PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komplikasi dalam kasus kebidanan dapat terjadi di luar dugaan, meskipun
segala sesuatu yang telah dijalankan dengan rapih dan sempurna.dengan
pengetahuan yang baik, penanganan persalinan yang hati-hati disertai dengan
ketelatian dengan baik pula, diharapkan kematian dan kesakitan ibu hamil dapat
ditekan sekecil-kecilnya setiap tenaga kesehatan diharapkan mampu menengani
persalinan normal maupun patologi dan berupaya agar tidak terjadi komplikasi.
Tenaga kesehatan khususnya bidan harus mengetahui dan menguasai
tindakan-tindakan yang harus dilakukan apabila memberikan pertolongan baik
pada persalinan normal maupun patologi.pengetahuan tentang Tindakan-
tindakan operatif kebidanan yaitu embriotomi, dilaktasi jalan lahir dan
pertolongan sungsang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam makalah ini adalah :
1. Perawatan prabedah dan anastesi dalam obstetric
2. Upaya terminasi kehamilan
3. Obstetric operatif pervaginam
4. Obstetric operatif perabdomen
C. Tujun
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu perawatan prabedah dan anastesi dalam
obstetric
2. Untuk mengetahui upaya terminasi kehamilan
3. Untuk mengetahui obstetric operatif pervaginam
4. Untuk mengetahui obstetric operatif per abdomen
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Teknik anastesi
Teknik pemberian anstesi dibagi menjadi dua
a. Anastesi umum
Adalah suatu cara untuk menghilangkan rrasa netri di seluruh
tubuh melalui pemberian obat-obatan anastesi
b. Anastesi regional dan local
Adalah suatu cara menghilangkan rasa nyeri pada sebagian tubuh
atau pada daerah tertentu.
Jika pada anastesi umum diperlukan pengetahuan anatomi
dan cara kerja alat-alat anastesi, pada anastesi regional dan local
kita harus menguasai anatomi dan fisiologi tubuh, terutama
susunan saraf.
3
menggunakan jari, kikislh hasil konsepsi sebanyak mungkin atau
sebersih mungkin.
b. Kuretase ( kerokan )
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase ( sendok kerokan ). Sebelum melakukan
kuretase, penonolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks, dan besarnya uterus.
Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan,
misalnya perforasi.
1. Teknik kuretase
a) Tentukan letak Rahim. Yaitu, dengan melakukan
pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai pada
umumnya terbuat dari metal dan melengkung. Karena itu
alat-alat tersebutharus dimasukkan sesuai dengan letak
Rahim. Tujuannya adalah suapay tidak terjadi salah arah
( fase raoute ) dan perforasi.
b) Penduga Rahim ( sondage ). Masukkan penduga Rahim
sesuai denga letak Rahim dan tentukan panjang atau
dalamnya penduga Rahim.
c) Dilatasi. Jika pembukaan serviks belim cukup untuk
memasukkan sendok kuret dilakukan terlebih dahulu
dilatasi dengan dilatator atau bougie hegar.
d) Kuretase. Seperti yang telah dikatakan, pakailah sendok
kuret agak besar. Jangan memasukkan sendok kuret
dengan kekuatan, dan pengeroknya biasanya di muali
dibagian tengah.
e) Cunam abortus . pada abortus insipiens, jaringan sudah
terlihat .pakailah cunam abortus untuk mengeluarkan
jaringan tadi yang biasanya diikuti oleh keluarnya
jaringan lainnya.
c. Kuretase vakum
Kuretase vakum adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi
dengan alat pakum. Alat tersebut terdiri dari kanul kuret dalam
4
berbagai ukuran yang di hubungkan dengan pompa vakum atau
sumber vakum lainnya. Untuk vakum kuretase, diperlukan tekanan
negative sekitr 700 mmHg.
2. Abortus buatan
Abortus buatan adalah mengeluarkan hasil konsepsi sebelum
kehamilan 28 minggu atau saat berat badan janin masih kurang dari
1000 gr dengan kata lain saat janin tidak dapat hidup diluar rahim.
Cara-cara melakukan abortus buatan :
a. Dilatasi dan kuretase
Cara melakukan dilatasi dan kuretase abortus buatan sama saja
dengan cara melakukan abortus terapeutik dengan metode yang
sama. Akan tetapi, pada abortus buatan sama sekali belum ada
pembukaan kanalis serviks. Karena itu terlebih dahulu dilakukan
dilatasi serviks.
Komlipkasi dilatasi dan kuretase :
a) Perforasi
b) Perdarahan
c) Infeksi
d) Robekan pada serviks
3. Induksi partus
Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his.
Dalam ilmu kebidanan, ada kalanya suatu kehamilan terpaksa
diakhiri karena adanya suatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut
kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil induksi partus bergantung
pula pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus dilakukan pada
serviks yang sudah atau mulai matang ( ripe atau favourable ), yaitu
kondisi serviks sudah lembek, dengan pendataran sekurang-
kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari.
1) Indikasi induksi partus :
5
a. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi
dan eklamsi.
b. Postmaturitas
c. Ketuban pecah dini
d. Kematian janin dalam kandungan.
e. Dibetes militus pada kehamilan 37 minggu.
f. Antagonism rhesus.
g. Penyakit ginjal berat.
h. Hidramnion yang besar ( berat )
i. Cacat bawaan seperti anensefalus.
j. Keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin.
k. Primigravida tua
l. Perdarahan antepartum.
m. Indikasi non medis, social dan ekonomi.
2) Kontra indikasi :
a. Disproporsia sefalopelvic
b. Ibu menderita penyakit jantung berat.
c. Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat. Seperti
pad bekas seksio sesarea, miometomi yang luas dan
ekstensif.
3) Komplikasi induksi partus
a. Terhadap ibu
Kegagalan induksi
Kelelahan ibu dan krisis emosional
Inersia uteri dan partus lama
Tetani uteri ( tamoultous labor ) yang dapat meyebabkan
solusio plasenta,ruptus uteri dan laserasi jalan lahir
lainnya.
Infeksi intrauterine
b. Terhadap janin
Trauma pada janin oleh tindakan
Prolapses tali pusat
Infeksi intrapartum pada janin.
6
C. Obstetric operatif pervaginam
1. Ekstraksi vakum ( ventouse)
Ekstraksi vakum merupakan suatu alat yng dipakai untuk
memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir.
Indikasi
a. Kelelahan ibu
b. Partus tak maju
c. Gawat janin yang ringan
d. Toksemia gravidarum
e. Rupture uteri iminens
f. Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi
obstetri tertentu ( viatum kordis, anemia, tuberculosis paru, asma
bronchial, dll )
2. Eksraksi forsep
Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan karena
berbagai penyebab. Koreksi, yaitu mengubah letak kepala jika ubun-ubun
kecil ( UUK ) terletak dikiri atau di kanan depan atau UUK melintang kiri
atau kanan atau UUK terletak dibelakang kiri atau kanan menjadi UUK
depan ( dibawah simpisis pubis ). Kompresi yaitu untuk menambah
maulago kepala.
Jenis tindakan forsep
a. Forseps rendah
b. Forceps tengah
c. Forceps tinggi
7
b. Letak lintang menjadi letang sungsang dengan persentasi satu atau
dua kaki.
a. Versi luar yaitu mengubah letak janin dengan maneuver dari luar
b. Versi menurut Braxton- Hicks
c. Versi dalam yang selalu diikuti ekstraksi.
4. Embriotomi
Embriotomi adalah suatu persalinan buatan dengan cara merusak
atau memotong bagian-bagian tubuh janin agar dapat lahir pervaginam
tanpa melukai ibu. Dengan indikasi janin mati, dan ibu dalam keadaan
bahaya atau janin mati yang tak mungkin lahir spontan pervagina.
1. Jenis jenis Embriotomi
a. Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala
janin dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi
tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervagina.
1) Pungsi adalah suatu tindakan mengeluarkan cairan dari tubuh
janin.
