Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Proses kehamilan didahului oleh proses pembuatan satu sel telur

yang bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan membentuk


zigot. Zigot mulai membelah diri satu sel menjadi dua sel , dari dua sel
menjadi empat sel dan seterusnya. . pada hari ke empat zigot tersebut
menjadi segumpal sel yang siap menempel / nidasi pada lapisan dalam
rongga Rahim (endotrium) . kehamilan dimulai sejak proses nidasi ini.
Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun menjadi lapisan
sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi sekelompok sel
dibagian dalamnya.
Periode perkembangan

janin

ada

tiga

tahap

yaitu

tahap

praembrionik 17 hari (sel masih totipotensial), fase embrionik 18-56


hari ( pembentukan organ utama) dan fase tahap janin 8-38 minggu
( penyempurnaan organ dan perkembangan otak) .
Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung selama
40minggu (280hari) dan tidak lebih dari 43 minggu ( 300 hari) .
kehamilan yang berlangsung antara 28-30minggu disebut kehamilan
preterm, sedangkan bila kehamilan lebih dari 42minggu disebut
kehamil posterm. Menurut usianya kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu
trisemester pertama 0-14 minggu, trisemester kedua 14-28minggu,
dan trisemester ketiga yaitu 28-42minggu .
Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada
janin selama masa kehamilan. Selama kehamilan dan menyusui,
seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat.Pada proses menyusui, pemberian
beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat
membahayakan bayi yang baru lahir. Keracunan pada bayi yang baru
lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi
dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya

iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik


pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan.
Karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka
penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta
obat mengalami proses biotransformasi (perubahan senyawa kimia
oleh enzim ), mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat
terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/
dismorfogenik. Obat-obat teratogenik dapat merusak janin dalam
pertumbuhan
Perubahan fisiologi selama masa kehamilan dan menyusui dapat
berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui
yang kemungkinan dapat berdampak terhadap perubahan respon ibu
hamil terhadap obat yang diminum.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat
apa saja yang relatife tidak aman hingga harus dihindari selama
kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang
ada di kandung ataupun bayinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Penggunaan obat pada ibu hamil

a. Pengaruh obat pada masa kehamilan

Berdasarkan perkembangan janin.


1. fase implantasi, (kehamiln << 3 minggu) pengaruh buruk
yang mungkin terjadi adalah terjadinya kematian embrio
(abortus)
2. Fase embrional atau oragonesis
pada

fase

ini

terjadi

(kehamilan 3-9 minggu),

diferensiasi

pertumbuhan

untuk

pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase


yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik
(pengaruh

teratogenik)

Jika

pengaruh

buruk

obat

mempengaruhi blastula yang sedang dalam fase differensasi


maka akan terjadi cacat
3. Fase letal (pada trimester ke 2 dan ke 3 kehamilan) Pengaruh
buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak
berupa

malturasi

anatomik,melainkan

gangguan

pertumbuhan fungsi-fungsi fisiologik/ biokemik organ-organ.


b. Pengaruh obat terhadap janin
Teratogenesis
Teratogen bahan apapun yang diberikan pada ibu yang
menyebabkan atau berpengaruh pada malformasi, kelainan
fungsi fisiologis maupun perkembangan jiwa janin .
Angka kejadian hasil penelitian menyebutkan 2-4% bayi lahir
hidup menderita cacat bawaan. Adapun penyebabnya dari
genetic, lingkungan 5% termasuk obat.
Efek obat teratogen tergantung pada :
Dosis dan polifarmasi
Kemampuan perkembangan janin
Waktu pemberian obat
a) Fase praembrionik all or nothing
b) Fase embrionik rentan kecacatan fisik
c) Fase fetal perkembangan system saraf pusat

c. Farmakokinetik pada masa kehamilan


Distribusi
1. Kadar air dan lemak meningkat

2. Volume distribusi obat meningkat


3. Penurunan drastis pada albumin plasma kadar obat
bebas meningkat
Metabolisme
1. Peningkatan hormon progesteron endogen
2. Hormon berpengaruh sebagai induktor enzim
3. Perubahan beberapa metabolisme obat
Eksresi
1. GFR meningkat 50% pada minggu-minggu awal kehamilan
hingga kelahiran
2. Klirens obat di eksresikan melalui ginjal
3. Obat-obat beta laktam dan lithium berpengaruh
d. Farmakodinamik pada masa kehamilan
Mekanisme kerja obat ibu hamil
1. efek obat pada jaringan reproduksi (payudara, rahim) wanita
hamil

kadang

diubah

oleh

lingkungan

endokrin

yg

disesuaikan dgn tahapan kehamilan


2. sedangkan efek obat pada jaringan maternal lainnya tdk
berubah secara bermakna
contoh : insulin mngkn perlu untuk mengontrol KGD pasien
diabetes yg diinduksi kehamilan.
Mekanisme kerja obat pada janin
Pemberian obat pada wanita hamil dengan janin sebagai target
Contoh:
kortikosteroid -> untuk stimulasi maturasi janin bila diduga
terjdi kelahiran pre-trem(persalinan yang terjadi dalam usia
< 37minggu)
Kerja obat teratogenik
Paparan obat
teratogen

