Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respon
organism terhadap penolakan antigenetik, pengenalan diri sendiri dan bukan
dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai jenis unsure pathogen,
misalnya bakteri, virus, jamur, protozoa, parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia .infeksi yang terjadi pada manusia normal singkat dan
jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia
memiliki suatu sistem imun yang melindungi tubuhterhadap unsur -unsur
pathogen.
Imunogen merupakan zat yang mempunyai kesanggupan untuk
merangsang respons imun spesifik baik humoral, selular, ataupun keduanya
dan dapat bereaksi dengan produk respons imun tersebut, tubuh manusia tidak
mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen
disekelilingnya.Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia.Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks.Oleh
karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba
patogen juga berbeda.Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba
menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi.Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri
intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Berbagai komponen system imun bekerja sama dalam sebuah respon
imun. Apabila seseorang secara imunologis terpapar pertama kali dengan
antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka akan timbul
respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan
dan menjurus ke kerusakan individu mempunyai respon imun yang
menyimpangTubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
2

Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan


tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan.Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan
system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil,
monosit serta makrofag jaringan.Lipopolisakarida dalam dinding bakteri
Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya
antibody.Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping
dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga
merangsang demam dan sintesis protein
Sistem imun atau sistem pertahanan tubuh yang sangat unik.Sistem ini
menjaga manusia untuk dapat bertahan ditengah kepungan mikroba.Sistem
imun merupakan salah satu sistem yang menentukan tingkat kesehatan
seseorang.Namun, benarkan sesederhana itu?Itu sebabnya kami menulis
makalah mengenai imunologi spesifik dan imunologi non spesifik.

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perbedaan antara Imun non spesifik dan Imun Spesifik.
Serta mengetahui proses pembentukan imun didalam tubuh.

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai tambahan pengetahuan tentang imun spesifik dan imun non
spesifik bagi penulis
2. Sebagai tambahan pengetahuan tantang imun spesifik dan imun non
spesifik bagi pembaca
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.

Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap

infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-

molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. Sistem

imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya

yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan

makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain

menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan

menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun

intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan

kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk

pejamu [1]

1. Respon Imun

Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang

kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.Respons

imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel

makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi

secara kompleks.Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme

pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.


4

Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif

atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang

tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai

macam antigen.Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas

berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan merupakan pertahanan

khusus untuk antigen tertentu.

Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen

adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang

ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat

berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh

non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau

ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk.

Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak

dengan antigen. [2]

2. Sistem Imun

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk


mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup
a. Fungsi sistem imun:
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh .
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel)
untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
5

b. Tipe sistem imun.


Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua, yaitu : alamiah
dan adaptif (spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air
mata, air liur, keringat (dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung,
kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam neuraminik (pada air susu ibu),
sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara lebih mendetail di
dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem
imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA
(Imunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive
protein (CRP). Sementara fasa seluler terdiri dari sel-sel pemangsa
(fagosit) seperti sel darah putih (polymorpho nuclear/PMN), sel-sel mono
nuklear (monosit atau makrofag), sel pembunuh alamiah (Natural Killer),
dan sel-sel dendritik.Sedangkan pada sistem imun adaptif terdapat sistem
dan struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun
adaptif terdiri dari sub sistem seluler yaitu keluarga sel limfosit T (T
penolong dan T sitotoksik) dan keluarga sel mono nuklear (berinti
tunggal). Sub sistem kedua adalah sub sistem humoral, yang terdiri dari
kelompok protein globulin terlarut yaitu: Imunoglobulin G, A, M, D, dan
E. Imunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui suatu proses
aktivasi khusus, bergantung kepada karakteristik antigen yang dihadapi.
Secara berkesinambunangan dalam jalinan koordinasi yang harmonis,
sistem imun baik yang alamiah maupun adapatif senantiasa bahu-
membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia
dengan media hidupnya (ekosistem). [7]
6

