Anda di halaman 1dari 88

HUBUNGAN PERAN GENDER DENGAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN PELAYANAN KEBIDANAN MENGHADAPI


PERSALINAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
DI PUSKESMAS LANDONO TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH:
KOMANG RUSMINI
P00312017068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-IV KEBIDANAN
KENDARI
2018
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Komang Rusmini

NIM : P00312017068

Pogran Studi : Diploma IV Kebidanan

Judul Skripsi :Hubungan Peran Gender dengan Pengambilan

Keputusan Pelayanan Kebidanan Menghadapi

Persalinan pada Ibu Hamil Trimester III di

Pusekesmas Landono Tahun 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir

ini adalah hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Kendari, 3 Agustus 2018

Yang membuat pernyataan

Komang Rusmini
NIM.P00312017068

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

1. Nama : Komang Rusmini

2. NIM : P00312017068

3. Tempat Tanggal Lahir : Bangli, 24 Juni 1974

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Hindu

6. Suku/Bangsa : Bali/Indonesia

7. Alamat : Desa landono

B. PENDIDIKAN

1. SD Hukaea II Buton Tamat tahun 1988

2. SMP Rarowatu Kab. Buton Tamat Tahun 1991

3. SPK Depkes Kendari Tamat Tahun 1994

4. PPB Depkes Kendari Tamat Tahun 1995

5. DIII Kebidanan Widya Karsa Jogyakarta Tamat Tahun 2014

6. DIV Kebidanan Poltekes Alih Jenjang Masuk 2017 Sampai

Sekarang

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena

berkat karunia Nya, sehingga penulis dapa tmenyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya. Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di

hadapi namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu

Heyrani, S.Si.T, M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam

proses penyusunan skripsi ini selesai.

Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari.

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Hasmia Naningi, SST, M.Keb selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari dan Penguji I.

4. Bapak Bahtiar, SKM, selaku Kepala Puskesmas Wolo Kabupaten

KolakaLandono Kabupaten Konsel

5. Ibu Aswita, S.Si.T, MPH selaku Penguji II dan Ibu Faming selaku

Penguji III.

vi
6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan

Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan

membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah

beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.

7. Teristimewa untuk suami dan kedua orang tuaku atas doa,

dukungan,bantuan, motivasi serta kasih sayang yang begitu besar

kepada penulis semoga kita semua selalu dalam lindunganNYA dan

semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.

8. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari

Prodi DIV Kebidanan angkatan 2017 khususnya teman-teman Alih

Jenjang Kelas B. Terima kasih atas segala dukungan serta

kebersamaan kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari

para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis

mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.

Kendari, Agustus 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. I
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHANAN........................................................... ii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR…....................................................................... iv
DAFTAR ISI….................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... ix
ABSTRAK........................................................................................ xi
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................
10
A. Telaah Pustaka ......................................................................... 10
B. Landasan Teori.......................................................................... 29
C. Kerangka Teori.......................................................................... 30
D. Kerangka Konsep...................................................................... 31
E. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................. 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 33
D. Variabel Penelitian..................................................................... 33
E. Definisi Operasional.................................................................. 33
F. InstrumenPenelitian................................................................... 34

viii
G. Alur Penelitian............................................................................ 35
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 35
I. Etika Penelitian......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 41
B. Hasil Penelitian......................................................................... 43
C. Pembahasan............................................................................. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 54
A. Kesimpulan................................................................................ 54
B. Saran......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 64
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Ibu hamil trimester III di Puskesmas 44


Landono ……………………………………………………
Tabel 4.2 Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan dalam 45
menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di
Puskesmas Landono tahun 2018……………………...…

Tabel 4.3 Peran Gender dalam menghadapi persalinan pada Ibu 46


hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun
2018………………………………………………………....

Tabel 4.4 Hubungan Peran Gender dengan Pengambilan 47


Keputusan Pelayanan Kebidanan menghadapi
persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas
Landono Tahun 2018……………………………………...

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra


Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 4. Master tabel
Lampiran 5. Output analisis data
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

xi
ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN GENDER DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PELAYANAN


KEBIDANAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS LANDONO TAHUN 2018
1 2 2
Komang Rusmini , Melania Asi , Heyrani

Latar belakang: Pengambilan keputusan merupakan kunci kehidupan yang merupakan


hal yang penting dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat
mempertahankan hidup.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan peran gender
dengan pengambilan keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu
hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018.
Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di Puskesmas
Landono tahun 2018 yang berjumlah 35 orang. Instrumen pengumpulan data berupa
kuesioner mengenai peran gender, dan pengambilan keputusan. Data dianalisis dengan
uji Chi Square.
Hasil Penelitian: Mayoritas ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono yakni 33 orang
(73,33%) melakukan pengambilan keputusan yang tepat untuk memilih pelayanan
Kebidanan dalam menghadapi persalinan. Peran gender dalam menghadapi persalinan
pada trimester III mayoritas 31 orang (68,89%) berada pada kategori baik. Ada hubungan
yang signifikan antara peran gender dengan pengambilan keputusan pelayanan
kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono
2
Tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,002 < α = 0,05 dengan X hitung = 9,652
Kesimpulan: Ada hubungan peran gender dengan pengambilan keputusan pelayanan
kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III.
Saran: Bagi Puskesmas, agar dapat melakukan penyuluhan kepada masyrakat tentang
pola-pola pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dalam menghadapi proses
persalinan

Kata kunci : Pengambilan Keputusan, Peran gender

1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.


2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.

xii
GENDER ROLE RELATIONSHIP WITH DECISION-MAKING SERVICES FOR
FACILITIES FACING LABOR IN PREGNANT WOMEN TRIMESTER III IN LANDONO
HEALTH CENTER IN 2018

Komang Rusmini 1, Melania Asi2, Heyrani 2

Background: Decision making is the key to life which is important in facing various
problems in order to survive.
Research objective: This study aims to determine the relationship of gender roles with
midwifery service decision-making facing childbirth in pregnant women in the third
trimester in Landono Health Center in 2018.
Research Method: This type of research is analytical research with cross sectional
design. The sample in this study were all third trimester pregnant women in the Landono
Health Center in 2018, amounting to 35 people. Data collection instruments in the form of
questionnaires regarding gender roles, and decision making. Data were analyzed by Chi
Square test.
Results: The majority of third trimester pregnant women at the Landono Health Center,
namely 33 people (73.33%) make the right decision to choose midwifery services in the
face of childbirth. The role of gender in facing childbirth in the third trimester the majority
of 31 people (68.89%) were in the good category. There is a significant relationship
between gender roles with midwifery service decision making facing childbirth in pregnant
women in the third trimester in Landono Public Health Center in 2018 which is indicated
by p = 0.002 <α = 0.05 with X2 count = 9.652
Conclusion: There is a gender role relationship with decision making in midwifery services
facing childbirth in pregnant women in the third trimester.
Suggestion: For Puskesmas, to be able to conduct counseling to the community about
appropriate and fast decision-making patterns in the face of childbirth

Keywords: Decision Making, Gender Roles

1. Students of the Kendari Polytechnic Department of Midwifery.


2. Lecturer of Kendari Polytechnic Department of Midwifery.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara

laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan

tidak lagi semata-mata menjadi ibu rumah tangga namun juga sebagai

pencari nafkah keluarga. Laki-laki tidak hanya bekerja dalam bidang

yang menuntut kekuatan atau ketangkasan namun juga bekerja dalam

bidang yang biasa ditekuni perempuan, misalnya perancang busana,

penata rias, dan lain sebagainya (Burn, R.B, 2013).

Pada dasarnya pria dan wanita memiliki kemampuan kognisi yang

sama, tiap individu memiliki potensi masing-masing yang akan

berkembang seiring dengan proses perkembangan hidupnya yang akan

berkorelasi dengan lingkungan di mana ia berada. Beberapa teori

menjelaskan bahwa secara umum pria lebih unggul bidang aritmatika

dan spasial, sedangkan wanita biasanya lebih unggul dalam bidang

linguistik. Namun secara umum keduanya memiliki kesempatan untuk

berprestasi dan unggul dengan kemampuan masing-masing.

