Anda di halaman 1dari 158

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S


DENGAN PARTUS PRESIPITATUS
DI BPM HJ. PUTRI SAIDAR SAID
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Disusun Oleh :
AISYAH
NIM P3.73.24.3.14.004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2017

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S


DENGAN PARTUS PRESIPITATUS
DI BPM HJ. PUTRI SAIDAR SAID
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik
Kebidanan Klinik Komprehensif

Disusun Oleh :
AISYAH
NIM P3.73.24.3.14.004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2017
LEMBARAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S DENGAN

PARTUS PRESIPITATUS

DI BPM HJ. PUTRI SAIDAR SAID

JAKARTA TIMUR

TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk

dipertahankan dihadapan penguji

PEMBIMBING

Sugeng Triyani, SKM, SST, M.Keb


NIP. 19530304 198009 2 001

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S DENGAN

PARTUS PRESIPITATUS

DI BPM HJ. PUTRI SAIDAR SAID

JAKARTA TIMUR

TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah diujikan pada tanggal 15 Juni 2017

PENGUJI I PENGUJI II

Niken Purbowati, SST, M.Kes Sugeng Triyani, SKM, SST, M.Keb

NIP. 19801001 200604 2 017 NIP. 19530304 198009 2 001


Mengesahkan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Jakarta III

Jurusan Kebidanan

Program Studi D IV Kebidanan

Ketua Prodi

Aticeh, SST.M.Keb

NIP. 19630203 198412 2 001


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

Nama Penulis : Aisyah


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S
dengan partus presipitatus di BPM Hj. Putri Saidar Said
Jakarta Timur Tahun 2017
Jumlah BAB & Halaman : 5 Bab dan 155 Halaman

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu upayanya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
Kasus diambil di BPM Hj. Putri Saidar Said Jakarta Timur dari tanggal 2 Maret
2017 s/d 20 Mei 2017.
Ny. S G2P1A0 umur 32 tahun.
Tanggal 8 April 2017 jam 18.50 WIB Ny. S datang dengan keluhan mules-mules
semakin lama semakin sering dan keluar lendir coklat, hasil pemeriksaan Ny. S
G2P1A0 39 minggu, belum inpartu keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik.
Tanggal 8 April 2017 jam 23.20 WIB Ny. S G 2P1A0 39 minggu partus kala II
dengan persalinan presipitatus, keadaan ibu dan janin masih dalam keadaan baik.
Jam 23.40 WIB bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala, berat badan
3500 gram, panjang badan 50 cm, tidak ada cacat atau kelainan pada tubuh bayi.
Tanggal 8 April 2017 jam 23.42 WIB Ny. S P 2A0, partus kala III, keadaan ibu
dalam keadaan normal, plasenta lahir dengan spontan pukul 23.45 WIB. Tanggal
8 April 2017 jam 23.48 WIB Ny. S P 2A0 partus kala IV, keadaan ibu masih dalam
keadaan normal.
Tanggal 9 April 2017 jam 05.40 WIB Ny. S P2A0, 6 jam nifas, keadaan ibu dalam
keadaan baik.
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur satu jam, keadaan bayi
dalam keadaan normal dan tidak ada cacat atau kelainan apapun dalam bagian
tubuhnya.
Tanggal 14 April 2017 jam 16.30 WIB dilakukan kunjungan rumah pertama, Ny.
S P2A0 nifas hari ke 6, keadaan ibu dalam keadaan sehat, bayi umur 6 hari,
keadaan bayi juga dalam keadaan sehat.
Tanggal 24 April 2017 jam 17.30 WIB dilakukan kunjungan rumah kedua, Ny. S
P2A0 nifas hari ke 16, keadaan ibu dalam keadaan sehat, bayi umur 16 hari,
keadaan bayi juga dalam keadaan sehat.

i
Tanggal 20 Mei 2017 jam 16.00 WIB dilakukan kunjungan rumah ketiga, Ny. S
P2A0 nifas hari ke 42, keadaan ibu dalam keadaan sehat, bayi umur 42 hari,
keadaan bayi juga dalam keadaan sehat.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat

dan Anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus

komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S

dengan partus presipitatus di BPM Hj. Putri Saidar Said Tahun 2017”. Laporan

studi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan salah satu mata kuliah

Program Studi D IV Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Penulis

berharap Laporan studi kasus ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali mendapatkan

bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Ns. Karningsih, Amd. Keb, S. Kep, M. KM selaku Ketua Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

2. Ibu Aticeh, SST. M.Keb selaku Ketua Program Studi D IV Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

3. Ibu Sugeng Triyani, SKM, SST, M.Keb selaku pembimbing laporan studi

kasus yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyusunan laporan studi kasus ini. Semoga Allah senantiasa membalas

amal baiknya dengan balasan yang berlipat ganda.

ii
4. Terimakasih kepada Bidan di BPM Hj. Putri Saidar Said yang telah

mengizinkan penulis untuk dapat melakukan studi kasus.

5. Ibu Willa Follona, SST, M.Keb selaku pembimbing akademik penulis

yang telah memberikan banyak dukungan dan bimbingan kepada penulis.

6. Ny. S dan keluarga besar yang telah bersedia dengan senang hati

menerima serta membantu menjadi klien dalam laporan studi kasus ini.

7. Terimakasih kepada orang tua yang kucintai Ibuku serta keluarga yang

tiada hentinya mendukung baik secara moril, spiritual maupun materil

kepada penulis.

8. Terimakasih kepada keluaga Asuhku Kak Maria, Kak Made, Kak Vaza,

Kak Maha, Kak Firo, Kak Serin, Aldilla, Novela, Diah, Dinni, Fathan,

Rahayu dan Nurhayati. Terimakasih atas doa dan semangat yang telah

diberikan.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan I (ANGKASA) D IV Kebidanan,

terimakasih sudah menemani hari-hari penulis selama kurang lebih 3 tahun

dan banyak memberikan masukan, semangat serta kritikan dalam

penulisan laporan studi kasus komprehensif ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu terlaksananya dan terciptanya studi kasus ini.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan studi kasus

ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Semoga laporan studi kasus ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

iii
Jakarta, 3 April 2017

Aisyah

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI

LEMBARAN PERSETUJUAN

LEMBARAN PENGESAHAN

GAMBARAN KASUS.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………...…. 1

B. Tujuan

1. Tujuan
Umum………………………………………………………..... 6

2. Tujuan
Khusus………………………………………………………… 6

C. Manfaat…………………………………………………………...……… 7

D. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus………………………………….


7

iv
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan…………………………………………………………...…… 9

B. Persalinan……………………………………………………..………… 23

C. Partus Presipitatus……………………………………………………..... 37

D. Bayi Baru Lahir…………………………………………………………. 39

E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)………………………………………….... 49

F. Nifas…………………………………………..………………………… 55

BAB III PERKEMBANGAN KASUS

A. SOAP Kehamilan……………………………………………………...... 75

B. SOAP Persalinan………………………………………………………...
87

C. SOAP Bayi Baru Lahir…………………………………………………..


98

D. SOAP Nifas………………………………………………………….....
109

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

A. Kehamilan……………………………………………………...……… 120

B. Persalinan………………………………………………………..…….. 129

C. Bayi Baru Lahir………………………………………………………... 141

D. Nifas……………………………………………………………..…….. 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

v
A. Kesimpulan…………………………………………………...…….... 154

B. Saran…………………………………………………………...……...

155

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 157

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Lembar Kunjungan Pasien
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Partograf

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mortalitas merupakan komponen demografi yang penting dan patut untuk

diteliti karena memegang peranan yang sangat penting dalam tingkat

kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan ibu dan anak dapat dilihat juga dari

proses kehamilan, persalinan serta nifasnya, hal tersebut akan menentukan

kualitas sumber daya manusia kedepannya. Kematian ibu dan anak masih

merupakan masalah yang besar diberbagai negara berkembang di dunia.

WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000

jiwa per tahun meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut data WHO sebanyak

99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di

negaranegara berkembang. AKI di negara-negara berkembang merupakan yang

tertinggi dengan 516 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup (KH), sedangkan

AKB pada tahun 2011 42 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan

rasio kematian ibu disembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.

(Mudanija, 2011)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2012, angka kematian Ibu di Indonesia ialah 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan AKI pada tahun 1991 yaitu

sebanyak 390 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, mengalami kenaikan yang
2

signifikan dibandingkan AKI pada tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000

kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2014)

Jumlah kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta sebesar 50 per 133.195

kelahiran hidup, 16 kematian pada ibu hamil, 21 kematian pada ibu bersalin, dan

13 kematian pada ibu nifas. (Dinkes, 2016)

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan

penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 pemerintah meluncurkan

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/Kota yang

difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu

dan Anak serta program P4K sebagai salah satu upaya terobosan dan terbukti

mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) yang

dapat mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,

pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil

termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum

ibu juga didorong untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. (Depkes, 2011)

Beberapa penyebab kematian ibu melahirkan adalah rendahnya kesadaran

masyarakat tentang kesehatan ibu hamil, meskipun masih banyak faktor yang

harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi

lantaran indikasi yang lazim muncul yaitu pendarahan, keracunan kehamilan yang

disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain

yang juga cukup penting misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu

baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat

dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Beberapa hal tersebut mengakibatkan


3

kondisi 3 Terlambat (Terlambat mengambil keputusan, Terlambat sampai di

tempat pelayanan dan Terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4

Terlalu (Terlalu tua, Terlalu muda, Terlalu banyak, Terlalu rapat jarak kelahiran).

Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah

ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian

laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.

Sedangkan pada angka kematian bayi, penyebab yang terbanyak adalah

asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat

dicegah dan ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan,

kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang

belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua

untuk mencari pertolongan kesehatan.

Beberapa faktor lain juga menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi

dan balita. Dari sisi kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi yang

rendah, pendidikan orang tua, kondisi sosial budaya yang tidak mendukung,

kedudukan dan peran perempuan yang tidak mendukung, akses sulit, serta

perilaku perawatan bayi dan balita yang tidak sehat.

Resiko kematian ibu juga diperburuk dengan adanya penyakit yang

mungkin diderita ibu hamil itu sendiri seperti TBC, HIV/AIDS, anemia, malaria,

dan prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi. Kejadian komplikasi

pada ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalinan

maupun pascapersalinan sehingga pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan

kehadiran serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil pada masa persalinan

menjadi sangat penting.


4

Persalinan cepat atau partus presipitatus, sebagai akibat dari his yang

terlalu kuat dan kurangnya pertahanan dari jalan lahir. Partus cepat sangat

membahayakan bagi ibu maupun bayinya (Sastrawinata dkk, 2007). Komplikasi

yang sering pada ibu, terjadi perdarahan post partum pada kala IV. Kejadian

perdarahan post partum disebabkan karena terlalu cepatnya isi dalam kavum uteri

keluar, sementara otot-otot rahim belum maksimal berkontraksi. (Sastrawinata

dkk, 2007)

Dari pengalaman di BPM pada tahun 2015 data persalinan sebanyak 30

persalinan, 2 persalinan diantaranya tidak dilakukan IMD. Segera susui bayi

maksimal setengah jam pertama setelah persalinan (Eny Retna 2010:12). IMD

mempunyai banyak keuntungan bagi bayi dan juga ibu. Bagi bayi dapat

memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi,

kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan kecerdasan,

mencegah kehilangan panas sedangkan bagi ibu dapat merangsang produksi

oksitosin dan prolaktin (Eny Retna 2010:37-38). Dengan menyusukan lebih dini

terjadi perangsangan puting susu terbentuklah prolaktin oleh hipofisis sehingga

sekresi ASI semakin lancar. (Eny Retna, 2010:10)

Penelitian menyatakan bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam 1 jam

pertama dapat mencegah 22% kematian bayi dibawah umur 1 bulan di Negara

berkembang (APN, 2008). Pencapaian 6 bulan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif

bergantung pada keberhasilan IMD dalam satu jam pertama. IMD menyebabkan

bayi tidak mengalami hipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap

bayi dan suhu di dada ibu akan naik 2°C.


5

Bidan berperan sangat penting sebagai mitra perempuan dan merupakan

tenaga kesehatan professional strategis dalam meningkatkan kesehatan ibu dan

anak di Indonesia. (PPIBI, 2016)

Bidan terutama berperan dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Selain ikut

membantu proses persalinan, bidan juga membantu memonitor proses kehamilan,

pasca persalinan, serta kondisi kesehatan bayi/anak yang dilahirkan. Oleh karena

itu kecukupan dan kompetensi bidan menjadi hal penting. (Kemenkes RI, 2014)

Dari hal-hal diataslah yang melatarbelakangi penulis untuk berusaha

melakukan penerapan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S selama masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di BPM Hj. Putri Saidar Said

tahun 2017 agar tercapai suatu pelayanan berkualitas serta dapat membantu

pemerintah dalam upaya penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Kemampuan

untuk memberikan asuhan kebidanan secara komperhensif harus dilatih sejak dini

salah satunya adalah melalui studi kasus. Studi kasus ini memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengawasi atau memantau kesehatan dan kesejahteraan ibu

dan bayi mulai dari masa kehamilan (usia kehamilan 35 minggu) sampai dengan 6

minggu post partum. Periode ini adalah periode yang sangat rentan terjadi

komplikasi yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.

B. Tujuan : 1. Tujuan Umum :

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. S

selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di BPM Hj.

Putri Saidar Said Jakarta Timur tahun 2017.

2. Tujuan Khusus :

a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru


6

lahir dan nifas.

b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

c. Dapat menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

d. Dapat melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

e. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

f. Dapat melaksanakan rencana pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

g. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

h. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan penulis mengenai cara mendampingi klien

dengan menerapkan asuhan kebidanan yang sesuai secara komprehensif.

2. Bagi Klien

Dapat menambah wawasan mengenai asuhan kebidanan yang sesuai

selama kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang

sesuai sehingga dapat mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-

hari.
7

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai referensi

penulisan laporan studi kasus asuhan kebidanan secara komprehensif.

D. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus

Pengambilan kasus dilakukan di BPM Hj. Putri Saidar Said Jakarta Timur
dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :
1 15 Maret 2017 : Pemeriksaan Kehamilan pertama
.
2
25 Maret 2017 : Pemeriksaan Kehamilan kedua
.
3
2 April 2017 : Pemeriksaan Kehamilan ketiga
.
4
8 April 2017 : Pertolongan persalinan
.
5
9 April 2017 : Kunjungan nifas 6 jam
.
6
14 April 2017 : Kunjungan rumah pertama, nifas hari ke 6
.
7 : Kunjungan rumah ke dua, nifas hari ke 16
. 24 April 2017 hari
8. 20 Mei 2017 : Kunjungan rumah ke tiga, nifas hari ke 42 hari
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)

1. Kehamilan

a. Definisi

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Dikatakan fisiologis bisa ditentukan dari tanda-tanda vital

normal, umur kehamilan sesuai, TFU sesuai dengan kehamilan, TBJ sesuai

dengan kehamilan, DJJ normal, pemeriksaan laboratorium normal.

(Sarwono, 2013)

Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan

baik fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang

kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proses kehamilan yang terjadi.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga

minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40). (Sarwono, 2013)

2. Adaptasi Perubahan Fisik


9

Menurut Saifuddin (2008), perubahan anatomi dan fisiologi pada

perempuan hamil adalah sebagai berikut :

a. System Reproduksi

Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk

persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan

mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor, dan sel otot polos

mengalami hipertofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang

berwarna keputihan dan lebih kental.

Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi

penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi

lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.

Istmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada

trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga

segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada

masamasa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen

atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi

fisiologis.

b. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan pemberian ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak

dapat dilepaskan dari hormon saat kehamilan, estrogen, progesterone, dan

somatomammotropin. (Ayu Ida, 2013)


10

Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan

yang kental kekuningan yang disebut kolostrum. Pada trimester 3 aliran

darah didalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.

c. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut dengan linea

nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada

wajah dan leher yang disebut chloasma gravidarum.

d. Sistem Respirasi

Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama

kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan

pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan pada

kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu

ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu

setelah persalinan.

e. Tinggi Fundus Uteri

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40

minggu) berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20

cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Hubungan besarnya uterus dengan

tuanya usia kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk

membuat diagnosis apakah tersebut hamil fisiologis, atau hamil ganda,


11

atau mengalami hamil molahidatidosa dan sebagainya. Pada kehamilan 28

minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 hari di atas pusat atau sepertiga

jarak antara pusat ke prosesus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu

fundus uteri terletak antara setengah jarak pusat dan prosesus xipoideus.

Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah

prosesus xipoideus (30 cm). Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi

fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32

minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus

uteri kembali dan terletak kira-kira 3 jari di bawah prosesus xipoideus (33

cm). (Wahyuningsih, 2010)

f. Perubahan Metabolik dan Kenaikan Berat Badan

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari

uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ektraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah

12,5 kg. (Saifuddin, 2008: 180)

Tabel 2.1 Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan

IMT Sebelum Hamil Total Pertambahan Berat Badan (Kg)


Kurang (<18,5 kg/m²) 12,5-18
Normal (18,5-24,9 kg/m²) 11,5-16
Overweight (25-29,9 kg/m²) 7-11,5
Obesitas (≥30 kg/m²) 5-9
Sumber : (WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research Council,

2009)

Tabel 2.2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Cunningham

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


12

Rendah <19,8 12,5-18


Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara

pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah

berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg

(Saifuddin, 2008). Kenaikan yang berlebihan pada ibu hamil

mengindikasikan adanya kemungkinan Preeklampsia.

Tabel 2.3 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan (Gram) Menurut

Cunningham

Jaringan dan Cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu


Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan Amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1400 1450
Cairan Ekstraseluler 0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500

Menurut Saifuddin (2009), bertambahnya berat badan minimal 8 kg

selama kehamilan. Sedangkan menurut Manuaba (2010), berat badan ibu


13

hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau terjadi

kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu.

g. Perubahan Hematologis

Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama

kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu

diperhatikan kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan,

bila konsentrasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya

disebabkan oleh defisiensi besi.

h. Sistem Kardiovaskuler

Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada

pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke

ginjal. Pada posisi telentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika

dibandingkan dengan posisi miring.

i. Sistem Pernafasan

Pergerakan diafragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran

uteus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume

tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan

mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas

lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan

konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh

meningkatnya sekresi progesterone.

j. Sistem Pencernaan

Tidak jarang ibu yang memasuki trimester ke-3 dalam kehamilannya

mengalami konstipasi karena penurunan motilitas usus besar, tidak jarang


14

pula ibu mengalami haemoroid karena akibat konstipasi dan peningkatan

tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.

k. Sistem Traktus Urinarius

Memasuki trimester ke-3, ibu biasanya akan sering mengeluh ingin

buang air kecil dikarenakan kepala janin yang sudah turun ke pintu atas

panggul dan semakin turun menekan kandung kemih.

l. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis gravidarum merupakan hal yang umum dialami oleh ibu

hamil trimester ke-3. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua

tungkai.

3. Adaptasi Psikologis Kehamilan

Menurut teori Rubin pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi

memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert dan merefleksikan

pengalaman masa lalu.

