Anda di halaman 1dari 15

 

 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Pada dasarnya obat-obatan itu tidak berbahaya bagi kehamilan, apabila
dalam penggunaannya benar dan tepat. Dalam hal ini banyak wanita hamil yang
mengkonsumsi obat-obatan dan ramuan yang mereka percaya untuk meningkatkan
kesehatan janin. Namun masih ada yang kurang paham bagaimana cara
menggunakan dengan tepat dan benar.  
WHO memperkirakan sebanyak lebih dari 90% wanita hamil yang
mengkonsumsi obat yang diresepkan maupun obat bebas, obat sosialisasi (misalnya
alkohol atau tembakau) atau obat terlarang. 2-3% dari seluruh cacat bawaan
disebabkan oleh obat-obatan. Obat berpindah dari ibu ke janin terutama melalui
plasenta (ari-ari), yaitu melalui jalan yang sama yang dilalui oleh zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Di dalam plasenta, obat
dan zat gizi di dalam darah ibu melewati selaput tipis yang memisahkan darah ibu
dengan darah janin.

1.2.RUMUSAN MASALAH
a) Banyaknya ibu hamil yang kurang mengerti cara memanfaatkan dan
menggunakan obat-obatan, dengan benar.
b) Adanya peredaran obat-obatan, yang membahayakan kehamilan.

1.3.TUJUAN
a) Meningkatkan mutu kesehatan kehamilan seorang ibu.
b) Meningkatkan pengetahuan seorang ibu bagaimana cara menggunakan
obat-obatan dengan tepat dan benar sehingga tidak membahayakan janin
yang ada dirahim ibu.     
 
 

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI (Obat-obatan)
Seorang wanita hamil apapun yang dimakan atau diminum dapat memberikan
pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin
tergantung dan bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui
saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan
intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya
pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron. Volume
distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu
aktivitas enzim dalm hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi
oleh ginjal juga meningkat selama kehamilan.
Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah seberapa banyak obat melalui
plasenta (jaringan yang melekat pada rahim dan menyediakan nutrisi atau sebagai
penyaring zat-zat berbahaya bagi janin). Obat yang larut dalam lemak lebih mudah
melalui plasenta dibandingkan obat yang larut dalam air. Obat-obat dengan berat
molekul besar lebih  sulit melalui plasenta. Jumlah obat yang terikat pada plasma
protein mempengaruhi jumlah obat yang dapat melalui plasenta.
Selain itu spesifisitas, dosis, waktu pemberian, fisiologi ibu, embriologi, dan
genetik juga dapat mempengaruhi. Spesifisitas dimaksudkan bahwa obat yang
berbahaya untuk janin di satu spesies belum tentu berbahaya bagi spesies lainnya,
begitu juga sebaliknya (hewan ke manusia dan sebaliknya). Dosis yang dipakai juga
penting, dosis kecil mungkin tidak memiliki pengaruh apapun, dosis sedang
menyebabkan kecacatan, dan dosis tinggi dapat menyebabkan kematian. Waktu
pemberian berkaitan dengan kelainan organ-organ. Paparan obat teratogen
(menyebabkan kecacatan) pada minggu ke 2 – 3 setelah pembuahan tidak memiliki
efek atau menimbulkan abortus (all or nothing). Periode yang rentan dengan
gangguan pembentukan organ berada pada minggu ke 3 – 8 setelah pembuahan
atau 10 minggu dari periode menstruasi terakhir. Setelah periode ini, pertumbuhan
janin ditandai dengan pembesaran organ-organ pada minggu 10 – 12. Gangguan
pada periode ini dapat menyebabkan  gangguan pertumbuhan atau gangguan di
sistem saraf dan alat reproduksi.
Sesungguhnya semua obat dapat melalui plasenta dalam jumlah tertentu,
kecuali obat-obat dengan ion organik yang besar seperti heparin dan insulin.
Transfer plasenta aktif harus dipertimbangkan.
 

BAB 3
ISI

2
3.1.RESIKO PENGGUNAAN OBAT PADA KEHAMILAN
Pada umumnya ibu hamil meminimalkan dalam penggunaan obat,
dikarenakan dapat beresiko pada janin.Hal ini karena beberapa bahan obat memiliki
sifat yang berbahaya pada kesehatan ibu dan janin.
Sifat yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya adalah :
 Teratogenesis : Teratos (monster) – Genesis (generation, birth)
Adalah bahan yang dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi
atau kelainan fisiologis janin.

