Disusun oleh :
PRAYITNO
NIM: P17335112622
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh:
Prayitno
NIM : P17335112622
Pembimbing
Mengetahui :
Ketua Jurusan Farmasi
Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Disusun oleh:
PRAYITNO
NIM : P17335112622
Penguji :
Tanda Tangan
ABSTRAK
v
EVALUATION OF PRESCRIPTION UNDERSERVED OUTPATIENT
Prayitno – P17335112622
ABSTRACT
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Teruntuk :
Istri tercinta Fitri Windi Astuti, S.Pd.
Anakku tersayang :
- Ihsaanul Awwal
- Nailuna Shofi Ats-tsania
* Emak dan Bapak Saipan
* Ibu dan Bapak Ali Masngudi (Alm)
Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah swt. yang shalih
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. kami memuji kepada-Nya dan kami memohon
pertolongan kepada-Nya dan kami memohon ampunan kepada-Nya dan kami
berlindung kepada Allah SWT dari kejeleken diri kami dan dari kejeleken amal-
amal kami, barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah SWT. maka tidak ada
seorangpun yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah
SWT. maka tidak ada seorangpun yang dapat memberi hidayah. atas berkat
Rahmat dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi (D3)
Program Studi Diploma III Jurusan Farmasi dengan judul: “Evaluasi Resep Tidak
Terlayani Pada Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung Periode Oktober sampai dengan Desember 2014”.
Penulis menyadari selesainya karya tulis ilmiah ini tidak lain adalah berkat
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu langsung maupun tidak
langsung berupa dorongan, motivasi, bimbingan, arahan, koreksi maupun kritik.
Untuk itu tidak ada yang dapat penulis sampaikan, selain ucapan terima kasih
yang tidak terhingga dan semoga Allah SWT. memberi balasan yang terbaik.
Dalam kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih
yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam, dan penghargaan yang setingginya
kepada yang terhormat: Dr. Ir. Osman Syarief, MKM, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung, Dra.Hj.Mimin Kusmiyati, M.Si.,
selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Bandung, Dra. Tita Puspita, M.Farm, Apt., selaku pembimbing pendamping yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi,
v
, dr. Ayi Djembarsari, MARS. selaku Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, Dra.
Susilawati, M.Si, Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung yang telah memberikan izin untuk mengambil sampel dan data
penelitian, Vidya Rachmawati, S.Si., Apt., selaku pembimbing dari Instalasi
Farmasi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi, Budi
Rahadian, S.Sos., MKM., selaku Kepala Subbagian Rumah Tangga yang telah
banyak memberikan arahan dan motivasi, Seluruh rekan-rekan di Unit Kerja
Inventaris Subbagian Rumah Tangga RSHS Bandung, Instalasi Farmasi, sahabat
karib, teman-teman di kampus juga semua pihak yang telah memberi bantuan
dorongan dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, Terima kasih yang begitu dalam bagi kedua
orang tua bapak Saipan dan ibu Amsiah, bapak mertua Ali Masngudi (alm) dan
ibu Dariyah, yang bibirnya tak pernah kering dari do’a untuk anaknya. Istri
tercinta Fitri Windi Astuti, SPd. dan juga anakku tersayang Ihsaanul Awwal dan
Nailuna Shofi Ats-Tsania. Saya sadar bahwa waktu, perasaan dan hak-hak mereka
atas saya banyak yang terabaikan.
Harapan penulis, semoga karya tulis ini bermanfaat, walau dalam
kenyataannya masih jauh dari sempurna. “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu
dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu, dari nafsu yang
tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak terkabulkan. “Amien Ya
Rabbal ‘Alamien.