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu/penantian dan

waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya. Pada saat ini ialah waktu dimana ibu dan keluarga mempersiapkan

kelahiran dan memposisikan dirinya sebagai orang tua baru. Gerakan maupun

hentakan kaki bayi di dalam perut serta membesarnya perut itu sendiri
15

merupakan kegembiraan sendiri yang dialami oleh seorang ibu dan

mengingatkan bahwa di dalam tubuh dirinya terdapat jiwa hidup yang lain.

Tidak jarang ibu yang sudah memasuki trimester III akan gelisah karena akan

menghadapi proses persalinan kelak. Tidak jarang pula ibu yang memikirkan

kondisi fisiknya pasca melahirkan.

Pada trimester III inilah ibu memerlukan dukungan dari suami serta

keluarga terdekatnya, memberi sugesti pada ibu bahwa persalinan itu hal yang

biasa dan normal pada setiap wanita, memperhatikan perkiraan waktu

melahirkan dan tanda-tanda persalinan akan tiba, membantu istri

mempersiapkan perlengkapan persalinannya dan suami siaga di rumah.

Support tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan moral, meyakinkan

ibu dapat menghadapi kehamilan dengan perubahan yang dirasakannya,

merespon keluh kesah yang diadukan ibu, bekerjasama dan membangun

hubungan baik dengan ibu, berfungsi sebagai fasilitator bagi ibu, memberikan

informasi dan edukasi pada ibu mengenai kehamilan dan membantu

menjelaskan tentang mitos-mitos yang berlaku di masyarakat baik yang

bermanfaat ataupun yang merugikan kesehatan ibu dan janin. (Ayu Ida, 2013)

4. Evidenced Based

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Berat Bayi

Lahir

Menurut Jurnal FK Unand tahun 2013, tinggi rendahnya kadar

hemoglobin selama kehamilan mempunyai pengaruh terhadap berat bayi

lahir karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin di dalam


16

kandungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan kadar hemoglobin

ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir di kota Pariaman.

5. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Menurut Saifuddin (2009), pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara

penting untuk memonitor atau mendukung kesehatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Oleh karena itu, kunjungan

antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Asuhan

antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk

optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan.

a. Pemeriksaan / Pengawasan Wanita Hamil

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian

tubuh dari kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses

pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara

alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim ibu.

(Hidayati, 2009)

Pada pemeriksaan seluruh tubuh wanita harus diperiksa dengan

teliti. Keadaan umum, tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, diperiksa

dan dicatat. Kepala (rambut, kebersihan, ketebalan, dan adakah

benjolan), mata (konjungtiva, sklera, dan pupil), telinga (kebersihan,

adakah cairan, serta posisi simetris/tidak), hidung (kebersihan dan


17

polip), mulut (bibir, kebersihan, bau dan tonsil), gigi (lubang, caries),

leher (pembesaran kelenjar thyroid/getah bening, dan nyeri), jantung,

paru (suara nafas), mammae (simetris/tidak, benjolan, aerola, puting

susu dan kebersihan), aksila (ada benjolan/tidak), seluruh abdomen

(garis kehamilan, striae, bekas luka, bentuk, pembesaran, dan oedem),

ekstremitas (varices, oedem tangan/jari, oedem tibia kaki dan refleks

patella), diperiksa dengan teliti dan dicatat. (Mulyani, 2010)

2) Identifikasi dan riwayat kesehatan (Anamnesa)

a) Data umum pribadi

b) Keluhan saat ini

c) Riwayat haid

d) Riwayat kehamilan dan persalinan

e) Riwayat kehamilan saat ini

f) Riwayat penyakit dalam keluarga

g) Riwayat penyakit ibu

h) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

i) Riwayat mengikuti program keluarga berencana

j) Riwayat imunisasi

k) Riwayat menyusui

3) Pemeriksaan ginekologik (Pemeriksaan dalam/bimanual)

Inspeksi luar: keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang,

luka/perdarahan, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari

pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas.


18

Inspeksi dalam menggunakan spekulum (inspeculo): Labia

dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum (cocor bebek)

dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang

vagina diputar 90° sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan

portio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya

darah/cairan di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina,

ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup

horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.

4) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah gol darah (A, B, O, AB),

kadar haemoglobin, urine untuk albumin, gula, berat jenisnya, dan

sebagainya.

5) Pemeriksaan Obstetrik

Wanita hamil yang diperiksa disuruh berbaring terlentang dengan

bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa

berada di sebelah kanan yang diperiksa berada di sebelah kanan yang

diperiksa. Dikenal beberapa cara palpasi, yang lazim dipakai ialah cara

palpasi menurut Leopold, karena telah hampir mencakupi semuanya

(Saifuddin, 2009). Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala

dengan manuver Leopold (kalau > 36 minggu) (Fadlun, 2011: 3).

Palpasi dilakukan menurut teori Leopold, yaitu:


19

a) Leopold I

Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri

untuk menentukan tinggi fundus. Tinggi fundus uteri (jika > 12

minggu dilakukan dengan palpasi, setelah 22 minggu

menggunakan pita ukur) (Fadlun, 2011: 3).

Tabel 2.4

TFU (berdasarkan perabaan) Usia Kehamilan


1/3 di atas simfisis 12 minggu
1/2 di atas simfisis – pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 di atas pusat 28 minggu
1/2 pusat-prosesus xifoideus 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) di bawah prosesus xifoideus 40 minggu Sumber :
(Manuaba, 2010)

b) Leopold II

Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan

dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara

sejajar dan pada ketinggian yang sama.

Mulai dari atas, tekan secara bergantian telapak tangan kiri dan

kanan, kemudian bergeser ke arah bawah dan rasakan adanya

bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian

kecil (ekstremitas).

c) Leopold III

Tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah abdomen.

Ini untuk menentukan bagian terbawah janin dan memastikan

apakah bagian tersebut sudah masuk ke panggul atau


20

belum.Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada

primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak bagian

bawah, di atas simfisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit

kencing karena kandung kemih tertekan kepala dan nyeri daerah

pinggang karena tertekannya pleksus Frakenhauser yang terletak

disekitar serviks. (Manuaba, 2010)

DJJ (jika > 18 minggu) (Fadlun, 2011). Batas normal denyut

jantung janin antara 120 dan 160x/menit (Manuaba, 2010). Bidan

harus menghitung denyut per menit. (Fraser, 2009)

d) Leopold IV

Pemeriksa menghadap ke arah kaki pasien. Letakkan ujung

telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus

bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada di tepi atas

simfisis. Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian

rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.

Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan

(konvergen atau divergen). Setelah itu, pindahkan ibu jari dan

telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi. Fiksasikan bagian

tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari

tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai

seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Cara menghitung TBJ digunakan rumus sebagai berikut :

(1) (TFU – 13) x 155

(2) (TFU – 12) x 155


21

(3) (TFU – 11) x 155 (Saifuddin, 2008)

Keterangan:

Bila kepala belum masuk PAP, maka TFU dikurang 13

Bila kepala sebagian masuk PAP, maka TFU dikurang 12

Bila kepala sudah masuk PAP, maka TFU dikurang 11

B. Persalinan & Bayi Baru Lahir (BBL) Umur 1 Jam

1. Persalinan

a. Persalinan

1) Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit. (APN, 2008)

2) Proses terjadinya persalinan

Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga

menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai

terjadinya kekuatan his. Dengan penurunan hormon progesterone

menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim

menyebabkan:

a) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama

primigravida minggu ke-36

b) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun


22

c) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan

otot rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang

terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu)

d) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim

e) Tanda persalinan :

(1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

(2) Kontraksi yang makin pendek

(3) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran

lendir, lendir campur darah)

(4) Dapat disertai ketuban pecah

Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

(pelunakan serviks, pendataran serviks, pembukaan

serviks)

3) Faktor-faktor penting dalam persalinan

Terdapat 3 faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

persalinan, yaitu passenger, passage dan power.

a) Passenger (Janin dan plasenta)

b) Passage

c) Power (Kekuatan yang berasal dari diri ibu sendiri)

4) Proses persalinan normal

a) Kala I
23

Pada kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)

hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I dibagi

menjadi dua fase, yaitu :

(1) Fase laten

Umumnya berlangsung selama 8 jam, kontraksi mulai

teatur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik,

berlangsung hingga serviks membuka hingga 3 cm, dimulai

sejak awal dimulainya kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase yakni frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu

10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih),

bermula dari pembukaan 4 cm hingga lengkap 10 cm,

umumnya 1 cm/jam (nulipara/primigravida) atau lebih dari

1-2 cm (multipara), terjadi penurunan bagian terbawah

janin. (APN, 2008)

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase lagi menurut Yeyeh, Ai,

dkk 2009, yaitu fase akselerasi (dimana dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm), fase dilatasi maksimal

(dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,

dari pembukaaan 4 cm sampai 9 cm) dan fase deselerasi


24

(dimana pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu

2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm).

b) Kala II

(1) Definisi

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga

disebut sebagai kala pengeluaran bayi (APN, 2008). Proses

ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1

jam pada multigravida.

(2) Tanda dan gejala :

(a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi

(b)Merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan atau vagina

(c)Perineum menonjol

(d)Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

(e)Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksaan

dalam, yang hasilnya adalah (Yeyeh, Ai, dkk 2009) :

(a) Portio tidak teraba dan pembukaan serviks telah

lengkap

(b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina


25

c) Kala III

(1) Definisi

Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. (APN, 2008)

Setelah bayi lahir, his mempunyai amplitudo yang kirakira

sama tingginya, hanya frekuensinya berkurang. Akibat his

ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan plasenta

dengan dinding uterus akan terlepas. Umumnya kala III

berlangsung selama 6 -15 menit. Tinggi fundus uteri

setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.

(2) Tanda-tanda pelepasan plasenta :

(a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus

(b) Tali pusat memanjang

(c) Semburan darah mendadak dan singkat (APN, 2008)

d) Kala IV

(1) Definisi

Kala pengawasan hingga 2 jam plasenta lahir guna menilai

kondisi ibu secara menyeluruh, baik kondisi uterusnya

maupun kemungkinan adanya perdarahan jika ada laserasi

ataupun ada hal yang tidak normal. Jika ada laserasi

lakukan penjahitan.

(2) Laserasi/robekan jalan lahir


26

Pada umunya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan

dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin

manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan

lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada

saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir

biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,

trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi

ekstraksi.

Robekan diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan :

(a) Derajat 1 : Laserasi epitel vagina atau laserasi pada

kulit perineum saja

(b) Derajat 2 : Melibatkan kerusakan pada otot-otot

perineum, tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter

ani

(c) Derajat 3 : Kerusakan pada otot sfingter ani

3a : Robekan < 50% sfingter ani eksterna

3b : Robekan > 50% sfingter ani eksterna

3c : Robekan juga meliputi sfingter ani interna

(d) Derajat 4 : Robekan stadium tiga disertai robekan epitel

anus

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perinuem, otot sfingter ani, dinding depan rektum.

Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk


27

reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat.

Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

5) Posisi ibu dalam persalinan

a) Posisi litotomi. Ibu terbaring terlentang dengan kaki ditekuk,

kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri. Dan gaya

gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

b) Posisi jongkok atau berdiri. Membantu mempercepat

kemajuan kala 2 persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

c) Posisi merangkak dan berbaring miring ke kiri. Posisi

merangkak dapat mengurangi rasa nyeri punggung saat

persalinan, sedangkan posisi miring ke kiri memudahkan ibu

untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami

kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya laserasi

perineum. Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun

kecuali pada posisi berbaring terlentang (supine position).

Alasannya jika ibu berbaring telentang maka berat uterus dan

isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava

inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui

sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia

pada bayi. Berbaring telentang juga akan mengganggu

kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran

secara efektif.
28

b. Evidenced Based

1) Kala I

Masase Punggung

Menurut Jurnal Kesehatan Andalas, FK Unand tahun 2015, masase

pada punggung merupakan salah satu asuhan kebidanan yang dapat

mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu saat kala I persalinan.

Selain itu, masase juga merupakan asuhan yang baik untuk

menstimulasi kadar endorphin yang dapat memberikan rasa

nyaman pada saat persalinan. Endorphin ini berperan sebagai

neuromodulator menghambat pengiriman rasa nyeri. Dengan

demikian, keberadaan endorphin pada sinaps sel saraf

menyebabkan penurunan sensasi nyeri.

2) Kala II

Hubungan Umur Ibu dan Lama Persalinan Dengan Kejadian

Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di Banyumas Tahun 2010

Sebagian besar umur ibu bersalin primipara di BPS Ny. Ida Farida

desa Pancasan kecamatan Ajibarang mayoritas dalam tidak

beresiko (62.5%) dengan lama persalinan normal (77.5%).

Terdapat hubungan antara umur ibu bersalin primipara dengan


29

kejadian ruptur perineum. Terdapat hubungan antara lama

persalinan primipara dengan kejadian ruptur perineum.

3) Kala III

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berdasarkan hasil penelitian Setyawati (2013) yang berjudul

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Lama

Pengeluaran Plasenta Pada Kala III, diketahui bahwa responen

kelompok control yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini

(IMD) mempunyai lama pengeluaran plasenta ata-rata 15,87 menit.

Pada kelompok responden dengan intervensi IMD, lama

pengeluaran plasenta rata-ata 9,33 menit. Hal tersebut

menunjukkan bahwa IMD adalah satu hal yang mendukung

manajemen aktif kala III.

4) Kala IV

Masase Fundus Uteri

Saat plasenta lahir, segera lakukan masase fundus uterus dengan

meletakkan telapak tangan pada fundus uteri dan lakukan gerakan

arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika

uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri dengan kompresi bimanual internal

(KBI).
30

c. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

1) Kala I

a) Berikan support kepada ibu secara emosional dan dengarkan

keluhanya dan lebih sensitive pada perasaanya

b) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi

jika ibu sedang di tempat tidur sarankan untuk miring kiri

c) Sarankan untuk berjalan jika masih sanggup untuk berjalan

d) Ajaklah suami atau keluarga untuk menemani ibu saat

persalinan

e) Penolong tetap menjaga hak dan privasi ibu dalam persalinan

f) Menjaga kondisi ruangan sejuk

g) Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, hidrasi dan istirahatnya

h) Sarankan ibu untuk tidak menahan BAK-nya

i) Berikan informasi atas kemajuan persalinan serta perubahan

yang terjadi pada ibu

j) Ajarkan teknik bernafas

k) Melakukan pemantauan :

Frekuensi Pada Fase Frekuensi Pada Fase


Parameter
Laten Aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi tiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Penurunan kepala Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
31

Warna cairan amnion Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

Tabel 2.5 Frekuensi Penilaian Dan Intervensi

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

l) Pasang infus intravena untuk pasien dengan kehamilan > 5, Hb

≤ 9 g/dl atau hematocrit ≤ 27%, riwayat gangguan perdarahan,

sungsang, kehamilan ganda, hipertensi serta persalinan lama.

m) Periksa dalam

Periksa dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam sekali selama

kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Pada

kala II persalinan dilakukan periksa dalam setiap jam.

n) Partograf

Digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan

klinik dan penatalaksanaannya. Partograf dimulai pada

pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf biasanya dibuat untuk

setiap ibu bersalin. Yang harus di catat adalah kondisi ibu dan

janin ialah denyut jantung, air ketuban, molase, pembukaan

serviks, waktu, kontraksi, obat serta cairan yang diberikan,

nadi, tekanan darah, suhu badan, serta protein, aseton, dan

volume urine.

o) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan


32

p) Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi

2) Kala II

a) Memberi dukungan kepada ibu

b) Memberi dukungan mental pada ibu untuk mengurangi

kecemasan ibu

c) Mengatur posisi ibu yang nyaman bagi ibu untuk bersalin

d) Menjaga kandung kemih tetap kosong

e) Memberikan cukup hidrasi

f) Periksa DJJ setiap 30-60 menit untuk memastikan janin tidak

mengalami bradikardi (<120) maupun takikardi (>160).

g) Posisi ibu saat meneran

(1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman baginya.

(2) Ibu dibimbing mengedan diselingi bernafas, minta ibu

bernafas saat kontraksi ketika kepala akan lahir.

(3) Anjurkan ibu untuk tetap menjaga matanya tetap terbuka

saat meneran.

(4) Kemajuan persalinan dalam kala II

(5) Amniotomi

(6) Kelahiran kepala bayi

(7) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya

(a) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya

(b) Lakukan biparietal, lahirkan bahu depan dan belakang


33

(c) Lakukan sanggah susur

(d) Letakan bayi tersebut di atas perut ibunya

(e) Keringkan bayi secara menyeluruh, lakukan 3 penilaian

pertama pada bayi

(f) Klem dan potong tali pusat

(g) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak

kulit dengan dada ibu, bungkus bayi dengan kain halus

dan kering, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala

bayi terlindung dengan baik untuk menghindari

hilangnya panas tubuh.

3) Kala III

a) Periksa ada tidaknya janin kedua

b) Periksa tinggi fundus uteri

c) Lakukan Management Aktif Kala III

d) Namun, setelah diberikan oksitosin 10 IU secara IM pastikan

adanya tanda pelepasan plasenta

e) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan

oksitosin 10 unit IM dosis kedua

f) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung

kemih penuh (APN, 2008)

4) Kala IV

a) Periksa fundus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap


34

30 menit pada jam kedua

b) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama

jam kedua

c) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

hidrasinya

d) Bersihkan ibu dan membantu ibu untuk mengenakan

pakaiannya

e) Biarkan ibu istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk

diberikan ASI

f) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun namun secara

berkala, pastikan ibu dibantu karena dalam keadaan lemah

d. Partus Presipitatus

1) Definisi

Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat.

Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan

kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi

kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko komplikasi

dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin. (Doenges, 2007)


35

Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung dalam

waktu yang sangat cepat, atau persalinan yang sudah selesai kurang

dari tiga jam. (Prawirohardjo, 2012)

Persalinan presipitatus dapat terjadi akibat dilatasi atau penurunan

yang sangat cepat. Dilatasi presipitatus didefinisikan sebagai dilatasi

fase aktif ≥ 5 cm/jam pada primipara atau ≥ 10 cm/jam pada multipara.

Persalinan presipitatus biasanya diakibatkan oleh kontraksi yang

sangat kuat (misalnya induksi oksitosin atau akibat solusio plasenta)

atau tahanan jalan lahir yang rendah (misalnya multiparitas). Hentikan

oksitosin jika digunakan. Namun, tidak ada pengobatan yang efektif

dan upaya-upaya fisik untuk menunda pelahiran merupakan

kontraindikasi absolut. (Ralph C, Benson. 2008)

2) Etiologi

a) Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir

b) Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat

c) Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya

rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya

proses-proses persalinan yang sangat kuat itu. (Doenges, 2007)

Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi dan

kurang lunaknya jaringan mulut rahim. Kasus sepeti ini sering

terjadi pada ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari sekali

(anak kedua dan seterusnya). (Deri, reski. 2013)


36

3) Komplikasi

Persalinan presipitatus dapat menyebabkan emboli cairan amnion

pada ibu, ruptur uteri, robekan serviks atau jalan lahir. Dapat

disertai hipotonus uterus post partum dengan resiko pendarahan.