Teratogen : setiap faktor yang menyebabkan teratogenesis


Faktor Penyebab :
 Unknown : 65 – 70%
 Genetik : 20%
 Chromosom aberration : 5-10%
 Faktor lingkungan (Maternal/fetal) : 5-10%
 Obat : 2-5%
 Infeksi : 2 – 3% (CMV, rubella)
 Penyakit : 1-2% (Epilepsi)
 Radiasi : < 1%

Teratogenesis dipengaruhi oleh:


a. Kemampuan obat berpindah melalui sawar uri

Faktor yang mempengaruhi perpindahan obat pada sawar uri


 Berat molekul
 Kelarutan dalam lemak
 Ionisasi
 Ikatan protein
 Aliran darah dalam umbilikal dan uterus
 Penyakit pada ibu

b. Efek farmakologis dan idiosinkrasi


 Obat-obat tertentu memberi efek farmakologis yang lebih kuat secara
langsung pada janin.
Contoh: kortikosteroid dosis besar memiliki sifat idiosinkrasi.

c. Waktu terjadinya pemaparan obat

3
Waktu pemaparan obat (1)
Pada 2 minggu pertama konsepsi: efek “semua atau sama sekali tidak”.
Pada trimester pertama (10 minggu pertama = organogenesis) : paling
berisiko besar terhadap perkembangan janin.
Pada trimester kedua dan ketiga: dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembanagn fungsional janin atau efek toksik pada jaringan janin.

Waktu pemaparan obat (2)


Diberikan sesaat sebelum kelahiran: memberikan efek samping pada saat
kelahiran atau pada neonatus setelah kelahiran.
Perhatikan: obat yang teratogenik yang dihentikan pemakaiannya sebelum
konsepsi dapat tetap ada di tubuh selama organogenesis.

d. Lebih mudah dilakukan oleh obat yang lipofil dan tidak terionisasi. Obat yang
bersifat basa cenderung terperangkap dalam sirkulasi darah janin. Hal ini
dimanfaatkan untuk pengobatan janin, contoh: flekainid.

Contoh obat yang bersifat teratogen:


        Tetrasiklin
        Fenitoin 
        Penisilamin
        Litium
        NSAID

Mekanisme transfer 
a. Difusi sederhana (untuk sebagian besar obat)
b. Difusi yang difasilitasi (glukosa)
c. Transport aktif (beberapa vitamin, asam amino)
d. Pinositosis (antibodi sistem imun)
e. Perusakan antar sel (eritrosit)

Golongan Obat yang bersifat teratogenik


a. Antineoplastik: Metotreksat
b. Penghambat ACE
c. Antitiroid
d. Barbiturat
e. Karbamazepin
f. Kokain
g. Turunan kumarin
h. Dietilstilbestrol
i. Etanol (dosis tinggi)
j. Litium

 Fetotoxin
Obat, yang digunakan oleh wanita hamil dan menyebabkan ‘fetal toxicity’.

4
Fetal toxicity : reaksi efek yang tidak diharapkan dari obat pada dosis terapi.
Salah satunya dapat menyebabkan kelainan malformasi kongenital.

Penyebab malformasi kongenital


a. Monogenic origin
b. Abnormalitas kromosom
c. Interaksi antara hereditary tendencies dan nongenetic,
d. Environmental factors (faktor dari lingkungan) meliputi Tidak diketahui pasti
(unknown) dan Environmental factors Teratogenic viruses, misalnya :fetal
rubella syndrome (katarak, penyakit jantung, tuli) Cytomegalovirus
infection,menyebabkan tuli, retardasi mental

 Faktor Lain
a. Protozoa:
Toxoplasma gondii, toksisitas yg terjadi: hepatosplenomegali, ikterus,
maculopapular rash, hidrosefalus, mikrosefalus, korioretinitis, kalsifikasi
serebral.
b. Perubahan farmakokinetika selama kehamilan

 Distribusi : terjadi peningkatan kadar air dan lemak total dalam tubuh,
sehingga volume distribusi untuk kebanyakan obat meningkat.
 Metabolisme : progesteron endogen yang meningkat pada kehamilan
dapat menginduksi enzim sehingga metabolisme obat tertentu meningkat.
 Ekskresi : laju filtrasi glomeruler meningkat sampai 50% pada saat
kehamilan sampai kelahiran. Sehingga klirens obat yang diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk tak berubah akan meningkat.