Akhir kata, hanya kepada Allah SWT. saja kita mengabdi dan hanya
kepada-Nya kita memohon pertolongan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
v
3.7 Definisi Operasional ……………………………………….. 37
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung ……………………………. 17
Gambar 2.2 Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung ……………………………. 18
Gambar 4.1 Total Lembar Resep Periode Oktober – Desember 2014 ……. 39
Gambar 4.4 Total R/ Obat Tidak Terlayani Periode Oktober – Desember 2014. 42
PENDAHULUAN
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, rumah sakit adalah
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
RSUP Dr. Hasan Sadikin berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat, berdiri di atas
tanah seluas 87.200 m² dengan luas bangunan mencapai 101.035 m². Hingga saat ini
RSHS memiliki 1.023 tempat tidur yang diperuntukan untuk berbagai kelas,
kalangan, dengan rangkaian pelayanan spesialis yang lengkap sebagai Rumah Sakit
Kelas A yang menjadi puncak rujukan Jawa Barat, RSHS menyediakan pelayanan
medis yang luas dengan fasilitas yang baik. RSHS juga menjadi rumah sakit
pendidikan utama.
RSHS memiliki fasilitas pelayanan medis yang terdiri dari Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, dan Instalasi Rawat Intensif.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap
Instalasi farmasi rumah sakit mempunyai tujuan, tugas dan fungsi yang telah
ditetapkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh instalasi farmasi rumah sakit
adalah memberi manfaat kepada pasien, rumah sakit dan sejawat profesi kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
instalasi farmasi rumah sakit memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien,
pelayanan bebas kesalahan (zero defect) dan semua resep terlayani di rumah sakit.
Pada sebuah rumah sakit, pelayanan rawat jalan adalah unit yang cukup
strategis karena dikaitkan dengan pelayanannya sebagai salah satu pintu masuk para
pengguna jasa layanan yang ada di rumah sakit tersebut. Sebagian besar pasien ke
unit rawat jalan memerlukan pelayanan lain seperti rawat inap dan apotek sehingga
tidak berlebihan jika dikatakan unit rawat jalan merupakan etalase mutu pelayanan
langsung datang ke rumah sakit dengan kriteria umum, kontrak, atau peserta BPJS.
Alur administrasi penderita pada setiap rumah sakit berbeda, tergantung pada
Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2012 tercatat ada 513.007 lembar, tahun 2013
tercatat 60.034 lembar. Data tahun 2014 dari 113.300 lembar resep, terdapat 44.222
R/obat yang terlayani dan 802 R/obat yang tidak terlayani (0,57%) periode Oktober
sampai dengan Desember 2014. Data tersebut diperoleh dari resep umum saja,
sedangkan untuk data dari resep BPJS, dan kontraktor belum tercatat. Peningkatan
jumlah lembar resep yang masuk ke Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dapat menjadi salah satu indikasi adanya perbaikan mutu pelayanan,
walaupun masih ada R/obat yang tidak terlayani sehingga belum tercapai target 100%
resep terlayani.
Resep yang tidak terlayani di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung menyebabkan pasien tidak mendapatkan obat yang diperlukannya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak ada dalam perencanaan, dokter menulis
resep tidak berdasarkan formularium rumah sakit, stok habis di pasaran, pesanan
dan berkurangnya jumlah pelanggan. Untuk menghindari hal tersebut maka Instalasi
Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung harus bisa mengelola ketersediaan obat
dengan baik.