B. System imun non spesifik ( innate immunity system)


1. Pengertian sistem imun non spesifik
System imun non spesifikmerupakan pertahan tubuh terdepan
dalam menghadapiserangan berbagai mikroorganisme, karena system
imun spesifik memelurkan waktusebelum dapat memberikan
responya.Kekebalan tubuh non spesifik merupakan respon alamiah dari
tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari antigen baik dari lingkungan
ekterna maupun interna. Ada 3 macam yaitu Fisik ( kulit, mukosa, batuk,
diare, bersin ); Bahan larut / biokimia { Ph keringat dan vagina, HCL
dilambung, lisozim ( keringat,air mata dll ), laktoferin ( Asi, serum,
spermin ) }; Selular fagosit, makrofag, natural killer.
Ketika kuman atau bakteri masuk kedalam tubuh maka terjadi
proses rekognisi dimana antigen itu dicoba dikenali ( self or non self )
sebelum bereaksi, biasanya dengan menggunakan limfosit. Setelah itu
terjadi proses proliferasi dimana limfosit yang beredar mengirimkan pesan
ke nodus limfatik untuk mensensitisasi limfosit tubuh menjadi limfosit T /
limfosit B. Kemudian baru terjadi respon baik itu humoral dan selular.
Perbedaan antara imunitas non spesifik dan spesifik adalah
imunitas non spesifik berespons dengan cara yang sama pada paparan
berikutnya dengan mikroba, sedangkan imunitas spesifik akan berespons
lebih efisien karena adanya memori imunologik.
1. Macam-macam dan fungsi dari pertahanan humoral dan seluler dari
sistem imun nonspesifik
Sistem imun nonspesifik dibagi menjadi :
a. Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran
napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan
terhadap infeksi. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan
selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko
infeksi.
7

b. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang
berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Asam HCL
dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan
air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram
positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga
mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman
gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin
dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan
untuk kehidupan kuman pseudomonas
c. Pertahanan Humoral
Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut
tertentu yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal,
misalnya peptida antimikroba (defensin, katelisidin, dan IFN dengan
efek antiviral).Namun juga ada faktor larut lainnya yang diproduksi
di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui
sirkulasi seperti komplemen dan PFA (Protein Fase Akut).
Pertahanan humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan
CRP (C Reaktif Protein / protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan
Binding Lectin):
1) Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif
bakteri dan parasit karena:
a) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
b) Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke
tempat bakteri
c) Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan
bakteri memudahkan makrofag untuk mengenal dan
memfagositosis (opsonisasi)
8

2) Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai
sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai
respons terhadap infeksi virus.Interveron mempunyai sifat anti
virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi
virus sehingga menjadi resisten terhadap virus.Disamping itu,
interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK).
Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan
perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal
oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian
penyebaran virus dapat dicegah
3) Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan
komplemen.CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi.CRP
merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau
lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut.CRP berperanan pada
imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat
mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan
jamur.
4) Kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin)
Lektin mannose-binding (MBL), juga disebut protein mannose-
binding protein atau mannan-binding (MBP), merupakan lektin
yang berperan dalam kekebalan bawaan.MBL milik kelas
collectins dalam tipe C lektin superfamili, yang fungsinya
tampaknya pengenalan pola pada baris pertama pertahanan dalam
host pra-imun.MBL mengakui pola karbohidrat, ditemukan pada
permukaan sejumlah besar patogen mikro-organisme, termasuk
bakteri, virus, protozoa dan jamur. Pengikatan MBL ke mikro-
organisme hasil di aktivasi jalur lektin dari sistem komplemen .
Fungsi penting lain MBL adalah bahwa molekul ini mengikat
pikun dan apoptosis sel dan meningkatkan terperosok
keseluruhan, sel apoptosis utuh, serta puing-puing sel oleh fagosit.
9

5) Pertahanan Selular
Sel-sel sistem imun nonspesifik ini dapat ditemukan dalam
sirkulasi atau jaringan.Contoh sel yang dapat ditemukan di
sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil.basofil, monosit, sel T, sel B,
sel NK, sel darah merah dan trombosit. Contoh sel yang dapat
ditemukan di jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T,
sel plasma dan sel NK. [ 8 ]