Teori klasik Erikson mengemukakan mengenai perkembangan

identitas, pembagian dunia kerja antara dua jenis kelamin ditunjukkan

pada pernyataan bahwa aspirasi individu remaja putra lebih berorientasi

1
terhadap komitmen karir, ideologi sedangkan remaja putri lebih terpusat

pada hal afiliasi. Adanya keyakinan bahwa hubungan dan adanya ikatan

emosional merupakan hal yang lebih penting bagi remaja putri,

sedangkan pada remaja putra otonomi dan prestasi bernilai lebih

penting. Sekarang ini pilihan bagi remaja putri lebih meningkat sehingga

kerap membuat adanya pertentangan dan kebingungan, khususnya bagi

remaja putri yang berharap untuk bisa berhasil mengintegrasikan antara

peran dalam keluarga dengan peran dalam pekerjaan atau karir (Giligan

1990 dalam Santrock 2013).

Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia

dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai

kebutuhan hidupnya, sehingga setiap individu membutuhkan

pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan merupakan

suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, meskipun merupakan

suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun. Pengambilan

keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan karena

individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat

mempertahankan hidupnya. Pengambilan keputusan merupakan kunci

kehidupan yang merupakan hal yang penting dalam menghadapi

berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidup (Daihani,

2011).

Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin

dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi

2
kehidupan seseorang. Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan

agar keputusan yang diambil benar-benar tepat. Para remaja dalam

memilih umumnya hanya berdasar ikut-ikutan teman, disuruh orang tua,

didorong orang lain, ataupun memilih sendiri tetapi buta dengan

informasi yang dipilihnya. Kematangan pengambilan keputusan adalah

suatu proses pilihan alternatif tindakan seseorang dalam cara yang

efisien dalam situasi tertentu (Suriadi dan Idris, 2014).

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah

kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam

asuhan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh proses pengelolaan

asuhan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan

merencanakan perubahan. Bidan pada semua posisi klinis harus

memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan

yang efektif, baik sebagai pelaksanaan / staf maupun sebagai pemimpin

(Trisnawati, 2012).

Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan

membutuhkan, pemikiran kritis dan analisis yang dapat diterapkan dalam

praktek kebidanan. Pengambilan keputusan merupakan upaya

pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis.

Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses memecahkan

masalah secepatnya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki, kemampuan

3
berfikir kritis, dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan

dan role model dilingkungan kerjanya (Hasan, 2012).

Saat ini pembangunan perempuan sedang ditingkatkan. Kita dapat

melihat kedudukan perempuan Indonesia dan berbagai peran dan posisi

strategis. Keragaman peran tersebut menunjukkan bahwa perempuan

Indonesia memang merupakan sumber daya yang potensial apabila

ditingkatkan kualitasnya dan diberikan kesempatan yang sama untuk

berperan. Angka kematian ibu di Indonesia masih dikategorikan tinggi.

Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah salah satu diantaranya

adanya masalah gender yaitu adanya ketidakmampuan perempuan

dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan kesehatan

dirinya misalnya siapa yang menjadi penolong persalinan dan

sebagainya (Suprijadi dan Siskel, 2014).

Kematian ibu merupakan masalah besar bagi diberbagai daerah di

Indonesia, ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan

lebih bermutu. Oleh karena itu, bidan diharap untuk memberikan

pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus

pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan

lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkan,

kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut

diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala

4
tindakan dan asuhan yang diberikan dalam segala aspek pengabdian

profesinya kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat, baik

dari aspek input, proses dan output. (Muchtar, 2016).

Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian

tersebut, adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan tiga

pesan kunci making pregnancy safer, yaitu setiap persalinan ditolong

oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal

mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita subur mempunyai

akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan

komplikasi keguguran (Depkes-RI, 2012). Adanya hambatan dalam

akses pelayanan terhadap pelayanan kesehatan terutama dialami oleh

perempuan karena adanya status perempuan yang tidak mendapat izin

dari suami serta pemegang keputusan, siapa yang menolong persalinan

istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga terjadi

subordinasi terhadap perempuan dengan keterbatasan perempuan

dalam pengambilan keputusan untu kepentingan dirinya (Azwar, 2010).

Ditinjau dari segi hak reproduksi jelas dinyatakan bahwa setiap

orang baik lakilaki maupun perempuan tanpa memandang kelas, sosial,

suku, umur, agama dan lain-lain mempunyai hak yang sama untuk

memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab. Lebih praktisnya

dapat dinyatakan bahwa perempuan berhak mengambil keputusan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Tetapi

5
kenyataannya sejak dahulu sampai sekarang masih berkembang

pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih

rendah dari laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran keagamaan

maupuan dalam aturan birokrasi yang meletakkan perempuan sebagai

subordinasi dari kaum laki-laki. Kenyataan memperlihatkan bahwa masih

ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama

perempuan diberbagai kehidupan (Azwar, 2010).

Di wilayah kerja Puskesmas Landono, data jumlah ibu hamil pada

tahun 2017 sebanyak 156 orang. Pada periode Januari sampai Mei 2018

sebanyak 67 orang, 35 di antaranya ibu hamil trimester III. Survey awal

yang dilakukan dalam bentuk wawancara pada 5 orang ibu hamil, 4

diantaranya mengatakan bahwa semua pengambilan keputusan dalam

urusan keluarga di putuskan oleh kepala keluarga dalam hal ini adalah

suami. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Peran Gender dengan Pengambilan

Keputusan Pelayanan Kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil

trimester III di Puskesmas Landono Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yakni “apakah ada hubungan peran gender dengan

pengambilan keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan

pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018?”

6
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran gender dengan pengambilan

keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu

hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui peran gender dalam menghadapi persalinan

pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018

b) Untuk mengetahui pengambilan keputusan pelayanan kebidanan

menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas

Landono tahun 2018.

c) Untuk menganalisis hubungana peran gender dengan

pengambilan keputusan pelayanan kebidanan menghadapi

persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono

tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kesehatan dan pemerintah

a. untuk Mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan peran gender dalam pengambilan keputusan

pelayanan kebidanan khususnya pada masa persalinan

b. Sebagai bahan masukan bagi para bidan dalam meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan

7
2. Bagi masyarakat

Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan

reproduksi khususnya yang berkaitan dengan gender dalam

pelayanan kebidanan pada masa persalinan

3. Bagi peneliti

Untuk mengetahui bagaimana peran gender dalam pengambilan

keputusan pelayanan kebidanan pada masa persalinan di tempat

praktek sendiri

E. Keaslian penelitian

1. Atikah Putri Wulandari. 2015. Gambaran Pengambilan Keputusan

Saat Proses Rujukan dari Tingkat Primer ke Tingkat Sekunder di

Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang. Metode yang dilakukan

adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling.

Data diambil dari kuesioner yang dibagikan pada 90 ibu yang dirujuk

dari tingkat primer ke tingkat sekunder di RSUD Sumedang pada

bulan September-Desember 2015. Hasil penelitian yang didapatkan

bahwa pengambilan keputusan yang dipegang oleh keluarga

cenderung mengambil keputusan dengan lambat sebesar 16,1 %

dan mengalami keterlambatan merujuk sebanyak 17,2%.

Pengambilan keputusan diambil dengan cepat baik penyulit dari ibu

sebanyak 57,6% maupun janin sebanyak 42,4%. Kesimpulan

penelitian ini adalah pengambilan keputusan lebih banyak oleh

8
suami, namun pengambilan keputusan oleh keluarga lebih lambat

dan mengakibatkan keterlambatan merujuk. Kemudian, pengambilan

keputusan pun lebih cepat baik dari penyulit ibu maupun janin.

Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah pada metode dan

variabel penelitian.

2. Nurhayati. 2011. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan

Pelayanan Kebidanan Pada Masa Persalinan Multigravida di Rumah

Bersalin Sari Simpang Limun Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif

dengan menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner yang

diajukan kepada responden dimana sampel yang diambil adalah

pasangan suami/istri yang bersalin di RB Sari dengan persalinan

multigravida sebanyak 50 pasang. Hasil penelitian ini ditemukan

bahwa pada pra persalinan istri mempunyai peran yang paling

dominan pada 4 pernyataan dari 7 pernyataan, yaitu: cemas

menghadapi persalinan 22 (44%), mengingatkan persiapan

persalinan 35 (70%), mengingatkan tanggal persalinan 27 (54%),

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga 26 (52%). Untuk peran

jender pada masa saat persalinan, suami mempunyai peran yang

paling dominan. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah pada

metode penelitian.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Tentang Gender

a. Pengertian gender

Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis

kelamin. Menurut Cixous dalam Tong (2014), gender diartikan sebagai

“perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan yang dilihat

dari segi nilai dan tingkah laku”. Sedangkan menurut Kristeva dalam

Tong (2014) dijelaskan bahwa gender adalah “suatu konsep cultural

yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara laki-laki

dan perempuan baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan social

budaya”. Gender merupakan aturan atau norma prilaku yang

berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat,

karena gender sering kali diidentikkan dengan jenis kelamin atau seks.

Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran

perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2014). Sedangkan

menurut Azwar (2010) gender adalah perbedaan peran dan tanggung

jawab sosial bagi perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh budaya.

Memahami konsep gender tentu perlu dibedakan antara pengertian

gender dengan pengertian seks atau jenis kelamin. Pengertian jenis

kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin

10
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis

kelamin tertentu (Mansour Fakih, 2010). Artinya secara biologis

alatalat yang melekat pada perempuan seperti alat reproduksi, rahim,

vagina, alat menyusui dan laki-laki seperti penis, kala menjing, dan

alat untuk memproduksi sperma tidak dapat dipertukarkan. Secara

permanen tidak berubah dan merupakan alat ketentuan biologis atau

sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.

Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis.

Jenis kelamin biologis merupakan pemberian, kita dilahirkan sebagai

seorang laki-laki atau seorang perempuan. Jalan yang menjadikan kita

maskulin atau feminim adalah gabungan blok-blok bangunan biologis

dasar dan interprestasi biologis oleh kultur kita. Gender mencakup

penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar

rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga, dan sebagainya

(Mosse, 2007). Menjernihkan perbedaan antara seks dan gender,

yang menjadi masalah adalah adanya kerancuan dan pemutarbalikan

makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Gender

merupakan konstruksi sosial sering dianggap sebagai kodrat yang

berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan oleh masyarakat.

Perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi

kaum laki-laki maupun perempuan.

11
b. Teori Dasar Gender

1) Teori Kodrat Alam

Menurut teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis

kelamin dalam memandang jender (Suryadi dan Idris, 2014). Teori

ini dibagi menjadi dua yaitu:

a) Teori Nature

Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat alam

yang tidak perlu dipermasalahkan

b) Teori Nurture

Teori ini lebih memandang perbedaan gender sebagai hasil

rekayasa budaya dan bukan kodrati, sehingga perbedaan

gender tidak berlaku universal dan dapat dipertukarkan

2) Teori kebudayaan

Teori ini memandang gender sebagai akibat dari konstruksi

budaya (Suryadi dan Idris, 2014). Menurut teori ini terjadi

keunggulan laki-laki terhadap perempuan karena konstruksi

budaya, materi, atau harta kekayaan. Gender itu merupakan hasil

proses budaya masyarakat yang membedakan peran sosial laki-

laki dan perempuan. Pemilahan peran sosial berdasarkan jenis

kelamin dapat dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.

12
3) Teori Fungsional Struktural

Berdasarkan teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan

gender dalam peran sosial di masyarakat sebagai akibat adanya

perubahan struktur nilai sosial ekonomi masyarakat. Dalam era

globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran

seseorang tidak lagi mengacu kepada norma-norma kehidupan

sosial yang lebih banyak mempertimbangkan faktor jenis kelamin,

akan tetapi ditentukan oleh daya saing dan keterampilan (Suryadi

dan Idris, 2014).

4) Teori Evolusi

Menurut teori ini semua yang terjadi di jagat raya tidak

berlangsung secara otomatis tetapi mengalami proses evolusi

atau perubahan-perubahan yang berjalan secara perlahan tapi

pasti, terus-menerus tanpa berhenti. Kesetaraan gender

merupakan gejala alam atau tuntutan yang menghendaki

kesetaraan, yang harus di respon oleh umat manusia dalam

rangka adaptasi dengan alam. Berdasarkan teori ini pembagian

tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan pada

zaman dahulu tidak pernah dipermasalahkan karena lamanya

menuntut demikian. Sekarang tuntutan kesetaraan gender

menjadi permasalahan yang menjadi perhatian manusia di seluruh

dunia juga karena alam menuntut demikian disebabkan adanya

13
perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang berlaku di

masyarakat yang memungkinkan peran laki-laki dan perempuan

bisa sama atau dipertukarkan.

c. Ruang lingkup Gender

Dalam pandangan Psikologi sering terjebak dalam tradisi

“memandang sebelah mata” terhadap persoalan perempuan karena

perspektif biologis, yaitu bahwa maskulinitas ditandai dengan

kekuatan, dominasi, dan keberanian. Dengan demikian, penyerangan

laki-laki seringkali dianggap sebagai bentuk kewajaran, atau dengan

kata lain itu semua adalah hal yang biasa. Konsep atau kepercayaan

ini menimbulkan bias-bias gender antara lain adalah; penekanan pada

peran gender tradisional, secara langsung maupun tidak langsung

mengindikasikan bahwa perempuan adalah objek seksual laki-laki dan

harus menyesuaikan diri dengan peran tersebut.

Saat bayi lahir, mereka sudah mempunyai jenis kelamin,

namun belum mempunyai kejeniskelaminan (gender). Jenis kelamin

biologis seseorang ditentukan berdasarkan pandangan anatomis fisik,

secara budaya ini menjadi akar dari pengalaman, perasaan dan

perilaku berdasarkan pengaitan orang dewasa. Dengan cara

pembedaan jenis kelamin inilah yang kemudian memunculkan kejenis-

kelaminan pada seseorang. Secara biologis laki-laki dan perempuan

memiliki organ dan hormon kelamin yang berbeda, juga perbedaan

dalam besar dan tinggi rata-rata. Walaupun hanya dengan dasar

14
seperti ini semua citra kolektif sudah meluas, misalnya tentang

stereotip atau pelabelan dan ideologi telah menjadi tindakan yang

menuju kearah perbedaan dalam pengasuhan anak dan penandaan

peran, bahkan ke perbedaan jenis kelamin dalam sejumlah ciri-ciri

psikologi (Mufidah, 2008)

d. Peran gender

Peran gender merupakan harapan atau ekspektasi mengenai

tingkah laku feminin atau maskulin seseorang yang dibentuk oleh

lingkungan sosial. Harapan harapan tersebut dibangun dan

diabadikan oleh institusi dan nilai-nilai dari suatu masyarakat tertentu.

Suatu peran gender merupakan suatu set harapan yang menetapkan

bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir, bertingkah

laku dan berperasaan (Santrock, 2013).

Bem (2011) menyatakan ada dua model orientasi peran gender

dalam menjelaskan feminitas dan maskulinitas, yaitu model tradisional

dan model non tradisional. Model tradisional memandang feminitas

dan maskulinitas sebagai suatu dikotomi. Sedangkan model non-

tradisional memandang feminitas dan maskulinitas bukanlah suatu

dikotomi, sehingga memungkinkan untuk pengelompokan yang lain

yang disebut androgini, dimana seorang perempuan atau laki-laki bisa

memiliki ciri-ciri feminitas sekaligus ciri-ciri maskulinitas. Maskulin dan

feminin yang selanjutnya disebut dengan peran jenis (sex role) pada

mulanya muncul dari pembagian peran yang didasarkan pada jenis

15
kelamin (sex) oleh masyarakat. Maskulin dan feminin juga dikatakan

sebagai stereotipe, pengertian stereotipe adalah pelekatan sifat

terhadap individu / kelompok tertentu (Bem, 2011).

Sedangkan menurut Dusek (2006) identitas peran gender

adalah stereotipe sosial yang berlaku untuk perilaku laki-laki dan

wanita, sebagian di dasarkan pada kriteria biologis dan sebagian

besar melibatkan belajar stereotipe sosial yang diajarkan oleh

orangtua, teman sebaya, dan agen institusi sosial lain yang diperkuat.

Lebih khusus lagi, Burns (2013) menyatakan bahwa identitas peran

gender adalah konseptualisasi mengenai derajat ke-maskulin-an dan

ke-femininannya sendiri dan sejauh mana individu tersebut cocok

dengan keyakinan yang disetujui publik mengenai karakteristik-

karakteristik yang sesuai bagi laki-laki dan perempuan.

Bagong Suyanto (2010) menjelaskan gagasan Engels tentang

konsep gender bahwa perbedaan gender antara laki-laki dan

perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui

proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial, kultural, dan

keagamaaan bahkan melalui kekuasaan negara. Oleh karena melalui

proses yang begitu panjang itulah maka lama-kelamaan perbedaan

gender antara laki-laki dan perempuan menjadi seolah-olah ketentuan

Tuhan atau kodrat yang tidak dapat diubah lagi. Demikian pula

sebaliknya, sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi

16
pada akhirnya memengaruhi perkembangan fisik dan biologis masing-

masing jenis kelamin.

Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia

jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat

panjang. Terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan

oleh banyak hal, di antaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat,

bahkan dikontruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran

keagamaan maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi

gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-

olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-

perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan

kodrat perempuan (Fakih, 2010).

Perbedaan gender (gender differences) pada proses berikutnya

melahirkan peran gender (gender role) dan dianggap tidak

menimbulkan masalah, maka tidak pernah digugat. Jadi kalau secara

biologis atau kodrat kaum perempuan dengan organ reproduksinya

bisa hamil, melahirkan dan menyusui dan kemudian mempunyai peran

gender sebagai perawat, pengasuh dan pendidik anak sesungguhnya

tidak ada masalah dan tidak perlu digugat. Akan tetapi yang menjadi

masalah dan perlu digugat oleh mereka yang menggunakan analisis

gender adalah struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran

gender dan perbedaan gender tersebut.

17
e. Penyebab Kesenjangan Gender

Perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah

sepanjang perbedaan itu tidak melahirkan ketidakadilan gender.

Ternyata banyak terjadi ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun

perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur

dimana kaum laki-laki atau perempuan menjadi korban atas sistem

tersebut (Fakih, 2010). Pemahaman tentang ketidakadilan gender

dapat diperdalam melalui manifestasi yang ada. Manifestasi

ketidakadilan gender yaitu marginalisasi yang berarti pemiskinan

ekonomi, subordinasi yang berarti anggapan tidak penting dalam

keputusan politik, stereotipe yang berarti pembentukan pola pikir

negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang, serta sosialisasi

ideologi nilai peran gender.

Masalah gender atau pemilahan peran sosial laki-laki dan

perempuan merupakan hasil dari konstruksi sosial dan budaya melalui

pembiasaan, sosialisasi, budaya dan pewarisan budaya sejak anak

dilahirkan ke dunia yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat (Suryadi

dan Idris, 2014). Pada prinsipnya gender bisa berbeda dan

dipengaruhi oleh waktu dan tempat sehingga tidak bisa berlaku

universal dan tetap menetap (Suryadi dan Idris, 2014).

18
2. Tinjauan tentang Pengambilan Keputusan

a. Pengertian

Menurut Daihani (2011) dalam berbagai literatur manajemen,

keputusan adalah suatu pilihan dari strategi tindakan. Seorang

wirausaha harus kreatif, terutama dalam pengambilan

keputusan.Wirausaha harus punya kepercayaan diri yang teguh dan

yakin bahwa mampu mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan

membuat keputusan inilah yang membedakan seorang wirausaha

dari yang lain.

Di kutip dari buku Sule dan Saefulla (2010). Informasi yang

terkait dengan lingkungan perlu dimiliki agar keputusan yang diambil

dapat secara tepat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Secara

umum informasi yang terkait dengan lingkungan dapat dibagi

menjadi 3 berdasarkan keadaannya, yaitu :

1) Keadaan yang pasti (certainty)

Keadaan di mana seseorang atau organisasi berhadapan

dengan informasi yang lengkap mengenai suatu keadaan

lingkungan yang dihadapinya, sehingga estimasi mengenai masa

depan dapat dipastikan.

2) Keadaan yang tidak pasti (uncertainty)

Keadaan di mana seseorang atau sebuah organisasi

berhadapan dengan informasi yang tidak lengkap atau

19
seseorang atau sebuah organisasi tersebut tidak memiliki

informasi tentang masalah yang di hadapi.

3) Keadaan yang mengandung resiko (risky condition)

Keadaan di mana seseorang atau sebuah organisasi

berhadapan dengan informasi yang di miliki, namun relatif tidak

lengkap jika dibandingkan dengan keadaan yang pasti, namun

relatif memadai jika di bandingkan dengan keadaan yang tidak

pasti.

Keputusan bersifat kompleks, terdapat banyak faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara

lain:

1) Fisik didasarkan pada rasa yang dialami tubuh seperi rasa sakit,

tidak nyaman atau nikmat. Ada kecenderungan menghindari

tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang atau

sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan

2) didasarkan oleh perasaan dan sikap. Orang akan bereaksi pada

suatu situasi secara subjektif

3) Rasional didasarkan pada pengetahuan. Orang-orang mendapat

informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya

4) Praktikal didasarkan pada keterampilan individual dan

kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi

diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam

bertindak

20
5) Interpersonal didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial

yang ada. Hubungan antara satu orang ke orang lainnya dapat

mempengaruhi tindakan individual

6) Struktur didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.

Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau

mengkritik suatu tingkah laku tertentu

Jenis-jenis pengambilan keputusan

1) Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena

ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup

2) Pengambilan keputusan intuitif sifatnya segera, langsung

diputuskan karena keputusan tersebut dirasakan paling tepat

3) Pengambilan keputusan yang terpaksa karena harus segera

dilaksanakan

4) Pengambilan keputusan yang reaktif seringkali dilakukan dalam

situasi marah atau tergesa-gesa

5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada

orang lain yang bertanggung jawab

6) Pengambilan keputusan secara berhati-hati dipikirkan baik-baik,

mempertimbangkan berbagai pilihan (Hakim, 2012).

b. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan

bermacam-macam tergantung permasalahannya. Oleh Terry (dalam

21
Hasan, 2012) dasar-dasar pengambilan keputusan yang berlaku

adalah sebagai berikut :

1) Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau

perasaan memiliki sifat subyektif, sehingga mudah terkena

pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini

mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya

antara lain adalah : (a) waktu yang digunakan untuk mengambil

keputusan relatif lebih pendek. (b) untuk masalah yang

pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan

memberikan kepuasan pada umumnya. (c) kemampuan

mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat

berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahannya antara lain adalah : (a) keputusan yang

dihasilkan relatif kurang baik. (b) sulit mencari alat

pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan

keabsahannya. (c) dasar-dasar lain dalam pengambilan

keputusan sering kali diabaikan.

2) Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki

manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman

seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat

memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan

22
yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang

menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas

saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.

3) Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan

keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka

tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat

menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan

lapang dada.

4) Wewenang

Pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang biasanya

dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahannya atau orang yang

lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah

kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

antara lain adalah : (a) kebanyakan penerimaannya adalah

bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela

ataukah terpaksa. (b) keputusannya dapat bertahan dalam

jangka waktu yang cukup lama. (c) memiliki otentisitas (otentik).

Kelemahannya antara lain adalah : (a) dapat menimbulkan sifat

rutinitas. (b) mengasosiasikan dengan praktek diktatorial. (c)

sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan

sehingga dapat menimbulkan kekaburan

23
5) Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional,

keputusan yang diambil bersifat objektif, logis, lebih transparan,

konsisten untuk memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas

kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati

kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada

pengambilan keputusan yang rasional terdapat beberapa hal,

sebagai berikut :

a) Kejelasan Masalah : tidak ada keraguan dan kekaburan

masalah.

b) Orientasi Masalah : kesatuan pengertian tujuan yang ingin

dicapai.

c) Pengetahuan Alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya

dan konsekuensinya.

d) Preferensi Yang Jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai

kriteria.

e) Hasil maksimal : pemilihan alternatif berdasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal. Pengambilan keputusan secara

rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

c. Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan

Janis (1979) menguraikan lima tahapan dalam pengambilan

keputusan, individu akan terus melakukan yang telah individu

putuskan tanpa batas waktu sepanjang tidak dihadapkan sesuatu

24
yang mengancaman dan menimbulkan kerugian. Lima tahapan

tersebut diantaranya adalah :

1) Menilai Masalah

Masalah dapat dikatakan sebagai konflik yang terjadi pada

situasi riil dengan situasi lain yang dijadikan tujuan oleh individu.

Dengan kata lain masalah dapat diidentifikasi oleh individu saat

ia menyadari adanya kesenjangan antara situasi riil dengan yang

diharapkan. Masalah menuntut individu untuk mengambil

tindakan baru. Pemahaman akan masalah dapat membuat

individu melihat masalah dengan kemungkinan resiko-resiko

yang dapat terjadi.

2) Mencari Alternatif

Setelah mendapat pemahaman yang baik mengenai masalah

yang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan

yang biasanya ia lakukan. Namun, saat tindakannya tersebut

dianggap tidak tepat lagi, individu mulai memusatkan perhatian

pada beberapa alternatif pilihan. Biasanya dalam mencari

alternatif pilihan, individu akan mencari informasi atau meminta

masukan dari pihak lain yang dianggapnya lebih kompeten

dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Individu akan mulai

menyingkirkan alternatif pilihan yang dianggap tidak tepat, dan

pada akhirnya individu akan membatasi pada alternatif pilihan

25
yang dianggap dapat menjadi solusi yang tepat bagi masalah

tersebut.

