Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

OBAT KERAS TERTENTU


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran
Undang Undang Kesehatan
dari Bu Rina Kurniawati,S.Farm,Apt

Kelompok 3:

SMK KESEHATAN HIDAYAH MEDIKA


Jl. Elang Subandar Rt. 04 Rw. 002

Kota Tasikmalaya
2016 / 2017

Kata Pengantar
Alhamdulilah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas karunia rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan
makalah ini meskipun tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran
Undang-Undang Kesehatan.
Makalah ini tersusun atas bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu
saya mengucapkan banyak berterima kasih pada:
1.

Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis ,sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan teliti dan penuh
keikhlasan

2.

Orang tua tercinta yang telah memberikan restu kepada kami Untuk
selalu giat belajar menuntut ilmu.

3.

Yang terhormat Bu Rina Kurniawati,S.Farm,Apt selaku Guru Mata


Pelajaran Undang-Undang Kesehatan.

4.

Rekanrekan kelompok 3 dan semua pihak yang ikut membantu


tersusunnya makalah ini.

Sebelumnya saya selaku penyusun mohon maaf atas keterlambatan


penyusunan makalah ini.Dengan penuh kerendahan hati penyusun mengakui
bahwa dalam pembuatan tugas ini masih penuh dengan kelemahan dan
kekurangan. Untuk itu segala teguran dan kritikan yang bersifat membangun
diterima dengan senang hati diantara para pembaca penulis harapkan. Semoga
dalam pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat yang besar dalam rangka
pengetahuan, khususnya pada pencegahan serta pengetahuan lebih dalam
mengenai Obat Keras Tertentu, juga penggunaannya.

Akhir kata dengan tersusunnya makalah ini penyusun panjatkan puji


syukur semoga dapat bermanfaat khusus bagi penulis umumnya bagi kita
semua Aminnn.
Tasikmalaya,28 Oktober 2016
Penyusun,
Ucu Yesilawati
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........i
DAPTAR ISI ......ii
BAB I

BAB II

BAB III

: PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang ....1

1.2

Rumusan masalah..1

1.3

Tujuan Penulisan....1

: PEMBAHASAN
2.1

Undang- Undang Obat Keras.........................2

2.2

Pemberian Obat Keras...............11

2.3

Obat Resep Dokter Yang Disalahgunakan.....14

2.4

Obat Keras Tertentu.14

2.5

Obat Daftar G Yang Sering Disalahgunakan..........................16

2.6

Contoh Jenis Obat Yang Sering Digunakan Oleh Pecandu .....16

: PENUTUP
3.1

Kesimpulan ...18

3.2

Saran - Saran ...19

REFERENSI..20

ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu

tugas Mata Pelajaran Undang- Undang Kesehatan,fungsinya untuk memperluas


materi supaya mudah dimengerti oleh siswa siswi yang lainnya.
Obat Keras Tertentu merupakan obat-obatan yang termasuk dalam

golongan ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya
bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit
lain sebagai efek negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ
tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat
ini hanya boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan
dokter hewan.
1.2

Rumusan masalah
Penelitian ini mencakup masalah tentang golongan obat dan penggunaan

obat keras tertentu.


1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Membantu para siswa untuk mempengerti tentang isi dari obatkeras
tertentu.
2. Memahami aspek-aspek yang ada pada UU Obat Keras Tertentu.

BAB II
PEMBAHASAN
UNDANG UNDANG OBAT KERAS
( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 )
PASAL I
2.1 Undang undang obat keras ( St. 1937 No. 541) ditetapkan
kembali sebagai berikut :
Pasal 1
(1) Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan :
a. Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk
keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati,
menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh
manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan
oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van
Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2.
b. Apoteker

: Mereka yang sesuai dengan peraturan yang


berlaku mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek
peracikan obat di Indonesia sebagai seorang Apoteker sambil
memimpin sebuah Apotek.

c. Dokter pemimpin Apotek : yaitu Dokter-dokter yang memimpin

Apotek Dokter sesuai dengan Pasal 49 dari Reglement D.V. G.


d. Dokter-dokter : Mereka yang menjalankan praktek-praktek

pengobatan dan yang memegang


peraturanperaturan yang berlaku.

wewenang

menurut

e. Dokter-dokter Gigi :

Mereka yang menjalankan praktekpraktek pengobatan Gigi dan yang memegang wewenang menurut
peraturanperaturan yang berlaku.

f. Dokter-dokter Hewan :
1. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di

Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Belanda.