2. Komponen imunitas non spesifik


Sistem imun non spesifik terdiri dari epitel (sebagai barrier terhadap
infeksi), sel-sel dalam sirkulasi dan jaringan, serta beberapa protein
plasma.
a. Barrier epitel
Tempat masuknya mikroba yaitu kulit, saluran gastrointestinal, dan
saluran pernapasan dilindungi oleh epitel yang berfungsi sebagai
barrier fisik dan kimiawi terhadap infeksi.Sel epitel memproduksi
antibodi peptida yang dapat membunuh bakteri.Selain itu, epitel juga
mengandung limfosit intraepitelial yang mirip dengan sel T namun
hanya mempunyai reseptor antigen yang terbatas jenisnya. Limfosit
intraepitelial dapat mengenali lipid atau struktur lain pada mikroba.
Spesifisitas dan fungsi limfosit ini masih belum jelas. [2]
b. Sistem fagosit
Terdapat 2 jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit,
yaitu sel darah yang dapat datang ke tempat infeksi kemudian
mengenali mikroba intraselular dan memakannya (intracellular
killing). Sistem fagosit dibahas dalam bab tersendiri.
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi
sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel
mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear
seperti neutrofil.Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan
komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi
dalam beberapa tingakt sebagai berikut: Kemotaksis, menangkap,
10

memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna. Kemotaksis adalah


gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai
factor sperti produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada
aktivasi komplemen.Antibody seperti pada halnya dengan komplemen
C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi). Antigen yang diikat
antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian
dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk
fraksi Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit.Yang termasuk
sel fagosit adalah makrofag, sel dendrit, dan neutrofil.
1) Makrofag
Makrofaga berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemakan sel
yang besar.Makrofaga adalah leukosit fagositik yang besar, yang
mampu bergerak hingga keluar system vaskuler dengan
menyebrang membran sel dari pembuluh kapiler dan memasuki
area antara sel yang sedang diincar oleh patogen.Di jaringan,
makrofaga organ-spesifik terdiferensiasi dari sel fagositik yang ada
di darah yang disebut monosit.Makrofaga adalah fagosit yang
paling efisien, dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel
lainnya. Pengikatan molekul bakteri ke reseptor permukaan
makrofaga memicu proses penelanan dan penghancuran bakteri
melalui "serangan respiratori", menyebabkan pelepasan bahan
oksigen reaktif. Patogen juga menstimulasi makrofaga untuk
menghasilkan kemokin, yang memanggil sel fagosit lain di sekitar
wilayah terinfeksi.
2) Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil
dikenal dengan nama granulosit karena keberadaan granula di
sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan polymorphonuclear
karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil
mengandung berbagai macam substansi beracun yang mampu
membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri dan
jamur.Mirip dengan makrofag, neutrofil menyerang patogen
11

dengan serangan respiratori.Zat utama yang dihasilkan neutrofil


untuk melakukan serangan respiratori adalah bahan pengoksidasi
kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan
hipoklorit. Neutrofil adalah tipe fagosit yang berjumlah cukup
banyak, umumnya mencapai 50-60% total leukosit yang
bersirkulasi, dan biasanya menjadi sel yang pertama hadir ketika
terjadi infeksi di suatu tempat. Sumsum tulang normal dewasa
memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi
akut.
3) Sel dendritik
Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang
terhubung dengan lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit
(umum disebut sel Langerhans) dan lapisan mukosa dalam dari
hidung, paru-paru, [lambung], dan usus.Mereka dinamai sel
dendritik karena dendrit neuronal mereka, namun mereka tidak
berhubungan dengan sistem syaraf. Sel dendritik sangat penting
dalam proses kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara
antara sistem imun turunan dan sistem imun adaptif. Fagositosis
dari sel dari organisme yang memilikinya umumnya merupakan
bagian dari pembentukan dan perawatan jaringan biasa. Ketika sel
dari organisme tersebut mati, melalui proses apoptosis ataupun
oleh kerusakan akibat infeksi virus atau bakteri, sel fagositik
bertanggung jawab untuk memindahkan mereka dari lokasi
kejadian. Dengan membantu memindahkan sel mati dan
mendorong terbentuknya sel baru yang sehat, fagositosis adalah
bagian penting dari proses penyembuhan jaringan yang terluka.
12

c. Sel Natural Killer (NK)


Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap
mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan
memproduksi sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-. Sel
NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan organ limfoid
perifer. Sel NK mengandung banyak granula sitoplasma dan
mempunyai penanda permukaan (surface marker) yang khas.Sel ini
tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK
dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi
mikroba.Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel
NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host
cell), sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang
lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali
molekul di permukaan sel pejamu yang terinfeksi virus, serta
mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor
pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali molekul
permukaan sel pejamu yang normal (tidak terinfeksi).
Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karena itu
disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga.Sel NK
dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma
dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat
pematangan dan efeksitolitik sel NK.Sel NK memiliki ukuran yang
agak lebih besar dari limfosit T dan limfosit B. Sel ini dinamakan sel
pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker
tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena sel-sel ini siap
membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu melewati
proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK juga
menghasilkan beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit
T, limfosit B dan makrofag [2]
13

d. Sistem komplemen
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi
yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba.Banyak protein
komplemen merupakan enzim proteolitik.Aktivasi komplemen
membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan
enzymatic cascade.