3.2. PEDOMAN PERESEPAN OBAT KEPADA IBU HAMIL


Beberapa hal yang harus diperhatkan dalam pembuatan resep untuk ibu hamil :

a. Pertimbangkan perawatan tanpa obat.


b. Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar daripada
risiko kepada janin.
c. Hindari penggunaan obat pada trimester pertama. Apabila diperlukan,
gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui dengan
pasti, pada dosis efektif terendah, penggunaan sesingkat mungkin.
d. Hindari polifarmasi
Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat, seperti misalnya fenitoin, litium.
e. Jika ibu mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati hindari penggunaan obat
baru.
f. Gunakan obat yang diketahui dengan pasti keamanannya tercantum dalam
Kategori Risiko Penggunaan Obat pada Kehamilan (FDA) dan
Kategori Risiko Penggunaan Obat pada Kehamilan (ADEC).

5
3.3. JENIS OBAT-OBATAN YANG BERBAHAYA PADA KEHAMILAN
a. OBAT ANTI-KANKER

Jaringan janin tumbuh dengan kecepatan tinggi, karena itu sel-selnya


yang membelah dengan cepat sangat rentan terhadap obat anti-kanker.
Banyak obat anti-kanker yang bersifat teratogen, yaitu dapat menyebabkan
cacat bawaan seperti:

- IUGR (intra uterine growth retardation, hambatan pertumbuhan di dalam


rahim)
- Rahang bawahyang kurang berkembang
- Celah langi-langit mulut
- Kelainan tulang tengkorak
- Kelainan tulang belakang
- Kelainan telinga
- Clubfoot (kelainan bentuk kaki)
- Keterbelakangan mental.

b. TALIDOMID
 
Obat ini sudah tidak diberikan lagi kepada wanita hamil karena bisa
menyebabkan cacat bawaan. Talidomid pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1956 di Eropa sebagai obat influenza dan obat penenang. Pada tahun
1962, talidomid yang diminum oleh wanita hamil pada saat organ tubuh
janinnya sedang terbentuk, ternyata menyebabkan cacat bawaan berupa
lengan dan tungkai yang terbentuk secara tidak sempurna, kelainan usus,
jantung,dan,pembuluhdarah.

c. PENGOBATAN KULIT
Isotretinoin yang digunakan untuk mengobati jerawat yang berat,
psoriasis dan kelainan kulit lainnya bisa menyebabkan cacat bawaan. Yang
paling sering terjadi adalah kelainan jantung, telinga yang kecil dan
hidrosefalus (kepala yang besar). Resiko terjadinya cacat bawaan adalah
sebesar 25%.
Etretinat juga bisa menyebabkan cacat bawaan. Obat ini disimpan di
dalam lemak dibawah kulit dan dilepaskan secara perlahan, sehingga efeknya
masih bertahan sampai 6 bulan atau lebih setelah pemakaian obat dihentikan.
Karena itu seorang wanita yang memakai obat ini dan merencanakan untuk
hamil, sebaiknya menunggu paling tidak selama 1 tahun setelah pemakaian
obat dihentikan.

d. HORMON SEKSUAL
 
Hormon androgenik yang digunakan untuk mengobati berbagai
kelainan darah dan progestin sintetis yang diminum pada 12 minggu pertama

6
setelah pembuahan, bisa menyebabkan terjadinya maskulinisasi pada
kelamin janin perempuan. Klitoris bisa membesar dan labia minora menutup.
Efek tersebut tidak ditemukan pada pemakaian pil KB karena kandungan
progestinnya hanya sedikit.
Dietilstilbestrol (DES,suatu estrogen sintetis) bisa menyebabkan
kanker pada anak perempuan yang ibunya memakai obat ini selama hamil.
Anak perempuan ini di kemudian hari akan:
- memiliki kelainan dalam rongga rahim
- mengalami gangguan menstruasi
- memiliki serviks (leher rahim) yang lemah sehingga bisa mengalami
keguguran
- memiliki resiko menderita kehamilan ektopik
- memiliki bayi yang meninggal sesaat sebelum atau sesaat sesudah
dilahirkan.
Jika ibu hamil yang memakai DES melahirkan anak laki-laki, maka kelak dia
aka memiliki kelainan pada penisnya.