2. Mereka yang menjalankan kedokteran Hewan di Indonesia
2

yang memegang Ijazah dari Negara lain dan kemudian


diberi izin menjalankan praktek di tanah Belanda atau
dapat diangkat sebagai Dokter Hewan pemerintah.
3. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di
Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Bogor.
g. Pedagang-pedagang Kecil yang diakui :Mereka yang bukan

Apoteker atau Dokter, atau Dokter Hewan yang sesuai dengan


Pasal 6 memperoleh izin dan berwenang untuk menyerahkan
obat-obat keras tertentu.
h. Pedagang-pedagang Besar yang diakui :Mereka yanmg

bukan Apoteker yang sesuai dengan Pasal 7 berwenang untuk


menyerahkan segala macam obat-obat keras sesuai dengan
Ordonansi ini.
i.

Menyerahkan :Termasuk penjualan,


penjualan dan penjualan keliling.

j.

Secretarist van St :Secretarist van staat, Kepala D.V.D. jakarta

menawarkan

untuk

k. Obat-obatan G :oabta-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar

pada daftar obat-obatan berbahaya (gevaarlijk; daftar G).


l.

(1)

Obatan-obatan W : Obat-obat keras yang oleh Sec.V.St.


didaftar pada daftar peringatan ( warschuwing; daftar W).
Dalam Ordonansi ini nyang dimaksudkan dengan H.P.B. pada
daerah-daerah tanpa tugas semacam ini, yaitu seorang petugas
yang ditunjuk oleh Residen.
Pasal 2

(1). Sec. V. St. mempunyai wewenang untuk menetapkan bahan-bahan


sebagai obat-obat keras.
(2). Penetapan ini dijalankan denganb menempatkan bahan-bahan itu
pada suatu daftar G ataudaftar W.
(3). Daftar G dan W beserta tambahan-tambahannya diumumkan oleh
Sec. V. St. dalam Javase-Courant.
(4). Penetapan ini dianggap telah berlaku untuk/Jawa dan madura
mulai hari yang ke 30 dan untuk daerah-daerah lain di Indonesia
mulai hari yang ke 100 setelah pengumuman dari daftar-daftar
dan
3

tambahan-tambahan di javase Courant.


Pasal 3
(1). Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk
penjualan dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahanbahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal
tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan
pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini tidak berlaku
untuk pedagang-pedagang besar yang diakui,
Apotekerapoteker, yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.
(2). Penyerahan dari bahan-bahan G, yang menyimpang dari resep
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larantgan ini tidak
berlaku bagi penyerahan-penyerahan kepada Pedagang
pedagang Besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter
Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian juga tidak terhadap
penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada Pasal 7 ayat 5.
(3). Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak
berlaku untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan
Pasal 49 ayat 3 dan 4 dan Pasal 51 dari Reglement D.V.D..
(4). Sec.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan
sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan
dengan penyerahan obatobata G yang tertentu yang ditunjukan
olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang petugas khusus
yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka
penyerahan obat-obatan G itu dilarang.
Pasal 4
(1). Penyerahan, persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk
penjualan dan bahan-bahan W, demikian pula memiliki bahanbahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal
tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukan
pemakaian pribadi, adalah dilarang, larangan ini tidak berlaku
untuk Pedagang-pedagang Besar yang diakui, Apotekerapoteker, Dokter-dokter, yang memimpin Apotek, Dokter hewan
dan Pedagang kecil yang diakui di dalam daerah mereka yang
resmi.
(2). Peraturan larangan ini tidak berlaku terhadap penyerahan obatobatan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 49 ayat 3 dan 4
Pasal 51 dari Reglement DVG.
4

(3). Peraturan larangan ini juga tidak berlaku untuk penyerahanpenyerahan berdasarkan Pasal 6 Ayat 6 dan pasal 5 Ayat 3 dari
Undang-undang Obat Keras ini.
Pasal 5
(1).

Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, atau suruh


mengangkut bahanbahan G dilarang, terkecuali dalam jumlah
yang sedemikian rupa sehingga secara normal dapat diterima
bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi.
(2). Laranagn ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh
pemerintah atau Pedagang-pedagang besar yang diakui atau
pengangkutan-pengangkutan oleh Apoteker-apoteker, Dokterdokter yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.
(3). Dalam soal-soal khsus, Inspektur Farmasi D.V.G. di jakarta dapat
memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.
Pasal 6
(1). Mereka yang ingin menjad pedagang kecil diakui harus
memasukkan permohonan izin tertlis kepada Pemerintah
setempat. Baik permintaan untuk izin maupun izinnya sendiri
dibebaskan dari meterai. Izin ini berisi nama yang bersangkutan
dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain dan hanya
berlaku untuk tempat atau daerah yang tertera dalam izin
tersebut . izin ini batal dengan meninggalnya pemegang izin atau
dengan kepindahannya dari daerah dimana izin berlaku. Jika izin
diberikan kepada rechtspersoon, maka izin batal pada saat
batalnya rechtspersoon dari tempat atau daerah, dimana izin
berlaku.
Sebelum memutuskan permintaan permohonan, pemerintah
setempat mohon nasehat dari kepala Dinas Kesehatan dari
wailayah dimana yang bersangktan hendak menjual obat-obat
W.
(2). Izin yang dimaksudkan pada Ayat yang pertama dapat ditolak
dengan diberitahukan alasannya, atau dapat diikat dengan
ketentuan-ketentuan tertentu atau dapat diberikan untuk hanya
beberapa obat-obat W yang tertentu.
(3). Izin yang telah diberikan oleh kepala Pemerintah setempat
setelah diperoleh saran-saran dari kepala Kesehatan dalam ayat
1 dapat dicabut dengan suatu keputusan di mana dinyatakan
alasan5

