Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh


dari apa yang dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis berharap bahwa
makalah ini dapat diterima dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Tidak berlebihan apabila pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan


banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Dan tak lupa penulis menyampaikan banyak terimakasih serta seiring do’a
atas segala amal baik dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kediri, 14 Februari 2018

Penulis
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Adapun makalah ini penulis beri judul “PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA” Makalah ini, telah memenuhi persyaratan atau kriteria
yang telah ditetapkan oleh guru pembimbing dan makalah ini telah selesai tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Disetujui pada tanggal, Februari 2018

Guru Pembimbing,

IDA PRASTIWI H
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Memperhatikan perkembangan zaman, bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga,
bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, peranan bahasa Indonesia menjadi sangat penting.
Mengingat pentingnya peranan bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa
dituntut untuk lebih memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Yang salah satunya adalah mempelajari sejarah perkembangan bahasa
Indonesia dari zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan, dan reformasi.

1.2 Ruang Lingkup Masalah


Makalah ini membatasi pembahasan hanya tentang sejarah
perkembangan Bahasa Indonesia.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

1.4 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan?
1.2.2 Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman
kemerdekaan?
1.2.3 Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi?
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah penyusun dan
pembaca dapat mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia, dari
zaman pra kemerdekaan,kemerdekaan, dan zaman reformasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra


Kemerdekaan
2.1.1 Masa Pra-1928
2.1.2 Masa Pasca-1928

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan


2.2.1 Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d.
2 November 1954
2.2.2 Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H. M.
Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD)
2.2.3 Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
2.2.4 Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978
2.2.5 Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 21-26 November 1983.
2.2.6 Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d.
3 November 1988.
2.2.7 Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d. 2 November 1993.

2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Reformasi


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra


Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut
tidak terjadi begitu saja, ada beberapa tahapan proses penerimaan itu
membutuhkan waktu yang lama. Tahapannya meliputi :

3.1.1 Masa Pra-1928


Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu
merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu
masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan
Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, tempat orang
belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan menggunakan
bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja
berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan
sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan
alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu
digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa
melayu juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku
keaagamaan misalnya buku keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa
Melayu olehTsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti
yang menggunakan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara
lain :
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M

e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.


f) Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.
Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara, membuat
kedudukan bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran
Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di
samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khasanah kosa
kata dalam bahasa Melayu.
Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki
kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan lembaga pendidikan,
pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga menyebabkan
dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi :
“…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam
bahasa Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen
(tahun 1901) yang merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan
diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles
Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan Makmoer dan
Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
a) Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
b) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
c) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, a’, dinamai’, dsb.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa
kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak
berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa
Melayu sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antar
pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu, karena dengan itu
akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka
bernasional.
Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voo
de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun
1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku
novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang banyak
membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari
keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja,
Bianglala dan Kaoem Moeda.
Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang
diuraikan di atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928
diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong. Salah
satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan dicetuskannya
ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:
a) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu
bangsa Indonesia;
b) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu
tanah air Indonesia;
c) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan
bahasa Indonesia.
3.1.2 Masa Pasca-1928
Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa
Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia.
d)
Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan
Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil
dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia.
Kaum penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa
Indonesia. Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk
mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di
Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah pakar yang
ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain: K. St
Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir
Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto;
R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini
membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa, dan bahasa
persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa
usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia
saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan
perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.
Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian
bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk,
disamping bahasa Jepang dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda.
Keputusan itu sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia
dalam rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan
kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini
dikenal sebagai Angkatan 45.
Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia
oleh Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa
normatif serta kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan
memperoleh tempat di hati penduduk.
3.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Keesokan harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45
berbunyi: “ Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. ”
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan
Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang
berlaku sebelumnya. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-
kata tak, pak, rakjat, dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2,
ber-jalan2, ke-barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya.
Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai
sebelum masa reformasi antara lain:
3.2.1 Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober
s.d. 2 November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
3.2.2 Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H.
M. Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57, tahun 1972.
3.2.3 Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia
(Wawasan Nusantara).
3.2.4 Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan
peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang
diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-
50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
3.2.5 Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan
dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
3.2.6 Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d. 3 November 1988. Dan dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi
negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti
Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan
Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya
karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
3.2.7 Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d. 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang
Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk


pertama kalinya yang disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut
tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000
kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa
Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1988,
terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari 23.000
kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu,
setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil
dibuat 340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar
biasa, saat produk asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat
perbelanjaan, banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing
marak digunakan sehingga pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun
1995 terjadi pencanangan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Nama-nama gedung, perumahan dan pusat perbelanjaan yang berbau
asing diganti dengan nama yang berbahasa Indonesia.