->

mempengaruhi

struktur

perkembangan janin.
Contoh : Thalidomide
Paparan singkat -> kelainan perkembangan anggota badan
Resiko phocomelia

terjadi mgg 4-7 masa kehamilan

karena pada masa tersebut terjadi perkembangan lengan


dan kaki.
e. Prinsip penggunaan obat ibu hamil
Pertimbangkan terapi non farmakologis

Hanya digunakan jika manfaat lebih besar dari resiko


Hindari penggunaan obat pada trisemester 1
Hindari obat-obat baru
Hindari obat polifarmasi
Gunakan dosis obat terendah dengan durasi minimal
Peritimbangkan penyesuaian dosis pada beberapa

obat

( fenitoin dan litium)


f. Obat yang dicurigai teratogen
Androgen (danazol)
Obat sitotoksik
Karbamizol (metamizol)
Dietilstilbestrol
Etanol
Litium
Tetrasiklin
Vitamin A dosis besar
Warfarin

g. Daftar obat berbahaya pada janin


obat

Efek yang mungkin terjadi

ACE INHIBITOR

Gagal ginjal pada janin (Trisemester pertama)

Antitiroid

Hipertiroidisme pada janin

Benzodiazepine

Ketergantungan pada obat

B Bloker

Hambatan pada pertumbuhan

Barbiturate

Ketergantungan

AINS
tetrasiklin

kerusakan ginjal,penundaan kelahiran (trisemsester


tiga)
Pewarnaan gigi, hambatan pertumbuhan tulan

warfarin

Pendarahan otak janin

h. Kategori obat menurut FDA

Kategori A : Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia


hamil dan terbukti tidak ada risiko terhadap janin dalam rahim.
Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil
(vitamin, antasida, bisakodil, paracetamol)
Kategori B : Obat yang sudah diujikan pada binatang dan
terbukti ada atau tidak ada efek terhadap janin dalam rahim
akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia. Obat
golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil
(Penicillin, salmaterol).
Kategori C : Obat yang pernah diujikan pada binatang atau
manusia akan tetapi dengan hasil yang kurang memadai.
Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek
terhadap janin akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang
kuat . obat golongan ini boleh diberikan pada ibu hamil apabila
keuntungannya lebih besar dibanding efeknya terhadap jani
(Kloramfenicol, Rifampisin, PAS, INH)
Kategori D : Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko
terhadap janin manusia. Obat golongan ini tidak dianjurkan
untuk

dikonsumsi

ibu

hamil.

Terpaksa

diberikan

apabila

dipertimbangkan untuk menyelamatkan jiwa ibu (Streptomisin,


Tetrasiklin, Kanamisin).
Kategori X : Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada
janin manusia dan kerugian dari obat ini jauh lebih besar
daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga
tidak dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang
tersangka hamil. (misoprostol, isoteritonin, thalidomide)
i. Tatalaksana pelayanan farmasi pada ibu hamil
Obat Yang Digunakan Pada Masa Kehamilan
1. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat
yang diperoleh ibu diharapkan lebih besar dibandingkan
risiko pada janin

2. Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya


selama trimester pertama kehamilan
3. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah
dipakai secara luas pada kehamilan dan biasanya tampak
aman diberikan dari pada obat baru atau obat yang belum
pernah dicoba secara klinis
4. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam
jangka waktu sesingkat mungkin
5. Hindari polifarmasi
6. Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan
pemantauan pengobatan pada beberapa obat (misalnya
fenitoin, litium)

B.

Penggunaan obat pada ibu menyusui

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar obat dalam asi


Gradient plasma dan asi
Ph plasma sekitar 7,4 dan Ph asi sekitar 7
pKa obat (sifat asam basa)
obat bersifat asam terionisasi pada Ph basa kadar obat
lebih banyak di plasma
obat bersifat basa terionisasi pada ph asam kadar obat
lebih banyak di ASI
lipofilitas
kadar obat dalam lemak meningkat
obat lipofil laju perpindahan ASI meningkat
b. Transfer obat kedalam asi
Semua obat terdifusi kedalam ASI, dimaksud difusi pasif
Yang terpenting perkiraan jumlah obat yang masuk ke dalam asi
Factor yang mempengaruhi laju difusi ( farmakokinetika ibu, sifat
fisiologis ASI, sifat fisikokimia obat)
ASI perbeda dengan plasma ibu : Ph lebih rendah, kapasitas
ikatan lebih rendah, kandungan lipid lebih tinggi
c. Pendekatan untuk meminimalisasi ekspos bayi
Tidak minum obat beberapa jenis obat seperti obat sakit
kepala, obat flu, dapat dihindari dengan kerjasama ibu