Perinatal juga sangat beresiko mengalami hipoksia (terancamnya

pertukaran darah uteroplasenta akibat kontraksi) dan pendarahan

intrakranial perinatal (trauma langsung atau tidak langsung). Lebih

lanjut, persalinan yang tidak didampingi (trauma langsung, tidak

ada resusitasi, kedinginan) akan membahayakan bayi baru lahir.

(Ralph C, Benson. 2008)

2. BBL Umur 1 Jam

a. Bayi Baru Lahir

1) Definisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang tumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapar melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat lahirnya antara 2500 –

4000 gram. (Dewi, 2010)

2) Pemeriksaan fisik pada bayi

Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai

status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauterin ke dalam


37

kehidupan ekstrauterin serta mencari kelainan pada bayi. Adapun

pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain :

a) Hitung frekuensi napas

Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung

rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini

dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya

antara 40-60 kali permenit, tanpa adanya retraksi dada dan

suara merintih saat ekspirasi.

b) Lakukan inspeksi pada warna bayi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna

pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam

keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam

keadaan preterm, meninggal kondisi kulitnya lebih tebal.

c) Pemeriksaan kulit

Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya

kemerahan pada kulit pembengkakan, postula (kulit melepuh),

luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastis

kulit, serta tidaknya ruam popok (bercak merah terang di kulit

daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila

tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih

kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau

selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.

Bayi normal kulitnya kemerah-merahan dan licin karena

jaringan subkutan yang cukup. (Dewi, 2010)


38

d) Hitung denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop

Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila

frekuensinya antara lain 120-160 kali per menit.

e) Pemeriksaan ekstremitas

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan

ekstremitas abnormal, asimetris posisi dan gerakan yang

abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan),

serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau

saling melekat

f) Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan,

bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.

Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan

pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan

lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.

g) Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain :

Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya

lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung. Pemeriksaan

wajah dan tengkorak dapat dilihat adanya moulage, yaitu

tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk

dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum


39

(edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi,

batasnya tidak tegas serta menyebrangi sutura dan akan hilang

dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat

setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena

tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak,

berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak

menyebrangi sutura, dan apabila menyebrangi sutura akan

mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang

sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang

terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di

luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga

bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk

menilai adanya fluktuasi dan edema.

h) Pemeriksaan mata

Untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi

gerakan mata yang belum sempurna, cara memeriksanya

adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan,

sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa.

Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap

cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan.

Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka

kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada galucoma

kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan


40

pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat

pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata

maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva,

retina, dan lain-lain.

i) Pemeriksaan telinga

Dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.

Dilakukan dengan menyembunyikan bel atau suara jika terjadi

refleks terkejut apabila tidak menjadi refleks, maka

kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

j) Pemeriksaan hidung

Dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila

bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi

mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana

bilateral atau fraktur tulang hidung akan menunjukan gangguan

pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.

Apabila sekret mukopurulen dan berdarah perlu dipikirkan

adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

k) Pemeriksaan mulut

Dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada

mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna

dan kemampuan refleks menghisap. Apabila ditemukan lidah

yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan


41

kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut,

palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai monilia albicans,

gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada

gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

l) Pemeriksaan leher

Dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi

keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi

kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid,

hemangioma, dan lain-lain.

m) Pemeriksaan abdomen dan punggung

Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara

inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila

didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan

disebabkan hepatospleomegali atau cairan di dalam rongga

perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah

arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.

Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi

telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut

dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba

setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut.

Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya

pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,

kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai


42

daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya

adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba

sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya

kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang

punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak

menonjol).

n) Pengukuran antropometri

Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri

seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah

sekitar 2500-4000 gram, apabila ditemukan berat badan kurang

dari 2500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat

badan lahir rendah (BBLR). Pengukuran antropometri lainnya

adalah pengukuran panjang badan secara normal, panjang

badan bayi baru lahir adalah 48-52 cm, pengukuran lingkar

kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada

normalnya adalah 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm.

o) Pemeriksaan genitalia

Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium

minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang

vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu

lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila dan

sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh

hormon. Kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya

hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung


43

penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan

kelainan defek pada dorsum penis. Pada bayi wanita, adanya

perdarahan pervaginam pada bayi dapat terjadi selama

beberapa hari pada minggu pertama kehidupan. Keputihan

tidak hanya dialami oleh perempuan dewasa, tetapi keputihan

normal pun dapat dialami oleh bayi perempuan yang baru lahir.

b. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir

1) Kunjungan I

Pada 1-24 jam pasca kelahiran bayi, kunjungan ini bertujuan


untuk:

a) Pemberian ASI pertama

b) Menjaga kehangatan tubuh bayi

c) Mencegah infeksi

d) Pemberian imunisasi bayi baru lahir

2) Kunjungan II

Kunjungan kedua dilakukan pada 1-7 hari pasca kelahiran.

Kunjungan bertujuan untuk memantau menyusui, buang air besar,

tidur, berat badan bayi, denyut jantung, aktivitas, warna kulit dan

tali pusat.
44

3) Kunjungan III

Kunjungan ketiga dilakukan 8-28 minggu pasca kelahiran dan

bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi,

serta menjadwalkan untuk imunisasi.

c. Evidenced Based

Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Tenaga Penolong Persalinan Di

Puskesmas Kota Manado Terhadap Profilaksis Vitamin K

1) Sebagian besar tenaga penolong persalinan mempunyai tingkat

pengetahuan tergolong baik, berpendapat bahwa profilaksis vitamin K

harus diberikan pada semua bayi baru lahir, berpendapat bahwa

profilakisis vitamin K bermanfaat untuk mencegah perdarahan bayi

baru lahir, dan setuju vitamin K harus selalu tersedia di

puskesmas/pondok bersalin.

2) Sebagian tenaga penolong persalinan berpendapat bahwa tidak ada

efek samping yang berbahaya dari profilaksis vitamin K.

Hampir semua tenaga penolong persalinan memberikan profilaksis

vitamin K dan menyediakan vitamin K di puskesmas/pondok bersalin.

d. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Umur 1 Jam

1) Jaga bayi tetap hangat


45

2) Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila

bayi tidak langsung menangis penolong segera membersihkan

jalan napas.

3) Keringkan

4) Pemantauan tanda bahaya, seperti :

a) Pernapasan – sulit atau lebih dari 60 kali per menit

b) Kehangatan – terlalu panas (> 37,5°C atau terlalu dingin <

36,5°C)

c) Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau

pucat, memar

d) Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan,

banyak muntah

e) Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,

pernapasan sulit

f) Tinja/kemih–tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,

sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja

g) Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang

halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.


46

5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,

kirakira 2 menit* setelah lahir

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir

menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi

kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi,

kemudian luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol

70% atau povidon ion 10% serta balut kasa steril.

6) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, di paha kiri

anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini

8) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata

9) Pemeriksaan fisik

10) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

*Pemotongan dan pengikatan tali pusat sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit

setelah lahir (atau setelah bidan menyuntikkan oksitosin kepada ibu) untuk

memberi waktu tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga zat besi)

kepada bayi

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


47

1) Definisi

IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri

menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan

kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan kulit

bayinya. (Nurtjahjo dan Paramitia, 2008 dalam Sunansari, 2008)

2) Tahapan yang dilakukan bayi dalam IMD

Dikutip dari Roesli (2008), tahapan yang biasanya dilakukan bayi

pada saat IMD adalah :

a) Istirahat sebentar dalam keadaan siaga untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya.

b) Memasukkan tangan ke mulut.

c) Menghisap tangan dan mengeluarkan suara

d) Bergerak ke arah payudara dengan aerola sebagai sasaran.

e) Menyentuh puting susu dengan tangannya.

f) Menemukan puting susu.

g) Melekat pada puting susu.

h) Menyusu untuk pertama kalinya.

3) Manfaat IMD

Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat

dengan melakukan IMD adalah :

a) Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).


48

Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah

melahirkan akan mendapatkan kehangatan sehingga

dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka

kematian karena hypothermia dapat ditekan.

b) Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat

secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres

sehingga pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil.

c) Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.

IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan

bakteri ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu,

sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit

bayi yang akan dapat menyaingi bakteri yang lebih ganas di

lingkungan luar.

d) Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan

immunoglobulin paling tinggi.

IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga

pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI

yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung

kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan

konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi

bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk


49

pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat

dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

e) Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif

Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan

mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu Eksklusif dan

mempertahankan menyusu dari pada yang menunda menyusu

dini.

f) Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan

Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan

merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk

menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran

plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah

anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi

tenang, rileks dan mencintai bayinya serta merangsang

pengaliran ASI dari payudara.

g) Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu

selanjutnya

h) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya

pertama kali di dada ibunya.

4) Sikap bidan dalam IMD


50

Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap

objek. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran setuju atau tidak

setuju seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman

sendiri atau orang lain dan membuat seseorang mendekati atau

menjauhi objek lain.

Dikutip dari Aprilia (2010) salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif adalah

faktor sikap, petugas kesehatan khususnya bidan dalam hal motivasi,

ibu dalam pelaksanaan IMD.

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan

rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya.

Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama

menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi menyusu dini, merupakan

dukungan tenaga kesehatan untuk menyukseskan kelangsungan

pemberian ASI Eksklusif.

Sikap bidan dalam praktek inisiasi menyusu dini juga diungkapkan

oleh Februhartanty, dalam penelitiannya bahwa sekitar 80% bayi

baru lahir ini menerima makanan/minuman prelakteal berdasarkan

anjuran dari petugas kesehatan. Kutipan hasil penelitian di atas,

menunjukkan bahwa terlaksana atau tidaknya inisiasi menyusu dini,


51

ikut dipengaruhi oleh peran (sikap) petugas kesehatan, dalam hal ini

bidan.

C. Bayi (Neonatus Umur 24 Jam Sampai Dengan Bayi 6 Minggu)

1. Asuhan Bayi Baru Lahir Usia 24 Jam Sampai Dengan Bayi 6 Minggu

a. Minum

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara

sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi yaitu setiap 2-3 jam (paling

sedikit 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan. (Dewi, 2010)

Sebagian besar bayi mengalami penurunan berat badan selama minggu

pertama setelah kelahiran, dan diharapkan badan bayi mencapai berat

badan ketika lahir dalam 10-14 hari. Penurunan berat badan bayi sebesar

10%. (Myles, 2011)

b) Defekasi (BAB)

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu

pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.

Dalam 3 hari pertama feses bayi masih bercampur dengan meconium dan

frekuensi defekasi sebanyak 1 kali dalam sehari. (Dewi, 2010)

c) Berkemih (BAK)
52

Berkemih sering terjadi dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan

warna urin yang pucat. Kondisi ini menunjukkan masukan cairan yang

cukup. (Dewi, 2010)

d) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.

Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.

(Dewi, 2010)

e) Kebersihan kulit

Mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap

hari, tetapi bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan

secara teratur. (Dewi, 2010)

f) Keamanan

Keamanan bayi harus tetap terjaga dengan tidak meninggalkan bayi

sendirian, tidak memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, dan tidak

menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi. (Dewi, 2010)

2. Evidence Based

Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Eksklusif Pada Masa Nifas Dengan

Penambahan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Minggu

Terdapat hubungan frekuensi pemberian ASI eksklusif pada masa nifas

dengan penambahan berat badan bayi usia 0-6 minggu di Desa Sambirejo,
53

Jogoroto, Jombang. Diharapkan tenaga kesehatan (bidan) untuk terus

meningkatkan KIE dan pemantauan terhadap ibu-ibu yang mempunyai

bayi usia 0-6 bulan, dan khususnya ibu nifas yang mempunyai bayi usia 06

minggu untuk memberikan ASI Eksklusif dengan frekuensi yang baik

yaitu lebih dari 8x/hari.

D. Nifas (6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu)

Meliputi adaptasi psikologis masa nifas, adaptasi perubahan fisik masa

nifas, laktasi, terdiri dari :

1. Nifas Dini

Adalah masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena

atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan

suhu.

2. Nifas Lanjut

a. Periode Intermedial atau Early Postpartum (24 jam-1 minggu)

Di fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

bayinya dengan baik.


54

b. Periode Late postpartum (1-5 minggu)

Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB. ( Saleha, 2009)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan

pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini

dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta

penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,

imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

3. Asuhan Yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa Nifas:

a. Kunjungan I: 6-8 jam post partum

Bertujuan untuk memeriksan tanda bahaya yang harus di deteksi

secara dini yaitu atonia uteri, robekan jalan lahir yang dapat terjadi,

bendungan/hambatan pada payudara, serta retensi urin.

1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri


55

4) Pemberian ASI awal

5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi

7) Mendorong ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif dan

mengarahkan cara menyusui yang baik

8) Menilai keberhasian involusi uterus

9) Mengkaji perasaan ibu akan proses persalinan

10)Pendidikan akan tanda bahaya baik ibu maupun bayinya

b. Kunjungan II: 6 hari post partum

Bertujuan untuk mengenali tanda bahaya seperti mastitis, abses

payudara, metritis, serta peritonitis.

1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

3) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup

4) Memastikan ibu mendapatkan makanan untuk ibu menyusui


56

5) Memastikan ibu menyususi dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui

6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir

7) Memberikan informasi tentang personal hygiene, senam ibu nifas

8) Mengkaji tanda postpartum blues, keluarga berencana

c. Kunjungan III: 2 minggu post partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. Dengan mengevaluasi

seluruh asuhan yang telah diberikan sebelumnya; mengarahkan ibu

untuk membesarkan dan membina anak, rencana check-up bayi untuk

imunisasi, serta keluhan-keluhan yang mengganggu ibu.

d. Kunjungan IV: 6 minggu post partum

1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas

2) Memberikan konseling KB secara dini

Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lokhea, pengeluaran ASI

dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.

Melakukan kebersihan diri ibu dengan cara :

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh


57

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar

vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya

dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik

dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh daerah luka. Menganjurkan ibu untuk

beristirahat dengan cara :

a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan

b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri

Untuk melengkapi gizi ibu menyusui dengan cara :


58

a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan

vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui).

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40

hari pasca bersalin.

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI-nya.

ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,

memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk

di minum.

Melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui dengan cara:

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.

2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.

3) Puting susu oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar

puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan

dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet

setiap 4-6 jam.


59

4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah

selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau

pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah

melahirkan bayi sering kali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita

dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan

tingkah laku pada seorang wanita. Fase-fase yang dialami oleh ibu pada masa

nifas :

a. Fase Taking In

Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai

hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama

pada dirinya senidiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali

diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan

menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai

bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.

Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk

memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk

mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati

fase ini dengan baik.

Gangguan psikologis yang biasanya ibu rasakan di fase taking in ialah

kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang


60

bayinya; ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang

dialami ibu misalnya rasa mulas akibat kontraksi rahim dan payudara

bengkak; rasa bersalah karena belum menyusui bayinya; serta suami dan

keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan

cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman

karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja,

tetapi tanggung jawab bersama.

b. Fase Taking Hold

Fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari telah melahirkan. Pada

fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi, ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung dan mudah marah sehingga kita perlu

berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik

untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah

msialnya dengan menajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang

benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan

pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat,

kebersihan diri, dan lain lain.

c. Fase Letting Go
61

Merupakan fase menrima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya

sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase

sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga

masih sangat diperlukan ibu, suami dan keluarga dapat membantu

merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak perlu

terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan

kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

5. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas

a. Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan.

Proses involusi uteri adalah sebagai berikut :

1) Iskemia miometrium. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat

uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

2) Autolisis. Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10


62

kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan

atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung

jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena

penurunan hormon estrogen dan progesteron.

3) Efek oksitosin. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta

serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat

itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar

dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis.

Tabel. 2.6 Proses Involusi Uteri

4) Afterpains

Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan

biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal


63

puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah

ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya pada

bayi besar, dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan

biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang

kontraksi uterus.

5) Lokia

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuah organisme

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu

dan warnanya diantaranya sebagai berikut. (Varney, 2008)

a) Lokia rubra/merah (Kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari kedua masa

postpartumnya. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya

merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada

plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri

atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugi, sisa

mekonium, dan sisa darah.

b) Lokia sanguinolenta

Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir

karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-

7 hari post partum.

c) Lokia serosa
64

Lokia ini muncul pada hari ke 7-14 postpartum. Warnanya

biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas

leukosit dan robekan laserasi plasenta.

d) Lokia alba

Lokia ini muncul pada minggu ke 2-6 minggu postpartum.

Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak

mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut

jaringan yang mati.

6) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu badan

Satu hati (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit

(37,5-38,0°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal,

suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan

naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi

bengkak, berwana merah karena banyaknya ASI. Bila suhu

tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,

masititis, traktus genitalis, atau sistem lain.

b) Denyut nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80x/menit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

c) Tekanan darah
65

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklamsia postpartum.

d) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran napas.

7) Volume darah

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total

yang cepat, tetapi terbatas. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi

lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume

darah sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan

darah sekitar 300-400 cc. Pada persalinan pervaginam, hematokrit

akan naik, sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan

kembali normal setelah 4-6 minggu

8) Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan

karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah


66

menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di

perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan

buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus

kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular

perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang

berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas

tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu

akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung

konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Akan tetapi,

terjadinya konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya

pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu

buang air besar.

9) Fungsi sistem perkemihan

Mencapai keseimbangan hemostatis internal dengan keseimbangan

cairan dan elektrolit, edema, serta dehidrasi.

a) Keseimbangan cairan elektrolit

Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan

unsurunsur yang terlarut di dalamnya. Sebanyak 70% dari air

tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan

intraselular. Kandungan air sisanya disebut cairan

ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi antara plasma darah

dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera


67

untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial; edema adalah

tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan

keseimbagan cairan dalam tubuh; dan dehidrasi adalah

kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh

karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

b) Keseimbangan asam basa tubuh

Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph >7,4

disebut alkalis dan jika ph <7,35 disebut asidosis.

c) Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin Ginjal

mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang

mengandung nitrogen terutama: urea, asam urat, dan kreatinin.

10)System muskuloskeletal

Mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan

hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat

pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada

minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.

11)Perubahan berat badan

Ibu nifas kehilangan 5-6 kg pada waktu melahirkan, dan 3-5 kg

selama minggu pertama masa nifas. Faktor-faktor yang

menyebabkan diantaranya adalah peningkatan berat badan selama

kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar rumah, dan

merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengaruhi

penurunan berat badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan


68

peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan

sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum.

12)Perubahan kulit

Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun

menghilang. Pada dining perut akan menjadi putih mengkilat yaitu

“striae albikan”.

13)Diuresis postpartum

Dalam 12 jam pascapersalinan, ibu mulai membuang kelebihan

cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu

mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa

hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2-3

hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang

disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan

tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan

volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh

untuk mengatasi kelebihan cairan.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine

menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa

postpartum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama

hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada

masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy).

6. Laktasi
69

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya

memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga, dan

negara.

Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut:

a. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesui dengan kebutuhan bayi.

b. Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat,

protein, garam, mineral, serta vitamin.

c. ASI mengandung zat protektif.