3) Mempertimbangkan Alternatif

Individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian

pada setiap alternatif pilihan, melihat pro dan kontra, hingga

pada akhirnya menuju tindakan yang tepat. Pertimbangan akan

resiko juga menjadi dasar perbandingan dari tiap alternatif

pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain

yang mungkin terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami

kebimbangan pada tahap ini.

4) Membuat Komitmen

Setelah individu mendapat solusi dan tindakan yang tepat bagi

masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam

kehidupannya. Sebagai awalnya, individu akan memberitahukan

keputusannya pada orang terdekat yang ia percaya, dan untuk

sementara menyimpan informasi dari pihak yang dianggap akan

menentang keputusannya. Pada akhir tahap ini, individu

biasanya sangat termotivasi untuk merealisasikan keputusannya

agar tidak mendapat tantangan dari pihak-pihak lain

5) Bertahan Melalui Feedback Negatif.

Keputusan individu telah dianggapnya tepat, dan ia yakin akan

keputusannya tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk

menghadapi kemungkinan terjadi umpan balik yang negatif.

26
Umpan balik negatif ini terjadi apabila resiko yang sebelumnya

diperhitungkan terjadi dan keuntungan yang diharapkan tidak

terjadi.

3. Pelayanan Kebidanan

1. Peran bidan dalam memberi pelayanan pada ibu bersalin

Seperti peningkatan pelayanan yang dilakukan bidan didesa

dengan wadah polindes. Pelayanan dapat dilihat dari berbagai

perspektif:

a. Untuk pasien dan masyarakat, pelayanan berarti suatu empati,

respek bidan tanggap akan kebutuhanya, pelayanan harus sesuai

dengan kebutuhan mereka dan diberikan dengan cara yang

ramah waktu mereka berkunjung

b. Untuk petugas kesehatan, pelayanan berarti bebas melakukan

segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat

kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang maju, pelayanan peralatan

yang baik, dan memenuhi standart yang baik.

c. Untuk menager dan administrator pelayanan tidak terlalu

berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari-hari, namun

tetap sama pentingnya. Untuk menager, fokus pada pelayanan

akan mendorongnya untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat

dengan baik.

27
d. Untuk yayasan atau pemilik rumah sakit, pelayanan dapat berarti

memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Pada

umumnya para manager dan pemilik institusi mengharapkan

efisiensi dan kewajiban penyelenggaraan, minimal tidak

merugikan jika di pandang dari berbagai aspek seperti tidak

adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya, waktu, dan

sebagainya.

2. Peran bidan dalam memberi pelayanan pada ibu nifas

Bidan mendampingi ibu selama 2 jam setelah persalinan.

Dalam masa nifas ibu dianjurkan menanyakan tentang perasaan ibu.

Biasanya ibu merasa capek dan lema. Ibu dan bayi diberi

kesempatan untuk beristirahat.Baru setelah ibu merasa lebih baik

dan bersedia di berikan pendidikan bidan dianjurkan untuk

memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai

dengan kemampuan ibu (Tresnawati,2012) Standar pelayanan ibu

nifas

a. Memberikan pelayanan kepda ibu dan bayi selama 42 hari

setelah persalihan dan memberikan penyuluhan tentang ASI

ekslusif

b. Penanganan pada 2 jam setelah persalinan

c. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi akan terjadinya

komplikasi pada 2 jam pertama

28
d. Melakukan kunjungan rumah pada hari ketiga minggu kedua dan

minggu keenam setelah persalinan, mencakup, tali pusat,

komplikasi yang terjadi pada masa nifas, gizi dan kebersihan.

B. Landasan teori

Perspektif gender melibatkan banyak faktor yang berkaitan dengan

kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan pelayanan kebidanan

dalam menghadapi persalinan. Gender merupakan peran sosial dimana

peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan. Penentuan peran

tentunya dapat dilakukan berdasarkan pengambilan keputusan yang

tepat untuk kebaikan bersama. Sementara pengambilan keputusan

merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang

mungkin dipilih, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan

harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang terbaik (Suprijadi dan

Siskel, 2014).

Hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam

keluarga ada enam hal yaitu: persepsi, pengetahuan, sikap, geografis,

sosial-budaya, dan ekonomi. Keenam faktor tersebut akan

mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam menghadapi

persalinan. Dengan dampak pengambilan keputusan yang tepat dan

cepat akan mencegah terjadinya keterlambatan. Diantaranya

keterlambatan mengenal resiko tinggi dan tanda bahaya pada

kehamilan, keterlambatan pengambilan keputusan yang mengakibatkan

29
keterlambatan dalam merujuk, dan mendapatkan pertolongan tenaga

kesehatan (Hasan, 2012).

Adanya hambatan dalam akses pelayanan terhadap pelayanan

kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status

perempuan yang tidak mendapat izin dari suami serta pemegang

keputusan, siapa yang menolong persalinan istri kebanyakan masih

ditentukan oleh suami sehingga terjadi subordinasi terhadap perempuan

dengan keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk

kepentingan dirinya. oleh karena itu, peran genger dapat menentukan

pola pengambilan keputusan keluarga dalam mempersipkan persalinan

yang baik (Trisnawati, 2012).

30
C. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, kerangka teori

dari penelitian ini adalah:

Pengambilan
Keputusan

Persalinan  Intuisi
Ibu Hamil Peran Gender  Pengalaman
 Fakta
 Feminitas  Wewenang
 Maskulinitas  Rasional

Sumber:

Modifikasi (Suprijadi dan Siskel, 2014), Hasan (2012), dan (Trisnawati, 2012)

Gambar: Kerangka Teori Penelitian

D. Kerangka Konsep

Pengambilan keputusan pelayanan


kebidanan menghadapi persalinan
Peran Gender

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel Independent : Peran Gender

Variabel Dependent : Pengambilan Keputusan

31
E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara

Peran Gender dengan Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan

menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas

Landono”

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan

pendekatan Cross Sectional study dimana pengumpulan data variabel

dependen dan independen dilakukan secara bersamaan (Pratiknya,

2013).

Pasutri

Ibu Hamil

Peran Gender

Baik Kurang

Pengambilan Pengambilan Pengambilan Pengambilan


keputusan keputusan yang keputusan keputusan yang
yang tepat kurang tepat yang tepat kurang tepat

Gambar 3. Rancangan Cross Sectional

33
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Landono tahun 2018.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2018.


C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono tahun 2018 berjumlah 45 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono tahun 2018 berjumlah 45 orang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (Dependent) yaitu Pengambilan keputusan pelayanan

kebidanan menghadapi persalinan.

2. Variabel bebas (Independent) yaitu peran gender.

E. Definisi Operasional

1. Peran gender adalah peran yang dilaksanakan oleh perempuan dan

laki-laki dalam menghadapi persalinan karena jenis kelamin mereka

berbeda (Suprijadi dan Siskel, 2014).

Kriteria Objektif :

a. Baik : jika skor jawaban benar > 60%

b. Kurang : jika skor jawaban benar < 60%

34
2. Pengambilan keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan

adalah suatu preses penentuan tindakan seseorang dalam dalam

menghadapi persalinan.

Kriteria Objektif :

a. Tepat : jika skor jawaban benar > 60%

b. Kurang tepat : jika skor jawaban benar < 60%

(Hasan, 2012)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner dengan

pertanyaan tertutup. Kuisioner mengenai peran gender dan pengambilan

keputusan masing-masing terdiri atas 10 pertanyaan. Kuisioner dijawab

dengan cara memilih atau menceklist salah satu pilihan jawaban yang

telah disediakan. Kuisioner peran gender menggunakan alternatif

jawaban “suamir”, “istri” dan “bersama”, Jika responden memilih alternatif

jawaban “suamir” atau “istri” mendapat skor 0. Sedangkan Jika

responden memilih alternatif jawaban “bersama” mendapat skor 1.

Kuisioner pengambilan keputusan terdiri dari 2 alternatif pilihan yaitu “Ya”

dan “Tidak”, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana skor

pertanyaan positif mendapat skor 1 jika memilih “Ya”, dan 0 jika memilih

“Tidak”. Sedangkan skor pernyataaan negatif skor 0 jika memilih “Ya”,

dan 1 jika memilih “Tidak” . Adapun pengisian kuesioner dengan

memberikan tanda centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah

disediakan.