alasannya, atau dapat diikat dengan ketentuan tertentu atau


suatu jangka waktu yang tertentu atau dapat dibatasi kepada
hanya obat-obat W yang tertentu.
(4). Kepala Pemerintahan setempat mengirim kepada Sec.V.St. suatu
salinan dan semua pemberian izin, pencabutan izin, dan
Pembatasan izin.
(5). Sec. V. St. memegang wewenang untuk menetapkan peraturanperaturan umum yang harus ditaati oleh pemegang-pemegang
izin sebagai akibat pencabutan izin mereka. Peraturan ini berlaku
setelah diumumkan dalam Javase Courant.
(6).

Pada pembatalan, pencabutan atau pembatasan dari izin-izin


maka(bekas) pemegang izin atau wakil mereka yan berwenang untuk
menyerahkan obat-obat yang bersangkutan yang masih ada dalam
persediaan mereka dalam jangka waktu 3 bulan kepada seorang
Apoteker, Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan, Pedagang Besar yang
diakui atau dalam daerah kerjanya kepada seorang Pedagang kecil
yang diakui. Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat
diperpanjang oleh kepala Pemerintah setempat dalam Ayat 1.

(7). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam ayat 6 obat-obat


tersebut harus diserahkan untuk dihancurkan kepada seorang
petugas yang ditentukan oleh Secretaris Van Staat.
Pasal 7
(1). Mereka yang inin menjadi Pedagang Besar yang diakui, harus
memasukan permohonan tertulis untuk surat kuasa dari Sec. V.
St. surat kuasa ini berisi nama yang bersangkutan dan tidak
boleh dipindahkan kepada orang lain. Kuasa ini batal dengan
meninggalnya pemegang surat kuasa atau ia meninggalkan
Indonesia atau jika surat kuasa ini diberikan kepada suatu
rechtspersoon maka surat kuasapun batal pada saat batalnya
rechtspersoon atau berpindahnya tempat kedudukan yang
sebenarnya dari rechtspersoon ke tempat lain di luar Indonesia.
(2). Kuasa yang dimaksudkan pada Ayat 1 dapat ditolak dengan diberikan
alas an-alasannya.
(3). Kuasa yang telah diberikan dapat dicabut oleh Sec.V.St. jika
pemegang surat kuasa melanggar ketentuan-ketentuan dari
Ordonansi ini atau, tidak mentaati sewajarnya syarat-syarat dala
Ayat berikut.
6

(4). Surat kuas berlaku untuk semua bahan-bahan yang ditetapkan


oleh Ordonansi dan tidak dikenakan pembatasan-pembatasan
lain dari pada syarat-syarat yang sama untuk semua pemegang
surat kuasa yang ditentukan oleh Sec.V.St. syarat-syarat ini baru
berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant.
(5). Pada pembatalan atau pencabtan dari surat-surat kuasa maka
bekas pemegang izin atau wakil mereka berwenang untuk
menyerahkan obatobat yang bersangkutan yang masih ada
dalam persediaan mereka dalam jangka waktu waktu 3 bulan
kepada seorang Apoteker , atau Pedagang Besar yang diakui.
Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat
diperpanjang oleh Secretaris Van Staat.
(6). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam Ayat 5 maka
obat tersebut harus diserhkan untuk dihancurkan kepada
seorang yang ditentukan oleh Secretaris Van Staat.
Pasal 8
(1). Pada penyerahan kepada konsumen dari obat-obat W oleh
penjual harus diserhkan suatu peringatan tertlis dengan bentuk,
warna, etiket, dan cara
mwenempelkan diatas bungkusan
khusus atas petunjuk dari Sec. V. St. dan berlainan untuk setiap
jenis obat.
(2). Sec.V.St. berwenang untuk menentukan bahwa penyerahan
kepada para konsumen dari oabta-obat G dan W hanya dapat
dilaksanakan dalam jumlah yang tertentu.
(3). Peraturan-peraturan yang tersebut pada Ayat 1 dan 2 baru berlaku
setelah diumumkan dalam Javase Courant.
Pasal 9
(1). Mereka yang mempunyai persediaan bahan G dan W untuk
menyerahkan pada saat tersebut pada pasal 2 Ayat 4 dan
berdasarkan Ordonansi ini tidak berwenang atau dinayatakn tidak
berwenang untuk penyerahan bahan bahan ini diwajibkan
dalam jangka waktu 3 bulan setelah saat tersebut
memberitahukan persediaan ini kepada Pemerintah setempat di
dalam resort mana obat-obat ini terdapat bersama daftar jumlah
terperinci dari obat-obat itu.

(2). Berhubung dengan jumlah yang didaftarkan, maka mereka yang


tersebut dalam ayat 1 mempunyai wewenang untuk
menyerahkan
7

bahan-bahan ini dalam jangka waktu 6 bulan setelah saat yang


dimaksudkan dalam Pasal 2 Ayat 4 kepada orang-orang yang
berhak menerima penyerahan ini.
(3). Setelah berlakunya jangka waktu dalam Ayat 2 maka bahanbahan yang telah didaftar jika tidak diserahkan sebagaimana
yang dimaksudkan dalam ayat yang sama, harus diserahkan
untuk dihancurkan kepada petugas yang ditentukan oleh
Secretaris van Staat.
Pasal 10
(1). Ditetapkan suatu Komisi Obat-obatan yang mempunyai tugas
memberikan keterangan kepada Sec.V.St. mengenai soal-soal
yang berhubungan dengan Ordonansi ini.
(2). Komisi tersebut terdiri dari setinggi-tingginya 9 orang anggota,
termasuk Inspektur Farmasi dari D.V.G. di jakarta yang duduk
secara fungsi sebagai Ketua. Anggota-anggota lain ditetapkan
oleh Hoge Vertegenwoordigervan de Kroon di Indonesia atas
petunjuk Sec. V. St.
Pasal 11
(1). Peraturan-peraturan selanjutnya yang diperlukan untuk melaksanakan
Ordonansi ini dikeluarkan dengan Verrordening Pemerintah.
(2). Dalam soal-soal khusus Hoge V.V.d.Kr. di Indonesia dapat memberikan
pembebasan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam
Ordonansi ini.
Pasal 12
(1). Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda uang
setinggitingginya 5.000 gulden dikenakan kepada :
a. Mereka

yang melanggar peraturan-peraturan larangan yang


dimaksudkan dalam Pasal 3, 4 dan 5.
b. Pedagang kecil yang diakui yang berdagang berlawanan dengan
Ayat-ayat khusus yang ditentukan pada surat izinnya atau
bertentangan dengan peraturan umum yang dimaksud dalam Pasal
6 Ayat 5.
c. Pedagang Besar yang diakui yang berdagang bertentangan
dengan syarat-syarat yang dimaksud kan dalam Pasl 7 Ayat 4.
d. Merka yang berdagang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
pada Pasal 8 Ayat 1.
8

e. Merka yang berdagang bertentangan dengan Peraturan-peraturan

yang dikeluarkan oleh Sec.V.St. sesuai dengan Pasal 8 Ayat 2.


f. Mereka yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6
Ayat 7; Pasal 7 Ayat 6 atau Pasal 9 Ayat 1 dan 3.
(2). Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana dilakukan
pelanggaran dapat dinyatakan disita.
(3). Jika tindakan-tindakan yang dapat dihukum dijalankan oleh
seorang Pedagang kecil atau Pedagang Besar yang diakui maka
sebagai tambahan perdagangan dalam obat keras dapat dilarang
untuk jangka waktu setinggitinggnya 2 tahun.
(4). Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam Pasal ini dianggap sebagai
pelanggaran.
Pasal 13
(1). Jika suatu tindakan yang dapat dihukum dalam Ordonansi ini
dilakukan oleh rechtspersoon maka diadakan penuntutan
hukuman dan hukuman dijatuhkan kepada anggota-anggota
pengurus yang berkedudukan di Indonesia atau jika tidak berada
ditempat, terhadap wakil-wakil dari rechtspersoon tersebut di
Indonesia.
(2). Ketentuan kepada ayat 1 berlaku dengan cara yang sama
terhadap rechtspersoon yang bertindak sebagai pengurus atau
wakil dari rechtspersoon yang lain.
Pasal 14
(1). Penyelidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran dari Ordonansi
ini terkecuali kepada petugas-petugas yang pada umumnya
melakukan penyelidikan dari tindakan-tindakan yang dapat
dihukum, juga ditugaskan kepada pegawai yang diserahkan
tugas atas pengawasan dari Kesehatan Rakyat, dan kepada
pegawai pegawai dari Jawatan Bea dan Cukai.
Pasal 15
(1). Orang-orang yang diserahkan tugas penyelidikan dari tindakantindakan yang dapat dihukum menurut Ordonansi ini mempunyai
wewenang untuk mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan rumah,
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 dari Ordonansi tanggal 20
Agustus 1865 (St.No. 84), ditambah dengan Ordonansi tanggal 9
Agustus 1874 ( St. No. 201) dan Ordonansi tanggal 10 Oktober
9