Zat-zat protektif tersebut antara lain sebagai berikut:

(1) Laktobasilus bifidus

(2) Laktoferin

(3) Lisozim

(4) Komplemen C3 dan C4. Membuat daya opsenik

(5) Imonoglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD, IgE)

Tabel 2.7 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi, Dan ASI Matur

Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobin
IgA (mg/100ml) 335,9 - 119,6
IgG (mg/100ml) 5,9 - 2,9
IgM (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
70

7. Evidenced Based

Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan

Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas

Pada Jurnal STIKES Muhammadiyah Kudus pada tahun 2009, proses

kehamilan dan persalinan adalah proses yang fisiologis dialami oleh

hampir semua wanita, begitu pula masa nifas. Dalam masa nifas ini tidak

sedikit ibu yang mengalami problem kesehatan seperti nyeri, bengkak

pada kaki, ketidakmampuan menyusui, dan nutrisi. Budaya dan mitos

yang kadang kurang menguntungkan kesehatan ibu di masa nifas masih

menjadi problema. Kegagalan dalam fase ini memungkinkan ibu tidak

memiliki kemampuan dalam mengasuh diri dan bayinya. Bidan

mempunyai peran yang sangat penting dalam masa ini melalui pendidikan

kesehatan, monitoring, dan deteksi dini bahaya nifas. Berbagai kendala

yang dihadapi oleh bidan pada kunjuungan nifas adalah waktu untuk

mengunjungi pasien, rasio bidan yang tidak sesuai dengan jumlah pasien

yang dilayani, letak geografis dan sarana transportasi yang kurang

mendukung.

Pengambilan keputusan dan tindakan diperlukan oleh bidan dalam

memberikan asuhan masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Asuhan kebidanan pada masa nifas diberikan untuk meningkatkan

kesejahteraan fisik dan psikologis ibu.


71

Monitoring ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian morbiditas

nifas karena dapat memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu

sehingga dengan monitoring ibu yang baik dapat dideteksi morbiditas ibu

lebih banyak.

Kunjungan nifas minimal dilakukan sebanyak empat kali untuk menilai

keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi. Distribusi kunjungan dilakukan

pada enam sampai delapan jam setelah melahirkan, hari ke enam

postpartum, minggu kedua postpartum, dan enam minggu postpartum.

Kunjungan postpartum mempunyai keuntungan bagi bidan agar dapat

merencanakan konseling kesehatan sedangkan keterbatasan kunjungan

terletak pada biaya, jumlah bidan dan keamanan saat berkunjung ke rumah

ibu.

Efektifitas asuhan masa nifas dapat diukur dari proses pemulihan fisiologis

ibu, pengetahuan dasar tentang tehnik menyusui yang dimiliki oleh ibu,

kemampuan ibu dalam melakukan perawatan yang tepat untuk diri juga

bayinya, dan kemampuan ibu untuk berinteraksi terhadap bayi serta

anggota keluarganya.

Pada masa nifas terjadi perubahan fisiologis pada uterus, lokia, vagina dan

perineum, payudara, sistem gastrointestinal, sistem renal, sistem

hematologi, penurunan berat badan, tanda-tanda vital, dan dinding

abdomen.
72

Ibu nifas membutuhan nutrisi, proses eliminasi, personal higiene,

ambulasi, aktivitas seksual, istirahat dan latihan/senam nifas agar masa

nifas berlangsung baik.

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Pertama

Tanggal 15 Maret 2017 Jam 17.30 WIB

SUBJEKTIF

Identitas

Klien Suami

Nama : Ny. S. S Nama : Tn. I

Umur : 30 tahun Umur : 34 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

: Karyawan
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan
Swasta
73

Alamat : Jl. Bukit duri tanjakan I RT 009 RW 012

No HP : 087887861986
Alasan Datang

Ini adalah kunjungan ulang ibu, dan tidak ada tanda bahaya kehamilan di

minggu terakhir.

Riwayat Haid

a. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) tanggal 8 Juli 2016, haid teratur,

siklus haid 28 hari, lamanya±5 hari, banyaknya 2 kali ganti pembalut/hari

b. Haid sebelumnya tanggal 6 Juni 2016

c. Tafsiran persalinan pada tanggal 15 April 2017

d. Pergerakan janin dalam 12 jam yaitu > 10 kali Riwayat Dan Kebiasaan

Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Makan sehari – hari ibu 3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk seperti tahu

tempe telur dan terkadang daging ayam atau ikan, sayur seperti sayur

asam. Ibu mengalami perubahan nafsu makan.

Minum ± 8 gelas berukuran sedang dalam sehari. Minum susupada saat

trimester I.

b. Pola Eliminasi
74

BAK : ± 7 kali sehari, sering BAK saat malam hari yaitu 3-4 kali, dan

tidak ada keluhan.

BAB : 2 kali sehari, konsistensi lembek, dan tidak ada keluhan.

c. Pola Istirahat

Ibu istirahat dengan tidur malam ± 7 jam, pada saat malam tidurnya tidak

terganggu karna setiap kebangun untuk ke toilet langsung bisa tidur lagi.

Terkadang tidur siang ± 1 jam.

d. Pola Aktifitas/Istirahat

Setiap hari ibu berkerja, setelah itu istirahat sejenak lalu melakukan

aktifitas rumah tangga dengan membersihkan rumah, memasak, dan

mencuci.

e. Pola Seksualitas

Ibu sudah jarang melakukan hubungan seksual dengan suami yaitu

sebulan sekali, dan tidak ada keluhan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

Penyulit
Lama
Tahun Jenis Kehamilan,
Tempat UK Penolong JK BB PB Menyus
Kelahiran Persalinan Persalinan,
ui
Nifas
2007 BPM Spontan Ate Bidan LK Tidak ada 3,5 51 20

rm kg cm bulan

Hamil Ini
75

Riwayat Penyakit Dan Yang Sedang Diderita

Ibu tidak memiliki penyakit seperti hipertensi, DM, jantung serta asma.

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun sistemik, serta tidak

memiliki riwayat kembar.

Tidak mengkonsumsi narkoba, minum-minuman alcohol, maupun merokok.

Ibu mengkonsumsi vitamin kehamilan.

Riwayat Sosial

Kehamilan ini direncanakan, keluarga menerima dan mendukung kehamilan

ini.

Jenis kelamin perempuan maupun laki-laki sama saja.

Kepercayaan Adat/Istiadat

Di dalam keluarganya ibu tidak memiliki kepercayaan pada masa kehamilan,

persalinan dan nifas.

Riwayat Perkawinan

Ini adalah perkawinan ibu yang kedua, dengan suami yang kedua, sudah 2

tahun.

Susunan Keluarga Yang Tinggal Serumah

Ibu di rumah tinggal bersama suami, satu orang anak, dan kedua orang tuanya.

Persiapan Persalinan
76

- Penolong persalinan : Bidan

- Tempat Persalinan : BPM

- Pendamping Persalinan : Suami atau ibunya

- Transportasi : Motor

- Metode KB : Suntik 3 bulan

- Donor Darah : Keluarga

- Dana Persalinan : Mandiri

- Perlengkapan Ibu dan Bayi : Sudah disiapkan

- Rencana Menyusui : ASI eksklusif 6 bulan

: Diri sendiri dibantu dengan


- Rencana Perawatan Bayi
ibunya

- Rencana Perawatan Tali Pusat : Diri sendiri


OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis dan keadaan emosional

stabil.

Tanda-tanda vital, Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 79x/menit, Pernafasan

19x/menit, Suhu 36,6 oC.

BB sebelum hamil 45 kg, BB saat ini 52 kg, TB 155 cm, IMT sebelum hamil

18,7 IMT saat ini 21,7 Status gizi normal.

Pemeriksaan Fisik
77

Wajah ibu tidak ada oedema, dan tidak ada cloasma gravidarum.

Pada bagian mata ibu konjungtiva tidak terlihat anemis dan skleranya tidak

ikhterik. Pada Geraham dan lidah bersih, begitu juga gigi yang tidak ada

caries.

Pada bagian leher ibu tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

Payudara ibu simetris, membesar dengan normal karena persiapan produksi

ASI, puting susu ibu menonjol serta tidak ada benjolan.

Abdomen ibu tidak terdapat bekas luka operasi, pembesaran yang terjadi pada

abdomen Ny.S sesuai dengan kehamilannya, tampak linea nigra, tidak tampak

striae gravidarum, dan teraba gerakan pada bayi.

Pada ekstremitas tidak ada oedema maupun varises.

Pemeriksaan Obstetrik

TFU : 30 cm

Leopold I : Di bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan

(punggung), sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas), letak

memanjang

Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras (kepala), belum masuk PAP

(Konvergen), dapat digoyangkan

DJJ : 140x/menit, frekuensi teratur, punctum maximum di

bawah pusat sebelah kanan


78

TBJ : (30-13) x 155 = 2635 gram

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : (13 September 2016)

- Darah : Hemoglobin (Hb) 13,1 g/dL, Golongan Darah B

- Urine : Reduksi negatif, protein negative

USG : (30 Desember 2016) Pada saat 25 minggu

Hasil USG menjelaskan bahwa kondisi janin dan plasenta dalam keadaan dan

posisi normal, serta keadaan air ketuban dalam volume yang cukup.

ANALISA

Diagnosa Ibu : G2P1A0 hamil 36 minggu

Diagnosa Janin : Janin presentasi kepala tunggal hidup

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Penkes pada ibu hamil trimester 3

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan. Janin dan ibu dalam keadaan baik.

Ibu mengerti yang dijelaskan.

2. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan. Seperti sakit kepala

yang hebat, pandangan mata kabur atau pandangan mata yang tidak jelas,
79

nyeri pada ulu hati atau nyeri epigastrium, nyeri perut hebat, pergerakan

janin berkurang tidak seperti biasanya atau janin tidak bergerak,

pendarahan pervaginam, oedem pada ekstremitas. Ibu mengerti dan mau

mewaspadai.

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan kaya

akan protein seperti ikan, daging, hati ayam, tempe, tahu, dll serta roti,

gandum dan es. Nasinya ditambah porsinya menjadi 2 kali lipat dari

sebelumnya, tempenya sekali makan 2-3 potong, 3-4x sehari. Ibu mengerti

dan bersedia melakukannya.

4. Memberitahu ibu untuk memantau gerakan janinnya dalam 12 jam. Ibu

mengerti dan akan memantaunya.

5. Memberitahu Ibu tentang persiapan persalinan. Seperti perlengkapan Ibu,

perlengkapan bayi, tabungan, alat transportasi bersalin dan perlengkapan

surat menyuratnya serta tempat rujukan karena ibu memiliki komplikasi.

Ibu bersedia untuk mempersiapkan persiapan persalinan tersebut.

6. Memberitahu Ibu tentang pemberian ASI eksklusif. Yaitu memberikan

ASI pada bayi selama 6 bulan setelah persalinan tanpa makanan atau

minuman pendamping apapun seperi air putih, madu, pisang, dan

sebagainya. Ibu mengerti terhadap semua penjelasan dan merencanakan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

7. Memberitahu Ibu tentang macam-macam alat kontrasepsi. Yaitu

kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil, dan implan serta kontrasepsi non

hormonal seperti IUD, MOW atau MOP, dan kondom. Ibu mengerti
80

terhadap semua penjelasan dan berencana akan berbicara terlebih dahulu

dengan suami.

8. Memberikan ibu vitamin yaitu B1 2x2 dan vitonal 1x1. Ibu mengerti dan

bersedia meminumnya.

9. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang ke BPM Hj. Putri Saidar Said

Jakarta Timur. Pada minggu depan yaitu minggu keempat tanggal 25

Maret 2017 atau jika terdapat tanda bahaya pada kehamilan maupun

tandatanda persalinan. Ibu bersedia untuk datang ke BPM Hj. Putri Saidar

Said Jakarta Timur pada minggu depan atau jika terdapat tanda bahaya

pada kehamilan maupun tanda-tanda persalinan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Kedua

Tanggal 25 Maret 2017 jam 14.00 WIB

SUBJEKTIF

Ini adalah kunjungan ulang dan ibu mengatakan terasa mules.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, Keadaan emosional baik.

Tanda-tanda Vital nya yaitu Tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 79 x/menit,
81

Suhu 36,9˚C, Pernafasan 20 x/menit, BB 53 kg, TB 155 cm.

Pemeriksaan Obstetrik

TFU : 30 cm

Leopold I : Di bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II : Sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan

(punggung), sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)

Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras (kepala), masih dapat

digoyangkan

DJJ : 144x/menit, frekuensi teratur, punctum maximum di

bawah pusat sebelah kanan

TBJ : (30-13) x 155 = 2635 gram

ANALISA
Diagnosa Ibu : G2P1A0 hamil 37 minggu

Diagnosa Janin : Janin presentasi kepala tunggal hidup

Masalah : Kontraksi palsu

: Dukungan psikologis ibu hamil


Kebutuhan trimester 3
PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan. Bahwa janin dan ibu dalam keadaan baik

dan kepala belum masuk PAP. Ibu mengerti yang dijelaskan.

2. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda persalinan. Seperti nyeri punggung

yang menjalar keperut, keluar lendir darah, keluar air-air yang tidak bisa
82

ditahan (ada lendir darah), terjadi kontraksi yang semakin lama dan sering

setiap 10 menit tanpa hilang. Ibu mengerti dan mau ke petugas kesehatan bila

menemuan tanda tersebut.

3. Menganjurkan ibu untuk aktifitas yang dapat menurunkan kepala janin ke

dasar panggul. Seperti berjongkok, duduk sila dan banyak berjalan kaki atau

jalan pagi maupun sore. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang ke BPM Hj. Putri Saidar Said. Pada

minggu depan yaitu minggu awal tanggal 1 April 2017 atau jika terdapat tanda

bahaya pada kehamilan maupun tanda-tanda persalinan. Ibu bersedia untuk

datang ke BPM Hj. Putri Saidar Said pada minggu depan atau jika terdapat

tanda bahaya pada kehamilan maupun tanda-tanda persalinan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Ketiga

Tanggal 2 April 2017 jam 11.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu merasa mulesnya berkurang atau hilang-hilangan.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum
83

Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, Keadaan emosional baik,

Tanda-tanda Vital nya yaitu Tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 79 x/menit,

Suhu 36,9 ˚C, Pernafasan 20 x/menit, BB 55 kg, TB 155 cm.

Pemeriksaan Obstetrik

TFU : 31 cm

Leopold I : Di bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan

(punggung), sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)

Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras (kepala), masih dapat

digoyangkan, sudah masuk PAP sebagian

DJJ : 134x/menit, frekuensi teratur, punctum maximum di

bawah pusat sebelah kanan


TBJ : (31-12) x 155 = 2945 gram

ANALISA

Diagnosa Ibu : G2P1A0 hamil 38 minggu

: Janin presentasi kepala tunggal


Diagnosa Janin
hidup

Kebutuhan : Pemeriksaan USG


PENATALAKSANAAN
84

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan. Bahwa janin dan ibu dalam keadaan

baik dan kepala sudah masuk PAP sebagian. Ibu mengerti yang dijelaskan.

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara dan mengajarkan

ibu cara perawatan payudara. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

3. Memberikan ibu vitamin yaitu B1 2x2 dan malpofer 1x1. Ibu mengerti dan

bersedia meminumnya.

4. Memberitahu ibu untuk melakukan USG pada tanggal 8 April 2017.

5. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang ke BPM Hj. Putri Saidar Said.

Pada minggu depan yaitu minggu kedua bulan April 2017 atau jika

terdapat tanda bahaya pada kehamilan maupun tanda-tanda persalinan. Ibu

bersedia untuk datang ke BPM Hj. Putri Saidar Said pada minggu depan

atau jika terdapat tanda bahaya pada kehamilan maupun tanda-tanda

persalinan.

B. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala I FASE LATEN

Tanggal 8 April 2017 jam 19.00 WIB

SUBJEKTIF
85

Ibu datang pukul 18.50 WIB ke BPM Hj.Putri Saidar Said dengan keluhan

mules-mules semakin lama semakin sering sejak pukul 14.00 WIB, dan keluar

lendir coklat sekitar pukul 17.30 WIB. Makan dan minum terakhir tadi sore

sekitar pukul 16.00 WIB saat mendatangi kondangan. BAB terakhir pukul

10.00 WIB dan BAK terakhir pukul 17.10 WIB.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pada pemeriksaan Tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi 82x/menit, Pernafasan 23x/menit, Suhu 36,0oC.

Pemeriksaan Obstetrik

TFU : 32 cm

Leopold I : Di bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II : Sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan

(punggung), sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)

Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras (kepala), bagian terendah

janin sudah masuk PAP (Konvergen), sudah tidak dapat digoyangkan

Leopold IV : Bagian terendah yang masuk PAP teraba 4/5 bagian

HIS : 3 kali dalam 10 menit selama 30 detik, sedang

DJJ : 140x/menit, frekuensi teratur, punctum maximum di

bawah pusat sebelah kanan


86

TBJ : (32-12) x 155 = 3100 gram

Pemeriksaan Dalam

Pukul 19.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam oleh Aisyah di BPM Hj. Putri

Saidar Said, hasilnya vagina tidak ada polip, licin, tidak ada benjolan, tidak

ada kondiloma. Portio tebal, konsistensi lunak, pembukaan 2 cm, posisi

ubunubun kecil kanan depan, presentasi belakang kepala, ketuban (+),

penurunan kepala Hodge I.

Pemeriksaan Penunjang

USG : (8 April 2017) Pada saat 39 minggu

Hasil USG menjelaskan bahwa kondisi janin dan plasenta dalam keadaan dan

posisi normal, keadaan air ketuban dalam volume yang cukup, jenis kelamin

perempuan, TBJ 3844 gr.

ANALISA

Diagnosa Ibu : G2P1A0 hamil 39 minggu partus kala I fase laten

Diagnosa Janin : Janin presentasi kepala tunggal hidup

Kebutuhan : Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin Kala I

PENATALAKSANAAN
87

1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan. Bahwa janin

dalam keadaan baik, sudah dalam pembukaan 2 cm dan menghimbau ibu

untuk tidak gelisah. Ibu mengerti yang dijelaskan.

2. Memberikan ibu dukungan dan dengarkan keluhan ibu.

3. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan :

a. Biarkan ibu berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur

disarankan untuk miring kiri agar oksigen ke janin lancar

b. Memijat punggung ibu

c. Mengajarkan ibu teknik relaksasi saat his untuk mengurangi rasa sakit

dengan cara mengalihkan perhatian mengambil nafas panjang melalui

hidung kemudian dihembuskan dengan cara ditiup.

d. Menganjurkan ibu untuk banyak beristighfar jika merasakan sakit Ibu

melakukannya dengan baik.

4. Menjaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada

bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25°C.

5. Memberi minum dan makan yg cukup untuk menghindari dehidrasi serta

memberikan tenaga untuk persalinan. Ibu minum teh dan air putih saja.

6. Memantau keadaan umum ibu, tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah tiap 4 jam sekali

b. Suhu tiap 2 jam sekali


88

c. Nadi 30-60 menit sekali Telah dilakukan.

7. Memantau keadaan janin yaitu dengan mendengarkan DJJ tiap 30-60

menit sekali.

8. Memantau kemajuan persalinan. Yaitu pembukaan serviks, penurunan

kepala serta warna cairan amnion (atau jika ada indikasi) tiap 4 jam sekali,

kontraksi tiap 30 menit.

Lembar Observasi terlampir.