e. Sitokin pada imunitas non spesifik


Sebagai respons terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya
mensekresi sitokin untuk memperantarai reaksi selular pada imunitas
non spesifik.Sitokin merupakan protein yang mudah larut (soluble
protein), yang berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara
leukosit dengan sel lainnya.Sebagian besar dari sitokin itu disebut
sebagai interleukin dengan alasan molekul tersebut diproduksi oleh
leukosit dan bekerja pada leukosit (namun definisi ini terlalu sederhana
karena sitokin juga diproduksi dan bekerja pada sel lainnya).Pada
imunitas non spesifik, sumber utama sitokin adalah makrofag yang
teraktivasi oleh mikroba.Terikatnya LPS ke reseptornya di makrofag
merupakan rangsangan kuat untuk mensekresi sitokin.Sitokin juga
diproduksi pada imunitas selular dengan sumber utamanya adalah sel T
helper (TH).
f. Protein plasma lainnya pada imunitas non spesifik
Berbagai protein plasma diperlukan untuk membantu komplemen pada
pertahanan melawan infeksi. Mannose-binding lectin (MBL) di plasma
bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein
permukaan mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah
fagositosis, atau mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. Protein
MBL ini termasuk dalam golongan protein collectin yang homolog
dengan kolagen serta mempunyai bagian pengikat karbohidrat
(lectin).Surfaktan di paru-paru juga tergolong dalam collectin dan
berfungsi melindungi saluran napas dari infeksi.C-reactive protein
(CRP) terikat ke fosforilkolin di mikroba dan menyelubungi mikroba
tersebut untuk difagosit (melalui reseptor CRP pada makrofag). Kadar
14

berbagai protein plasma ini akan meningkat cepat pada infeksi. Hal ini
disebut sebagai respons fase akut (acute phase response).
Cara kerja respons imun non spesifik dapat bervariasi tergantung dari
jenis mikroba.Bakteri ekstraselular dan jamur dimusnahkan oleh
fagosit, sistem komplemen, dan protein fase akut.Sedangkan
pertahanan terhadap bakteri intraselular dan virus diperantarai oleh
fagosit dan sel NK, serta sitokin sebagai sarana penghubung fagosit
dan sel NK.
2. Penghindaran mikroba dari imunitas non spesifik
Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas
non spesifik sehingga dapat memasuki sel pejamu.Beberapa bakteri
intraselular tidak dapat didestruksi di dalam fagosit.Lysteria
monocytogenes menghasilkan suatu protein yang membuatnya lepas dari
vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit. Dinding sel
Mycobacterium mengandung suatu lipid yang akan menghambat
penggabungan fagosom dengan lisosom. Berbagai mikroba lain
mempunyai dinding sel yang tahan terhadap komplemen. Mekanisme ini
digunakan juga oleh mikroba untuk melawan mekanisme efektor pada
imunitas selular dan humoral.
3. Peran imunitas non spesifik dalam menstimulasi respons imun spesifik
Respons imun non spesifik menghasilkan suatu molekul yang bersama-
sama dengan antigen akan mengaktivasi limfosit T dan B. Aktivasi
limfosit yang spesifik terhadap suatu antigen membutuhkan 2 sinyal;
sinyal pertama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba, respons
imun non spesifik terhadap mikroba, dan sel pejamu yang rusak akibat
mikroba merupakan sinyal kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan
bahwa limfosit hanya berespons terhadap agen infeksius, dan tidak
berespons terhadap bahan-bahan non mikroba.Pada vaksinasi, respons
imun spesifik dapat dirangsang oleh antigen, tanpa adanya mikroba.Dalam
hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan bahan tertentu yang
disebut adjuvant. Adjuvant akan merangsang respons imun non spesifik
15

seperti halnya mikroba. Sebagian besar adjuvant yang poten merupakan


produk dari mikroba.
Mikroba di dalam darah mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur
alternatif. Pada aktivasi komplemen, diproduksi C3d yang akan berikatan
dengan mikroba. Pada saat limfosit B mengenali antigen mikroba melalui
reseptornya, sel B juga mengenali C3d yang terikat pada mikroba melalui
reseptor terhadap C3d. Kombinasi pengenalan ini mengakibatkan
diferensiasi sel B menjadi sel plasma. Dalam hal ini, produk komplemen
berfungsi sebagai sinyal kedua pada respons imun humoral.[8]