35
G. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data berupa data primer digunakan untuk mengukur peran

gender dan pengambilan keputusan pelayanan kebidanan

menghadapi persalinan, dengan menggunakan kuisioner yang

dibagikan kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder diambil dari buku register ibu hamil di wilayah

kerja puskesmas Landono.

H. Alur Penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :

Populasi
Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono
berjumlah 45 orang.
Sampel
Sampel berjumlah 45 orang responden

Pengumpulan data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. Alur Penelitian

36
I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang

diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan

informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh

penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,

diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini

pengolahan data menggunakan komputer akan melalui tahap-tahap

sebagai berikut

a. Editing’

Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner

apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,

relevan dan konsisten.

b. Coding

Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

c. Processing

Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat

dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan bivariat

mengunakan komputer.

37
d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber

data selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan

pembetulan atau koreksi.

e. Tabulating

Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas

yaitu variabel bebas yaitu peran gender dan pengambilan

keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan,

dianalisa menggunakan rumus sebagai berikut:

X = f/n x K

Keterangan:

X = Presentase variable yang diteliti

f = Frekuensi kategori variable yang diamati

n = Jumlah sampel penelitian

K = Konstanta (100%)

38
b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengunakan uji chi square

(X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) dengan

menggunakan tabel kontingensi 2x2.

Adapun penghitungan uji chi square (X2) dalam penelitian ini

digunakan untuk melihat hubungana peran gender dengan

pengambilan keputusan pelayanan kebidanan menghadapi

persalinan; dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 : Chi square

O : Nilai-nilai yang diamati

E : Nilai-nilai frekuensi harapan

E : Total baris x total kolom


Grand total

Adapun kriteria penilaian yaitu sebagai berikut :

1) Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis diterima, berarti

ada hubungan antara variabel independent dan variabel

dependent.

39
2) Jika X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis ditolak, berarti, tidak

ada hubungan antara variabel independent dan variabel

dependent.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus

dilindungi. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : bebas

eksploitasi, bebas kerahasiaan, bebas penderitaan, bebas menolak

menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (Nursalam, 2013).

Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis

moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku penelitian

atau peneliti dalam menjalankan tugasnya hendaknya memegang teguh

pada etika penelitian. Meskipun penelitian yang dilakukan tidak

merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis

besar, dalam penelitian ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh

yakni, :

1. Informet concent (persetujuan setelah penjelasan)

Salah satu aspek etika yang harus ada dalam sebuah penelitian

adalah adanya inform content. Dimana responden akan mengisi

lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian, jika responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi

responden. Tetapi jika responden menerima untuk dilakukan

penelitian maka menandatangani lembar persetujuan tersebut.

40
2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, diisi penelitian tidak akan

mencantumkan nama responden dan hanya memberi kode sehingga

privacy responden tetap terjaga dan responden merasa nyaman

walaupun sebagai responden penelitian.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban dan

hasil dari responden, hanya data tertentu yang akan di publikasikan

pada hasil riset.

4. Balancing harms and benefits (Mempertimbangkan manfaat dan

kerugian yang ditimbulkan). Sebuah penelitian hendaknya

memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada

umumnya dan subjek penelitian pada khususnya. Penelitian

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subjek. Pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling

tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Pukesmas Landono merupakan salah satu puskesmas yang

berada di Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya berada di Desa Tridana

Mulya Kecamatan Landono, dengan luas wilayah kerja 125,9 Km2.

Letak Puskesmas Landono berjarak ± 80 Km dari sebelah timur

Ibukota Kabupaten Konawe Selatan di Andoolo dan ± 70 Km dari Ibukota

Propinsi di Kendari, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kecamatan Sabulakoa

 Sebelah timur : Kecamatan Ranomeeto Barat

 Sebelah selatan : kecamatan Baito

 Sebelah barat : Kecamatan Mowila

Wilayah kerja Puskesmas Landono terdiri dari 21 desa, 1

Kelurahan dan 1 UPT (Arongo) dapat ditempuh oleh roda dua, dan roda

empat, dalam wilayah kerja Puskesmas Landono sebagian sudah diaspal

sedangkan sebagian lagi masih jalan kerikil.

Ketinggian wilayah kerja Puskesmas Landono berkisar antara 43

mdpl – 137 mdpl, dengan topografi bergunung dan berbukit dengan

42
sedikit dataran rendah yang berpotensi sebagai lokasi pemukiman dan

lahan pertanian.

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Landono secara keseluruhan adalah

sebesar 125,9 km2. Menurut desa, wilayah terluas adalah Desa

Endanga 13,9 km2 (10,2%), sedangkan desa terkecil adalah Desa

Watabenua dengan luas hanya 1,3 km2 atau hanya 0,9% dari luas

daerah Kecamatan Landono.

3. Jumlah Penduduk

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

NO DESA/KEL PEREM TOTAL RUMAH


LAKI-LAKI
PUAN PENDUDUK TANGGA

1 2 4 5 6 8

1 UPT Arongo 528 525 1.053 133

2 Arongo 186 176 362 66

3 Lakomea 249 271 520 99

4 Kel. Landono 445 414 859 170

5 Wonua Sangia 410 415 825 169

6 Tridana Mulya 237 227 464 108

7 Amotowo 632 616 1.248 228

8 Endanga 211 183 394 63

9 Lalonggapu 205 209 414 79

10 Morini Mulya 286 274 560 132

11 Wata Benua 266 254 520 107

12 Abenggi 327 328 655 153

43
13 Landono II 347 333 680 152

14 Asaria 356 351 707 135

15 Wawobende 382 388 770 164

16 Koronua 319 329 648 99

17 Wonua Morini 314 247 561 86

18 Watu-Watu 154 130 284 46

19 Ulu Sabulakoa 149 140 289 51

20 Wonuakoa 259 265 524 92

21 Sabulakoa 352 356 708 131

22 Tetenggabo 358 320 678 141

23 Talumbinga 435 500 935 114

JUMLAH 6.879 6.726 14.658 2.718

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan Peran

Gender dengan Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan

menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas

Landono. Data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner selanjutnya

diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan software

SPSS for windows versi 16.

1. Analisi Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti baik variabel terikat

maupun variabel bebas, kemudia ditampilkan dalam bentuk distribusi

frekuensi. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk

44
mendeskripsikan Peran Gender dan Pengambilan Keputusan Pelayanan

Kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono.

a. Karakteristik Responden

karakteristik responden yang disajikan dalam penelitian ini adalah

karakteristik yang berkaitan dengan umur responden, pekerjaan dan

tingkat pendidikan responden. secara umum disajikan dalam tabel 4.1

berikut.

Tabel 4.1
Karakteristik Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono

Karakteristik Jumlah %

Umur (tahun)
< 25 12 26,67
25 – 35 28 62,23
> 35 5 11,11
Total 45 100
Pekerjaan
IRT 44 97,78
PNS 1 2,22
Total 45 100
Pendidikan
SD 5 11,11
SMP 18 40,00
SMA 19 42,22

45
PT 3 6,67
Total 45 100
sumber: Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa mayoritas

umur responden berada pada interval 25 – 35 tahun, yakni dari 45

responden, terdapat 28 orang (62,23%) responden berada pada interval

umur 25 – 35 tahun, sebanyak 12 orang (26,67%) responden berumur <

25 tahun, dan hanya 5 orang (11,11%) responden yang berumur > 35

tahun.

Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis yakni Ibu Rumah Tangga (IRT) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS),.

Dari kedua jenis tersebut mayoritas Ibu hamil trimester III di Puskesmas

Landono bekerja sebagai IRT, yakni dari 45 orang responden terdapat

44 orang (97,78%) bekerja sebagai IRT, dan hanya 1 orang (2,22%)

responden yang bekerja sebagai PNS

Tingkat pendidikan responden mayoritas setingkat SMA yakni dari

45 orang responden terdapat 19 orang (42,22%) responden

berpendidikan setingkat SMA, 18 orang (40%) responden berpendidikan

setingkat SMP, 5 orang (11,11%) responden berpendidikan setingkat

SD. dan 3 orang (6,67%) responden yang berpendidikan setingkat

perguruan tinggi.

46
b. Deskripsi Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan dalam
menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di
Puskesmas Landono

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara univariat,

maka peneliti menyajikan deskripsi Pengambilan Keputusan Pelayanan

Kebidanan dalam menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2
Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan dalam menghadapi
persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun
2018

Pengambilan Keputusan Jumlah %

Kurang Tepat 12 26,67


Tepat 33 73,33

Total 45 100

sumber: olahan data primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas ibu hamil

trimester III di Puskesmas Landono yang menjadi responden melakukan

pengambilan keputusan yang tepat untuk memilih pelayanan Kebidanan

dalam menghadapi persalinan, yakni dari 45 orang responden, terdapat

33 orang (73,33%) responden melakukan pengambilan keputusan yang

tepat, dan hanya 12 orang (26,67%) responden melakukan pengambilan

keputusan yang kurang tepat untuk memilih pelayanan Kebidanan dalam

menghadapi persalinan

c. Deskripsi Peran Gender dalam menghadapi persalinan pada Ibu


hamil trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018

47
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara univariat,

maka peneliti menyajikan deskripsi Peran Gender dalam menghadapi

persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono pada tabel

4.3 berikut.

Tabel 4.3
Peran Gender dalam menghadapi persalinan pada Ibu hamil
trimester III di Puskesmas Landono tahun 2018

Peran Gender Jumlah %

Kurang 14 31,11
Baik 31 68,89

Total 45 100

sumber: olahan data primer

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa peran gender dalam

menghadapi persalinan pada trimester III di Puskesmas Landono tahun

2018 mayoritas berada pada kategori baik, yakni dari 45 ibu hamil yang

menjadi responden terdapat 31 orang (68,89%) ibu dengan peran gender

pada kategori baik, dan 14 orang (31,11%) peran gender berada pada

kategori kurang.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan dua

variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen (kategorik) dengan variabel dependent (kategorik).

Analisis bivariabel dalam penelitian ini dilakukan dengan Chi Square

untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan peran gender dengan

48
Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan menghadapi persalinan

pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono Tahun 2018. Hasil

analisis disajikan pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4
Hubungan Peran Gender dengan Pengambilan Keputusan Pelayanan
Kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III di
Puskesmas Landono Tahun 2018

Pengambilan Keputusan

Peran Kurang X2 hitung


Tepat Total
Gender Tepat (P-Value)
n % n %

Kurang 8 57,14 6 42,86 14 9,652


Baik 4 12,90 27 87,10 31 (0,002)

Total 12 26,67 33 73,33 45

Sumber: olahan data primer

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono Tahun 2018 dengan peran gender pada kategori

baik dapat melakukan pengambilan keputusan Pelayanan Kebidanan

menghadapi persalinan dengan tepat, yakni dari 31 orang responden

dengan peran gender yang baik, terdapat 27 orang (87,10%) responden

dapat mengambil keputusan yang tepat, dan hanya 4 orang (12,90%)

responden tidak tepat dalam mengambil keputusan pelayanan kebidanan

dalam menghadapi persalinan. Sementara ibu hamil trimester III di

Puskesmas Landono Tahun 2018 dengan peran gender yang kurang,

49
mayoritas tidak tepat dalam mengambil keputusan menghadapi

persalinan, yakni dari 14 orang responden dengan peran gender yang

kurang terdapat 8 orang (57,14%) responden mengambil keputusan

yang tidak tepat dalam menghadapi persalinan, hanya 6 orang (42,86%)

responden dapat mengambil keputusan yang tepat.

Secara statistik menggunakan analisis Chi Square (X²) pada

tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara peran gender dengan pengambilan keputusan

pelayanan kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester III

di Puskesmas Landono Tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,002

< α = 0,05 dengan X2 hitung = 9,652.

C. Pembahasan

Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi

seorang ibu hamil agar dapat melakukan persalinan dengan baik.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam

rangka tercapainya keluarga yang berkualitaas. Pelayanan keluarga

merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan

kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan

kesehatan ibu dan anak. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan

mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, dukungan

keluarga kepada ibu hamil sangat diperlukan demi untuk memberikan

penguatan kepada ibu hamil untuk mempersiapkan diri menghadapi

50
persalinan. Selain itu, (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000) menjelaskan

bahwa keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat

memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.

Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan

kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu

sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu

mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan

dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya, pada konteks

pengnambilan keputusan tersebut, dalam kondisi tertentu posisi gender

terkadang memiliki peran yang krusial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil trimester

III di Puskesmas Landono Tahun 2018 yakni sebanyak 31 orang (68,89)

menggunakan peran gender dengan baik. Dari jumlah tersebut, terdapat

27 orang (87,10%) responden dapat melakukan pengambilan keputusan

pelayanan kebidanan yang tepat dalam menghadapi persalinan ibu

hamil, dan hanya 4 orang (12,90%) yang melakukan pengambilan

keputusan yang tidak tepat. Sementara responden (ibu hamil)

menggunakan peran gender dengan tidak baik, mayoritas melakukan

pengambilan keputusan pelayanan kebidanan yang tidak tepat dalam

menghadapi persalinan. Yakni dari dari 14 orang responden, terdapat 8

orang (57,14%) responden yang melakukan pengambilan keputusan

pelayanan kebidanan yang tidak tepat. Hanya 6 orang (42,86%) yang

dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat.

51
Hasil ini memberikan gambaran bahwa ibu hamil yang

menggunakan peran gender dengan baik berpotensi untuk melakukan

pengambilan keputusan pelayanan kebidanan yang tepat. Artinya ketika

ibu hamil terlibat secara bersama-sama dengan suami dalam

pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kebutuhannya untuk

melakukan persalilan maka keputusan tersebut cendrung menjadi

keputusan yang tepat. Sebaliknya bila peran gender tidak dilibatkan

dengan kata lain pengambilan keputusan yang dilakukan secara sepihak

baik oleh suami maupun ibu hamil sendiri, maka keputusan tersebut

cenderung tidak tepat. Proses pengambilan keputusan umumnya secara

musyawarah. Meski hanya pada keluarga dengan istri bekerja keputusan

diambil berdasarkan kesepakatan bersama.Sedangkan yang lainnya

pengambilan keputusan dikembalikan pada pihak suami.

Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki

maupun perempuan yang konstruksi secara sosial maupun cultural.

Didalam rumah tangga pembagian peran antara suami dan istri tersebut

mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambian keputusan. Menurut

Mufidah (Winahyu, 2004) hal ini dapat dilihat dari apakah laki-laki dan

perempuan telah setara berkeadilan dapat dilihat dari proses

pengambilan keputusan. Selain itu pemahaman suami tentang

kesetaraan gender itu menjadi suatu permasalahan apabila suami

memandang peran suami dan istri tidak setara karena itu dapat

52
melahirkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan dan mengakibatkan

berpengaruhnya gender terhadap pengambilan keputusan

Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara peran gender dengan pengambilan

keputusan pelayanan kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil

trimester III di Puskesmas Landono Tahun 2018 yang ditandai dengan

nilai p = 0,002 < α = 0,05 dengan X2 hitung = 9,652. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Rani Andriani (2009) yang menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara persepsi gender dengan pengambilan

keputusan dalam aktivitas keluarga. Hasil penelitian juga didukung oleh

teori menurut Makarao (2009), bahwa kesetaraan gender dalam

kesehatan terbagi atas kesetaraan dalam hak, kesetaraan dalam sumber

daya dan kesetaraan dalam menyuarakan pendapat. Adanya kesetaraan

hak dalam peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam

bidang kesehatan seperti kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu

perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan,

misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat

kontrasepsi, dan lain-lain. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai

hak yang sama dalam pengambilan keputusan.

Masalah mendasar yang sering menjadi kendala dalam

peningkatan kesehatan perempuan adalah sering terjadinya nilai-nilai

sosial budaya yang menempatkan posisi perempuan pada posisi

subordinatif yaitu stereotip masyarakat terhadap peran dan kedudukan

53
perempuan (Sumaryoto, 2003). Menurut Manuaba (2001) peningkatan

pelayanan antenatal care, penerimaan gerakan keluarga berancana,

melaksanakan persalinan bersih dan aman (pelayanan kebidanan

dasar), dan meningkatkan pelayanan obstetric essensial dan darurat

yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Tidak jarang ibu hamil

yang kritis meninggal sesampai di rumah sakit, artinya si ibu terlambat

mendapatkan pertolongan. Kejadian ini dapat berupa kasus kelainan

letak janin, hipertensi, perdarahan (rupture uteri) karena dukun bayi

terlatih mendorong janin keluar rahim. Dalam keadaan kritis ditangan

dukun bayi terlatih barulah si ibu dirujuk ke rumah sakit.

Menurut Hatta (2005) partisipasi perempuan pada pengambilan

keputusan juga dipengaruhi oleh budaya patriarki dimana dalam budaya

patriarki ada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Selain itu

pesepsi kesetaraan gender pada laki-laki dapat diwujudkan dengan

memberikan persamaan kesempatan sehingga istri mempunyai peran

yang sama dalam pengambilan keputusan publik. Di dalam pengambilan

keputusan publik, persepsi kesetaraan gender sangat dibutuhkan untuk

membantu istri agar bisa mempunyai peran yang sama dengan laki-laki.

Dalam proses pengambilan keputusan peran aktif suami tetap

sangat dibutuhkan karena suami memiliki tanggung jawab atas

kehamilan tersebut. Namun, perempuan pun memiliki hak atas

kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan

reproduksi yang bebas diskriminasi, paksaan, dan kekerasan. Maka dari

54
itu, diperlukan kerjasama antara suami dan istri untuk mengambil

keputusan. Peran suami yang berbentuk diskusi bersama istri selama

kehamilan akan berdampak besar terhadap perencanaan dan

pengambilan keputusan selama kehamilan dan persalinan. Ini dapat

terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengambilan

keputusan bersama antara suami dan istri cenderung lebih cepat

55
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Mayoritas ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono melakukan

pengambilan keputusan yang tepat untuk memilih pelayanan

Kebidanan dalam menghadapi persalinan yaitu 33 orang (73,33%)

dan hanya 12 orang (26,67%) responden melakukan pengambilan

keputusan yang kurang tepat

2. Peran gender dalam menghadapi persalinan pada trimester III di

Puskesmas Landono tahun 2018 mayoritas berada pada kategori

baik yaitu 31 orang (68,89%) dan 14 orang (31,11%) pada kategori

kurang

3. Ada hubungan yang peran gender dengan pengambilan keputusan

pelayanan kebidanan menghadapi persalinan pada Ibu hamil

trimester III di Puskesmas Landono Tahun 2018 (p = 0,002 < α =

0,05 dengan X2 hitung = 9,652).

56
B. SARAN

Berdasarkan hasil penlitian yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Puskesmas, agar dapat melakukan penyuluhan kepada

masyrakat tentang pola-pola pengambilan keputusan yang tepat dan

cepat dalam menghadapi proses persalinan

2. Bagi Masyarakat agar dapat melakukan musyawarah secara intensif

tanpa memperhatikan gender untuk mengambil keputusan yang

tepat dan cepat dalam menghadapi persalinan

3. Bagi Ibu hamil agar dapat melakukan pengambilam keputusan yang

tepat dalam persiapan persalinan

4. Bagi peneliti selanjutnya, adanya hasil penelitian ini maka peneliti

selanjutnya dapat meneliti lebih dalam lagi tentang sumber informasi

yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

proses pengambilan keputusan

57
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2010. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar
Bem, S. L. 2011. Gender Schema Theory: A cognitive Account of Sex
Typing. Psychological Review, 88, 354 – 364

Burns, R.B. 2013. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan


Perilaku). Jakarta: Arcan.

Daihani, Dadan Umar. 2011. Komputerisasi Pengambilan Keputusan.


Jakarta: Elex Media Komputindo

DepKes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta: Depatemen


Kesehatan

Dusek, J.B. 2006, Adolescence and Youth: Psychological Development in A


Changing. NewYork: Harpercollins Publisher. Inc

Fakih, M. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Hakim, Thursan. 2012. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara

Hasan, I., 2012. Pokok – Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan.


Jakarta: Ghalia Indonesia.

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.

58
Janis, I. L. & Mann, L. 2009. Decision Making: A Psychological Analysis of
Conflict, Choice and Commitment. New York: The Free Press.

Masrudi Muchtar, 2016. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan Prospektif


Profesi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan di Indonesia, Cetakan
Pertama. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Mosse, Julia Cleves. 2007. Gender & Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Mufidah CH, 2008. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang:


UIN Press.
Santrock. J. W. 2013. Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam)
Jakarta: Erlangga

Sule, E. T., dan Saefullah, K. 2010. Pengantar Manajemen. Edisi 1. Jakarta:


Kencana Predana Media Group.

Suprijadi dan Siskel. 2014. Gender. Surabaya: PT. Danur Wiajay Press

Suryadi, A. Idris, E. 2014. Kesetaraan Jender dalam Bidang Pendidikan.


Bandung: PT. Genesindo

Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist Thought: Pengantar Paling


Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis.
Yogyakarta: Jalasutra.

Trisnawati F. 2012. Asuhan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakarya

Wiyono DJ. 2009. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi


dan Aplikasi. Surabaya: Universitas Airlangga.

59
KUESIONER

HUBUNGAN PERAN GENDER DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PELAYANAN KEBIDANAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU
HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS LANDONO TAHUN 2018
No. Responden:
Petunjuk pengisian kuesioner pengetahuan:
 Pililah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan
pendapat Anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia
 Berilah tanda centang pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang Anda pilih
A. PERAN GENDER

No Pernyataan Suami Istri Bersama


1 Siapa yang paling cemas menghadapi
persalinan?
2 Siapa yang sibuk mencari tempat
bersalin untuk persalinan yang akan
dihadapi?
3 Siapakah yang paling sering
mengingatkan persiapan persalinan?
4 Siapakah yang mempersiapkan biaya
persalinan?
5 Siapakah yang sering mengingatkan
tanggal persalinan?
6 Siapakah yang banyak berperan
menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga menjelang persalinan?
7 Seandainya terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada persalinan seperti
perdarahan, siapa yang menentukan
keputusan pengambilan tindakan?
8 Saat suami mendampingi persalinan
hal itu atas keinginan?
9 Siapa yang mempersiapkan
perlengkapan persalinan ?
10 Siapa yang sering mengingatkan
pemenuhan nutrisi kehamilan ?

60
II. Pengambilan Keputusan Persalinan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah dalam hal memilih penolong persalinan ibu


ditentukan secara musyawarah?

2 Apakah pengambilan keputusan cepat dilakukan


apabila ibu mengalami gangguan kesehatan?

3 Apakah menurut ibu musyarah bisa menghasilkan


keputusan yang tepat?

4 Apakah hanya suami ibu yang menentukan dalam


hal memilih penolong proses persalinan ibu?

5 Apakah menurut ibu pengambil keputusan harus


memilih penolong persalinan yang memenuhi syarat
kesehatan?

6 Apakah menurut ibu dalam memilih tempat bersalin


harus memenuhi syarat kesehatan?

7 Apakah menurut ibu musyawarah itu penting dalam


hal memilih penolong proses persalinan ibu?

8 Apakah menurut ibu bisa timbul masalah dalam


keluarga apabila dalam hal pengambilan keputusan
tidak dilakukan secara musyawarah?

9 Apakah menurut ibu Persalinan tidak boleh


dilakukan oleh tenaga dukun

10 Apakah menurut ibu penolong persalinan harus


ditentukan sebelum tiba waktu bersalin

61
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

No. Responden : ……..................………………………………................

Umur Kehamilan : …………………………………………….......................

Alamat : ………………….......…………………….......................

Setelah mendengar/membaca penjelasan tentang maksud dan tujuan


penelitian ini, maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan Judul ““Hubungan Peran
Gender dengan Pengambilan Keputusan Pelayanan Kebidanan menghadapi
persalinan pada Ibu hamil trimester III di Puskesmas Landono Tahun 2018””.

Saya mengerti bahwa ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang harus


saya jawab, dan sebagai responden saya akan menjawab pertanyaan
kuesioner dengan jujur.

Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari


pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan
ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah
dijelaskan oleh peneliti.

Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan


sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan
tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor informan.
Kendari, ...............................2018

Responden

…………………………………

62
LAMPIRAN

63
64
65
66
67
68
69
70
OUTPUT SPSS

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERAN_GENDER *
PENGAMBILAN_KEPUTU 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%
SAN

PERAN_GENDER * PENGAMBILAN_KEPUTUSAN Crosstabulation

Count

PENGAMBILAN_KEPUTUSAN

Kurang Tepat Tepat Total

PERAN_GENDER Kurang 8 6 14

Baik 4 27 31

Total 12 33 45

71
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)

a
Pearson Chi-Square 9.652 1 .002

b
Continuity Correction 7.523 1 .006

Likelihood Ratio 9.229 1 .002

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear Association 9.438 1 .002

b
N of Valid Cases 45

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,73.

b. Computed only for a 2x2 table

Frequency Table

PERAN_GENDER

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 14 31.1 31.1 31.1

Baik 31 68.9 68.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

72
PENGAMBILAN_KEPUTUSAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Tepat 12 26.7 26.7 26.7

Tepat 33 73.3 73.3 100.0

Total 45 100.0 100.0

73
DOKUMENTASI PENELITIAN

74
75

Anda mungkin juga menyukai