9. Membantu ibu secara psikis dengan menghadirkan pendamping

persalinan. Ibu memilih suaminya untuk mendampinginya bersalin.

10. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK agar penurunan

kepala bayi tidak terhambat. Ibu bersedia untuk tidak menahan BAB dan

BAK-nya.

11. Mengajarkan ibu posisi meneran yang baik dan meneran jika ada his. Ibu

mampu memposisikan diri untuk posisi meneran.

12. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan pertolongan persalinan.

Peralatan dan perlengkapan bersalin sudah disiapkan.

Tanggal 8 April 2017 jam 23.20 WIB

SUBJEKTIF
89

Ibu merasakan mulesnya semakin sering, ada perasaan ingin meneran serta

ingin buang air besar dan keluar air-air secara spontan yang tidak bisa ditahan.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pada pemeriksaan Tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 110/70

mmHg, Nadi 84x/menit, Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,5oC.

Pemeriksaan Obstetrik

HIS : 4 kali dalam 10 menit selama45 detik, kuat

DJJ : 140 x/menit, frekuensi teratur

Pemeriksaan Dalam

Pukul 23.20 WIB atas indikasi ibu merasa ingin BAB.

Adanya tanda-tanda persalinan (keinginan untuk meneran, tekanan yang

semakin meningkat pada anus, perineum menonjol dan menipis, vulva yang

membuka), pemeriksaan dalam portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput

ketuban (-) warna jernih, presentasi kepala, penurunan kepala sudah di atas

panggul, posisi ubun-ubun kecil kanan depan, dan moulase tidak ada.

ANALISA

Diagnosa : G2P1A0 hamil 39 minggu partus kala II dengan


90

persalinan presipitatus, Janin presentasi belakang kepala tunggal hidup

Diagnose Potensial : Ruptur uteri, robekan serviks, robekan perineum pada ibu

dan Perdarahan intracranial pada janin

Kebutuhan Segera : Asuhan persalinan presipitatus


PENATALAKSANAAN

1. Beritahu hasil pemeriksaan pada klien. Bahwa saat ini kondisi ibu dan

janin dalam keadaan baik, pembukaan sudah lengkap serta sudah adanya

tanda dan gejala kala II dan ibu siap dipimpin untuk meneran. Ibu

mengetahui kondisinya dan mau mendengar instruksi bidan.

2. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi senyaman ibu mungkin. Ibu

memilih posisi terlentang.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi. Dengan menarik nafas yang panjang

dari hidung dan keluarkan lewat mulut. Ibu dapat melakukannya dengan

baik.

4. Memasang under pad. Under pad sudah terpasang.

5. Mendekatkan peralatan dan perlengkapan pertolongan persalinan.

Peralatan dan perlengkapan sudah didekatkan.

6. Menggunakan APD lengkap bagi penolong.

7. Memimpin ibu untuk meneran disaat ada HIS dan istirahat bila tidak ada

HIS. Dengan cara mata membuka dan melihat ke arah perut ibu. Ibu

mampu meneran dengan baik.


91

8. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin saat tidak ada his. Ibu

bersedia melakukannya.

9. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu serta memberikan ibu teh manis saat

tidak ada HIS.

10. Memberi semangat dan dukungan kepada ibu agar ibu tetap semangat

demi kelancaran proses persalinan. Ibu merasa senang dan berterimakasih.

11. Melakukan pertolongan persalinan dengan 58 langkah APN. Pukul 23.40

WIB bayi lahir spontan pervaginam, segera menangis, warna kulit

kemerahan, gerakan tonus aktif, jenis kelamin perempuan.

Pukul 23.20 WIB terdapatnya tanda dan gejala kala II, lalu melakukan

pemeriksaan dalam dan pembukaan sudah lengkap, serta kepala sudah di

atas panggul. Pukul 23.25 WIB melakukan pimpinan meneran saat ibu

mempunyai dorongan yang kuat. Ibu memilih posisi tidur terlentang dan

ibu meneran 3-5 kali. Tidak ada lilitan tali pusat. Bayi lahir pukul 23.40

WIB. Melakukan manajemen bayi baru lahir normal, keringkan dan

memindahkan bayi ke tempat yang sudah disediakan dan dihangatkan

tetapi tidak dilakukan IMD. Pukul 23.43 WIB melakukan penegangan &

dorongan dorso-kranial. Plasenta lahir pukul 23.45 WIB. Adanya laserasi

pada vagina dan perineum saat lahirnya kepala bayi. Setelah 1 jam

dihangatkan bayinya, melakukan asuhan pada BBL kemudian segera

menyusui bayinya.

12. Periksa kemungkinan adanya janin kedua. Tidak ada janin kedua.
92

13. Bayi tidak dilakukan IMD karna langsung dihangatkan di tempat yang

sudah disediakan, saat pemantauan pasca persalinan di kala IV bayi baru

disusui.

Tanggal 8 April 2017 jam 23.42 WIB

SUBJEKTIF

Ibu tampak lelah, masih merasa mulas namun senang atas kelahiran putrinya.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 84x/menit, suhu 36,7oC, pernafasan 20x/menit.

Pemeriksaan Obstetrik

Tinggi fundus uteri sepusat, kontraksi uterus baik konsistensi keras, kandung
kemih kosong. Perdarahan ±150 ml. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
seperti adanya semburan darah, tali pusat memanjang, dan uterus membulat
atau globuler.

ANALISA

Diagnosa Ibu : P2A0 partus kala III

Kebutuhan : Manajemen Aktif Kala III


93

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu masih dalam batas

normal. Ibu mengerti yang dijelaskan.

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan melihat tanda-tanda

pelepasan plasenta. Tampak tanda-tanda pelepasan plasenta seperti ada

semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, dan uterus berbentuk

globular.

3. Menolong kelahiran plasenta. Plasenta lahir pukul 23.45 WIB. Plasenta

lahir lengkap, selaput plasenta utuh, kotiledon lengkap, insersi tali pusat

sentralis, tebal ±2,5 cm, diameter ±20 cm, panjang tali pusat ±50 cm.

4. Masase uterus secara melingkar selama 15 detik dan mengajarkan ibu agar

uterus berkontrasi dengan baik dan mencegah terjadinya perdarahan.

Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong.

5. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kotiledon lengkap 18, selaput korion

amnion utuh, diameter 19 cm, tebal 3 cm, insersi lateralis, panjang tali

pusat 50 cm.

6. Menilai perdarahan serta mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan

perineum dan lakukan penjahitan. Adanya laserasi grade II dan sudah

dilakukan hecting dengan jahit ‘jelujur’ pada mukosa vagina dan otot

perineum serta jahit subcutis pada bagian kulit perineum.

Tanggal 8 April 2017 jam 23.48 WIB


94

SUBJEKTIF

Ibu merasa perut masih mulas namun tampak senang atas kelahiran putrinya.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit,

suhu 36,7oC, pernafasan 20x/menit.

Pemeriksaan Obstetrik

Tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong, perdarahan normal ±150 cc. Terdapat robekan di mukosa, kulit

dan otot-otot perineum, tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter ani.

ANALISA
Diagnosa Ibu : P2A0 partus kala IV dengan ruptur perineum grade II

Masalah : Ruptur perineum grade II


: Asuhan pasca persalinan kala IV serta penjahitan
Kebutuhan ruptur
PENATALAKSANAAN

1. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kontraksi uterus. Dengan cara

sering melakukan masase uterus. Ibu bersedia melakukannya.

2. Melakukan asuhan pada bayi baru lahir. Sudah dilakukan.


95

3. Melakukan observasi kala IV tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih ibu setiap 15 menit pertama di jam pertama pascasalin dan setiap 30

menit selama kedua pascasalin.

4. Merapikan alat dan membersihkan ibu dengan mengganti pakaian yang

bersih dan kering. Ibu sudah menggunakan baju yang bersih dan tempat

tidur sudah bersih.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

mineralnya, tidak ada pantangan untuk ibu yang sedang menyusui dan

menganjurkan ibu untuk mengkonsumi makanan yang banyak

mengandung protein untuk mempercepat proses pemulihan tubuhnya

pasca persalinan. Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi dan

mineralnya serta bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein.

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK-nya. Ibu bersedia

untuk tidak menahan BAB dan BAK-nya.

7. Memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.Ibu

bersedia untuk menyusui bayinya sesuai kebutuhan dan secara eksklusif.

8. Memberikan ibu suplemen Vitamin B1 1x1, amoxcylin 3x1 secara oral.

Ibu mengerti aturan minumnya dan bersedia meminumnya sehabis makan.

9. Memberikan ucapan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran bayi

nya. Ibu dan keluarga merasa senang atas kelahiran bayinya.

10. Menganjurkan ibu untuk beristirahat. Ibu bersedia untuk beristirahat.


96

11. Melakukan pemantauan persalinan kala IV menggunakan partograf.

Partograf terlampir.

C. Manajemen Asuhan pada Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR SATU JAM

Tanggal 9 April 2017 jam 01.40 WIB

SUBJEKTIF

Bayi Ny.S lahir tanggal 8 April 2017 pukul 23.40 WIB. Ibu berniat akan

memberikan ASI eksklusif untuk putrinya.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Penilaian awal : Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot

aktif

Jenis kelamin : Perempuan

Apgar Score : 9/10


97

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 45 x/menit

: 130 x/menit,
Nadi
teratur
: 36,90C
Suhu

Apgar Score : 9/10

Pemeriksaan Antropometri

Berat badan : 3500 gr

Panjang badan : 50 cm

Lingkar kepala : 30 cm

Lingkar dada : 30 cm

Lingkar Perut : 31 cm
Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tidak ada cepal haematoma, tidak ada caput succedenum, tidak ada

moulase, tidak ada daerah cekung pada ubun-ubun

Wajah : Tidak oedema

Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,

tidak ada pengeluaran cairan dari mata

Telinga : Simetris, sejajar dengan garis mata, lubang telinga positif, tidak ada

pengeluaran cairan

Hidung : Lubang hidung +/+, septum +, tidak ada polip, tidak ada pernapasan

cuping hidung
98

Mulut : Tidak ada labioskizis, tidak ada palatoskizis serta tidak

ada labiopalatoskizis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar

thyroid, serta tidak ada distensia vena

Dada : Tidak ada pernafasan retraksi dinding dada

Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada polidaktili, andaktili maupun sindaktili,

tidak ada fraktur klavikula, tidak ada fraktur humerous

Abdomen : Konsistensi lunak, permukaan cembung, tidak ada

kelainan, tidak ada benjolan

Tali Pusat : Bersih, tidak ada perdarahan dan tanda infeksi serta

terdapat 1 vena dan 2 arteri

Punggung : Tidak ada kelainan

Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora, terdapat lubang

uretra dan vagina

Anus : Positif (+)

Kulit : Kemerahan, tidak ada ruam, ada tanda lahir di kaki kanan
Ekstremitas bawah: Tidak ada polidaktili, tidak ada sindaktili serta andaktili

Pemeriksaan Refleks
- Moro :
(
+
)
- Tonick neck :
99

(
+
)
:
(
- Rooting
+
)
:
(
- Sucking
+
)
:
(
- Swallowing
+
)
:
(
- Palmar graphs
+
)
:
(
+
- Babinski )
ANALISA

Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam.

Masalah : Tidak ada masalah

Kebutuhan: Perawatan bayi baru lahir

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu kepada ibu dan suami. Bahwa kondisi bayi saat ini dalam

keadaan baik. Ibu dan suami senang mendengarnya.

2. Memberikan suntikan vitamin K 1 mg (0,1 cc) IM pada 1/3 otot vastus

lateralis kiri bayi untuk mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi

baru lahir. Sudah diberikan.


100

3. Memberikan salep mata eritromisin 0,5% untuk pencegahan infeksi mata.

Dengan cara diberikan dari arah dalam ke luar. Sudah diberikan.

4. Mencegah hipotermi bayi dengan memakaikan pakaian, bedong dan topi

bayi dan segera mengganti popok jika bayi BAB atau BAK. Bayi sudah

memakai pakaian, bedong dan topi.

5. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui sesuai kemauan bayi tidak perlu

dibatasi dan dijadwalkan, minimal 2 jam sekali atau bila bayi sudah tidur

lebih dari 2 jam segera bangunkan dan susui. Ibu mengatakan akan

menyusui bayinya.

6. Memberitahukan kepada ibu agar setelah memberikan ASI menepuknepuk

punggung bayi secara perlahan-lahan, atau posisikan bayi tidur miring

agar bayi bersendawa. Ibu mengerti.

7. Melakukan perawatan tali pusat, menjaga kebersihannya, membungkus

dengan kassa steril tanpa diberi betadine atau yang lainnya.

8. Memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir dan

segera datang ke tenaga kesehatan apabila bayi memiliki tanda bahaya

tersebut. Yaitu tampak lemah, tidak mau menyusu, pernapasan cepat, bayi

tampak gelisah, berat badan bayi cepat menurun dan terjadi diare,

pergerakan aktifitas bayi makin menurun, kejang dan suhu bayi di bawah

36,5º C atau diatas 37,5ºC, bagian yang berwarna putih pada mata berubah

menjadi kuning maupun kecoklatan, tali pusat bengkak, kemerahan


101

maupun berbau, muntah terus menerus, BAB berlendir dan berdarah serta

tidak BAB selama 3 hari. Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi baru lahir

dan bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila terjadi hal tersebut.

9. Menyuntikkan imunisasi HB0 secara IM pada 1/3 otot vastus lateralis

kanan bayi 1 jam setelah penyuntikkan vitamin K1. HB0 telah disuntikan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 6 HARI

Tanggal 14 April 2017 jam 16.30 WIB

SUBJEKTIF

Ini adalah kunjungan ke rumah Ny. S yang pertama, post partum ibu hari ke

enam dan tidak ada masalah pada bayinya. Ibu belum sempat untuk kunjungan

ke BPM karna masih banyak tamu dan keluarga yang berkunjung, ibu

berencana ke BPM hari Minggu atau Senin besok. Bayi BAK 7 kali sehari,

BAB 4 kali sehari, dan tidak ada keluhan.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik


Tanda-tanda vital : Pernapasan : 48 x/menit

Nadi : 123 x/menit


102

Suhu : 370C

BB : 3200 gr

PB : 50 cm

Refleks menghisap : Baik

Warna kulit : Kemerahan

Tali Pusat : Bersih, sudah puput dan tidak ada tanda-


tanda infeksi serta perdarahan.

ANALISA

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga. Bahwa kondisi bayi saat ini dalam

keadaan baik. Ibu dan keluarga senang mendengarnya.

2. Mengevaluasi pemberian pendidikan kesehatan tentang personal hygiene

pada bayi. Tubuh bayi terlihat bersih dan tidak terdapat infeksi pada tali

pusat.

3. Mengevaluasi pemberian ASI pada bayi. Ibu sudah memberikan bayinya

ASI sesering yang bayi inginkan atau setiap 2 jam sekali, dan BAB

bayinya lancar.
103

4. Mengevaluasi pemberian penkes tentang menyendawakan bayinya, segera

setelah menyusui agar bayi tidak gumoh. Seusai ibu menyusui bayinya,

ibu langsung menyendawakan bayinya dengan menepuk-nepuk pelan

punggung bayinya atau memiringkan posisi bayinya.

5. Mengevaluasi penkes tentang menjemur bayinya di pagi hari. Bayi terlihat

tidak ikterus.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 2 MINGGU

Tanggal 24 April 2017 jam 17.00 WIB

SUBJEKTIF

Bayi BAK 6-7 kali sehari dengan berwarna kuning jernih, BAB > 2 kali sehari

dengan warna kuning kecoklatan.

Sejauh ini tidak ada masalah pada bayi.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Tangis Bayi : Kuat

Tonus Otot : Kuat

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 42 x/menit

Nadi : 124 x/menit


104

Suhu : 36,70C

Pemeriksaan Antropometri

BB : 3400 gram

PB : 50 cm

ANALISA

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga. Bahwa kondisi bayi saat ini dalam

keadaan baik. Ibu dan keluarga senang mendengarnya.

2. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.

Yaitu tampak lemah, tidak mau menyusu, pernapasan cepat, bayi tampak

gelisah, berat badan bayi cepat menurun dan terjadi diare, pergerakan

aktifitas bayi makin menurun, kejang dan suhu bayi di bawah 36,5º C atau

diatas 37,5ºC, bagian yang berwarna putih pada mata berubah menjadi

kuning maupun kecoklatan, tali pusat bengkak, kemerahan maupun

berbau, muntah terus menerus, BAB berlendir dan berdarah serta tidak

BAB selama 3 hari. Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi baru lahir dan

bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila terjadi hal tersebut.


105

3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk kunjungan sebulan dan imunisasi

BCG serta polio pada tanggal 8 Mei 2017. Ibu bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 6 MINGGU

Tanggal 20 Mei 2017 jam 16.00 WIB

SUBJEKTIF

Bayi dalam keadaan sehat, menyusui > 8 kali sehari, BAK 7-8 kali sehari

dengan berwarna kuning jernih, BAB 4 kali sehari dengan warna coklat,

istirahat bayi > 15 jam sehari.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Keaktifan Bayi : Aktif

Tangis Bayi : Kuat

Bayi menyusu kuat dan ASI lancar

Tanda-tanda vital : Pernapasan : 44 x/menit

Nadi : 126 x/menit

Suhu : 36,60C
106

Pemeriksaan Antropometri

BB : 3900 gram

PB : 52 cm

Pemeriksaan Fisik
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis

Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan

Hidung : Tidak ada polip

Mulut : Bibir lembab, tidak tampak stomatitis, lidah bersih

: Simetris, tidak ada kelainan, tidak kebiruan, tidak


Ekstremitas
icterus

Abdomen : Tidak ada benjolan

Kulit : Tidak ikterus


ANALISA

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu kepada ibu dan suami. Bahwa kondisi bayi saat ini dalam

keadaan baik. Ibu dan suami senang mendengarnya.

2. Memberikan penkes perawatan bayi tentang tempat tidur yang tepat,

memandikan bayi, mengenakan pakaian, perawatan hidung, perawatan

mata, perawatan telinga, dan kuku. Tempat tidur bayi harus hangat,

memandikan bayi minimal 2x sehari, mengenakan pakaian yang tetap


107

tertutup mencegah kehilangan panas bayi, untuk telinga basuhlah bagian

luar dengan lap/kapas setiap kali sehabis mandi, bagian dalam hidung

bersihkan hanya bagian luar saja/gunakan cotton bud ataupun tisu yang

digulung kecil, untuk membersihkan mata gunakan kapas dibasahi air

hangat, guntinglah kuku bayi saat ia tidur setiap 3 atau 4 hari sekali. Ibu

mengerti dan bisa mengulangi.

3. Memberitahu ibu waktu untuk membawa bayi keluar rumah, pemantauan

berat bayi dan imunisasi pada bayi. Bayi harus dibiasakan dibawa keluar

selama 1 atau 2 jam sehari (bila udara baik), ibu bisa rutin melakukan

pemantauan berat bayi di posyandu daerah tempat tinggal, pada usia 2

bulan bayi harus melakukan imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan polio 2. Ibu

akan melakukannya.

