Kelompok 3:
Kota Tasikmalaya
2016 / 2017
Kata Pengantar
Alhamdulilah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas karunia rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan
makalah ini meskipun tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran
Undang-Undang Kesehatan.
Makalah ini tersusun atas bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu
saya mengucapkan banyak berterima kasih pada:
1.
2.
Orang tua tercinta yang telah memberikan restu kepada kami Untuk
selalu giat belajar menuntut ilmu.
3.
4.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........i
DAPTAR ISI ......ii
BAB I
BAB II
BAB III
: PENDAHULUAN
1.1
1.2
Rumusan masalah..1
1.3
Tujuan Penulisan....1
: PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
: PENUTUP
3.1
Kesimpulan ...18
3.2
REFERENSI..20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
golongan ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya
bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit
lain sebagai efek negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ
tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat
ini hanya boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan
dokter hewan.
1.2
Rumusan masalah
Penelitian ini mencakup masalah tentang golongan obat dan penggunaan
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
UNDANG UNDANG OBAT KERAS
( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 )
PASAL I
2.1 Undang undang obat keras ( St. 1937 No. 541) ditetapkan
kembali sebagai berikut :
Pasal 1
(1) Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan :
a. Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk
keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati,
menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh
manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan
oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2.
b. Apoteker
wewenang
menurut
e. Dokter-dokter Gigi :
Mereka yang menjalankan praktekpraktek pengobatan Gigi dan yang memegang wewenang menurut
peraturanperaturan yang berlaku.
f. Dokter-dokter Hewan :
1. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di
j.
menawarkan
untuk
(1)
(3). Peraturan larangan ini juga tidak berlaku untuk penyerahanpenyerahan berdasarkan Pasal 6 Ayat 6 dan pasal 5 Ayat 3 dari
Undang-undang Obat Keras ini.
Pasal 5
(1).
1876 (St. No. 262) sedangkan juga berlaku ketentuan Pasal 2, 3 dan
4 Ordonenasi yang disebut pertama.
(2). Orang-orang yang dimaksudkan dalam Ayat 1, terlepas dari
wewenang bersama dengan mereka yang menyertai mereka,
setiap waktu bebas memasuki semua tempat di mana diduga
terdapat obat-obat keras yang dimaksudkan dengan Ordonansi
ini.
(3). Jika mereka ditolak untuk memasuki tempat itu, mereka dapat
menjalankan tugas mereka dengan banuan alat-alat Pemerintah yang
berwajib.
Pasal 16
(1). Ordonansi ini dapat ditunjuk dengan nama Undang-Undang (Ordonansi)
obat-obat keras 1949 .
Ordonansi ini juga dapat berlaku terhadap orang-orang di bawah
kekuasaan Hukum dari Hakim, yang mengadili berdasarkan
Ordonansi 18 Pebruari 1932 (St. No.80).
PASAL II
(1). Obat-obat keras yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan
peraturan-peraturan, syarat-syarat atau tindakan-tindakan lain yang
ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya Ordonansi ini,
untuk melaksankan Ordonansi Obat-obat Keras, jika belum dicabut
atau belum batal dianggap telah ditunjuk , diberikan atau ditetapkan oleh
Sec. V. St. sesuai dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini.
(2). Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini
memiliki obatobat keras tanpa wewenang sesuai dengan Pasal 3
dan 4, harus menyerahkan obat-obat ini dalam jangka waktu 1
bulan setelah berlakunya Ordonansi ini kepada orang-orang yang
mempunyai wewenang.
(3). Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah dikirimi
obat-obat keras, yang menurut Pasal 5 pemasukannya,
pengeluarannya,
pengangkutannya,
atau
menyuruh
mengangkutnya dilarang, dapat berhubungan dengan Inspektur
Farmasi dari D.V.G. di jakarta, yang berwenang untuk
mengeluarkan berdasarkan pendangannya
suatu izin
pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran dari Luar Negeri)
atau izin untuk pengeluaran atau untuk pengangkutan atau untuk
menyuruh mengangkutnya di dalam Wilayah Indonesia.