penelitian ini adalah masih terdapat kejadian resep dengan R/obat tidak terlayani di
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui R/obat dalam resep
yang tidak terlayani pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung untuk meningkatkan mutu pelayanan obat yang ingin dicapai yaitu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat
resep yang tidak terlayani di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
3) Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan jiwa dan
(Undang-Undang, 2009)
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan Rumah Sakit Umum Pusat
sebagai Rumah Sakit Kelas A pendidikan yang menjadi puncak rujukan Jawa
Barat dan menyediakan pelayanan medis yang luas dengan fasilitas yang baik,
yaitu
1) Administrasi Manajemen
2) Pelayanan Medis
fungsi, yaitu:
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
2009)
tempat tidur, dan juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang lebih tepat
untuk golongan rumah sakit tertentu. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan pada
kriteria, yaitu:
dan rumah sakit BUMN. Rumah sakit sukarela yaitu rumah sakit yang
dikelola oleh masyarakat, terdiri dari rumah sakit hak milik yang tujuan
utamanya adalah mencari laba dan rumah sakit nirlaba yang tujuan utamanya
pediatrik, ibu hamil dan sebagainya. Rumah sakit khusus yaitu memberikan
pelayanan kesehatan untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah
maupun non bedah seperti rumah sakit kanker, rumah sakit paru-paru, rumah
3) Lama Tinggal di Rumah Sakit, terdiri atas rumah sakit perawatan jangka
pendek yaitu rumah sakit merawat pasien selama kurang dari 30 hari
misalnya pasien dengan kondisi penyakit kronis dan kasus darurat. Rumah
sakit perawatan jangka panjang yaitu merawat pasien selam lebih dari 30 hari
5) Afiliasi Pendidikan, terdiri dari dua jenis, yaitu rumah sakit pendidikan
medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain. Dalam rumah sakit ini
residen melakukan pelayanan atau perawatan pasien di bawah pengawasan
staf medik rumah sakit. Rumah sakit non pendidikan yaitu rumah sakit yang
tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit
dengan universitas.
6) Status Akreditasi, terdiri dari rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah
sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit terakreditasi yaitu rumah sakit
yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
1) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
luas.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
3) Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
4) Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
komunikasi antara staf medik dan staf farmasi. Anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisai-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker yang
mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Keanggotaan TFT
terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut mempunyai hak suara yang sama.
(Kemenkes, 2014)
1) Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter
keamanan serta harga obat dan juga harus meminimilkan duplikasi produk
menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF.
terapi.
dan perawat.
nasional.
Formularium adalah himpunan obat yang diterima dan disetujui oleh TFT
untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang
1) Halaman judul
3) Daftar isi
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit.
pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal. Standar Pelayanan Minimal ini dimaksudkan
dapat menilai apakah pelayanan di rumah sakit dapat mengenal bahaya potensial
yang dapat berakibat pada keselamatan pasien, dapat mengenal bahaya potensial
yang dapat berakibat pada keselamatan pasien, memberikan tanda adanya masalah
indikator, dan standar pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit. Salah satunya
Versi KARS :
a. ≤ 10 menit
b. ≤ 20 menit
Farmasi
2. Tidak adanya kejadian 2. 100%
formularium
Sumber : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta 2008
2.1.7 Jenis Pasien dan Pelayanan Perawatan di Rumah Sakit
Rumah sakit memberikan dua jenis dasar pelayanan kepada pasien yang
1) Pelayanan yang diberikan kepada pasien yang secara fisik tinggal di ruang
perawatan pasien rawat inap ada lima unsur tahap pelayanan, yaitu:
dirawat dalam ruang perawatan intensif oleh staf medik dan perawat
khusus.
perawatan biasa.
2) Pelayanan yang diberikan pada pasien yang datang ke rumah sakit, yang tidak
rawat jalan. Pasien rawat jalan termasuk pasien ambulatori, yaitu pasien yang
tidak memerlukan tempat tidur di rumah sakit. Pasien ambulatory adalah
orang sehat yang tidak terikat pada tempat tidur di rumah sakit atau sarana
kesehatan lainnya, pelayanan diagnosis diberikan dalam klinik rumah sakit atau
sentra klinik kesehatan atau praktik dokter atau institusi lain, tempat penderita
Pasien rawat jalan di rumah sakit pada umumnya dapat berasal dari pasien
yang langsung datang ke rumah sakit dengan kriteria umum, kontrak, atau peserta
BPJS. Alur administrasi penderita pada setiap rumah sakit berbeda, tergantung
pada kebijakan dan sistem penerimaan pasien yang telah ditetapkan. (Siregar,
2013)
Pasien datang ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mulai dari pendaftaran
sampai mendapatkan obat, baik untuk pasien umum maupun kontrak dan peserta
BPJS. Tapi tidak semua pasien langsung mendapat obat. Ada sebagian yang
dirujuk ke rumah sakit lain atau di rawat inap. Alur pelayanan pasien di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung dapat terlihat seperti dalam gambar 2.1 dan gambar 2.2
(Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2014)
PASIEN
- Datang Sendiri - Rujukan Rumah Sakit
- Rujukan Puskesmas - Rujukan Dokter
MENGAMBIL NOMOR
Di Mesin Antrian
LOKET PENDAFTARAN
Pasien Rawat Jalan
POLIKLINIK
Pemeriksaan Pasien di Poli yang Dituju
LABORATORIUM
RADIOLOGI
PEMERIKSAAN LAIN
HASIL PEMERIKSAAN
DIRAWAT
ADMISSION CENTRE
Pasien Rawat Inap
RUANG PERAWATAN
BEROBAT ULANG
YA TIDAK
PULANG APOTEK
Gambar 2.1
Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Hasan Sadikin Bandung
RUJUK KE
PASIEN DARI
RUMAH SAKIT
POLIKLINIK / IGD
LAIN
PENDAFTARAN
RAWAT INAP :
- UMUM
- VERIFIKASI
KONTRAK DAN
PESERTA BPJS
PASIEN PULANG
Gambar 2.2.
Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Hasan Sadikin Bandung
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi pasien rawat tinggal dan rawat
spesialis, mencakup pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi
Kefarmasian;
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang berlaku;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
penyaluran obat, pelayanan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2.2.3 Perencanaan
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat dan
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
kesakitan (morbidity load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada di rumah
sakit atau yang paling sering muncul di masyarakat. Metode ini paling banyak
kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi
digunakan di apotek.
kesehatan yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas namun
2.2.4 Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu
oleh bagian lain di luar instalasi farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
3) Sediaan faramasi, alat kesehatan, barang medis habis pakai harus mempunyai
4) Expired date minimal 2(dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain).
1) Pembelian
barang medis habis pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang
Sediaan yang dibuat di rumah sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan
Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau
keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh
pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Seorang dokter
diharapkan membuat peresepan yang rasional, dengan indikasi yang tepat, dosis
benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya
terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian yang sesuai, sesuai dengan kondisi
pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien. Manfaat penggunaan obat yang
3) Cara pemakaian obat, dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak sesuai.
yaitu diantaranya dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan baik secara
yang akan sangat dirasakan oleh pasien, dampak terhadap kemungkinan efek
dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
Resep biasanya ditulis pada format yang dicetak, terdapat ruang kosong
tempat penulisan informasi yang dibutuhkan. Format ini disebut blangko resep.
(Siregar, 2013)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan perundang-
6) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh
ada iterasi (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh untuk pemakaian sendiri;
alamat pasien dan aturan pakai harus jelas; tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya
(Usus cognitus).
Resep yang tidak boleh diulang ialah resep yang mengandung narkotika,
psikotropika atau obat lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan Dirjen
POM (M. Anief, 2007). Resep p.p adalah resep pro pauper artinya resep untuk
orang miskin. Dengan tanda ini bertujuan agar pihak apotek dapat memberikan
keringanan untuk masalah harga obatnya, bila perlu diberi gratis. (M. Anief, 2007)
Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep. Salinan resep selain
memuat semua keterangan yang tertulis dalam resep asli, juga harus memuat:
1) Resep yang telah dikerjakan disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan/pembuatan resep.
resep lainnya.
3) Resep yang telah disimpan lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan dengan cara
mencantumkan:
Apoteker harus bisa berperan aktif dalam penggunaan obat yang tepat oleh
pasien rawat jalan. Apoteker dengan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
adalah petugas terakhir dari tim pelayanan kesehatan yang bertemu dengan pasien
Oleh karena itu, apoteker bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan tepat, serta menjawab pertanyaan pasien. Pemberian informasi
obat oleh apoteker meliputi penggunaan obat yang tepat. Jika pasien patuh pada
intruksi dari dokter dan apoteker, ada kesempatan besar terapi yang dilakukan
akan berhasil. Akan tetapi, jika obat salah digunakan karena ketidaktahuan atau
informasi yang tidak cukup, dapat mengakibatkan bahaya atau pengobatan yang
mencakup:
ditugaskan pada pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan. Uraian tugas
apoteker.