D. Manajemen Asuhan pada Ibu Nifas

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

6 JAM

Tanggal 9 April 2017 jam 05.40 WIB

SUBJEKTIF

Ibu merasa senang atas kelahiran anak keduanya.Ibu juga sudah merasa cukup

istirahatnya, ibu belum BAB tetapi sudah BAK dan sudah mobilisasi bertahap
108

seperti jalan ke kamar mandi dan duduk. ASI nya juga sudah keluar lancar dan

ibu juga sudah menyusui bayinya.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 79 kali/menit, suhu

36,5°C, pernafasan 24 kali/menit.

Pemeriksaan Fisik

Pada mata ibu tidak ada pembengkakkan, konjungtiva tidak anemis serta

sclera tidak ikterik. Payudara tidak bengkak, terdapat pengeluaran kolostrum,

putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi. Kontraksi uterus baik serta

konsistensinya keras, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong,

perdarahan normal 1 kali ganti pembalut, dan pengeluaran lochea rubra.

ANALISA

Diagnose : P2A0 post partum 6 jam.

Masalah : Tidak ada masalah

Kebutuhan: Pendidikan kesehatan pada ibu nifas pada 6 jam pertama

PENATALAKSANAAN
109

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Bahwa keadaan ibu baik.

Ibu mengetahui keadaan dirinya bahwa dalam keadaan baik..

2. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, konsistensi

uterus, pengeluaran lochea, warna serta baunya, kondisi perineum, tanda

infeksi dan temperatur. Ibu bersedia di observasi.

3. Menilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,

rasa lelah, dan nyeri punggung.

4. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas. Seperti rahim terasa lembek (tidak

berkontraksi), demam, sakit kepala atau pandangan kabur, sulit menyusui,

kelelahan atau ssesak, lochea berbau busuk, perdarahan berlebihan, nyeri

perut berat, nyeri dan bengkak pada payudara serta luka atau perdarahan

putting dan bengkak (di tangan, wajah, tungkai) segera memberitahu

petugas (bidan) bila mengalami salah satu tanda tersebut. Ibu mengerti

macam-macam tanda bahaya nifas dan bersedia memberitahu petugas

kesehatan jika terjadi hal tersebut.

5. Memberikan KIE tentang kebersihan diri, dan gizi. Membersihkan daerah

vulva dari depan ke belakang setelah BAK atau BAB, mengganti pembalut

3-4 kali sehari atau jika terasa sudah penuh, mencuci tangan dengan sabun

dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin, serta

menghindari menyentuh daerah luka laserasi. Untuk banyak makan

makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Seperti

telur yaitu sehari makan putih telur 2 butir untuk mempercepat luka
110

jahitan agar kering. Ibu dapat mengulangi informasi yang diberikan dan

akan makan makanan kaya protein. Ibu dapat mengulangi informasi yang

diberikan dan akan melakukannya.

6. Memberitahu ibu tentang pola istirahat, yaitu dengan beristirahat yang

cukup. Ibu mengerti.

7. Memberitahu kepada ibu tentang menyusui dan merawat payudara. Untuk

menyusui bayinya sesering mungkin secara bergantian payudara kanan

dan kiri selama ±15 menit setiap minimal 2 jam sekali dan tidak

memberikan makanan apapun selain ASI selama 6 bulan. Ibu dapat

mengulangi informasi yang diberikan.

8. Mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar. Semua areola

masuk ke dalam mulut bayi, perut bayi ketemu dengan perut ibu, dan ibu

tetap memperhatikan keadaan hidung bayi agar tidak tertutup. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

9. Menganjurkan ibu untuk mendiskusikan kembali KB yang akan digunakan

dengan suami.

10. Memberitahukan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 6 hari kemudian.

Yaitu tanggal 14 April 2017 di BPM Hj. Putri Saidar Said. Ibu akan

melakukan kunjungan ulang.


111

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

6 HARI

Tanggal 14 April 2017 jam 16.30 WIB

SUBJEKTIF

Ibu merasa bahwa tubuhnya sudah lebih baik dari sebelumnya dan tidak ada

keluhan.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu

36°C, pernafasan 18 kali/menit.

Berat badan selama hamil 55 kg, berat badan saat ini 52 kg.

Pemeriksaan Fisik

Pada mata ibu tidak ada pembengkakkan, konjungtiva tidak anemis serta

sclera tidak pucat. Payudara tidak bengkak, putting susu menonjol dan bersih.

Tinggi fundus uteri teraba di pertengahan pusat-sympisis, pengeluaran lochea

sanguinoleta yaitu berupa lender putih kekuningan, dan bekas luka jahitan

sudah kering.
112

ANALISA

P2A0 post partum 6 hari.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Bahwa keadaan ibu baik.

Ibu mengetahui keadaan dirinya bahwa dalam keadaan baik.

2. Mengevaluasi pola makan ibu sehari-hari. Sehari-hari ibu mengkonsumsi

nasi, sayur, lauk pauk yang tinggi protein dan tidak ada pantangan

makanan.

3. Mengevaluasi personal hygiene ibu. Ibu mandi 2 kali sehari dan selalu

menjaga kebersihan genitalianya dengan mengganti celana dalam apabila

sudah lembab.

4. Mengevaluasi pola pemberian ASI ibu terhadap bayinya. Ibu lebih sering

memberikan ASI kepada bayinya atau setiap 2 jam sekali, serta BAB bayi

lancar.

5. Mengingatkan kembali pada ibu untuk memberikan bayinya ASI

eksklusif. Yaitu memberikan ASI saja tanpa pemberian apapun termasuk

air putih selama 6 bulan penuh karena ASI adalah nutrisi yang paling baik

untuk bayi. Ibu mengerti dan berencana akan memberikan ASI eksklusif

hingga 2 tahun.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 MINGGU

Tanggal 24 April 2017 jam 17.00 WIB


113

SUBJEKTIF

Ibu BAK 4-5 kali sehari, BAB sehari sampai dengan dua hari sekali.

Ibu masih mengkonsumsi obat dan vitamin dari BPM.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu

36,6°C, pernafasan 20 kali/menit.

Pemeriksaan Fisik

Pada mata ibu tidak ada pembengkakkan, konjungtiva tidak anemis serta

sclera tidak pucat. Payudara tidak bengkak, ASI lancar, putting susu

menonjol. Tinggi fundus uteri tidak teraba, pengeluaran lochea serosa, dan

luka perineum sudah menyatu.

ANALISA

Diagnose : P2A0 post partum 2 minggu.

Masalah : Tidak ada masalah

Kebutuhan: Asuhan kebidanan pada post partum 2 minggu


PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Bahwa keadaan ibu baik.

Ibu mengetahui keadaan dirinya bahwa dalam keadaan baik.


114

2. Mengingatkan kembali pada ibu menjaga bayi tetap hangat. Ibu mengerti.

3. Mengingatkan kembali tentang nutrisi masa menyusui. Mengkonsumsi

tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya

3 liter air setiap hari dengan menganjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui. Ibu bersedia mengkonsumsinya.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya. Yaitu dengan

mengganti celana dalam bila lembab atau pembalut jika penuh, cebok

dengan air bersih dari depan ke belakang. Ibu bersedia melakukannya.

5. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menggunakan KB. Ibu akan

menggunakan KB suntik 3 bulan.

6. Memberitahu ibu untuk melakukan kontrol ulang nifas. Yaitu pada 6

minggu setelah persalinan pada tanggal 20 Mei 2017. Ibu akan datang.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 MINGGU

Tanggal 20 Mei 2017 jam 16.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu tidak memiliki keluhan apapun. Ibu BAK > 5 kali sehari, BAB sehari

sekali.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum
115

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.

Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu

36,5°C, pernafasan 18 kali/menit.

Berat badan selama hamil 55 kg, berat badan sekarang 51 kg.

Pemeriksaan Fisik

Pada mata ibu tidak ada pembengkakkan, konjungtiva tidak anemis serta

sclera tidak pucat. Payudara tidak bengkak, ASI lancar, putting susu

menonjol.

Tinggi fundus uteri bertambah kecil, pengeluaran lochea alba.

ANALISA

Diagnose : P2A0 post partum 6 minggu.

Masalah : Tidak ada masalah

Kebutuhan: Asuhan kebidanan pada post partum 6 minggu

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Bahwa keadaan ibu baik.

Ibu mengetahui keadaan dirinya bahwa dalam keadaan baik..

2. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, pengeluaran lochea, warna serta

baunya. Ibu bersedia di observasi.


116

3. Memberikan KIE tentang kebersihan diri. Membersihkan daerah vulva

dari depan ke belakang setelah BAK atau BAB, mengganti pembalut 2 kali

sehari atau jika terasa sudah penuh, mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin, serta menghindari

menyentuh daerah luka laserasi. Ibu dapat mengulangi informasi yang

diberikan dan akan melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu dengan beristirahat

yang cukup. Ibu mengerti.

5. Memberikan KIE kepada ibu tentang gizi ibu menyusui. Mengkonsumsi

tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya

3 liter air setiap hari. Ibu dapat mengulangi informasi yang diberikan.

6. Melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui. Dengan menjaga

payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu. Menggunakan BH

yang menyokong payudara. Apabila putting susu lecet berat dapat

diistirahatkan selama 24 jam, dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok. Untuk menghilangkan nyeri minum parasetamol 1

tablet setiap 4-6 jam. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI,

dapat dikompres air hangat selama 5 menit, memasase payudara,

keluarkan ASI sebagian sehingga menjadi lunak, letakkan kain dingin

pada payudara setelah menyusui. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

7. Mengingatkan ibu untuk menggunakan KB. Ibu akan menggunakan KB


117

suntik 3 bulan.
118

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis membandingkan hasil manajemen asuhan kebidanan

yang telah dilakukan pada Ny. S mulai kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir di BPM Hj. Putri Saidar Said Jakarta Timur dan kunjungan ke rumah Ny. S

dengan tinjauan teori yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung

maupun faktor penghambat sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang

tidak sesuai. Asuhan kebidanan ini telah diamati sejak usia kehamilan 36 minggu

sampai dengan nifas 6 minggu.

A. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

Pada awal pertemuan penulis melakukan informed consent kepada ibu dan

menjelaskan maksud serta tujuan dari pengambilan studi kasus komprehensif pada

tanggal 15 Maret 2017 saat usia kehamilan ibu 36 minggu. Ibu memberikan

persetujuan dan bersedia untuk menjadi pasien studi kasus komprehensif. Dari

studi kasus ini Ny. S telah melakukan pemeriksaan ANC 3 kali oleh penulis.

Kunjungan pertama antenatal dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017 di BPM

Hj. Putri Saidar Said Kampung Melayu. Pada kunjungan pertama penulis

melakukan pengkajian data dimulai dari identitas pasien. Ny. S berumur 30 tahun,

ini merupakan kehamilan yang kedua dan ibu belum pernah mengalami

keguguran.
119

Dari hasil anamnesa yang didapatkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

pada ibu yaitu pada tanggal 8 Juli 2016, ibu yakin dengan HPHT tersebut.

Sehingga dapat diketahui Tafsiran Persalinan (TP) yaitu 15 April 2017. Sesuai

dengan teori yang terdapat pada Myles, 2009. Ibu mulai merasakan pergerakan

janin pada bulan November kira-kira usia kehamilan 4 bulan atau 16 minggu

dan sesuai dengan teori. Untuk primigravida gerakan janin terasa pada

kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Dengan dirasakan

janin tersebut merupakan salah satu cara untuk memastikan dan mengetahui

kesejahteraan janin.

Penulis menanyakan nutrisi dan hidarsi yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu

makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur-sayuran. Minum ± 8

gelas dalam sehari. Seperti yang telah diketahui, kebutuhan gizi pada ibu

selama kehamilan meningkat karena dipergunakan untuk pertumbuhan

plasenta, pertambahan volume darah, mammae yang membesar, dan

metabolisme tubuh yang meningkat. Jika ibu kekurangan atau kelebihan gizi

dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan. Kekurangan gizi selama

hamil dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,

hemoragia postpartum, sepsis puerperalis, dan sebagainya sedangkan jika ibu

hamil kelebihan gizi dapat menyebabkan pre-eklampsia, bayi besar dan

sebagainya, (Sarwono, 2010). Dan ibu tidak pernah mengkonsumsi alcohol.

Ini adalah pernikahan yang kedua, bagi Ny. S dan keluarga kehamilan ini

merupakan kehamilan yang direncanakan. Bagi ibu dan suami yang terpenting

adalah ibu dan bayi dapat selamat dan sehat. Hal ini menunjukkan bahwa ibu
120

tidak mengalami proses tertekan, ketakutan, dan penolakan. Dalam kehamilan

ini tidak ada kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan

nifas.

Penulis melakukan pemeriksaan fisik dan dari hasil pemeriksaan fisik

keadaan Ny. S dalam keadaan baik. Penulis pun memeriksa tanda-tanda vital

Ny. S dari hasil pemeriksaan keadaan tanda-tanda vital Ny. S dalam batas

normal.

Pada pemeriksaan juga dilakukan pemeriksaan DJJ untuk mengetahui

kesejahteraan janin dan menilai apakah janin dalam kondisi stress atau tidak.

Selama kehamilan DJJ Ny. S berkisar antara 130 – 145 kali/menit. Hal ini

menunjukkan bahwa DJJ Ny. S normal sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa batas normal denyut jantung janin antara 120 dan 160 x/menit

(Manuaba, 2010). Pada pemeriksaan DJJ dapat terdeteksi dengan doppler pada

satu tempat di bawah pusat sebelah kanan perut ibu.

Penulis memberikan konseling setiap pertemuan antenatal dengan klien

sesuai dengan kebutuhan ibu, diantaranya seperti memberitahu ibu tanda

bahaya pada ibu hamil, mengajari ibu cara memantau gerakan janin,

menjelaskan keluhan-keluhan ibu yang tergolong fisiologis, memotivasi ibu

untuk makan-makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan meminum vitamin

yang diberikan, mempersiapkan kebutuhan dan perlengkapan ibu untuk

bersalin, serta mengingatkan kembali kepada ibu dengan apa yang telah

diberikan pada kunjungan sebelumnya. Penulis selalu memberikan kesempatan

ibu untuk bertanya atau bercerita tentang masalahnya selama hamil.


121

Seluruh konseling yang diberikan penulis kepada ibu sesuai dengan

kebutuhan ibu. Dan rencana asuhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan

ibu dan persetujuan ibu serta keluarga. Ibu telah mampu mengurangi

ketidaktahuan ibu terhadap kehamilan dan persiapan ibu untuk bersalin, hal itu

sangat berarti dalam keberhasilan ANC dan juga menambah kesiapan ibu

dalam menghadapi persalinan. Evaluasi persalinan dapat berjalan normal

karena ibu telah mengerti apa yang telah dijelaskan oleh penulis dalam

mempersiapkan persalinan dan ibu telah mengerti saran yang telah dilakukan

oleh penulis serta bidan.

Fakta Teori
Pada awal atau persetujuan Persetujuan Tindakan Medis

pertemuan penulis Medik/Informed consent sangat penting sehingga para


adalah persetujuan yang
melakukan informed tenaga kesehatan harus
diberikan oleh pasien sesuai
consent kepada ibu selalu melaksanakan
dengan pasal 1 (a)
dan menjelaskan sebaikbaiknya agar tuntutan
Permenkes RI Nomor
maksud serta tujuan hukum dari pihak pasien
85/MEN.KES/PER/X/1989
dari pengambilan dapat dihindari.
2.
studi kasus
Berdasarkan hasil penelitian
komprehensif. Menurut Abdul Bari
dan pembahasan dapat
Melalui hasil Saifudin, kunjungan
disimpulkan bahwa ada
anamnesa dan dari antenatal untuk pemantauan
hasil buku KIA, ibu hubungan rendah
& pengawasan Jurnal
rutin melakukan
Informed consent atau
Informed consent
122

pemeriksaan ke kesejahteraan ibu dan anak antara sikap ibu hamil BPM

semenjak usia minimal empat kali selama dalam pemeriksaan kehamilannya

kehamilan dalam waktu: kehamilan dengan menginjak ± 9 kehamilan

trimester I (<16 keteraturan kunjungan minggu. minggu) 1x

kunjungan, antenatal care di

kehamilan trimester II (24- Puskesmas Sewon II

28 minggu) 1x kunjungan, Bantul tahun 2015.

kehamilan trimester III (30-38

minggu) 2x

kunjungan.
Ibu makan 3 kali Seperti yang telah Pada artikel penelitian sehari

dengan nasi, diketahui, kebutuhan gizi “Peran Asupan Zat Gizi lauk pauk

dan pada ibu selama kehamilan Makronutrien Ibu Hamil sayur-sayuran.

meningkat karena terhadap BB Lahir Bayi di Minum ± 8 gelas dipergunakan

untuk Kota Padang“ disimpulkan dalam sehari. pertumbuhan plasenta,

bahwa terdapat peran

pertambahan volume asupan zat gizi darah, mammae

yang makronutrien baik itu membesar, dan

energi, protein, lemak dan metabolisme tubuh

yang karbohidrat pada ibu hamil

meningkat. terhadap BB lahir bayi.