C. System imun spesifik (adaptive immunity)


Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel
makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme
pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen
yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga
menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan
lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan
terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang
merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen.
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang
mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag) sel
limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing
berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan
meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Sel
limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi
yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis
antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang
16

mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell


mediated cytotoxicy (ADCC) [2]

D. Sel sel imun non spesifik


a. Sel FagositFagosit Agranulosit
a) Sel Monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana
setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi
sebagai fagosit
b) Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam
sirkulasi. Ada 2 golongan, yaitu:
Fagosit professional: monosit dan makrofag yang menempel pada
permukaan dan akan memakan mikroorganisme asing yang masuk.
Monosit dan makrofag juga mempunyai resepto interferon dan
Migration Inhibition Factor (MIF).Selanjutanya monosit dan makrofag
diaktifkan oleh Macrophage Activating Factor (MAF) yang dilepas
oleh sel T yang disensitasi.
c) Antigen Presenting Cell (APC): sel yang mengikat antigen asing yang
masuk lalu meprosesnya sebelum dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang
dapat menjadi APC antara lain: kelenjar limfoid, sel Langerhans di
kulit, Sel Kupffer di hati, sel mikrogrial di SSP dan sel B.
b. Fagosit Garnulosit
a) Neutrofil : mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan
komplemen yang diaktifkan.
b) Eosinofil: eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel dimana
mediator yang dilepas dapat menginaktifkan mediator- mediator yang
dilepas oleh mastosit/basofil pada reaksi alergi. eosinofil mengandung
berbagai granul seperti Major Basic Protein (MBP), Eosinophil
Cationic Protein (ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN)&
Eosinophil Peroxidase (EPO) yang besifat toksik dan dapat
menghancurkan sel sasaran bila dilepas.
17

c) Sel Nol
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) yang terbagi dalam sel NK
(Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel tumor
dengan cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang sel K
merupakan efektor Antibody Dependent Cell (ADCC) ynag dapat
membunuh sel secara nonspesifik namun bila sel sasaran dilapisi
antibody.
d) Sel Mediator
Basofil dan Mastosit: melepaskan bahan-bahan yang mempunyai
aktivitas biologic antara lain: meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
respons inflamasi.
Trombosit: berfungsi pada homeostasis, memodulasi respons inflamasi,
sitotoksik sebagai selefektor dan penyembuhan jaringan
E. Sel Imun Spesifik
a. Sel T
a) Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan
dengan yang lain, beberapa macam sel T
b) Penanda bahwa sel T sudah matang
c) T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II MHC
dan T8 dalam pengenalankelas I MHC
d) T3 : resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T
e) TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang
diperlukanuntuk.menemukan.preTcell
f) Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan
sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi
antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
g) Petanda fungsional
Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat
dan merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi.
h) Subkelas Sel T
i) Sel Th (T Helper) : menolong sel b dalam memproduksi antibody
18

j) Sel Ts (T Supresor): menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. Sibagi
menjadi Sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik
k) Sel Tdh / Td (delayed hypersensivity): berperan pada pengerahan
makrofag dan sel inflamasi lain ke tempat terjadinya reaksi
hipersensivitas tipe lambat.
l) Sel Tc (cytotoxic): berkemampuan untuk menghancurkan sel allogeneic
dan sel sasaran yang mengandung virus. [2]
b. Sel B
Sel yang berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mampu membentuk dan melepan antibody atas pengaruh sel T. macam
macam antibody yang dihasilkan
a) Ig G : berjumlah 75% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam
jaringan& serum (darah, cairan SSP) mengaktifkan sistem
komplemen sehingga berperan dalam imunitas selular Ig G dapat
menembus plasenta masuk k fetus
b) Ig A: berjumlah 15% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam cairan
tubuh (darah,saliva,air mata, ASI, sekret paru, GI, dll), Ig A dpt
menetralisir toksin& mencegah terjadinya kontak antara toksin dgn
sel sasaran
c) Ig M : berjumlah 10% dari seluruh Imunoglobin, Merupakan antibodi
pertama yang dibentuk dalam respon imun, kebanyakan sel B
mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen, dapat
mencegah gerakan mikroorganisme, memudahkan fagositosis&
aglutinator kuat terhadap antigen
d) Ig D : berjumlah 0,2% dari seluruh Imunoglobin, merupakan komponen
utama pada permukaan sel B& penanda dari diferensiasi sel B yang
lebih matang, Ditemukan dgn kadar rendah dlm sirkulasi
e) Ig E : berjumlah 0,004% dari seluruh Imunoglobin, Ig dengan jumlah
tersedikit namun sangat efisien, terdapat dalam serum, mudah diikat
oleh mast cell, basofil& eosinofil yang pada permukaannya memiliki
reseptor untuk fraksi Fc dr Ig E. [2]
F. Tipe Imunitas
19

