Anda di halaman 1dari 7

Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat

Kontrasepsi Tradisional
with 7 comments

keluarga berencana

Pengertian umum kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat
kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yang yaitu proses
spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma. Sedang pengaruh
kontrasepsi pada proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat
penetrasi sperma, menghambat fertilisasi, dan menghambat implantasi.

Sampai saat ini, obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari
golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut adalah hasil sintesis di laboratorium.
Memang tidak semuanya dibuat secara sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut
merupakan hasil dari parsial sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut
juga berubah drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan.

Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat
terutama di beberapa dareah di Indonesia. Penggunaan kontrasepsi tradisional banyak
ditemukan di daerah pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan
nenek moyangnya.

Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan
oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-tanaman yang digunakan
sebagai kontrasepsi tersebut mengandung senyawa-senyawa yang bersifat antifertilitas,
antiesterogenik, dan antiimplantasi baik terhadap pria, wanita, maupun untuk keduanya.

Dari penelitian terhadap tanaman-tanaman tersebut, ternyata banyak diantaranya


mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, dan minyak atsiri.

Penggunaan kontrasepsi yang berasal dari tanaman perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap
sistem reproduksi pria dan wanita. Ada beberapa tanaman yang dapat mengakibatkan
kemandulan, tetapi ada pula tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi bersifat
sementara sehingga jika tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya kembali normal dan tidak
terjadi kemandulan.

Tanaman Obat yang digunakan Sebagai Kontrasepsi Tradisional

Terdapat banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi, antara lain:
a. Pare (Momordica charantia)

pare

Tanaman pare mengandung senyawa golongan flavonoid yang dapat menghambat enzim
aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen
yang akan meningkatkan hormon tertosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek
umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH dan LH, sehingga akan
menghambat spermatogenesis.

Enzim tersebut juga mengkatalisis perubahan testosteron ke estradiol sehingga mepengaruhi


proses ovulasi. Ekstrak pare (khususnya biji) juga mengandung senyawa sitotoksik seperti
saponin, momordikosida triterpen, dan cucurbitacin yang dapat menurunkan kualitas dan
jumlah sel sperma.

b. Kunyit (Curcuma domestica)

kunyit

Kunyit mengandung senyawa golongan terpen dan minyak atsiri yang bekerja pada proses
transportasi sperma. Minyak atsiri dapat menggumpalkan sperma sehingga menurunkan
motilitas dan daya hidup sperma, akibatnya sperma tidak dapat mencapai sel telur dan
pembuahan dapat tercegah.

Kunyit juga mengandung tanin yang kerjanya hampir sama dengan minyak atsiri yaitu
menggumpalkan semen.

c. Kacang Ercis (kacang polong)

Minyak kacang ercis atau kacang polong efektif dalam manghalangi aktivitas spermatozoa
karena mengandung senyawa m-xilohidroksiquinon. Senyawa ini digolongkan dalam
senyawa antifertilitas nonsteroida. Untuk membatasi kehamilan, dianjurkan mengkonsumsi
kacang ercis 200-250 gram pada hari ke 16 dan 21 siklus haid.

d. Kapas (Gossypium sp.)


biji kapas

Biji kapas yang diolah menjadi minyak merupakan salah satu kontrasepsi pria karena
mengandung senyawa gosipol yang berperan mengurangi kesuburan sperma.

e. Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis)

kembang sepatu

Ektrak kembang sepatu memiliki sifat antiestrogenik, yakni mengganggu aktivitas hormon
reproduksi pada wanita dan pria. Pada pria, air rebusan kembang sepatu dapat memberikan
efek menghambat produksi sperma, mengganggu kesetimbangan hormon reproduksi
(progesteron), mengganggu fungsi endokrin, dan memperkecil ukuran testis. Tetapi pengaruh
itu hanya timbul selama masih mengkonsumsi ekstrak.

f. Ki meyong (Mallotus philippensis)

Ki meyong mengandung senyawa rottlerin yang bersifat antifertilitas. Penggunaan senyawa


ini dengan dosis 10 mg/kg berat badan, 100% efektif dalam menggagalkan pembuahan
selama sepuluh hari.

g. Tanaman famili Leguminosae

Tanaman dalam famili ini kebanyakan mengandung senyawa sparteina yang telah banyak
digunakan sebagai obat kontrasepsi formal oleh dokter.
h. Pacing (Costus speciosus)

Kandungan kimia yang ada di rimpang dan bijinya termasuk bahan baku obat kontrasepsi.
Pacing dapat digunakan sebagai kontrasepsi pria dan wanita, karena kandungan steroid dalam
pacing merupakan perkusor dan hormon estrogen yang salah satu kerjanya pada otot polos
uterus merangsang kontraksi uterus, selain itu estrogen menurunkan sekresi FSH, pada
sejumlah keadaan tertentu akan menghambat LH (reaksi umpan balik), sehingga
mempengaruhi proses ovulasi.

i. Kemuning

Ekstrak kemuning dapat menurunkan kulaitas sperma manusia meliputi kemampuan gerak
(motilitas), kemampuan hidup (viabilitas), dan integritas sperma. Hal ini disebabkan oleh zat
yang terkandung dalam daun kemuning yang bersifat toksis, yaitu indol alkaloid.

j. Sirih (Piper betle)

sirih

Pemberian ekstrak daun sirih yang mengandung alkohol secara oral pada mempunyai efek
antikesuburan. Menurut penelitian, pemberian dosis ekstrak yang meningkat menyebabkan
terjadinya penurunan jumlah sperma.

k. Kayu Secang (Caesalpinia sappan)

secang

Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontrasepsi pria karena dapat menghambat
spermatigenesis dan sistem hormon.

l. Tumbuhan Kamunah, Kontrasepsi Alami dari Kalteng


Tumbuhan croton tiglium L

Kebiasaan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dalam menggunakan tumbuhan


kamunah (Croton tiglium) sebagai obat untuk mengatur jarak kelahiran diakui sebagai obat
kontrasepsi yang positif.