TBJ yang didapat Tafsiran berat janin ini Dari hasil penelitian pada

saat usia berdasarkan rumus berjudul “Ketepatan kehamilan 36

Johnson – Tausak yaitu Taksiran BB Janin


123

penambahan BB berat badan per minggu baik selama kehamilannya

selama hamil yaitu masing-masing sebesar 0,5 sehingga kondisi gizi dan
minggu dengan TBJ = (TFU – 11/12/13 ) x Dibandingkan Dengan BB
7 kg. kg dan 0,3 kg. (Saifuddin, konsumsi ibu yang sedang
TFU 30 cm adalah 155. Keadaan TFU ini BBL” yang telah dilakukan
2008) hamil akan berpengaruh
2635gram. sesuai dengan teori dapat disimpulkan bahwa
pada kondisi janin dan
menurut (Wahyuningsih, sebagian besar hasil
neonatus setelah
2010)pada kehamilan 36 penelitian menunjukkan
dilahirkan.
minggu fundus uteri taksiran BB janinbadan
Dengan tinggi IMT dihitung dengan Sebagian besar responden adalah
ibu yaitu

155 terletak
membagi berat badankira-kira 1 jari di ini
dalam penelitian antara 2500-4000
cm Ny. gr.
S memiliki
bawah prosesus
(dalam kilogram) dengan xipoideus
mempunyai Namun
IMT pra terdapat
hamil perbedaan
indeks masa tubuh

tinggi badan (dalam (30 cm). normal dan sisanya


meter) distribusi antara taksiran
tinggi sebelum pangkat dua

(Wahyudin, mengalami kenaikan BB BB janin dengan BB lahir.

hamil 18,7 2009). Hasilselama


uji statistik
hamil sesuai

sedangkan saat perbandingan


IMT sebelum hamil normal rata-rata
rekomendasi. Ada hamil

21,7. (18,5-24,9 kg/m²), dan hubungan taksiran BBantara


signifikan janin dengan

selama hamil normalnya BB bayi


IMTsetelah lahir tidak
pra hamil dengan BB
didapatkan
ialah 19,8-26. lahir, begitu perbedaan yang
juga dengan
signifikan.
kenaikan BB selama hamil
Dari hasil Pada trimester ke-3 pada Rata-rata penambahan BB
mempunyai hubungan
anamnesa perempuan dengan gizi ibu selama kehamilan
signifikan dengan BB lahir.
didapatkan hasil baik dianjurkan menambah10,76 kg, sedangkan
Pada kunjungan Tanda-tanda bahaya pada Dari hasil penelitian
berat badan Ny. S berat badan per minggu penambahan BB paling
pertama saat usia kehamilan yaitu sakit tentang perbedaan tingkat
saat hamil adalah sebesar 0,4 kg, sementara rendah adalah 3 kg, artinya

52 kg dan berat pada perempuan dengan 96 orang dari 100

badan sebelum gizi kurang atau berlebih responden mendapatkan

hamil yaitu 45 kg, dianjurkan menambah kenaikan BB yang cukup


124

kehamilan 36 kepala yang hebat, pengetahuan antara minggu, ibu

pandangan mata kabur atau primigravida dan


125

dengan hasil adalah 11,16 gr/dl dan

dijelaskan
Hemoglobin tentang
(Hb) pandangan mata yang tidakmultigravida
ditemukan ibutentang tanda
hamil yang

tanda-tanda
13,1 g/dL (HBbahaya jelas, nyeri pada ulu hati bahaya kehamilan,
mengalami anemia maka
sebesar

pada kehamilan.
normal). atau nyeri epigastrium, dapat disimpulkan
31,25%. bahwa
Rata-rata BB lahir

Evaluasinya
Bayi bahwa nyeri perut hebat,
Ny. S berat berdasarkan
adalah 3.103 analisa
gram dandata

ibu mengerti
badan dan
lahirnya pergerakan janin berkurangditemukan
statistik terdapat perbedaan
bayi yang

mau
ialah mewaspadai.
3500 gram. tidak seperti biasanya atau mempunyai
tingkat pengetahuan antara
berat lahir

janin tidak bergerak, primigravida dan3,1%. Tidak


rendah sebesar

pendarahan pervaginam, multigravida tentang tanda


ditemukan adanya

oedem pada ekstremitas. hubungan


bahaya kehamilan
kadar HBdiibu

Puskesmas
hamil Sibela
trimester III dengan

Surakarta.
BB Multigravida
lahir di kota Pariaman.

memiliki tingkat

B. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu pengetahuan


Bersalin yang lebih

baik dari pada primigravida


1. Kala I
tentang tanda bahaya
Ibu datang ke BPM dengan didampingi suami dan keluarga sejak pukul
kehamilan.
Saat18.50
tanggal 13 dengan
WIB, Batas normalmules-mules
keluhan kadar HB sejak
Berdasarkan penelitian
pukul 14.00 WIB dan keluar
September 2016lendirpada
air air serta ibupada
coklat hamilhari
menurut berjudul
ini jam 17.30 WIB.“Hubungan Kadar mules
Ibu mengatakan
saatsemakin
usia kehamilan WHO pada
lama semakin trimester
sering, belum IkeluarHB Ibu Hamil
lendir darah.Trimester
Gerakan janin yang
±9 minggu ibu aktif.11,0-14,0 gr/dl; trimester IIIII Dengan BB Lahir di
ibu rasakan
melakukan 10,5-14,5 gr/dl; trimester Kota Pariaman“ yang telah

pemeriksaan III 11,0-14,0 gr/dl dilakukan, disimpulkan

penunjang yaitu bahwa rata-rata kadar HB

laboratorium ibu hamil trimester III


126

Penulis pun melakukan pemeriksaan fisik dan keadaan Ny. S dalam

keadaan baik dengan tanda-tanda vital dibatas normal.


127

Dalam pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu diketahui janin dan ibu

dalam keadaan normal. Ibu dan keluarga sudah menyiapkan apa saja yang

diperlukan untuk persalinan.

2. Kala II

Saat pukul 23.20 dilakukan pemeriksaan dalam atas indikasi ibu merasa

mules semakin sering dan sudah sangat ingin BAB. Sudah ada tanda-tanda

gejala kala II yaitu ada dorongan untuk meneran, ada tekanan pada anus,

perineum menonjol, vulva membuka dan ketuban pecah spontan.

Pemeriksaan dalam (Serviks dan Vagina): Dinding vagina tidak ada

kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban (-) warna

jernih, presentasi kepala, penurunan kepala sudah di atas panggul, posisi

ubun-ubun kecil kanan depan, dan moulase tidak ada.

Proses pertolongan persalinan Ny. S, pada pukul 23.40 WIB bayi lahir

spontan berjenis kelamin perempuan dengan tonus otot aktif, bayi menangis

kuat dan warna kuit kemerahan.

3. Kala III

Setelah dilakukan masase penulis melakukan pemeriksaan kelengkapan

plasenta sekaligus mengukur besar dan berat plasenta. Kotiledon dan selaput

lengkap, diameter ±20 cm, tebal ±2,5 cm, insersi tali pusat sentralis, panjang

tali pusat ±50 cm, terdapat 1 vena dan 2 arteri. Pengukuran plasenta penting

dilakukan hal ini sesuai dengan teori tampilan plasenta cukup bulan, plasenta
128

berbentuk bulat, datar, dengan diameter sekitar 20 cm dan ketebalan 2,5 cm

dibagian pusat. Beratnya sekitar seperenam berat bayi cukup bulan. (Myles,

2009)

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah tingkat kesadaran,

tandatanda vital, kontraksi uterus, perdarahan, TFU dan kandung kemih.

Penulis melakukan evaluasi. Keadaan umum ibu baik. Tanda-tanda vital

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,7°C, pernafasan 20

x/menit. Tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, perineum terdapat robekan grade II yaitu pada pada

otot-otot perineum tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter ani, jumlah

darah yang keluar ±150 cc. Jahit laserasi karena kemungkinan besar terdapat

perdarahan aktif. Laserasi yang dialami oleh Ny. S terdapat perdarahan yang

aktif, maka dilakukan penjahitan. Jenis menjahit yang dilakukan ialah

penjahitan dengan jahit jelujur pada bagian mukosa vagina dan Subcutis pada

kulit perineum. Alasan dipilihnya jenis menjahit ‘jelujur” ialah karena lebih

mudah sedangkan jenis menjahit Subcutis dilakukan salah satu alasannya atas

dasar estetika. Jahitan Subcutis dilakukan agar laserasi dapat terlihat lebih

rapih dan bekas yang dihasilkan biasanya ketika sembuh terlihat lebih rapih

dibandung jahit ‘satu-satu’ ataupun jelujur.


129

Penulis melakukan pemantauan keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi,

tinggi fundus, kandung kemih, kontraksi uterus, dan darah yang keluar setiap

15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.

Sedangkan temperature tubuh ibu dipantau setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan. Pemantauan ini berdasarkan teori yaitu: Nilai perdarahan,

periksa perineum dan vagina setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap

30 menit pada satu jam kedua kala IV. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

Ibu mengatakan lelah namun bercampur bahagia karena anaknya telah

lahir. Sehingga penulis menyarankan untuk segera makan dan minum untuk

menambah energi ibu kembali.

Kemudian penulis mengajarkan ibu bagaimana untuk menilai kontraksi

uterus dan melakukan massase jika uterus menjadi lembek. Kebutuhan pada

kala IV adalah membantu ibu untuk mendapatkan rasa nyaman,

membersihkan ibu dengan air DTT dan tempat tidur dengan air clorin,

pemenuhan nutrisi dan hidrasi, melakukan pemantauan 2 jam postpartum,

serta memberikan ibu untuk istirahat. Menyarankan ibu untuk tidak menahan

BAB/BAK agar kandung kemih tidak penuh yang dapat menyebabkan

kontraksi uterus yang buruk dan selalu mewaspadai apabila terjadi rujukan.

Setelah semua selesai, saatnya untuk melakukan kontak psikologis antara

ibu, bayi dan suami. Perilaku awal Ny. S adalah dapat menyentuh bayinya

dengan lembut dan mengajak bayi untuk berbicara. Suami Ny. S juga

mengumandangkan adzan di telinga bayinya.


130

dengan pelaksanaan IMD di


Fakta Teori
klien/janin. (Doenges, Jurnal
60,00%, nyeri berat 3,33%.
Kala I RS Prof Dr Aloei Saboe
Sejak pukul 18.50 Dalam
2007) teori dijelaskan 70
Jadi%teknik
bidan relaksasi
patuh dalam
Tidak dilakukan IMD adalah proses Kota
Dari hasil
Gorontalo.
penelitian dapat
WIB,III
Kala dengan bahwatanda persalinan menerapkan
berpengaruh APN hanya
terhadap
keluhan mules- ialah penipisan dan 30 % tidaknyeri
adaptasi patuh, ada
persalinan
bertujuan
III untuk
berlangsung nalurinya sendiri
berlangsung bahwa: terdapat
selama 6 “Hubungan hubungan
Pelaksanaan
mules sejak pukul pembukaan serviks , hubungan
kala I padabermakna
di BPS Wilayahantara
segera 6 menit.
selama menyusu
-15 menit.dalam 1 jam MAK antaraIIIUsia
Dengan dengan
Penurunan 131
14.00WIB dan kontraksi uterus yang pelatihan, Kerja Puskesmaspengetahuan,
Patrang
menghangatkan bayipertama setelah lahir, Kejadian pelaksanaan IMD di RS Prof
Perdarahan
selama 4keluar
jam 20air air sertaberlangsung
mengakibatkanselama 20 menit, sikap dimana
dengan
Kabupaten lama persalinan kala I
kepatuhan
Jember.
Ibu memilih posisi
yang baru lahir. Posisi miring
bersamaan dengan ke kiri Diketahui bahwa
DR, H, Aloei SabePada
Pascapersalinan sebagian
KotaIbu
lendir coklat pada perubahan pada serviks Bidan dalam menerapkan
miring kiri pada saat kala III berlangsung
memudahkan
kontak ibutoselama
kulit s(kin untuk 6 pada
besar
skin Bersalin Diprimipara
responden
Gorontalo; terdapat
Bps Ny.S lebih lama
berumur
menit,
hari ini jam 17.30 (Frekuensi min2x dalam APN, tidak ada hubungan
kala I karena ibu menit, dan) antara
contact kaladiantara
beristirahat IVkulit ibu Kecamatan
20–35dibandingkan
hubungan tahun yaitu
yang
Pakis lama
sebanyak
signifikan
Kabupaten
kala II
WIB. 10 menit) dan keluarnya lama bekerja dengan
merasa lebih baik berlangsung
kontraksi
dengan selama
jika
kulit ia 2 jam. Malang
bayinya. persalinan
22 responden,
antara “lama pada multipara.
berdasarkan
kerja
disimpulkan dengan
bahwa
lendir bercampur darah kepatuhan bidan dalam
dan nyaman dengan aktif 6 jam, kala
mengalami
(Nurtjahjo dan IIParamitia,
1 jam dan
kelelahan pada Pada primipara,
pendidikanya
pelaksanaan sebagian
IMD
MAK di rata-rata
III RS besar
Prof
dapat
(‘Show’) melalui vagina. menerapkan APN. Bidan
posisinya dan jugaprimigravida,
juga dapat
2008 2 jam pada menurunkan
mengurangi
dalamSunansari, lamaSaboe
pendidikan
Dr Aloei persalinan
Kota kala
responden
kejadian SMAI
(APN, 2008) yang berpengetahuan baik
agar aliran darah multigravida,
resiko
2008) kala
terjadinya III sekitar
laserasi yaitu9,3453,
sebanyak
Gorontalo;
perdarahan kala12II 0,2980, kala
terdapat
pascapersalinan.
memiliki peluang 24,978
menuju janin lancar 30 perineum.
menit, kala IV hingga 2 Sebagai III 0,1747
responden,
hubungan upaya sedangkan pada
berdasarkan
antara
dalam
kali lebih patuh dibanding
sehingga pasokan jam post partum. (Buku meningkatkan multipara,
paritasnya
pengetahuan rata-rata
sebagian
dengan
pelayanan lama
besar
dengan berpengetahuan
oksigen ke janin Saku Pelayanan Kesehatankebidanan, persalinan
responden
pelaksanaan kaladi IRS
Multipara
IMD 7,1347,
penatalaksanaanyaitu
Prof
kurang.
Dari HPHT yang
tercukupi. Ibu
HaldiiniFaskes
sesuaiDasar
dengan dan MAK
Dalam
Dr kala II170,2653,
IIIjurnal
sebanyak
Aloei Saboe
dapat Kotakala
dengan
responden
membantu III
judul
dan

didapatkan saat ini Rujukan, 2015)


teori bahwa lama 0,1500.terdapat
Hasil
“Perbandingan
berdasarkan
Gorontalo;
penurunan statistik ini
Akurasi
pekerjaanya
angka kesakitan
usia kehamilan ibu penghitungan dapatadalah dan
kehamilan aterm mendukung
Taksiran
sebagian
hubungan UK ibuteori
Dengan
responden
antara
kematian yang
bekerja
sikap
melalui

adalah 39 minggu. disimpulkan


37-42minggubahwa ada upaya
(Saefudin, menyatakan
Metode
sebagai
dengan Leopold
(IRT) bahwa
& MC.
sebanyak
pelaksanaan
pencegahan IMD pada
22 di

perbedaan primipara
2010). lama persalinanPerdarahan
Donald di
responden.
RS Prof akan
DrPuskesmas mengalami
Responden
Aloei Sewon
Saboe yang
Pascapersalinan

yang bermakna antara IIKotalama


Bantul
melakukan
dengan persalinan
Tahun
Gorontalo;2011”
posisi yang
miring
terdapat
melaksanakan MAKlebih

primipara dengan multipara lama dibandingkan


disimpulkan
kiri sebanyak
hubungan bahwa
antara dengan
metode
20 responden.
pelatihan

multipara.
Leopold dan metode
Berdasarkan HPHT
hasil dari
C. Manajemen Asuhan pada Bayi Baru Lahir
memberikan nilai yang
penelitian dapat sama
diketahui
Penulis melakukan pemeriksaan dan pengawasan
dalam
bahwa menaksir terhadap
sebagianUK. Denganbayi,
besar
dari bayi baru lahir, bayi usia 6 jam, bayidemikian
usia 6 hari,
lamanya 2I minggu
metode
kala ≤ 6 dan bayi
dileopold
usia 6 minggu. lebih akurat untuk
jam sebanyak 19 responden

menentukan UK.
Tidak Ada hubungan antara
Dari hasil Pada kala I faselaten Pada penelitian tentang
posisi miring kiri dengan
pemeriksaan, Ny. S kontraksi mulai teatur “Perbedaan Lama Persalinan
proses
III. mempercepat
G 2P1A 0 hamil 39
Kala IV tetapi lamanya masih Antara Primipara Dengan
Terjadinya robekan Derajat 2 : Melibatkan penurunan
Dalam Jurnalkepala
Ilmiahjanin.
Bidan
minggu partus kala I diantara 20-30detik, Multipara di RSUD Dr.
perineum grade II. kerusakan pada otot- dengan judul “Analisis
fase laten
Kala II yaitu berlangsung hingga Moewardi Surakarta”
Ny. S berusia 30 otot perineum, tetapi Faktor-Faktor yang
pembukaan 2 cm, serviks membukahingga terdapat perbedaan lama
proses
tahun. persalinannyapersalinan berlangsung Berhubungan Dengan
tidak melibatkan
HIS tiga kali setiap 3 cm. persalinan yang bermakna
begitu 132
Bayi Ny.cepat.
S lahir sangat cepat.
kerusakan Kemajuan
sfingter ani Kejadian Rupture Perineum
sepuluh menit antara primipara dengan
Panjang badan
dengan BBbayi
350050 cm, cepat dari
Berat persalinan,
badan bayi 3500Pada
gram,Persalinan”
Lingkar kepala 30 cm, Lingkar
lamanya 30 detik. mltipara pada kala I.
dada 30 Pada saat kalaPerut
cm, Lingkar
gram. I fase31
Mengajarkan
berakhir ibu
±3 jam
cm. Reflek teknik
dari
Rotting (+),Dari hasil penelitian
sucking
disimpulkan (+),bahwa yang (+), palmar
swallowing
faktor–
laten
graphs (+), penulis
moro (+), Babinskirelaksasi
awitan saat his untuk
kelahiran,
(+), dan dan
tonicneck (+). dilakukan tingkat
faktor yang nyeri
berhubungan
mengajarkan
Sesuai dengan ibu mengurangi
melahirkan
yang dijabarkan dirasa
oleh Buku luarsakit
Acuanrumah sebelum
Asuhan dilakukan
Persalinan
dengan kejadian relaksasi
Normal
ruptur (2008) bahwa
teknik
bayi yang sehatrelaksasi. dengan
sakit
akan langsung cara situasi
adalah
menangis, mengalihkan
tonus ototnyanyeri
aktifringan
perineum 0%,persalinan
danpada nyeri
kulitnya kemerahan. Kesan
perhatian
awal pada By. Ny. S ketika lahir sesuaimengambil
kedaruratan dengan sedang
yang teori yang 26,67%,
berada
normal padanyeri
terbanyak buku
padaberat
APN sehingga
nafas
makapanjang
membuat
berdasarkan pedoman tersebut melalui
terjadi
didapatkan Apgar73,33%,
Score sedangkan
golongan By. setelah
Ny.20–35
umur S ialah 9/10. Dengan
tahun,

menangisnya bayi ketika lahirhidung


maka kemudian
sisa cairan
peningkatan dilakukan
resikoyang masih teknik
terdapat
BBL sebagian di relaksasi
dalam
besar paru-paru bayi
2500–
dihembuskan
akan keluar, sehingga terjadinya
komplikasi dengan
edema dan/atau
paru nyeri
padahasil
bayi menjadi
tidak
4000 gr nyeri ringan
akan paritas
pada terjadi. Namun jika bayi
dengan
cara
tidak menangis ketika lahir maka ditiup.
yangcairan terdapat 36,67%,
yangpada
tidak baik nyeri
pada paru-paru
primipara, sedang
bayi tidak
persalinan akan keluar.
normal

Resikonya akan terjadi edema paru karena penimbunan cairan


yang yang terdapat
mengalami rupturpada paru-paru

bayi. Tonus otot yang bergerak dengan aktif menandakan bahwa


spontan seluruh
lebih tubuh
banyak dari bayi bekerja

secara optimal. Sedangkan kulit bayi yang kemerahan menandakan bahwa darah dalam tubuh
episiotomy, terdapat

bayi dapat mengalir secara optimal dan mengalir ke seluruh tubuhyang


hubungan bayi,signifikan
kemerahan pada kulit

bayi juga menandakan bahwa bayi tidak kedinginan. antara usia, dan BB dengan

kejadian
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut orang tua ruptur perineum
bayi seharusnya lebih perhatian dan
padabayi
ekstra pengawasan terhadap bayi. Kejang yang terjadi pada persalinan normal.
Kala I berlangsung Kala I laten 8 jam, kala I Berdasarkan hasil
133

sangat berbeda dengan kejang yang dialami oleh orang dewasa, kejang yang

terjadi pada bayi ialah biasanya mulutnya terlihat mencucu serta bayi kaku.

Dampak yang terjadi jika terjadi kejang pada bayi ialah bisa jadi terjadinya

kerusakan pada syaraf bayi. Sebagai ibu, Ny. S disarankan untuk memberikan dan

memenuhi nutrisi bayi By. Ny. S berupa pemberian ASI sesuai kebutuhan sang

bayi. Karena ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, banyak

terdapat nutrisi dan immunoglobin di dalam ASI tersebut.