Tunda pemberian obat jika ibu ada rencana untuk menyapih


ASI, maka penggunaan obat / pembedahan efektif dapat ditunda
lebih dahulu
Pilih obat yang di eksresikan sedikit di dalam ASI untuk
kelas terapi yang sama dapat dipilih yang sedikit melewati ASI
Pilih alternative rute pemberianlainnya untuk mengurangi
konsentrasi obat dalam darah ibu maka digunakan sedian local
( contohnya kortikosteroid inhalasi dll)
Tidak menyusui pada saat konsentrasi obat dalam ASI
meningkat secara umum konsentrasi obat dalam ASI mencapai
maksimal 1-3 jam setelah dosis oral sang ibu . menyusui tepat
sebelum minum obat dapat kurangi ekspos obat terhadap bayi,
hanya untuk obat dengan waktu paruh pendek , tidak untuk obat
yang slow release
Minum obat sebelum bayi tidur lama berguna untuk obat
yang bekerja long acting
Berhenti menyusui bila demi kesehatan ibu dan untuk obat
yang sangat toksik (obat kemoterapi kanker)
Tidak menyusui bayi untuk sementara waktu bila
digunakan obat jangka pendek setelah prosedur operasi atau
perawatan gigi . sebelum tindakan medis Asi di pompa untuk
dapat diberikan pada bayi.
d. Pertimbangan obat pada ibu menyusui
Mempertimbangkan rasio manfaat atau resiko
Neonates beresiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI
Rute pemberian obat dipilih yang memberikan kadar terkecil
pada ASI
Hindari obat-obat baru
Pemantauan bayi secara cermat terhadap kemungkinan efek
samping

BAB III
KESIMPULAN
Pemakaian obat pada kehamilan merupakan salah satu masalah
pengobatan yang penting untuk

diketahui

dan

dibahas.

Hal

ini

mengingat bahwa dalam pemakaian obat selama kehamilan, tidak saja


dihadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu, tetapi juga
pada

janin.Hampir

sebagian

besar

obat

dapat

melintasi

saluran

darah/plasenta, beberapa diantaranya mampu memberikan pengaruh buruk,


tetapi ada juga yang tidak memberi pengaruh apapun. Beberapa jenis obat
dapat menembus plasenta dan mempengaruhi janin dalam uterus, baik
melalui efek farmakologik maupun efek teratogeniknya.
Secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masuknya obat
ke dalam plasenta dan memberikan efek pada janin adalah :
1. sifat fisikokimiawi dari obat
2. kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi
janin
3. lamanya pemaparan terhadap obat
4. bagaimana obat didistribusikan ke jaringan-jaringan yang berbeda
pada janin
5. periode perkembangan janin saat obat diberikan dan
6. efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi.
Kemampuan obat untuk melintasi plasenta tergantung pada sifat
lipolik dan ionisasi obat. Obat yang mempunyai lipofilik tinggi cenderung
untuk segera terdifusi ke dalam serkulasi janin. Kecepatan dan jumlah obat
yang dapat melintasi plasenta juga ditentukan oleh berat molekul. Obat-obat
dengan

berat

molekul

250-500

dapat

secara

mudah

melintasi

plasenta,tergantung pada sifat lipofiliknya, sedangkan obat dengan berat


molekul > 1000 sangat sulit menembus

plasenta.

Kehamilan

merupakan

masa

rentan

terhadap

efek

samping

obat,khususnya bagi janin. Pada

ibu menyusui pun sebagian besar dari obat-obat yang dikonsumsi si ibu
dapat

dideteksi

Namun

dalam

air

susunya

walaupun

dalam

jumlah

kecil.

demikian beberapa obat dapat menimbulkan masalah pada bayi

yang diberi ASI. Untuk itu, pemberian obat pada masa kehamilan dan pada
saat menyusui pun memerlukan pertimbangan yang benar-benar matang .
Sumber
https://www.scribd.com/doc/281825869/Penggunaan-Obat-PadaBumilsu
https://www.scribd.com/presentation/227660814/Penggunaan-ObatPada-Wanita-Hamil-Dan-Menyusui

Pertanyaan
1. Adam Ali : bagaimana cara PIO bagi ibu menyusui tapi ada
peringatan obat tersebut tidak dapat digunakan untuk ibu menyusui
?
Jawab

: bisa diberitahu cara pemakaian obat diminum pada 3-

4jam sebelum menyusui, atau obat dapat diberikan 30-60menit


sesudah menyusui. Selain itu kita juga harus tahu obat yang akan
dikonsumsi oleh ibu menyusui berapa lama berada dalam asi
karena tiap obat berbeda-beda.

PENGGUNAAN OBAT PADA WANITA HAMIL


DAN MENYUSUI
DISUSUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
FARMASI KLINIK

DISUSUN OLEH :
ANNISA FAUZIA ULHAQ
14.44238.1002

AKADEMI FARMASI YPF 2016


JALAN CISARANTEN KULON NO 105 BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai