Anda di halaman 1dari 7

CONTOH KASUS PENELITIAN EKSPERIMEN DALAM

EPIDEMIOLOGI

A. KASUS
Efektivitas minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) dalam berbagai
konsentrasi terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypty L. instar III.

B. PENENTUAN VARIABEL
1. Variabel Bebas : Efektivitas minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.)
dalam berbagai konsentrasi sebagai larutan anti nyamuk.
2. Variable Terikat : Mortalitas larva nyamuk Aedes aegypty L. instar III.

C. PEMILIHAN DESIGN
Design penelitian yang digunakan dalam kasus ini adalah True Eksperimental. Karena
sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random (acak) dari populasi tertentu.

D. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 240 ekor larva Aedes aegypti L. instar III yang dibagi
menjadi 6 perlakuan yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol
(kontrol positif dan kontrol negatif) dengan 4 kali ulangan. Jumlah ulangan (replikasi)
dalam eksperimen ini dihitung dengan rumus menurut Hanafiah (2012) yaitu:

(t-1) (r-1) ≥15


(6-1) (r-1) ≥ 15
5 (r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 15/5
r-1 ≥ 3
r≥3+1
r≥4
Keterangan : t = jumlah perlakuan
r = jumlah pengulangan
Tabel 1 Rancangan acak lengkap

Ulangan
Perlakuan
I II III IV
Kn KnI KnII KnIII KnIV
Kp KpI KpII KpIII KpIV
P1 P 1I P1II P1III P1IV
P2 P 2I P2II P2III P2IV
P3 P 3I P3II P3III P3IV
P4 P 4I P4II P4III P4IV

Keterangan :
Kn : Kontrol Negatif (aquades dan 0,01 ml Tween 80)
Kp : Kontrol Positif (aquades dan abate)
P1 : Minyak atsiri kulit jeruk nipis 25%
P2 : Minyak atsiri kulit jeruk nipis 50%
P3 : Minyak atsiri kulit jeruk nipis 75%
P4 : Minyak atsiri kulit jeruk nipis 100%

E. PENENTUAN SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini adalah larva nyamuk Aedes aegypti L. instar III (umur 6-7
hari) yang diambil secara random dari populasi larva Aedes aegypti L. yang telah
dibiakkan. Pemilihan instar III sebagai fase uji karena ukurannya lebih besar
dibandingkan dengan instar I dan II serta sudah memiliki alat-alat (organ tubuh) yang
lengkap dan relatif stabil terhadap lingkungan. Selain itu larva instar III juga memiliki
ketahanan fisik terhadap faktor mekanis saat terjadi pemindahan larva dan instar III
memiliki waktu yang cukup lama untuk berubah menjadi pupa dan imago (nyamuk
dewasa). Besar sampel setiap ulangan adalah 10 ekor larva yang diletakkan pada setiap
perlakuan. Terdapat 6 perlakuan yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan (berbagai
konsentrasi) dan 2 kelompok kontrol (kontrol positif dan kontrol negatif) dengan 4 kali
ulangan. Sehingga jumlah seluruh sampel yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus
berikut :
Jumlah Sampel =nxtxr
= 10 x 6 x 4
= 240 ekor
Keterangan :
n = jumlah larva nyamuk Aedes aegypti L. instar III pada tiap perlakuan \
t = jumlah perlakuan
r = banyaknya pengulangan

F. PENYUSUSNAN ALAT
1. Alat uji efektifitas minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) adalah alat
destilasi uap dan air, wadah penampung minyak atsiri, corong pisah, timbangan, spuit
1 ml, gelas ukur, gelas cup, pipet ukur.
2. Bahan uji efektifitas minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) adalah
jeruk nipis sebanyak 20 kg yang akan diambil kulitnya, larva Aedes aegypti L. instar
III, abate, Tween 80 dan aquades.

G. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data penelitian ini adalah dengan mengamati dan mencatat jumlah kematian
larva Aedes aegypti L. akibat pemberian minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Kematian larva ditandai
dengan larva yang tidak bergerak di dasar gelas uji, meninggalkan larva lain yang
bergerak dan tidak memiliki respon terhadap rangsangan. Penelitian diamati setiap 1, 2, 3,
4, 5, 6 jam. Pengamatan dilanjutkan tiap jam jika masih terdapat larva yang hidup sampai
24 jam setelah perlakuan. Data yang terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 2. Hasil Perhitungan uji efektivitas minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia
S.) terhadap kematian Larva Aedes aegypti L selama 24 jam.

Variasi Jumlah
Ulangan Waktu (jam)
konsentrasi kematian
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 larva

I
II
25%
III
IV
I
II
50%
III
IV
I
II
75%
III
IV
I
II
100%
III
IV
I
II
Kn
III
IV
I
II
Kp
III
IV
3.5 Prosedur Kerja

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan bahan uji, koleksi
larva instar III dan uji efektivitas minyak atsiri kulit jeruk nipis terhadap mortalitas larva
Aedes aegypti L. instar III.

3.5.1 Pengumpulan Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.)


Pada penelitian ini buah jeruk nipis yang dikumpulkan sebanyak 20 kg. Buah jeruk
yang diambil adalah buah jeruk siap panen yang telah diidentifikasi di Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang kulitnya masih utuh dengan warna hijau
kekuning-kuningan dan kulitnya tidak keriput dan tidak kering. Buah jeruk nipis ini diperoleh
dari pasar Peunayong Banda Aceh. Setelah buah dikumpulkan kemudian dicuci lalu dikupas
dan dipisahkan dari daging buahnya. Kulit buah jeruk yang digunakan sebagai sampel diiris
kecil-kecil sebanyak 1800 gr.

3.5.2 Pembuatan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.)
Pengambilan senyawa kimia kulit jeruk nipis dilakukan dengan teknik penyulingan
menggunakan destilasi uap air. Kulit jeruk yang telah diiris kecil-kecil dimasukkan ke dalam
labu destilasi dan disuling selama 3 jam sehingga didapat campuran air dan minyak atsiri.
Minyak atsiri dipisahkan dari air menggunakan corong pisah. Minyak atsiri yang didapat
kemudian diukur volumenya sebanyak 9 ml.
Konsentrasi larutan minyak atsiri kulit jeruk nipis yang digunakan adalah 10%, 30%,
50%, 80% dan 100%. Masing-masing konsentrasi ditambahkan Tween 80 sebanyak 0,01 ml.
Larutan kontrol positif 0,1 gr abate dalam 100 ml aquades dan kontrol negatif 0,01 ml Tween
80 dalam 100 ml aquades. Konsentrasi minyak atsiri kulit jeruk nipis yang dugunakan
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus.
Rumus :
V1.M1 = V2.M2
Keterangan V1= Volume awal
M1= Konsentrasi awal
V2= Volume yang diinginkan
M2= Konsentrasi yang diinginkan

3.5.3 Koleksi Larva Aedes aegypti L. Instar III


Larva nyamuk Aedes aegypti L. yang digunakan dalam penelitian kali ini didapatkan
dari Laboratorium Parasit Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah.

3.5.4 Uji Fitokimia

Senyawa fitokimia adalah zat kimia alami yang terdapat di dalam tanaman yang
memberikan cita rasa, aroma ataupun warna khas pada tanaman tersebut. Beberapa khasiat
senyawa fitokimia adalah sebagai anti-kanker, anti-mikroba, anti-oksidan, anti-inflamasi dan
meninggkatkan sistem kekebalan tubuh. Secara umum fitokimia terdiri atas delapan kelas
utama yaitu: 1) Terpenoid atau Isoprenoid, 2) Polifenol, 3) Glukosinolat, 4) Fitosterol, 5)
Kapsaisin, 6) Klorofil, 7) Betalain, Betanin dan Betain, 8) Pektin. Masing-masing senyawa
fitokimia terbagi lagi menjadi senyawa yang lebih khusus (Astawan dan Kasih, 2008).
Berikut adalah beberapa uji fitokimia yang dapat dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA).
a).Uji Steroid, Triterpenoid dan Tanin
Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan 1 tetes minyak atsiri kulit jeruk nipis ke
dalam test plate lalu ditambahkan pereaksi Libermann-Buchard (campuran asam asetat
anhidrida 3 tetes dengan asam sulfat pekat 1 tetes), kemudian diamati bila campuran berubah
warna menjadi warna merah berarti minyak atsiri positif mengandung triterpenoid dan bila
berwarna hijau/biru minyak atsiri positif mengandung steroid, selanjutnya untuk pengujian
tanin, dimasukkan 1 tetes minyak atsiri kulit jeruk nipis pada test plate lalu ditambahkan
larutan FeCl3, bila hasil reaksi berwarna merah keunguan maka minyak atsiri positif
mengandung tanin (Harborne, 1987).
b).Uji Saponin
Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan 3 tetes minyak atsiri kulit jeruk nipis ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan sedikit aquades kemudian dikocok selama 1 menit lalu
dibiarkan selama 30 menit, diamati dan bila terdapat busa minyak atsiri positif mengandung
saponin (Harborne, 1987).
c). Uji Flavonoid
Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan 3 tetes minyak atsiri kulit jeruk nipis ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan etanol 80%, lalu tambahkan serbuk Magnesium dan
juga asam klorida pekat. Kemudian amati, bila terjadi perubahan warna menjadi merah maka
minyak atsiri positif mengandung flavonoid (Harborne, 1987).

Anda mungkin juga menyukai