Kasus Teori Jurnal


Bayi Ny. S Salep mata yang bergunaPelayanan kesehatan

diberikan salep matauntuk pencegahan neonatal khusunya KN dan

eritromisin 0,5%, penyakit mata karena pemberian injeksi vitamin K

juga memberikan klamidia, gonorea serta pada BBL secara statistik

injeksi Vitamin K1 1 vit K1 untuk mencegah terdapat hubungan bermakna

mg. perdarahan bayi baru dengan kematian neonatal di

lahir akibat defisiensi Indonesia. Tidak

vitamin K yang dapat mendapatkan pelayanan

dialami oleh sebagian pemberian injeksi vitamin K

bayi baru lahir.(JNPK - secara statistic memiliki

KR, 2008) risiko kematian neonatal

yang besar. Pelaksanaan

program KN yang optimal

dengan memberikan asuhan

BBL melalui pemberian

pelayanan; deteksi dini tanda


134

6 hari, 2 minggu tandatanda bahaya bayi. kali jumlah 32 responden, sehingga

dan 6
permenit; suhu tubuh bayi tingkat pengetahuan dapat
minggu
<36,5oC atau >37,5oC; kulit disimpulkan bahwa: Tingkat
tidak
kekuningan (terutama pada Pengetahuan Ibu Nifas

24 jam pertama), biru atau Tentang Tanda Bahaya BBL di

pucat, memar; hisapan BPM Hj. Sri Lumintu Jajar

lemah, mengantuk RT 5/V, Laweyan,

berlebihan, banyak muntah; Surakarta kategori

tali pusat merah, bengkak, pengetahuan baik sebanyak 8

keluar cairan (nanah), responden; Tingkat

berbau busuk; tinja/kemih Pengetahuan Ibu Nifas

tidak keluar dalam 24 jam, Tentang Tanda Bahaya BBL di

tinja lembek, sering, hijau BPM Hj. Sri Lumintu Jajar

tua, ada lender atau darah RT 5/V, Laweyan,

pada tinja; menggigil, Surakarta kategori

tangis tidak biasa, lemas, pengetahuan cukup

terlalu mengantuk, lunglai, sebanyak 19 reponden;

kejang, tidak bisa tenang, Tingkat

menangis terus menerus. Pengetahuan Ibu Nifas

Ibu Nifas Tentang Bahaya Setelah usia satu bulan, bayi

Bayi Baru Lahir di BPM Ny. S dibawa ke BPM


Hj.
Hj.Putri Saidar Said
Sri Lumintu Jajar RT 5/V,
Kampung Melayu
didapatkan Laweyan, Surakarta dengan

bahaya, menjaga

kehangatan, pemberian ASI,

pencegahan infeksi,

pencegahan perdarahan
dengan memberikan vitamin

K injeksi untuk menurunkan


135
risiko kesakitan & kematian
untuk diberikan dipakai dalam waktu 3 jam, sebanyak 5 responden. Setelah
pada masa neonatus.
dilakukan penelitian tentang
imunisasiBayi
BCGNy.dan
S juga cara Untuk mencegah
pemberian infeksi Cakupan
intrakutan imunisasi hepatitis
Imunisasi Dasar
telahpada
Polio 1 yaitu diberikan lenganhepatitis
kananB atas
terhadap B pada usia 0-7 hari
M. Deltoid.
Pada Bayi Di Lingkungan ll
tanggal 9imunisasi hepatitisTentang
Mei 2017. bayi, terutama jalur BBLKabupaten Bantul adalah
Tanda Bahaya
Kelurahan Tanjung Gusta Medan
B yang
BCG berupa pertama kali
vaksin penularan
di BPM ibu-bayi.
Hj. Sri Lumintu Jajar73,7%, dengan cakupan
Tahun 2013, dapat diambil
saat keesokan (JNPK-KR, 2008)
kering, untuk bayi pada RT 5/V, Laweyan, Surakarta tertinggi yaitu Puskesmas
kesimpulan sesuai dengan tujuan
harinya.
usia < 1 tahun dengan kategori pengetahuan kurang Sanden (81,8%) dan cakupan
penelitian bahwa pengetahuan ibu
dosis 0,05 cc, segera terendah Puskesmas
tentang imunisasi dasar pada
Bambanglipuro (67,2%).
Berat badan bayi Ny. N cukup. Berdasarkan paparan
Faktor yang berhubungan
saat lahir adalah 3500 hasil analisis penelitian dan
dengan pemberian imunisasi
gram dan pada minggu pembahasan yang telah
HB 0-7 hari adalah penolong
ke–6 berat bayi menjadi dilakukan dapat disimpulkan
persalinan, pelayanan
3900 gram. Bayi Ny. S bahwa Tidak terdapat
petugas kesehatan dan
Sebagian besar bayi perbedaan kenaikan berat
persepsi keparahan.
Perkembangan
mengalami penurunan bayi Dalam teori seperti
badan pada bayi yang Penelitian ini mengambil

mulai
berat badan 1 jam, 6 jam, pernapasan <40 atau >60judul “Tingkat Pengetahuan
selama

minggu pertama setelah

kelahiran, & diharapkan

BB bayi mencapai BB

ketika lahir dalam 10-14

bayi memiliki

pengetahuan
136

mengalami kenaikan hari. Penurunan berat mendapat ASI eksklusif dan

400 gram. badan bayi sebesar 10%. bayi yang mendapat ASI

(Myles, 2011) parsial.

D. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Beberapa jam pasca melahirkan, Ny. S masih fokus pada dirinya sendiri yang

mencoba untuk memulihkan kembali tenaganya karena proses persalinan yang

cukup panjang. Ny. S juga terus bercerita perihal apa saja yang terjadi sejak dia

pertama kali merasakan mulas yang teratur, mulas yang semakin sering, proses

persalinan hingga proses penjahitan laserasinya. Pada masa ini ibu sedang

melewati masa-masa nifas pada fase taking in. Fase taking in yaitu periode

ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Walaupun berada pada fase ini, namun ibu masih memperhatikan

bayinya dan mecoba untuk terus menyusui bayinya serta berkomunikasi dengan

bayinya.

Ibu yang sedang melewati fase taking in sangat membutuhkan perhatian dan

dukungan baik dari suami ataupun keluarganya agar dapat melewati masa ini

dengan baik. Penulis juga menganjurkan kepada suami dan keluarga agar selalu

menanggapi apapun yang dibicarakan maupun diceritakan oleh ibu.

Asuhan Nifas pertama pada Ny. S dilakukan pada Nifas 6 jam tanggal 9 April

2017 pukul 05.40 WIB di BPM Hj. Putri Saidar Said. Masa nifas Ny. S

berlangsung dengan keadaan umum baik, tekanan darah ibu yaitu 120/80 mmHg.
137

Proses involusi uterus pada Ny. S berlangsung normal yaitu pada 2 jam

postpartum TFU sebesar 2 jari di bawah pusat, pada jam ke-6 postpartum sebesar

2 jari di bawah pusat, pada hari ke-6 postpartum 2 jari di atas symphisis, pada

minggu ke-2 TFU sudah tidak teraba dan minggu ke-6 postpartum sebesar hamil

2 minggu. Proses involusi uterus yang dialami oleh Ny. S dalam batas normal

sesuai dengan teori. (Saifuddin, 2009)

Begitu juga dalam pengeluaran lochea yang dialami Ny. S berlangsung secara

fisiologis dan normal sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada hari

pertama lochia rubra, terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugi, sisa

mekoneum, dan sisa darah. Lochia sanguinolenta hari ke 3-5 berwarna merah

kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah. Lochia serosa pada

hari ke 5-19 berwarna kekuningan atau kecoklatan. Lochia alba lebih dari hari

ke10 postpartum warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak

mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

(Varney, 2008)

Dalam proses masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan payudara

ibu tidak terjadi pembengkakan. Dan posisi ibu saat menyusui baik.

Asuhan Nifas kedua pada Ny. S dilakukan pada Nifas 6 hari tanggal 14 April

2017 pukul 16.30 WIB di Rumah Klien. Ny. S mengatakan bahwa darah yang

keluar berwarna kecokelatan, hal tersebut sesuai dengan teori.

Ny. S juga masih belajar untuk merawat bayinya baik dalam hal memandikan

bayinya. Ny. S pada kunjungan nifas yang kedua sedang melewati fase taking
138

hold, Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari telah

melahirkan. Pada fase ini ibu sedikit merasa khawatir akan ketidakmampuannya

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi, tetapi ibu tetap berusaha untuk

bisa melakukannya. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam

merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

Pada nifas 6 jam, dan 6 hari tidak didapatkan tanda-tanda bahaya pada ibu

nifas berupa perdarahan postpartum maupun tanda adanya infeksi postpartum.

Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh, nyeri, dan

lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama

infeksi berat. Faktor yang dapat mempengaruhi tidak adanya tanda bahaya pada

ibu nifas di dalam diri Ny. S dikarenakan dirinya yang menjaga personal

hygienenya, mencoba memenuhi kebutuhan bayi dengan asupan ASI dan

memnuhi kebutuhan dirinya akan istirahat dan konsumsi makan-makanan yang

bergizi dan seimbang untuk ibu menyusui.


139

Kasus Teori Jurnal


Memberikan penkes Perawatan Luka Dari hasil penelitian

perawatan luka Perineum dapat gambaran tingkat

jahitan pada mengurangi pengetahuan ibu nifas

perineum. kemungkinan terjadinya tentang perawatan luka

infeksi. Dengan perineum yang benar di

mencebok dari arah RSUD Surakarta dapat

depan ke belakang, disimpulkan bahwa

menyentuh lokasi jahitan gambaran tingkat

dengan pengetahuan ibu nifas


140

kelebihan dan membersihkannya tentang perawatan


bahwa ada perbedaan

kekurangan serta hingga bersih, bilas luka perineumantara


pengetahuan yang benar di

membantu dengan air hangat. RSUD Surakarta


kelompok diberitermasuk
konseling
pemilihan untuk ibu, dengan kelompok tidak

2 minggu post bergizi dan berprotein responden, gambaran


diberi konseling, sertatingkat
ada

partum untuk tinggi agar luka jahitan pengetahuan ibu nifas


perbedaan kemantapan 141

mengingatkan ibu cepat sembuhseperti tentang perawatan


dalam pemilihan luka
alat

kembali tentang KB telur, ikan, ayam daging, perineum


kontrasepsiyang benar
pada calon di
nutrisi konsumsi jamu
yang akan dipilih tahu, tempe serta ibu RSUD Surakarta
akseptor KB antaratermasuk
62,9%, konsumsi daging,
dan 6 minggu post tidak ada pantangan dalam kategori
kelompok cukup
diberi yaitu
konseling
ikan, telur 77,1%, makanan
partum ibu sudah makanan apapun. Lalu 23 responden,
dengan gambaran
kelompok tidak
pedas 20,0%, sesuai dengan
menggunakan KB tidak perlu tingkat pengetahuan ibu
diberi konseling.
anjuran 54,3%, memiliki
suntik 3 bulan. menggunakan obat nifas tentang perawatan luka
BB saat 6 hari masa Ibu nifas kehilangan 5-6 pantangan
Dari hasil penelitian
71,4%; sosial
antiseptik. perineum yang benar di
nifas 52 kg, saat kg pada waktu hubungan
atau pemberian
dukungan yang ASI
RSUD Surakarta termasuk
hamil 55 kg. Terjadi melahirkan, dan 3-5 kg mendapatkan
Eksklusif dengandariturunnya
suami
dalam kategori kurang yaitu
penurunan sebanyak selama minggu pertama 91,4%;
BB di Puskesmas
perawatanTenayan
diri
4 orang.
Konseling
3 kg. KB Pada
masakunjungan
nifas. post Pada
Raya penelitian
pijatberjudul
Pekanbaru,
melakukan dapat
tubuh

dimulai pada partum 2 minggu untuk “Pengaruh


60,0%; pemberian
diambilperawatan
kesimpulan bahwa
bayi

trimester III memastikan penggunaankonseling


mayoritas
dengan terhadap
responden
harus dibedong terus

kehamilan dapat KB, serta saat post pengetahuan


memberikan
31,4%, tentang
ASI KB dan
Eksklusif
memberikan MPASI

memberikan partum 6 minggu kemantapan


yaituusia
saat bayidalam
sebanyak 63 orang,
6 bulan &
25,7%
BAB V pemilihan alat kontrasepsi
penjelasan tentang melakukan evaluasi responden yang mengalami

macam-macam KB, penggunaan KB. pada calon akseptor


penurunan BB yaitu KB”
59
KESIMPULAN DAN SARAN

orang. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa
A. Kesimpulan
terdapat hubungan yang
Setelah penulis melakukan manajemen asuhan kebidanan komprehensif dan
signifikan antara pemberian
berkesinambungan pada Ny. S di BPM Hj. Putri Saidar Said Jakarta Timur maka
ASI Eksklusif dengan
dapat diambil kesimpulan :
turunnya berat badan ibu.
Pada nifas 6 jam, Tanda dan gejala infeksi Pada jurnal kebidanan dan

dan 6 hari tidak umumnya termasuk kesehatan tentang “tingkat

didapatkan tanda- peningkatan suhu tubuh, pengetahuan ibu nifas

tanda bahaya pada nyeri, dan lokia berbau tentang tanda bahaya nifas

ibu nifas berupa tidak sedap. Peningkatan di ruang Eva RS Mardi


perdarahan kecepatan nadi dapat Rahayu Kudus” didapatkan

postpartum maupun terjadi, terutama infeksi bahwa kategori cukup 70%


142
tanda adanya infeksi berat.

postpartum.
Memberikan ibu Memberikan KIE tentang Gambaran praktek
Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis dapat menyimpulkan bahwa
beberapa penkes dankenyamanan, aktifitas, perawatan ibu nifas di
pentingnya asuhan yang diberikan oleh bidan terhadap ibu secara profesional baik
KIE saat kunjungan nutrisi, sosial atau Kecamatan Miri Kabupaten
pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, maupun nifas sehingga deteksi dini
rumah post partum 6dukungan, perawatan Sragen, hasil penelitian
adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari.
hari, 2 minggu, 6 diri, perawatan bayi, dll. tentang gambaran praktek

Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S dikelola


minggu. oleh penulis
perawatan sejakyaitu:
Ibu Nifas kehamilan 36

minggu, dilakukan ANC sebanyak 3 kali. Asuhankenyamanan


kebidanan pada ibu bersalin
tentang mitos Ny. S,

ibu inpartu tanggal 8 April 2017 saat usia kehamilan 39 minggu.


51,4%; aktifitas Dari asuhan
fisik 45,7%,

kebidanan pada ibu bersalin yang penulis berikanaktifitas


kepadaseksual
Ny. S,11,4%;
didapatkan bahwa

pada persalinan terjadinya persalinan presipitatus, tidak dilakukannya IMD dan

terdapat robekan grade II pada jalan lahir.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Bayi lahir tanggal 8 April 2017 pukul

23.40 WIB, jenis kelamin perempuan, berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm,

lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 30 cm, dan lingkar perut 31 cm. Penulis

melakukan pemeriksaan/kunjungan untuk asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

sebanyak 3 kali yaitu pada 1 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu setelah lahir. Dari

hasil pemeriksaan/kunjungan yang penulis lakukan, tidak ada tanda-tanda komplikasi

pada bayi. Bayi mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya, sudah mendapat imunisasi

Hb0. Bayi pada usia 1 bulan juga sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1.

Dari pengkajian tersebut tidak ditemukan adanya kelainan pada bayi dan penulis

menganjurkan pada ibu untuk melakukan imunisasi lengkap.

Asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada 6 jam, 6

hari, 2 minggu, dan 6 minggu setelah persalinan. Pada pengkajian nifas, pengeluaran
143

lochea pada Ny. S berlangsung normal. Dari pengkajian tersebut, nifas pada Ny. S

berjalan dengan normal dan tidak ditemukan kelainan.

Selama pelaksanaan studi kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. S telah dilakukan

sesuai standar pelayanan kebidanan dan berdasarkan penerapan teori yang ada. Hasil

akhir pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi pada

ibu maupun bayi.

B. Saran

1. Untuk Institusi

Dengan diadakannya program studi kasus ini diharapkan menjadi salah satu

cara untuk meningkatkan kualitas dalam pendidikan dan keterampilan di dalam

kelas maupun di lahan praktek yang harus disertai dengan pengaturan waktu

pelaksanaan kegiatan yang tepat sehingga hasil yang didapatkan maksimal.

2. Untuk Lahan Praktik

Diharapkan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas

pelayanan yang sudah ada selama ini agar dapat memberikan kepuasan pada

pasien.

3. Mahasiswa Kebidanan

Dalam memberikan asuhan kebidanan pendekatan dengan komunikasi yang

baik sangatlah penting, hal ini dikarenakan dengan komunikasi yang baik maka
144

asuhan yang diberikan pun akan terlaksana sesuai harapan. Selain itu kita juga

harus menghormati hak klien dalam pengambilan keputusan. Kemudian

mahasiswa juga dituntut untuk mampu dalam melaksanakan pendokumentasian

asuhan kebidanan agar pendokumentasian dapat dilakukan dengan baik dan benar.

4. Untuk Klien Dan Keluarga

Klien dan keluarga diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi pengetahuan

akan kehamilan, bersalin, nifas dan pengetahuan akan bayi baru lahir dengan

mencoba mendapatkan informasi langsung dari petugas kesehatan.

5. Untuk Penulis

Diharapkan penulis selalu menerapkan manajemen kebidanan secara

komprehensif dan berkesinambungan serta dapat terus bermanfaat bagi

masyarakat.
158
159

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: WHO
3. Asih, Yusari. dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Media
4. Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika
5. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/16/01-gdl-miskearisa-
800-1-miskear-a.pdf
6. digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/2/01-gdl-ginartib09-89-
1ginarti-i.pdf
7. digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/16/01-gdl-nurhidayah-756-
1kti_nurh-8.pdf
8. http://eprints.umpo.ac.id/2763/2/BAB%201.pdf
9. http://eprints.unipdu.ac.id/267/1/BAB%20I.pdf
10. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/16/01-gdl-nurhidayah-
756-1-kti_nurh-8.pdf
11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29086/Chapter
%20II.pdf?sequence=4
12. http://eprints.undip.ac.id/43723/3/Anindita_Kusuma_Ardiani_G2A009148
_BabIIKTI.pdf
13. Midwifery Today :
http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
14. International Breastfeeding Journal :
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content
15. Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.
16. American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
17. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/64/59 18.
http://siakad.akbidbup.ac.id/img/jurnal/VOL7NO2_5.pdf 19.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwiw36ezwL3UAhVLPY8KHaNADEEQFggzMAM&url=http%3A
%2F%2Fwww.journal.unipdu.ac.id%2Findex.php%2Feduhealth
%2Farticle%2Fdownload
%2F452%2F399&usg=AFQjCNFicGZnTIFPVthWAMIziI0_4S_Xqw&si
g2=mIky2ZW5midMS3qDTcX6RQ
20. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=267619&val=7085&title=INFORMED%20CONSENT
%20DALAM%20PELAYANAN%20KESEHATAN
21. http://opac.unisayogya.ac.id/699/1/Naskah%20Publikasi.pdf
160

Anda mungkin juga menyukai