e. MECLIZIN
 
Meclizin yang sering digunakan untuk mengatasi mabok perjalanan,
mual dan muntah, bisa menyebabkan cacat bawaan pada hewan
percobaan. Tetapi efek seperti ini belum ditemukan pada manusia.

f. OBAT ANTI-KEJANG

Beberapa obat anti-kejang yang diminum oleh penderita epilepsi yang


sedang hamil, bisa menyebabkan terjadinya celah langit-langit mulut,
kelainan jantung, wajah, tengkorak, tangan dan organ perut pada bayinya.
Bayi yang dilahirkan juga bisa mengalami keterbelakangan mental. Obat
anti-kejang yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah trimetadion
(resiko sebesar 70%) dan asam valproate (resikosebesar 1%).
Carbamazepine diduga menyebabkan sejumlah cacat bawaan yang
sifatnya ringan. Bayi baru lahir yang selama dalam kandungan terpapar
oleh phenitoin dan phenobarbital, bisa mudah mengalami perdarahan
karena obat ini menyebabkan kekurangan vitamin K yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah.
Efek ini bisa dicegah bila selama 1 bulan sebelum persalinan, setiap
hari ibunya mengkonsumsi vitamin K atau jika segera setelah lahir
diberikan suntikan vitamin K kepada bayinya. Selama hamil, kepada
penderita epilepsi diberikan obat anti-kejang dengan dosis yang paling kecil
tetapi efektif dan dipantau secara ketat.Wanita yang menderita epilepsi,
meskipun tidak memakai obat anti-kejang selam hamil, memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan cacat
bawaan. Resikonya semakin tinggi jika selama hamil sering terjadi kejang
yang berat atau jika terjadi komplikasi kehamilan atau jka berasal dari

7
golongan sosial-ekonomi yang rendah (karena perawatan kesehatannya
tidak memadai).

g. VAKSIN
 
Vaksin yang terbuat dari virus yang hidup tidak diberikan kepada
wanita hamil, kecuali jika sangat mendesak. Vaksin rubella (suatu vaksin
dengan virus hidup) bisa menyebabkan infeksi pada plasenta dan janin.
Vaksin virus hidup (misalnya campak, gondongan, polio, cacar air dan
demam kuning) dan vaksin lainnya (misalnya kolera, hepatitis A dan B,
influensa, plag, rabies, tetanus, difteri dan tifoid) diberikan kepada wanita
hamil hanya jika dia memiliki resiko tinggi terinfeksi oleh salah satu mikro
organismenya.

h. OBAT TIROID

Yodium radioaktif yang diberikan kepada wanita hamil untuk mengobati


hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif) bisa melewati plasenta dan
menghancurkan kelenjar tiroid janin atau menyebabkan hipotiroidisme
(kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang berat. Propiltiourasil dan metimazol,
yang juga digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, bisa melewati plasenta
dan menyebabkan kelenjar tiroid janin sangat membesar.

i. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

Obat hipoglikemik oral digunakan untuk menurunkan kadar gula darah


pada penderita diabetes, tetapi seringkali gagal mengatasi diabetes pada
wanita hamil dan bisa menyebabkan bayi yang baru lahir memiliki kadar gula
darah yang sangat rendah (hipoglikemia). Karena itu untuk mengobati
diabetes pada wanita hamil lebih baik digunakan insulin.

j. NARKOTIKA & OBAT ANTI PERADANGAN NON-STEROID

Narkotika dan obat anti peradangan non-steroid (misalnya aspirin), jika


diminum oleh wanita hamil bisa sampai ke janin dalam jumlah yang cukup
signifikan. Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotika bisa mengalami
kecanduan sebelum dilahirkan dan menunjukkan gejala putus obat dalam
waktu 6 jam - 8 hari setelah dilahirkan.
Mengkonsumsi aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya
dalam dosis tinggi selama hamil, bisa memperlambat saat persalinan dan
juga bisa menyebabkan tertutupnya hubungan antara aorta dan arteri
pulmoner di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, hubungan tersebut
menutup sesaat setelah bayi lahir. Penutupan yang terjadi sebelum bayi lahir
akan mendorong darah ke paru-paru yang belum berkembang sehingga
memberikan beban yang berlebihan pada sistem peredaran darah janin.Jika
digunakan pada akhir kehamilan, obat anti peradangan non-steroid bisa