- Harus mempunyai sumber pengolahan data yang memadai.
- Harus disediakan ruang tunggu yang nyaman bagi pasien rawat jalan.
pengawasan dokter
- Obat yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan obat yang tertulis
- Ketepatan dari pemilihan obat, dosis, rute pemberian, serta jumlah secara
- Obat yang diberikan kepada pasien harus diberi etiket dengan lengkap dan
benar.
Nama obat
Informasi peringatan
- Materi edukasi
(Siregar, 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN
mengetahui penyebab R/ obat dalam resep yang tidak terlayani pada pasien rawat
jalan di Instalasi Farmasi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dan upaya
penanggulangannya.
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2004)
3.2.1 Populasi
Seluruh resep rawat jalan yang masuk ke Instalasi Farmasi yang melakukan
3.2.2 Sampel
Pada penelitian ini sampel diambil adalah total sampel rawat jalan.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi pada tiap lembar resep yang
R/obatnya tidak terlayani. Data penelitian yang dikumpulkan terdiri data primer
dan data sekunder. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara dengan petugas
farmasi.
Pengolahan data pada penelitian ini yaitu setelah data diperoleh secara
observasi, maka dibuat tabel yang terdiri dari tanggal, jumlah lembar resep,
jumlah R/obat yang terlayani, jumlah R/obat yang tidak terlayani, R/obat yang
diganti.
Data yang diperoleh diubah menjadi informasi yang diperlukan dalam upaya
mendalam untuk setiap tahap dan melakukan observasi dengan panduan formulir
berupa tabel yang berisikan data jumlah resep, jumlah R/obat yang terlayani dan
jumlah obat yang tidak terlayani, jumlah R/obat yang diganti, total seluruh R/obat
Jumlah R/ Jumlah R/
Jumlah R/
Sumber Jumlah Obat Tidak Obat
Obat Terlayani
Resep Terlayani Diganti
Umum
BPJS
Kontrak
Total
Tidak Ada Persediaan (TAP) adalah Obat yang tidak ada persediaan di depo
Resep yang Terlayani adalah resep yang dapat dilayani karena tersedianya
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai evaluasi resep tidak
terlayani pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUP dr. Hasan Sadikin
47% Umum
52% BPJS
Kontraktor
Dari total 60.690 lembar resep yang masuk ke Instalasi Farmasi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung, terdapat 28.325 lembar resep umum (46,7%), 31.356
R/ Obat Terlayani VS R/
Obat Tidak Terlayani
1%
Item Obat
Terlayani %
99% Item Obat Tidak
Terlayani %
Dari Total 96.320 R/ Obat dari resep umum, BPJS dan kontraktor, terdapat
93.300 (99,16%) dan R/ obat yang terlayani dan 802 (0,84%) R/ obat yang tidak
terlayani.