1876 (St. No. 262) sedangkan juga berlaku ketentuan Pasal 2, 3 dan
4 Ordonenasi yang disebut pertama.
(2). Orang-orang yang dimaksudkan dalam Ayat 1, terlepas dari
wewenang bersama dengan mereka yang menyertai mereka,
setiap waktu bebas memasuki semua tempat di mana diduga
terdapat obat-obat keras yang dimaksudkan dengan Ordonansi
ini.
(3). Jika mereka ditolak untuk memasuki tempat itu, mereka dapat
menjalankan tugas mereka dengan banuan alat-alat Pemerintah yang
berwajib.
Pasal 16
(1). Ordonansi ini dapat ditunjuk dengan nama Undang-Undang (Ordonansi)
obat-obat keras 1949 .
Ordonansi ini juga dapat berlaku terhadap orang-orang di bawah
kekuasaan Hukum dari Hakim, yang mengadili berdasarkan
Ordonansi 18 Pebruari 1932 (St. No.80).
PASAL II
(1). Obat-obat keras yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan
peraturan-peraturan, syarat-syarat atau tindakan-tindakan lain yang
ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya Ordonansi ini,
untuk melaksankan Ordonansi Obat-obat Keras, jika belum dicabut
atau belum batal dianggap telah ditunjuk , diberikan atau ditetapkan oleh
Sec. V. St. sesuai dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini.
(2). Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini
memiliki obatobat keras tanpa wewenang sesuai dengan Pasal 3
dan 4, harus menyerahkan obat-obat ini dalam jangka waktu 1
bulan setelah berlakunya Ordonansi ini kepada orang-orang yang
mempunyai wewenang.
(3). Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah dikirimi
obat-obat keras, yang menurut Pasal 5 pemasukannya,
pengeluarannya,
pengangkutannya,
atau
menyuruh
mengangkutnya dilarang, dapat berhubungan dengan Inspektur
Farmasi dari D.V.G. di jakarta, yang berwenang untuk
mengeluarkan berdasarkan pendangannya
suatu izin
pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran dari Luar Negeri)
atau izin untuk pengeluaran atau untuk pengangkutan atau untuk
menyuruh mengangkutnya di dalam Wilayah Indonesia.
10

PASAL III
Ordonansi ini mulai berlaku satu hari setelah pengumumannya. Dan
agar tidak ada orang menganggap tidak mengetahuinya, Ordonansi
ini akan dimasukkan dalam St. dari Indonesia.
2.2

Pemberian Obat Keras Harus dengan Resep Dokter

Mengenai obat keras, apakah dasar hukumnya adalah Pasal 29 PP No


51 Tahun 2009 atau Permenkes No.919/menkes/per/x/1993? Dan apakah
obat keras dapat diberikan kepada konsumen tanpa resep dokter? Padahal
kan ada efek samping berbahaya atau si konsumen memiliki alergi terhadap
obat tertentu.
Jawaban :
Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ulasan:
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan?
Pada dasarnya Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (PP Farmasi) mengatur Pekerjaan Kefarmasian
dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan
sediaan farmasi.[1] Yang dimaksud dengan sediaan Farmasi adalah obat,
bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.[2] Jadi, PP Farmasi ini lebih
mengatur kepada pekerjaan dan tenaga kefarmasian yang akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan sediaan farmasi, termasuk
obat.
Sedangkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
919/Menkes/Per/X/1993 Tahun 1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep (Permenkes 919/1993) mengatur secara khusus
tentang obat yang tidak perlu menggunakan resep dokter.
Kemudian mengenai Pasal 29 PP Farmasi yang Anda tanyakan, sebelumnya
akan kami jabarkan isi dari Pasal 29 PP Farmasi tersebut sebagai berikut:
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
diatur dengan Peraturan Menteri.
11