8
menyebabkan berkurangnya jumlah cairan ketuban.
Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun
bayinya. Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan
kadar bilirubin dalam darah janin sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan
kadang kerusakan otak.

k. OBAT ANTI-CEMAS & ANTI-DEPRESI

Jika diminum pada trimester pertama, obat anti-cemas bisa


menyebabkan cacat bawaan, meskipun efeknya belum terbukti. Jika
digunakan selama hamil, obat anti-depresi kebanyakan relatif aman, tetapi
litium bisa menyebabkan cacat bawaan (terutama pada jantung). Barbiturat
(misalnya phenobarbital) yang diminum oleh wanita hamil cenderung
menyebabkan berkurangnya jaundice yang biasa ditemukan pada bayi baru
lahir.

l. ANTIBIOTIK

Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta


gigi janin, bercampur dengan kalsium. Akibatnya pertumbuhan tulang menjadi
lambat, gigi bayi berwarna kuning dan emailnya lunak serta menjadi rentan
terhadap karies. Resiko terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin
diminum pada pertengahan sampai akhir kehamilan.
Streptomycin atau Canamycin bisa menyebabkan kerusakan pada
telinga bagian tengah janin dan kemungkinan menyebabkan ketulian.
  Chloramphenicol tidak berbahaya bagi janin tetapi bisa menyebabkan
penyakit yang serius pada bayi baru lahir, yaitu sindroma bayi abu-abu.
  Ciprofloxacin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil karena bisa
menyebabkan kelainan sendi pada hewan percobaan.
  Penicillin aman diberikan kepada wanita hamil. Kebanyakan antibiotik
golongan sulfa yang diminum di akhir kehamilan bisa menyebabkan jaundice
pada bayi baru lahir, yang bisa menyebabkan kerusakan otak.

m. OBAT ANTIKOAGULAN

Janin sangat rentan terhadap antikoagulan (obat anti pembekuan)


warfarin. Cacat bawaan terjadi pada 25% bayi yang terpapar oleh obat ini
selama trimester pertama. Selain itu, bisa terjadi perdarahan abnormal pada
ibu maupun janin.Jika seorang wanita hamil memiliki resiko membentuk
bekuan darah, lebih baik diberikan heparin. Tetapi pemakaian jangka panjang
selama kehamilan bisa menyebabkan penurunan jumlah trombosit atau
pengeroposan tulang (osteoporosis) pada ibu.

n. OBAT-OBAT UNTUK PENYAKIT JANTUNG & PEMBULUH DARAH

9
Beberapa wanita hamil memerlukan obat untuk penyakit jantung dan
pembuluh darah yang sifatnya menahun atau yang baru timbul selama
kehamilan (misalnya pre-eklamsi dan eklamsi). Obat untuk menurunkan
tekanan darah seringkali diberikan kepada wanita hamil yang menderita pre-
eklamsi atau eklamsi. Obat ini bisa mempengaruhi fungsi plasenta dan
digunakan secara sangat hati-hati untuk mencegah kelainan pada janin.
Biasanya, kelainan timbul karena penurunan tekanan darah ibu berlangsung
terlalu cepat dan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta.
ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak digunakan selama kehamilan
karena bisa menyebabkan masalah yang serius pada janin.
Digoxin (digunakan untuk mengatasi gagal jantung dan kelainan irama
jantung) bisa melewati plasenta tetapi efeknya terhadap bayi sebelum
maupun setelah lahir sangat kecil. Nitrofurantoin,vitamin K sulfonamide dan
Chloramphenicol bisa menyebabkan pemecahan sel darah merah pada
wanita hamil dan janin yang menderita kekurangan G6PD. Karena itu, obat-
obatan tersebut tidak diberikan kepada wanita yang menderita kekurangan
G6PD.