Tabel 4.2 Rekapan Data Obat yang Diganti
Periode Oktober – Desember 2014
3% 2% 1% 2% 2%
4%
4%
7%
53%
22%
Dari total resep Umum, terdapat 10 besar obat yang sering diganti yaitu, 155 R/
yang diganti dengan orasic (24,8%), 20 R/ obat fluimucyl caps yang diganti
dengan n-asetil sistein (3,2%), 12 R/ obat stelazine yang diganti dengan stelosi
lansoprazole yang diganti dengan lancid (1,6%), 6 R/ obat maintate 2,5 yang
diganti dengan Concor (0,96%), 5 R/ obat asam mefenamat yang diganti dengan
lapistan (0,8%), 5 R/ obat sohobion inj yang diganti dengan ikaneuron (0,8%), 5
0%
25%
75%
Dari hasil penelitian, total 802 R/ obat tidak terlayani (1,73%), terdapat 259 R/
obat tidak terlayani dari resep umum (0,57%), 543 R/ obat tidak terlayani dari
resep BPJS dan 0 R/ obat tidak terlayani dari resep kontraktor (0%)
Total R/ Obat Tidak Terlayani %
3% 3% Calos
4%
5% Chlorpromazone
6% 35% Lansoprazole
7% Chloroquin 250
Vit B12
9% Na Diklofenak
13% 15% Asam tranexamat
Sodium bicarbonat
Kalnex 500
Vit B komplek
Hasil penelitian dari 802 R/ obat tidak terlayani, terdapat 148 R/ obat Calos yang
Chloroquin 250 yang tidak terlayani (4,86%), 30 R/ obat Vit B12 yang tidak
bicarbonat yang tidak terlayani (1,87%), 14 R/ obat Kalnex 500 yang tidak
6% 6%
6%
26%
6%
13%
7%
10% 10%
10%
Hasil penelitian dari 105 R/ obat tidak terlayani di luar formularium, terdapat 8 R/
obat Fluimucil caps yang tidak terlayani di luar formularium (7,62%), 4 R/ obat
tidak terlayani di luar formularium (1.90%), 2 R/ obat Acne feldene yang tidak
terlayani di luar formularium (1,90%), 2 R/ obat dmp syr yang tidak terlayani di
luar formularium (1,90%), 2 R/ obat Gabapentin 300 yang tidak terlayani di luar
(1,90%).
4.1. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang evaluasi resep tidak terlayani pada
pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode
Oktober – Desember 2014, terdapat total 60.690 lembar resep. Dari 28.325 lembar
resep umum dengan total 45.106 R/ obat, terdapat 44.222 R/ obat terlayani
(98,04%) dan 259 R/ obat tidak terlayani (0,57%) dan 625 R/ obat yang diganti
(1,39%). Dari 31.356 lembar resep BPJS dengan total 46.941 R/ obat, terdapat
45.914 R/ obat terlayani ( 97,81%), 543 R/ obat tidak terlayani (1,16%) dan 484
R/ obat yang diganti (1,03%). Dari 1.009 lembar resep kontraktor dengan total
3.164 R/ obat, terdapat 3.164 R/ obat terlayani (100%) dan tidak terdapat resep
Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2013 sebanyak 67.050, maka untuk periode
tahun 2014 dengan total lembar resep 242.761, terdapat kenaikan penerimaan
lembar resep. Hal ini bisa disebabkan karena ketersediaan obat yang lebih pada
awal tahun sehingga banyak resep yang tertangani. Pada akhir tahun Instalasi
Farmasi (PBF).
Dari total jumlah R/ obat dalam resep umum, BPJS dan kontraktor, terdapat
99,16% R/ obat terlayani dan 0,84% obat tidak terlayani. Jumlah R/ obat terlayani
cukup tinggi, hal ini menunjukan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi
di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sudah dapat menunjang
memperlihatkan hasil yang paling tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
penggantian R/ obat dalam resep yang ditulis dokter. Instalasi Farmasi mengganti
R/ obat yang tidak terlayani dengan obat yang kandungannya sama. Hal ini sesuai
dengan otomatis oleh Instalasi Farmasi maupun Apoteker untuk yang mempunyai
kandungan sama untuk menekan biaya obat. Sistem ini akan menekan biaya
keadaan tertentu atas wewenang Tim Farmasi dan Terapi, Instalasi Farmasi dapat
memberikan obat dengan nama dagang lain, namun kandungan kimiawinya sama
atau dalam bentuk generik yang ada dalam Formularium Rumah Sakit.
Dalam prosedur tetap tahun 2012 yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Hasan
kebutuhan Staf Medis Fungsional (SMF) akan perbekalan farmasi. Kebijakan ini
duplikasi serta setiap permintaan harus mendapat persetujuan Sub Komite Farmasi
Terapi.
