. Salemba
Medika, Surabaya. 671-706.
KESIMPULAN
Speight, T. M., H.G.H. Nicholas. 1999.
Antidiabetik yang paling banyak
Avery’s Drug Treatment. 4th Ed.,
digunakan pada penderita DM tipe II di Adis International, Auckland.
725-748.
RS Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari–Desember 2005 adalah Tesfaye, S., C. Nish, E.M.E. Simon,
D.W. John, M. Christos, I. T.
golongan sulfonilurea sebanyak 164
Constantin, R. W. Daniel, H. F.
kasus (88,17%), golongan biguanida John. 2005. Vascular risk factors
an diabetic neuropathy. The New
sebanyak 119 kasus (63,98%) dan
England Journal of Medicine,
insulin sebanyak 94 kasus (50,54%). 352(4):341-350.

Tjokroprawiro, A. 2000. Hidup Sehat


dan Bahagia Bersama Diabetes,
1 – 10, Gramedia Pustaka Utama,
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
American Diabetes Association. 2004.
Standards of Medical Care in Yki-Jarvinen, Hannele. 2004.
Diabetes. Thiazolidinediones, The New
www.care.diabetesjournals.org.

42

Anda mungkin juga menyukai