Pasal 29 PP Farmasi ini mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut dari Pasal 27
PP Farmasi diatur dalam peraturan menteri. Isi Pasal 27 PP Farmasi yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan pelayanan farmasi pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Jadi, Pasal 29 PP Farmasi mengatur mengenai ketentuan lebih lanjut atas
kewajiban mencatat tenaga kefarmasian yang diatur dalam Pasal 27 PP
Farmasi. Sehingga, tidak ada kaitannya dengan Permenkes 919/1993 yang
mengatur mengenai obat keras.
Kemudian mengenai pertanyaan Anda, ketentuan mana yang digunakan,
apakah PP Farmasi atau Permenkes 919/1993, keduanya dapat digunakan
karena yang diatur berbeda.
Terkait obat keras, yang diatur dalam PP Farmasi adalah bahwa dalam
melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.[3] Selain itu, penyerahan dan pelayanan obat
berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.[4] Sedangkan
sebagaimana telah disebutkan di atas, Permenkes 919/1993mengatur secara
khusus tentang obat yang tidak perlu menggunakan resep dokter.
Haruskah Obat Keras Menggunakan Resep?
Mengenai apa yang dimaksud dengan obat keras, berdasarkan Pedoman
Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas yangdisusun oleh Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan, obat keras adalah obat yang hanya
dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam. Contohnya Asam Mefenamat.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, PP Farmasi mengatur bahwa
dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika dan
psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.[5]
Ini berarti bahwa obat keras tidak bisa dibeli tanpa adanya resep dokter. Hal
ini juga dapat dilihat dari Keputusan Menteri.
12

(Kepmenkes 2396/1986). Dalam peraturan ini dapat dilihat bahwa obat


keras hanya dapat diberikan dengan resep dokter, yaitu dalam Pasal 2
Kepmenkes 2396/1986:
(1) Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat keras harus
dicantumkan secara jelas tanda khusus untuk obat keras.
(2)
Ketentuan dimaksud dalam ayat (1) merupakan pelengkap dari
keharusan mencantumkan kalimat "Harus dengan resep dokter" yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 197/A/SK/77 tanggal
15 Maret 1977.
(3) Tanda khusus dapat tidak dicantumkan pada blister, strip,
aluminium/selofan, vial, ampul, tube atau bentuk wadah lain, apabila wadah
tersebut dikemas dalam bungkus luar.
Kemudian mengenai obat yang dapat diserahkan tanpa resep, dalam
Permenkes 919/1993, diatur mengenai obat tersebut harus memenuhi
kriteria:[6]
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Jadi, pada dasarnya untuk dapat membeli obat keras, dibutuhkan resep dari
dokter.
Perlu diketahui, tidak hanya obat keras yang memerlukan resep dokter.
Prekursor farmasi obat keras juga hanya dapat diberikan atas resep dokter.
Ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi (Permenkes 3/2015).
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
yang
mengandungephedrine,pseudoephedrine,norephedrine/phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.[7]

13

Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi


Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan
obat keras kepada pasien berdasarkan resep dokter.[8] \
2.3 Obat resep dokter yang disalah gunakan jatuh kedalam 3 kategori :
1.Opioid:
Obat ini banyak dicari karena mampu menghasilkan efek eufoia untuk
meredakan rasa sakit/nyeri,baik jangka pendek maupun sakit kronis.
2.Depresan Sistem Syaraf Pusat:
juga disebut obat penenanang dan anti depresi,termasuk barbiuates dan
benzodiazepin,beberapa jenis obat yang sering disalah gunakan.Obat ini
memiliki efek menenangkan,efek relaksasi,seperti selimut hangat pada otak.
3.Stimulan:
Kelas ini meningkatkan aktifitas otak sehingga meningkatkan kewaspadaan
dan energi.

2.4

Contoh Obat Keras Tertentu

.
1)

DEXTRO
Dextro atau Dextrometorphan (DMP) adalah obat batuk over the
counter (OTC) yang disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1958.
OTC artinya dapat dibeli secara bebas, tanpa resep. Sebagai obat batuk,
DEXTRO biasa dikombinasikan dengan obat lain seperti parasetamol
(antinyeri antidemam), CTM (antihistamin), psuedoefedrin/fenilpropanolamin
(dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran). DEXTRO bekerja secara
sentral, yaitu pada pusat batuk di otak. Caranya dengan menaikkan ambang
batas rangsang batuk. Manfaat utama DMP adalah menekan batuk akibat
iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial, terutama pada kasus batuk
pilek. Untuk mengusir batuk, dosis yang dianjurkan adalah 15 mg sampai 30
mg yang diminum 3 kali sehari. Dengan dosis sebesar ini, DMP relatif aman
dan efek samping jarang terjadi.
Sebagai obat OTC atau obatyang dijual bebas, DEXTRO sering
disalahfungsikan sebagai pil koplo. Pil koplo adalah salah satu jenis
psikotropika, menurut UU No.5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pil koplo adalah golongan
obat2 anti cemas, dan golongan antiinsomnia, yang disalahgunakan. Dalam
jumlah kecil obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan, dan
kecemasan. Jika diperbesar dapat mengakibatkan si pemakai dapat tertidur
nyenyak dan jika dinaikkan lagi dapat menimbulkan koma, dan kematian. Pil
ini mampu membuat seseorang menjadi labil, mudah marah, daya ingat
menurun,
14

bicara kaku, dan jalan sempoyongan.