o. OBAT ANTI HIPERTENSI

Penghambat ACE (captopril, enalapril) apabila digunakan pada triwulan


kedua dan ketiga dapat mengakibatkan disfungsi ginjal pada janin dan
oligohidramnion (berkurangnya cairan ketuban). Obat ini tidak dianjurkan
selama kehamilan. Penghambat pompa kalsium (amlodipin, diltiazem,
nifedipin) dapat mengakibatkan hipoksia janin (kekurangan oksigen) yang
berkaitan dengan hipotensi maternal (tekanan darah rendah pada ibu).
Golongan penghambat β (propranolol, labetolol) dapat menyebabkan
bradikardia (denyut jantung melambat) pada janin maupun bayi baru lahir.
Golongan diuretik (asetazolamid) dapat mengakibatkan gangguan elektrolit
pada janin. Golongan ARAs dapat mengakibatkan gangguan sistem renin-
angiotensin sehingga menyebabkan kematian pada janin.

p. OBAT ANALGESIK

Analgesik atau dikenal dengan anti nyeri terbagi atas kategori


antiinflamasi nonsteroid dan kategori opioid.
Anti inflamasi nonsteroid (NSAIDs)             
Aspirin adalah golongan NSAIDs yang bekerja dengan menghambat enzim
untuk pembuatan prostaglandin. Perhatian lebih diperlukan pada konsumsi
aspirin melebihi dosis harian terendah karena obat ini dapat melalui
plasenta.
Pemakaian aspirin pada triwulan pertama berkaitan dengan peningkatan risiko
gastroschisis.  Dosis aspirin tinggi berhubungan dengan abruptio plasenta

10
(plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya). The World Health
Organization (WHO) memiliki perhatian lebih untuk konsumsi aspirin pada
wanita menyusui.
Indometasin dan ibuprofen merupakan NSAIDs yang sering digunakan.
NSAIDs jenis ini dapat mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus
duktus fetalis (pembuluh darah janin) selama kehamilan sehingga tidak
direkomendasikan setelah usia kehamilan memasuki minggu ke – 32.
Penggunaan obat ini selama triwulan pertama mengakibatkan oligohidramnion
(cairan ketuban berkurang) atau anhidramnion (tidak ada cairan ketuban)
yang berkaitan dengan gangguan ginjal janin. Obat ini dapat digunakan
selama menyusui.
Asetaminofen banyak digunakan selama kehamilan. Obat ini dapat
melalui plasenta namun cenderung aman apabila digunakan pada dosis
biasa.
Asetaminofen dapat digunakan secara rutin pada semua triwulan untuk
meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Dapat digunakan untuk wanita
menyusui.

q. OBAT UNTUK SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS

Dekongestan atau obat pelega sumbatan hidung adalah obat yang


digunakan untuk meredakan gejala flu yang terjadi. Dekongestan oral
(diminum) diantaranya adalah pseudoefedrin, fenilpropanolamin, dan
fenilepinefrin. Pada triwulan pertama pemakaian pseudoefedrin berkaitan
dengan kejadian gastroschisis karena itu sebaiknya dipikirkan alternatif
penggunaaan dekongestan topikal (hanya disemprotkan di bagian tertentu
tubuh, hidung) pada triwulan pertama
Inhalasi glukokortikoid (cara pemasukan obat melalui pernapasan,
diuap) dilaporkan tidak menyebabkan kecacatan dan dapat digunakan selama
menyusui. Glukokortikoid sistemik (diminum dengan reaksi pada seluruh
tubuh) meningkatkan risiko bibir sumbing sebanyak 5 kali dari normal.

r. OBAT SAKIT KEPALA

Sakit kepala sering dialami selama kehamilan. Sumatriptan dapat


digunakan untuk mengobati sakit kepala dan tidak bersifat teratogen. Obat
untuk migrain yaitu ergotamin tidak memiliki sifat yang berbahaya bagi janin.
Obat ini dapat merangsang kontraksi rahim sehingga dapat menyebabkan
prematur janin.