Imunitas : alami dan di dapat


Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita).
Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam
mempertahankan tubuh terhadap para penyerang yang berbahaya, namun
berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara yang saling tergantung
yang satu dengan yang lain.
a. Imunitas alami
Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan
pada saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap
penyerang asing tampa memperhatikan kompossisi penyerang tersebut.
Dasar mekanisme pertahanan aalami semata-mata merupakan
kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara
diri sendiri dan bukan diri sendiri
Mekanisme alami semacam ini mencakup :
a. Sawar ( barier) fisik
Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro
organism pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh,
dan silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta bersin
yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas atas dari
mokro organism pathogen sebel;um mikro organism tersebut
menginflasi tubuh lebuh lajut.
b. Sawar (barier) kimia
Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air
liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara non-spesifik untuk menghancurkan
bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi dengan cara
interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi
yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami
yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen
lainya dari sistem imun.

c. Sel darah putih ( leukosit)


20

Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit


polimorfonuklear atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa
lobus) merupakan sel pertama yang tiba pada tempat terjadinya
inflamasi.Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang neningkat
jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress.
Granulosit akan memerangi serbuan benda asing atau toksin dengan
melepaskan mediator sel seperti histamine, brandikinin, prostaglandin,
dan akan menyerang benda asing atau toksin tersebut. Leukosit non
granuler mencakup monosityang berfungsi sebagai sel fagosit yang
dapat menelan, mencerna, dan menghancurkan benda asing atau
toksin dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan granulosit dan
limfosit yang trdiri atas sel T dan sel B yang memainkan peranan
utama dalam imunitas humoral dan imunitas yang diantarai oleh sel.
d. Respon inflamasi
Pertahanan tubuh non spesifikMerupakan fungsi utama dari sistem imun
alami yang dicetuskan sebagai reaksi terhadap cidera jaringan atau
mikro organism penyerang.Zat-zat mediator komia turut membantu
respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi
mokro organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan
meningkatkan pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi
jaringan yang cedera.
b. Imunitas yang di dapat.
Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang
tidak di jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan
seseorang.Imunitas didapat biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit
penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun
yang bersifat protektif.Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif
dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan
dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan
umumnya berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup.
Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di
21

transmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah


menderita sakit atau menjalani imunisasi. [18]
22

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi mikroba patogen direspons oleh tubuh dengan reaksi
peradangan (inflamasi) dan demam.Radang merupakan reaksi tubuh terhadap
kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan oleh infeksi, zat-zat kimia, ataupun
gangguan fisik lainnya, seperti benturan dan panas.Gejala radang dapat
berupa sakit, panas bengkak, kulit memerah dan gangguan fungsi dari daerah
yang terkena radang.Bisul, bengkak, dan gatal merupakan beberapa bentuk
peradangan.Demam merupakan salah satu respons tubuh terhadap radang.
Ketika demam, suhu tubuh akan naik melebihi suhu tubuh normal.
Bakteri, virus, sel-sel kanker, dan sel-sel yang mati menghasilkan zat
yang disebut pyrogenexogen.Zat tersebut merangsang makrofag dan monosit
mengeluarkan zat pyrogen-endogen yang merangsang hipotalamus
menaikkan suhu tubuh sehingga timbul perasaan dingin, menggigil, dan suhu
tubuh yang meningkat. Suhu tubuh yang tinggi menguntungkan karena
bakteri dan virus akan lemah sehingga mati pada suhu tinggi.
Metabolisme, reaksi kimia, dan sel-sel darah putih akan lebih aktif dan
cepat sehingga mempercepat penyembuhan. Namun, terdapat efek lain dari
naiknya suhu tubuh ini. Sakit kepala, pusing, lesu, kejang, dan kerusakan otak
permanen yang membahayakan tubuh.
Imunitas mengacu kepada respons protektif tubuh yang spesifik
terhadap benda asing atau mikroorganismeyang menginvasinya. Komponen
dan fungsi pada imunitas terdiri leukosit, sumsum tulang, jaringan limfoid
yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe, tonsil, lien,tonsil serta adenoid, dan
jaringan serupa.
Dari leukosit terdapat sel B dan sel T. sel B mencapai maturasinya pada
sumsum tulang dan sel T mencapai maturasinya di kelenjar thymus.Imunitas
dibagi menjadi imunitas alami dan imunitas yang didapat.Imunitas alami
merupakan respons nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa
mempertahankan komposisi penyerang tersebut.
23