Demikian hasil penelitian terhadap tumbuhan kamunah yang dikemukakan Prof Dr H Ciptadi
di Palangkaraya, Rabu, mengenai tumbuhan yang ternyata mengandung steroid dan terpenoid
tersebut.

Suku Dayak, katanya, mengonsumsi serbuk dari batang atau air rebusan dari batang
tumbuhan tersebut dan menjadikannya sebagai obat kontrasepsi tradisional. Menurut guru
besar biokimia/kimia organik yang juga Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya
(Unpar) Kalteng itu, kandungan steroid dan terpenoid dalam tumbuhan kamunah bisa
dikembangkan menjadi obat-obatan untuk membantu masyarakat dalam menyukseskan
program nasional Keluarga Berencana (KB).

Ia menjelaskan, pihaknya melakukan penelitian yang pada tahap awal dilakukan isolasi,
identifikasi dari batang tumbuhan kamunah dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan,
klorofom, dan etanol yang dapat memisahkan komponen-komponen senyawa metabolit
sekunder.

Selanjutnya dilakukan kromatografi lapis tipis uuntuk mengetahui jumlah komponen


senyawa yang ada pada ketiga ekstrak tersebut, kemudian dilakukan pemurnian dengan
kromatografi kolom.

Tahap berikutnya dilakukan uji bioktivitas dengan brine shrimp, dan untuk senyawa yang
aktif akan dilakukan penelitian tahap berikutnya, yaitu uji pra-klinik dengan mencit dan
elusidasi struktur atau penentuan struktur dengan spektroskopi IR.UV.MS, 13 C-NMR dan
1H-NMR.

Berdasarkan uji fitokimia kandungan metabolit sekunder untuk ketiga ekstrak tersebut adalah
positif untuk steroid dan terpenoid, dan dari analisis brine shrimp dan ketiga ekstrak tersebut
menunjukkan senyawa yang sangat aktif dengan LC50.
Obat kontrasepsi oral yang efekif dan paling banyak digunakan sekarang ini berasal dari
golongan steroid. Perbedaannya kalau menggunakan batang tumbuhan kamunah hampir tidak
ada efek sampingnya. Walaupun demikian, penelitian ini masih terus dilanjutkan untuk
membuat formula yang tepat supaya penggunaannya lebih efektif.

Kalteng memang kaya akan tumbuhan yang berpotensi obat, dan beberapa sudah dilakukan
penelitian, termasuk tumbuhan sepang (Claoxylon polot men) yang diketahui mengandung
obat diabetes serta tanaman sarang semut untuk beberapa jenis obat bagi kesehatan manusia.

Masih banyak lagi tanaman-tanaman lain yang dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi alami
yang terdapat disekitar kita. Tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kebenaran tentang manfaat tumbuhan menurut masyarakat dengan uji farmakologi dan
analisis zat aktif yang mendukung khasiatnya sebagai alat kontrasepsi alami.

Efek Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat Kontrasepsi Tradisional

Meski berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan alam) yang relatif sedikit efek samping,
penggunaan kontrasepsi alami tetaplah harus hati-hati. Sebab, senyawa-senyawa yang
berperan sebagai kontrasepsi dapat juga memberikan efek negatif jika pemakaian berlebihan
dan tidak terkontrol.

Tidak semua tanaman aman digunakan untuk satu tujuan tertentu. Satu tumbuhan bisa
mengandung puluhan, bahkan ratusan, senyawa kimia dengan beragan khasiat dan kegunaan.
Sehingga dosis yang akan digunakan akan sangat mempengaruhi diperolehnya khasiat yang
diinginkan dan efek yang tidak diinginkan.

Misalnya pada pria dapat mengakibatkan kemandulan (sterilitas) atau ketidakmampuan


membuahi pada sperma, impotensi (disfungsi ereksi), dan kualitas sperma yang kurang baik
atau cacat.

Penggunaan kontrasepsi untuk pria perlu juga diperhatikan daya spermisidnya, sebaiknya
daya spermisidnya 100% dengan waktu yang singkat, sebab jika daya bunuhnya tidak 100%
dikhawatirkan sperma yang abnormal bila sempat membuahi sel telur mengakibatkan janin
akan abnormal.

Kehati-hatian juga diperlukan bagi wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi alami,
karena beberapa jenis tanaman bersifat mendua. Ia dapat bersifat antifertilitas, tetapi juga
dapat menyebabkan keguguran (abortifacien). Selain itu ada beberapa senyawa yang terdapat
pada tumbuhan seperti minyak inggu, tansy, dan minyak savin, jika dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kontraksi berlebihan pada rahim sehingga dapat terjadi iritasi rahim.

Penggunaan bahan alam sebagai kontrasepsi secara terkontrol dan dalam batas dosis aman
dan dianjurkan, tidak akan menyebabkan efek samping yang permanen. Seperti pada
penggunaan ekstrak kembang sepatu, dapat memberikan efek menghambat produksi sperma
dan mengganggu fugnsi endokrin. Efek tersebut hanya timbul selama pemberian ekstrak, jika
pemberian dihentikan organ reproduksi kembali normal.

Penggunaan kontrasepsi alami dalam batas dosis aman yang dianjurkan, dapat menjadi
alternatif dari alat kontrasepsi modern karena relatif lebih murah dan mudah didapat serta
memiliki efek samping yang sangat sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi modern
(sintesis)

Anda mungkin juga menyukai