Yang termasuk dalam kategori ini ada banyak jenisnya gan. Salah satunya :
Obat batuk Kom*k. dan masih banyak yang lainnya.
2.

OBAT PENENANG (DEPRESAN)


Obat penenang adalah depresan yang tergolong pada kelompok obat
yang disebut 'benzodiazepine'. Obat-obat ini diresepkan oleh para dokter
untuk mengurangi stres, kecemasan, untuk membantu orang tidur dan
kegunaan kedokteran lainnya. Biasanya obat-obat ini berbentuk kapsul atau
tablet.
Beberapa orang menyalahgunakan obat penenang karena efeknya yang
memabukkan.
Di Indonesia beberapa obat penenang, khususnya yang dibeli di jalanan,
dibuat
secara ilegal. Berarti bahwa bahan-bahan pembuat pil serta kemurniannya
tidak dapat dikontrol. Hal ini berbahaya karena meningkatkan kemungkinan
bahwa si pemakai telah menelan bahan-bahan yang akan menimbulkan
pengaruh buruk.
Pengaruh obat penenang terhadap tiap orang berbeda-beda tergantung
besarnya dosis, berat tubuh, umur seseorang, bagaimana obat tersebut
dipakai dan suasana hati si pemakai.
Apakah pengaruh langsung pemakaian obat penenang?
Relaksasi/rasa santai.
Pusing dan bingung.
Berbicara tidak jelas atau tergagap.
Pandangan kabur dan berbayang.
Hilangnya daya ingat jangka pendek.
Mabuk yang serupa dengan mabuk alkohol.
Pemakaian dosis tinggi dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran atau
koma.
Apa saja akibat jangka panjang pemakaiannya?
Peningkatan berat badan.
Sulit tidur.
Nafsu makan lebih besar.
Kehilangan ingatan.
Sulit berpikir.
Perubahan kepribadian.
Gangguan seksual.
Gangguan menstruasi pada wanita.
Pemakaian dosis tinggi setelah beberapa waktu dapat mengakibatkan
kebingungan, kurangnya koordinasi, depresi dan bicara pelo.

15

2.5 Obat daftar "G" yang sering disalahgunakan diantaranya adalah :


Tramadol, Tramadol adalah obat pereda rasa sakit yang sangat kuat
yang digunakan untuk menangani rasa sakit tingkat sedang sampai
berat, misalnya rasa nyeri setelah operasi. Tramadol mempengaruhi
reaksi kimia di otak dan sistem saraf yang pada akhirnya mengurangi
sensasi rasa sakit.
Trihexyphenidyl (THD) atau dikenal dengan Trihex adalah obat untuk
penyakit parkinson yang merupakan penyakit penurunan fungsi syaraf
yang berkembang terus menerus yang umumnya terjadi pada orang
usia lanjut, di atas 50 tahun. Obat ini digunakan untuk mengatasi
gangguan gerakan yang tidak normal dan tidak terkendali. Obat ini juga
digunakan untuk mengatasi efek samping obat antipsikotik pada pasien
gangguan jiwa (skizoprenia). Efek samping yang ditimbulkan seperti
mual, rasagelisah meningkat, konstipasi, gangguan penglihatan, mulut
kering dan insomnia.
Somadril / Carisoprosdol. Merupakan jenis obat penghilang rasa nyeri
serta rematik pada tulang bahkan dapt meredam gangguan pernafasan
pada penyakit asma. Tidak disalahgunakan pun jika obat ini digunakan
secara berlebihan pada penderita dapat menyebabkan kerusakan otak
2.6 Berikut ini contoh jenis obat yang sering digunakan oleh pecandu
obat- obatan :
1. Xanax
Xanax (Alprazolam) adalah benzodiazepine yang diresepkan
ubtuk mengobati gangguan panik dan kecemasan serius.Obat ini
menenangkan seseorang dengan menekan sistem syaraf pusat yang
abnormal.Orang yang membeli obat ini tanpa resep dokter akan
menyalah gunakannya untuk bertindak tenang dan memberi efek
relaksasi.
2. Klonopin & Valium
Sama seperti xanax,klonopin dan palinum juga sering disalah
gunakan karena epek penenang mereka.Dalam dosis tinggi efeknya
mirip dengan efek alkohol,termasuk rasa mabuk, banyak bicara dan
relaksasi.
Karena ciri khas yang disukai pecandu,klonopi,valium dan
benzodiazepine lainnya sangat membentuk kebiasaan penggunanya
menyebabkan kehilangan kesadaran,dan bahkan kematian akibat
overdosis
3. Oxycodone
Oxycodone dijual sebagai oxycontin dan percocet,adalah opioid
yang mengubah cara otak dan sistem syaraf pusat menanggapi rasa
sakit,obat ini menyebabakan euforia,efek sedatif.
16