Mekanismenya mencakup sawar fisik, kimia, sel darah putih, respon


inflamasi. Imunitas yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai
pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya
terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respon imun yang bersifat protektif.
Terdapat 2 tipe pada imunitas yang didapat yaitu imunitas didapat aktif dan
pasif.Pertahanan system imun dibagi pada respons imun fagositik, respon
humoral/antibody respon, dan respon imun seluler.Disamping system pertahanan,
terdapat stadium respon imun; yakni stadium pengenalan, bersirkulasi, proliferasi,
respon, dan efektor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi system imun yaitu usia, gender,
faktor-faktor psikoneuro-imunologik, kelainan organ lain, obat-obatan dan radiasi.
Imunodefisiensi bisa diklasifikasikan sebagai kelainan primer/sekunder dan
dapat pula berdasar komponen yang terkena pada system imun tersebut.
Imunodefisiensi sekunder lebih sering dijumpai, akibat dari proses penyakit yang
mendasarinya. Penyebabnya malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, DM,
kelainan autoimun, AIDS. Penderita ini mengalami imunosupresi dan sering
disebut hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised
host).Gangguan imun yang terakhir adalah hipersensitivias adalah reaksi tipe 1
yang memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga
terjadi produksi antibody IgE oleh sel-sel plasma (sel T helper membantu
menggalakkan reaksi ini).
24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayah serta nikmat diantaranya adalah nikmat
sehat, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan ruang lingkup
pembahasan Sistem Imun Spesifik dan Non Spesifik. Adapun tujuan dibuatnya
tugas makalah ini selain untuk mendapatkan nilai tugas tetapi juga agar dapat
mengetahui tentang Sistem Imun Spesifik dan Non Spesifik.

Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas
makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan yang Penulis lakukan serta
dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga Penulis
mampu menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan baik,oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak
membantu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis mengharapkan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembelajaran kita semua.

Padang, Januari 2015

Penulis
25

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas AK.Lichtman AH. Basic immunology. Ed 3. Philadelphia ; WB


Saunders compeny.2011

2. David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ


transplantation. Springe

3. HR.DR hasdianah dkk. 2014. imunologi diagnosisdan teknik biologi


molekuler. Edisi 1 penerbit nuha medika

4. Topfer E. Boraschi D. Italiani P.Innate Immune Memory. Journal Of


Immunology Reserach.2015

5. Anthony L. DeFranco, Richard M. Locksley, Miranda Robertson (2007).


Immunity: the immune response in infectious and inflammatory disease.
Oxford University Press.

6. Hong jiang,M.D, Ph,D, and Leonard Chess, M.D. Mechanisms of Disease


Regulation of Immune responses by T. Cells. The new england jounal of
medicine. 2006

7. Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

8. Roiit IM, Essensial Immunology , Ed 8. University College London Medical


School, London.

9. Roiit IM, Brostoffj, Male D,Introduction to the Immune System. Dalam


Immunology ed 4. London, Mosby co 1996

10. Pandjassarame Kangueane. 2009. Bioinformation Discovery: Data to


Knowledge in Biology. Springer.

11. Brokks, geo F. Dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit


salemba medika

12. Guyton, Arthyr C., Hall, John E. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

13. Anthony L. DeFranco, Richard M. Locksley, Miranda Robertson


(2007). Immunity: the immune response in infectious and inflammatory
disease. Oxford University Press.

14. David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ


transplantation. Springer.
26

15. Pandjassarame Kangueane. 2009. Bioinformation Discovery: Data to


Knowledge in Biology. Springer.