3.4 JENIS OBAT-OBATAN YANG AMAN PADA KEHAMILAN

a. OBAT-OBATAN UNTUK SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS

11
Keluhan pada saluran pernapasan atas seperti rinore (hidung berair),
bersin-bersin, hidung tersumbat, batuk, sakit pada tenggorok diikuti dengan
lemah dan lesu adalah keluhan yang umum dimiliki oleh wanita hamil. Flu
tersebut dapat disebabkan oleh rinovirus, koronavirus, influenza virus, dan
banyak lagi. Apabila keluhan ini murni disebabkan oleh virus tanpa infeksi
tambahan oleh bakteri maka terapi menggunakan antibiotik tidak
diperlukan. Obat-obatan yang paling sering digunakan untuk mengurangi
gejala yang terjadi diantaranya adalah Antihistamin.
Antihistamin atau sering dikenal sebagai antialergi aman digunakan
selama kehamilan. Antihistamin yang aman termasuk diantaranya adalah
klorfeniramin, klemastin, difenhidramin, dan doksilamin. Antihistamin
generasi II  seperti loratadin, setirizin, astemizol, dan feksofenadin baru
memiliki sedikit data mengenai penggunannnya selama kehamilan
Pereda Batuk
Kodein dan dekstrometorfan adalah obat pereda batuk yang paling umum
digunakan. Kebanyakan obat flu aman dikonsumsi selama menyusui.
Teofilin
Tidak menyebabkan kecacatan pada janin dan aman digunakan selama
menyusui
Sodium Kromolin
Tidak menyebabkan kecacatan pada janin dan aman digunakan selama
menyusui.

b. OBAT-OBATAN UNTUK GANGUAN PENCERNAAN

Keluhan pada saluran cerna merupakan keluhan yang umum pada


wanita hamil, termasuk diantaranya adalah mual, muntah, hiperemesis
gravidarum, intrahepatik kolestasis dalam kehamilan, dan Inflammatory
Bowel Disease. Terapi menggunakan obat diantaranya adalah : Antihistamin.
Aman dikonsumsi oleh wanita hamil
Agen antidopaminergik. Beberapa obat antidopaminergik seperti
proklorperazin, metoklopramid, klorpromazin, dan haloperidol aman
dikonsumsi oleh wanita hamil
Obat-obatan lain. Antasid, simetidin, dan ranitidin aman dikonsumsi
wania hamil dan menyusui. Penghambat pompa proton tidak
direkomendasikan untuk wanita hamil. Misoprostol kontraindikasi untuk
kehamilan

c. ANALGESIK

Analgesik atau dikenal dengan anti nyeri terbagi atas kategori


antiinflamasi nonsteroid dan kategori opioid.
 
 Analgesik Opioid (aman)

12
Analgesik opioid adalah preparat narkotik yang dapat digunakan
selama kehamilan. Preparat narkotik ini dapat melalui plasenta namun tidak
berkaitan dengan kecacatan pada janin selama digunakan pada dosis biasa.
Apabila penggunaan obat ini dekat dengan waktu melahirkan, maka dapat
menyebabkan depresi pernapasan pada janin. Narkotik yang umum
digunakan adalah kodein, meperidin, dan oksikodon,semua preparat ini dapat
digunakan ketika menyusui. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB 4
PENUTUP

4.1.      KESIMPULAN

Obat-obatan sebenarnya tidak berbahaya pada kehamilan apabila para


ibu hamil bisa menggunakan dan memanfaatkannya dengan tepat dan benar.
Namun sebaliknya obat-obatan dapat membahayakan kehamilan apabila
disalah gunakan dan dalam penggunaannya/pemanfaatannya tidak tepat.

4.2.      SARAN

Untuk para ibu hamil sebiknya dalam penggunaan obat-obatan baik itu
obat resep, obat bebas, maupun obat tradisional/ herbal sebaiknya
berkosultasi dahulu kepada dokter supaya tidak terjadi penyalahgunaan obat
yang dapat membahayakan janin. Serta untuk ibu hamil juga harus lebih

13
kooperatif dan memperhatikan akan kesehatan lingkungan sekitarnya karena
lingkungan juga dapat membahayakan kahamilan dan janin yang dikandung.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Tiran Denise. 2008. Mual dan Muntah Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Curtis, Glade B. 2000. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Surya Satya Negara.
Jakarta.
E Heidi. Dkk. 1996. Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.
Surya Satya Negara. Jakarta .
Christine Handerson, Jones Kathleen. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
 
 
 
 
 
 
 
 

14
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

15

Anda mungkin juga menyukai