4. Demerol dan Darvoret


Sama seperti oxycodone,demerol dan darvocet adalah obat
penghilang rasa sakit yang sering disalah gunakan. Bahaya obat ini
adalah ,selain efek sampingnya secara langsung adalah, bahwa
pengguna sering meningkatkan toleransi terhadap efek obak dan akan
terus meningkatkan dosisnya.
5. Kodein
Kodein sering dikombinasikan dengan obat lain untuk
mengurangi gejala batuk dan nyeri. Opian ini umumnya ditemukan pada
sirup obat batuk.Bila dikonsumsi dalam jumlah tinggi,kodein berbasis
obat batuk memiliki efek sedatif dan dapat menyebabkan perubahan
tingkat kesadaran.
6. Ampetamin
Ampetamin diresepkan untuk kondisi medis seperti gangguan
attention-defiric heractificy disorder (ADHD) dan narkolefsi dimana
fokus dan keadaan terjaga dibutuhkan untuk memerangi gejala.Namun,
dalam sejarahnya obat ini sering disalah gunakan untuk kapasitas
energi pengguna.
Obat ini paling sering disalah gunakan saat ini bawah nama merek
adderal poleh mereka yang ingin tetap terjaga,seperti pengemudi truk
,mahasiswa dan lain.
7. Ritalin
Mirip
dengan
adderal,ritalin
adalah
stimulan
yang
mempengaruhi sistem syaraf pusat dengan meningkatkan kadar
dopamin hormon yang berperan dalam keinginan dan kesenangan
dalam otak.Seperti stimulan lainnya,obat ini dapat menyebabkan
kecanduan.

17

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk


keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam
bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd
van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2.
Obat resep dokter yang disalah gunakan jatuh kedalam 3 kategori :
1.Opioid:
Obat ini banyak dicari karena mampu menghasilkan efek eufoia untuk
meredakan rasa sakit/nyeri,baik jangka pendek maupun sakit kronis.
2.Depresan Sistem Syaraf Pusat:
juga disebut obat penenanang dan anti depresi,termasuk barbiuates dan
benzodiazepin,beberapa jenis obat yang sering disalah gunakan.Obat ini
memiliki efek menenangkan,efek relaksasi,seperti selimut hangat pada otak.
3.Stimulan:
Kelas ini meningkatkan aktifitas otak sehingga meningkatkan kewaspadaan
dan energi.

Contoh Obat Keras Tertentu


1) DEXTRO
Dextro atau Dextrometorphan (DMP) adalah obat batuk over the
counter (OTC) yang disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1958.
2) OBAT PENENANG (DEPRESAN)
Obat penenang adalah depresan yang tergolong pada kelompok obat
yang disebut 'benzodiazepine'.
Pengaruh obat penenang terhadap tiap orang berbeda-beda tergantung
besarnya dosis, berat tubuh, umur seseorang, bagaimana obat tersebut
dipakai dan suasana hati si pemakai.
Obat daftar "G" yang sering disalahgunakan diantaranya adalah :
Tramadol, Tramadol adalah obat pereda rasa sakit yang sangat kuat
yang digunakan untuk menangani rasa sakit tingkat sedang sampai
berat, misalnya rasa nyeri setelah operasi.
Trihexyphenidyl (THD) atau dikenal dengan Trihex adalah obat untuk
penyakit parkinson yang merupakan penyakit penurunan fungsi syaraf
yang berkembang terus menerus yang umumnya terjadi pada orang
usia lanjut, di atas 50 tahun.
Somadril / Carisoprosdol. Merupakan jenis obat penghilang rasa nyeri
serta rematik pada tulang bahkan dapt meredam gangguan pernafasan
pada penyakit asma
18

Contoh jenis obat yang sering digunakan oleh pecandu


obatan :

obat-

1.Xanax
2.Klonopin & Valium
3.Oxycodone
4.Demerol dan Darvoret
5.Kodein
6.Ampetamin
7.Ritalin

3.2 Saran Saran


Mengingat bahwa obat keras adalah golongan yang berkhasiat keras dan
bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,
memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit lain sebagai efek
negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat ini hanya
boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter
hewan.
Dan untuk para siswa jangan sekali kali menyalah gunakan obat
tersebut,karena bila sudah sekali mencoba bisa berdampak kecanduan serta
berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh.

Tasikmalaya, 29 Oktober 2016.


Guru Undang Undang Kesehatan,

Rina Kurniawati ,S.farm,Apt

19

REFERENSI
1. 27 Oktober 2015.11.30 WIB
Google....http://www.isfinational.or.id.

20

Anda mungkin juga menyukai