3.3 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi


Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan
Kongres Bahasa Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia,
Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
b. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan
status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-
kira 250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai
bidang ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000.
Namun, angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa
perubahan buruk bagi bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa
Indonesia makin marak di era reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali
marak dan bahasa Indonesia sempat terpinggirkan. Pada zaman reformasi
salah satu pihak yang memiliki andil dalam perkembangan bahasa Indonesia
adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh pers Djafar
Assegaf menuding sekarang ini kita tengah mengalami “ Krisis penggunaan
bahasa Indonesia ” yang amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada
situasi “ tiada tanggung jawab ” terhadap pembinaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Media massa kini cenderung menggunakan bahasa asing
padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan
penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada
konsep yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin
redaksi dan pemilik perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan
pangsa pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi. Ada dua
kecenderungan dalam pers saat ini yang dapat menimbulkan kekhawatiran
akan perkembangan bahasa Indonesia. Pertama, bertambahnya jumlah kata-
kata singkatan (akronim). Kedua, banyak penggunaan istilah-istilah asing
atau bahasa asing dalam surat kabar. Namun, pers juga telah berjasa dalam
memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru seperti KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
provokator, arogan, hujat, makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut
memang terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya
terbatas di kalangan tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi
bahasa kedua setelah bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar
dan remaja sendiri lahir sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran
antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa tersebut
biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut
umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan
yang beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-
mereka yang menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari
mereka, baik yang total memakai bahasa asing ataupun mencampuradukkan
bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan
bahasa asing justru semakin marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”,
“best buy”, “discount”, terpampang dengan jelas di berbagai toko dan pusat
perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia
yang salah. Malahan tidak sedikit media yang memberikan judul acara
dengan kata-kata dalam bahasa asing.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun
pelajar mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat
penyebaran bahasa Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan
berkembang pesat. Bahasa Indonesia semakin dikenal masyarakat. Jika pada
awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis,
multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat
perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia, semua elemen bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya.
Ini merupakan salah satu bentuk kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain
mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga memiliki kemunduran. Akibat
pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara-negara besar seperti
Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari
kalangan masyarakat dan pelajar di Indonesia sendiri. Banyak yang
menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain
seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa
Jerman, bahasa Mandarin dan bahasa lainnya. Pelajar dan para pemuda juga
menganggap sepele bahasa Indonesia. Kebanyakan dari mereka
mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak bebas dan terasa kurang
akrab. Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal dengan bahasa gaul
yang merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa
Indonesia. Keadaan ini berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu,
di saat para pelajar dan pemuda dengan semangat cinta tanah air menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan bahasa lainnya seperti
Bahasa Belanda ataupun bahasa daerah. Alhasil, akibat pelajar menganggap
sepele pelajaran bahasa Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri
mendapatkan nilai yang rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya
lagi, sebagian penyebab banyaknya pelajar yang tidak lulus Ujian Nasional
adalah karena mengganggap sepele pelajaran bahasa Indonesia. Banyak
faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia itu menganggap remeh
pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena masyarakat Indonesia merasa
tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia karena mereka sudah berbangsa dan
bisa berbahasa Indonesia seadanya. Padahal sebenarnya belum tentu mereka
bisa dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua, karena
adanya kemunduran dan kemerosotan ekonomi Indonesia sejak beberapa
tahun terakhir sehingga timbul rasa malu berbahasa Indonesia di kalangan
masyarakat Indonesia dalam pergaulan internasional. Ketiga, sebagai akibat
adanya globalisasi yang membuat timbulnya pengaruh terhadap penggunaan
bahasa Indonesia dikalangan masyarakat Indonesia.
Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan
minat mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar
bahasa Indonesia menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia
belakangan ini menunjukkan gejala penurunan. Gejala penurunan itu baik
dari aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi jumlah peminatnya.
Penurunan intensitas penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk
penutur asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam
negeri menurunnya minat itu akibat penyelenggaraan pengajaran untuk
penutur asing itu sendiri maupun kondisi dari dalam negeri sendiri.
Penurunan minat itu terjadi di negara seperti Australia, Belanda, dan Jerman.
Hal itu akibat politik di negara tersebut, di Jerman bahkan pelajaran bahasa
Indonesia di kampus-kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup
program ini, tertutup juga upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di sana.
Kurangnya minat mempelajari Bahasa Indonesia di beberapa negara
diantaranya juga karena kurangnya sumber daya manusia. Namun sejak itu
pun ada peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti
China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab, serta negara serumpun
berkembang pesat.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran
bahasa Indonesia untuk penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa
Indonesia yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat
Bahasa juga mencoba mensosialisasikan setiap programnya kepada instansi
lain seperti membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa negara.
Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada
masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan
didirikan di Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
4.1.1 Sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dibagi
menjadi dua tahapan yaitu pertama masa pra-1928 ditandai dengan
penggunaan bahasa Melayu pada zaman kerajaan Sriwijaya sampai
dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda. Kedua, masa pasca-1928
ditandai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa
bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia sampai
dengan pada tahum 1942 dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh
Jepang.
4.1.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
dimulai dari tanggal 18 Agustus ditetapkannya Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45 berbunyi : “Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia”, sampai dengan diadakannya
kongres Bahasa Indonesia kedua sampai ke delapan.
4.1.3 Pada zaman reformasi diawali dengan Kongres Bahasa Indonesia
VII di Jakarta tanggal 26-30 Oktober 1998. Hingga sekarang
cenderung membawa perubahan buruk bagi Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sekarang sudah menjadi bahasa kedua setelah
Bahasa Inggris dan bahasa gaul. Selain itu Bahasa Indonesia
mengalami penurunan minat mempelajarinya di beberapa negara di
dunia seperti Australia, Belanda, dan Jerman. Namun, juga ada
peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti
China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab. Saat ini Pusat Bahasa
berupaya membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa
negara. Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi
Indonesia pada masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan
Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di Canbera Australia, Los
Angles AS, dan Washington DC AS.
4.2 Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan
menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita
sebagai generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa
Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan
baik oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18Mei2013. Anonim.


Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com. 2013.
Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2013. Anonim.
Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan.www.sinarharapan.com. 2013.
Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi. www.antara.com. 19
Desember 2013.
Moeliono, M. Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.

Anda mungkin juga menyukai