2) Perforasi
3) Kranioklasi
2. Diseksi
1) Dekapitasi adalah suatu tindakan memisahkan kepala janin dari
tubuhnya dengan cara memotong leher janin.
2) Kleidotomi adalah suatu tindakan untuk memotong atau
mematahkan 1 atau 2 kliavikula, guna mengecilkan lingkaran
bahu.
3) Eviserasi/eksenterasi adalah suatu tindakan merusak dinding
abdomen untuk mengeluarkan organ-organ visera.
4) Spondilotomi adalah suatu tindakan memotong ruas-ruas
tulang belakang.
8
5. Bedah kebidanan dalam kala lll
Berikut keaadaan yang memerlukan tindakan bedah kebidanan dalam
kala III :
a. Pengeluaran plasenta dengan tangan ( manual delivery of the
placenta)
Indikasi
1) Retensio placenta
2) Obstetric operatif dengan narkosa
3) Riwayat perdarah postpartum pada persalinan yang lalu
4) Sewaktu menunggu, timbul perdarahn yang banyak
5) Pada kasus-kasus yang diperkirakan akan terjadi perdarahan,
misalnya, pada grandemulti, hydramnion, gemeli, janin besar,
ibu lemah, atonio uteri dan sebagainya.
Komplikasi
9
d. Tindakan pada inversio uteri
Inversio uteri post partum adalah keadaan terbaliknya sebagian
atau seluruh fundus uteri ( masuk ) kedalam kavum uteri. Kondisi
tersebut sebenarnya jarang di jumpai.
1. Derajat inversio uteri
Ringan
Sedang
Berat atau inkomplit dan komplit
10
b. Jenis-jenis operasi seksio sesarea
a) Abdomen ( seksio sesarea transperitonealis ) :
Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi
memanjang pada corpus uteri.
Seksio sesarea ismika atau profunda atau law cerfical
dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Seksio sesarea ekstraperitonelis, yaitu seksio sesarea
tanpa membuka peritoneum parietale : dengan demikian,
tidaka membuka kavum abdominis.
b) Vagina ( seksio sesarea vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat
dilakukn sebagai berikut :
Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut kronig.
Sayatan melintang ( transversal ) menurut kerr
Sayatan huruf T ( T-incision )
c) Seksio sesarea klasik ( Korporal )
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
corpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan
1. Pengeluaran janin lebih cepat
2. Tidak mengakibatkan komplikasi tertariknya kandung kemih
3. Sayatan dapat diperpanjang ke proksimal atau distal.
Kekurangan
11
Kelebihan
Kekurangan
12
b. Histerokrafi
Histerokrafi adalah tindakan menjahit robekan pada ueterus.
Indikasi
Histerorafi dapat dilakukan jika robekan masih baru, permukaan luka
masih segar, robekan tidak terlalu hebat dan besar, umur ibu masih
muda, belum memiliki anak, dan sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan operatif kebidanan terdiri dari :
1. Perawatan prabedah dan anastesi dalam obstetric
Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran di
sertai hilanganya rasa sakit yang sifatnya sementara. Anestesi pada
setiap keadaan membawa problem-probleme tersendiri sesuai
dengan kondisi penderita, sebab obat-obat anastesi bersifat
mendepresi organ-organ vital.
2. Upaya terminasi kehamilan
Yang termasuk dalam tindakan operatif penangan abortus adalah :
a. Pengeluaran digital
b. Kuretase
c. Vakum kuretase
3. Obstetric operatif pervaginam
Obsetrii operatif per vaginam terdiri dari :
a. Ekstraksi vakum
b. Ekstraksi forsep
c. Embriotomi
d. Bedah kebidanan dalam kala III
4. Obstetric operatif per abdomen
a. Seksio sesarea
b. Histerektomi obstetric dan histerorafi
c. Ligasi arteri uterina
B. Saran
Mengenai makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mohon ma’af apabila ada kesalah fahaman dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya, dan pada
pembaca pada umumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15