16. Roitt, Ivan. Immunologi Essential Immunology, 8 th Edition Alida,


Kurniawan L, Djauzi S, Kresno SB, Dachlan YP Jakarta :Widya Medika
2003 ; 2-37.

17. Ponnappan S, Ponnappan U. Aging and Immune Function : Molecular


Mechanisms to Interventions. Comprehensive Invitedreview. April
2011 15; 14 (8): 1551- 1585.

18. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/AgingandImmuneFunctio:


MolecularMechanisstoInterventions

19. Zhang X. Regulatory function soft innate-like B cells. Cellular & Molecular
Immunology.February 2013 10: 113121.
Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/Regulatoryfunctionsofti
nnate- likeBcells

20. Kenney MJ, Gants CK. Autonomic Nervous System and Immune System
Interactions. Compr Physiol. July 2014; 4(3); 1177-1200.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/AutonomicNervousSystemandImmuneS
ystemIn teractions

21. Hall J Lindsay, Clare S, Dougan G. NK cells influence both innate and
adaptive immune responses after mucosal immunisation with antigen and
mucosal adjuvant. J Immunol. 2010 April 15; 184(8): 43274337.

22. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/Nkcellsinfluencebothinnateandadaptiveim
muneresponsesaftermucosalimmunisationwithantigenandmucosal adjuvant
23. Besedovky L, Lange T, Born J. Sleep and Immune Function. Pflugers Arch
Eur J Physiol. 2012; 463; 121-137.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/SleepandImmuneFunction

24. Suzuki J, Ricordi C, Chen Z. Immune tolerance induction by integrating


innate and adaptive immune regulators. Cell Transplant. 2010 ; 19(3):
253268.

25. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/immunetoleranceinductionbyintegratingina
teandadaptiveimmuneregulators

26. Stuart E. Turvey, MB BS, Dphil, David H Broide, MB ChB. Chapter 2:


Innate Immunity. J Allergy Clin Immunol. 2010 February ; 125(2 Suppl
2): S24S

27. Holgate. Stephen T. Innate and Adaptive Immune Responses In Asthma


Nature Medicine Volume 18.2012

Anda mungkin juga menyukai

  • 4 Corak Kehidupan
    4 Corak Kehidupan
    Dokumen3 halaman
    4 Corak Kehidupan
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • K 2.konsultasi Gizi
    K 2.konsultasi Gizi
    Dokumen9 halaman
    K 2.konsultasi Gizi
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • SARI 1
    SARI 1
    Dokumen3 halaman
    SARI 1
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • RPKPS Komukasi Gizi2015
    RPKPS Komukasi Gizi2015
    Dokumen9 halaman
    RPKPS Komukasi Gizi2015
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Kenakalan Remaja
    Kenakalan Remaja
    Dokumen10 halaman
    Kenakalan Remaja
    Ebrine Ladiba Gustam
    100% (1)
  • SARI 1
    SARI 1
    Dokumen3 halaman
    SARI 1
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • SARI 1
    SARI 1
    Dokumen3 halaman
    SARI 1
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat Kontrasepsi
    Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat Kontrasepsi
    Dokumen7 halaman
    Penggunaan Bahan Alam Sebagai Alat Kontrasepsi
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Contoh KK Mekarsari
    Contoh KK Mekarsari
    Dokumen22 halaman
    Contoh KK Mekarsari
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Tertentu Dan Rasional
    Tertentu Dan Rasional
    Dokumen14 halaman
    Tertentu Dan Rasional
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Axaxa
    Axaxa
    Dokumen31 halaman
    Axaxa
    meldagunawan
    Belum ada peringkat
  • Usus Besar
    Usus Besar
    Dokumen7 halaman
    Usus Besar
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Post Dan Kondar
    Post Dan Kondar
    Dokumen7 halaman
    Post Dan Kondar
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Lemak
    Lemak
    Dokumen22 halaman
    Lemak
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Tidak Penting
    Tidak Penting
    Dokumen1 halaman
    Tidak Penting
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Tidak Penting
    Tidak Penting
    Dokumen1 halaman
    Tidak Penting
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Tidak Penting
    Tidak Penting
    Dokumen1 halaman
    Tidak Penting
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat
  • Tidak Penting
    Tidak Penting
    Dokumen1 halaman
    Tidak Penting
    Ebrine Ladiba Gustam
    Belum ada peringkat