(0,84%). Total ini merupakan gabungan dari 259 R/ obat tidak terlayani resep
umum (0,57%), 543 R/ obat tidak terlayani resep BPJS (1,16%) dan 0 R/ obat
diketahui bahwa penyebab R/ tidak terlayani yaitu, 30% menyatakan stok habis di
pasaran atau kosong dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan 70% menyatakan
Hal ini menunjukkan bahwa untuk R/ obat tidak terlayani disebabkan oleh
faktor eksternal yaitu pihak distributor dalam pengadaan dan pengiriman pesanan
barang ke Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pembayaran obat
yang tertunda oleh Rumah Sakit ke distributor juga dapat menjadi faktor R/ obat
tidak terlayani, karena tertundanya pemesanan order obat oleh distributor. Dimana
hal ini dapat mengganggu kelancaran dalam pelayanan pasien, menyebabkan stok
menjadi kosong sehingga kebutuhan pasien tidak dapat terpenuhi. Sedangkan dari
faktor internal Instalasi Farmasi, R/ obat tidak terlayani karena jumlah atau
sediaan obat yang ada di Instalasi Farmasi kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
Dalam R/ obat tidak terlayani, juga ada R/ obat yang di luar Formularium
sebanyak 105 R/ obat (0,23 %). Untuk menghindari masalah R/ obat yang tidak
terlayani, Instalasi Farmasi selain mengganti obat dengan yang isinya sama juga
misalnya mencari alternatif obat yang tidak ada dari PBF lain atau nama dagang
yang lain.
Memasukkan daftar obat-obatan yang sering diganti ke dalam daftar
perencanaan dan daftar formularium rumah sakit untuk tahun depan. Sehingga
obat yang diganti menjadi obat standar yang harus disediakan di Rumah Sakit.
tepat, sehingga bisa menangani kekosongan obat di pelayanan bila faktor eksternal
terjadi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
terlayani pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
1) Total jumlah resep periode Oktober – Desember 2014 yaitu 60.690 lembar
resep, terdiri dari 28.325 lembar resep umum, 31.356 lembar resep BPJS dan
93.300 R/ (99,16%) terdiri dari 44.222 R/ obat terlayani pada resep umum
(96,70%), 45.914 R/ obat terlayani pada resep BPJS (96,81%), 3.164 R/ obat
3) Total jumlah R/ obat tidak terlayani periode Oktober – Desember 2014 yaitu
802 R/ (0,84%) terdiri dari 259 R/ obat tidak terlayani pada resep umum
(0,57%), 543 R/ obat tidak terlayani pada resep BPJS (1,16%), 0 R/ obat tidak
4) Total jumlah R/ obat yang diganti periode Oktober – Desember 2014 yaitu
625 R/ obat (1,37%) dari resep BPJS dan 484 (1,02%) dari resep umum.
tidak terlayani di luar formularium dan R/ obat yang diganti pada pelayanan
penelitian jumlah R/ obat tidak terlayani di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk melakukan
Depkes RI. 2002. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Jakarta.
Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Obat Nama
No Nama Obat Kelas Terapi Jumlah %
Pengganti Generik
1 Trihexiphenidil Hexymer Trihexiphenidil AntiParkinson 155 (24,80)
Analgesik
2 Tramadol Orasic Tramadol 64 (10,24)
non Narkotik
n-asetil
3 Fluimucyl cap n-asetil sistein Ekspektoran 20 (3,20)
sistein
4 Stelazine Stelosi Trifluoferazin Antipsikosis 12 (1,92)
9 Norvask Amdixal Amlodipin Antihipertensi 12 (1,92)
Antasida dan
5 Lansoprazol Lancid Lansoprazol 10 (1,60)
Antiulkus
6 Maintate 2,5 Concor Bisoprolol Antihipertensi 6 (0,96)
Asam Asam Analgesik
7 Lapistan 5 (0.80)
mefenamat mefenamat non Narkotik
Vitamin dan
8 Sohobion inj Ikaneuron Ikaneuron 5 (0,80)
mineral
10 Tensivask Amlodipin Amlodipin Antihipertensi 5 (0,80)
Total R/
Yang Diganti 625
Obat
55
Lampiran 8 (lanjutan)
Lampiran 8 (lanjutan)
Lampiran 8 (lanjutan)
Lampiran 8 (lanjutan)
Lampiran 9 (lanjutan)
Lampiran 9 (lanjutan)