10
PASAL III
Ordonansi ini mulai berlaku satu hari setelah pengumumannya. Dan
agar tidak ada orang menganggap tidak mengetahuinya, Ordonansi
ini akan dimasukkan dalam St. dari Indonesia.
2.2
Pasal 29 PP Farmasi ini mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut dari Pasal 27
PP Farmasi diatur dalam peraturan menteri. Isi Pasal 27 PP Farmasi yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan pelayanan farmasi pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Jadi, Pasal 29 PP Farmasi mengatur mengenai ketentuan lebih lanjut atas
kewajiban mencatat tenaga kefarmasian yang diatur dalam Pasal 27 PP
Farmasi. Sehingga, tidak ada kaitannya dengan Permenkes 919/1993 yang
mengatur mengenai obat keras.
Kemudian mengenai pertanyaan Anda, ketentuan mana yang digunakan,
apakah PP Farmasi atau Permenkes 919/1993, keduanya dapat digunakan
karena yang diatur berbeda.
Terkait obat keras, yang diatur dalam PP Farmasi adalah bahwa dalam
melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.[3] Selain itu, penyerahan dan pelayanan obat
berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.[4] Sedangkan
sebagaimana telah disebutkan di atas, Permenkes 919/1993mengatur secara
khusus tentang obat yang tidak perlu menggunakan resep dokter.
Haruskah Obat Keras Menggunakan Resep?
Mengenai apa yang dimaksud dengan obat keras, berdasarkan Pedoman
Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas yangdisusun oleh Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan, obat keras adalah obat yang hanya
dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam. Contohnya Asam Mefenamat.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, PP Farmasi mengatur bahwa
dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan
psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.[5]
Ini berarti bahwa obat keras tidak bisa dibeli tanpa adanya resep dokter. Hal
ini juga dapat dilihat dari Keputusan Menteri.
12
13
2.4
.
1)
DEXTRO
Dextro atau Dextrometorphan (DMP) adalah obat batuk over the
counter (OTC) yang disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1958.
OTC artinya dapat dibeli secara bebas, tanpa resep. Sebagai obat batuk,
DEXTRO biasa dikombinasikan dengan obat lain seperti parasetamol
(antinyeri antidemam), CTM (antihistamin), psuedoefedrin/fenilpropanolamin
(dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran). DEXTRO bekerja secara
sentral, yaitu pada pusat batuk di otak. Caranya dengan menaikkan ambang
batas rangsang batuk. Manfaat utama DMP adalah menekan batuk akibat
iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial, terutama pada kasus batuk
pilek. Untuk mengusir batuk, dosis yang dianjurkan adalah 15 mg sampai 30
mg yang diminum 3 kali sehari. Dengan dosis sebesar ini, DMP relatif aman
dan efek samping jarang terjadi.
Sebagai obat OTC atau obatyang dijual bebas, DEXTRO sering
disalahfungsikan sebagai pil koplo. Pil koplo adalah salah satu jenis
psikotropika, menurut UU No.5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pil koplo adalah golongan
obat2 anti cemas, dan golongan antiinsomnia, yang disalahgunakan. Dalam
jumlah kecil obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan, dan
kecemasan. Jika diperbesar dapat mengakibatkan si pemakai dapat tertidur
nyenyak dan jika dinaikkan lagi dapat menimbulkan koma, dan kematian. Pil
ini mampu membuat seseorang menjadi labil, mudah marah, daya ingat
menurun,
14
15
17
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
obat-
1.Xanax
2.Klonopin & Valium
3.Oxycodone
4.Demerol dan Darvoret
5.Kodein
6.Ampetamin
7.Ritalin
19
REFERENSI
1. 27 Oktober 2015.11.30 WIB
Google....http://www.isfinational.or.id.
20