Anda di halaman 1dari 96

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA DENGAN SIKAP BIDAN

TENTANG PARTOGRAF DI PUSKESMAS POLI-POLIA KECAMATAN


POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma IVKebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

SUDARMIN
P00312017089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV
KENDARI
2018
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA DENGAN SIKAP


BIDAN TENTANG PARTOGRAF DI PUSKESMAS POLI-POLIA
KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR TAHUN
2018

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan

Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan

tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau

pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau

instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan

sebagaimana mestinya.

Kendari, Agustus 2018

Sudarmin
Nim.P00312017089

iv
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

1. Nama : Sudarmin

2. Tempat/Tgl. Lahir : Rate-rate, 19 Agustus 1977

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku : Bugis

6. Alamat : Desa Gunung Jaya Kec. Dagia Kab. Kolaka

Timur

B. Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 3 Raa-raa Tahun 1988

2. Tamat SMP Negeri Atula Tahun 1991

3. Tamat SPK PPNI Kendari tahun 1994

4. Tamat PPB Depkes Kendari tahun 1997

5. Tamat D-III Kebidanan Konawe Tahun 2013

6. Masuk DIV Kebidanan Poltekkes Alih Jenjang kendari tahun 2017

sampai sekarang.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan pengetahuan

dan masa kerja dengan sikapbidan tentang partograf di Puskesmas Poli-

Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang

membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala

kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih

sebesar-besarnya terutama kepada IbuMelania Asi, S.Si.T, M.Kesselaku

Pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si.T, M.Kesselaku Pembimbing II yang

telah banyak membimbing sehingga skripsiini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kendari.

3. Bapak Ns. Firman Mn., S.Kepselaku Kepala Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

4. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Kebselaku penguji 1, Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T,

M.Kes selaku penguji 2, Ibu Yustiari, SST, M.Kes selaku penguji 3

dalam skripsi ini.

vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

arahan dan bimbingan.

6. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,

pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas

selama penulis menempuh pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan

pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.

Kendari, Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................... x
ABSTRACT....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8
B. Landasan Teori.......................................................................... 37
C. Kerangka Teori.......................................................................... 39
D. Kerangka Konsep...................................................................... 40
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 41
A. Jenis Penelitian......................................................................... 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 42
D. Variabel Penelitian..................................................................... 42
E. Definisi Operasional.................................................................. 43
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 44

viii
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 44
H. Alur Penelitian........................................................................... 44
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 47
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 47
B. Pembahasan ............................................................................ 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 64
A. Kesimpulan .............................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 66
LAMPIRAN

ix
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA DENGAN SIKAP BIDAN TENTANG


PARTOGRAF DI PUSKESMAS POLI-POLIA KECAMATAN
POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2018

1 2 2
Sudarmin Melania Asi Heyrani

Latar belakang: Partograftelah terbuktiefektif dalammencegah persalinan lama,


menurunkan tindakan bedah kebidanan yang pada akhirnyameningkatkan
kesejahteraan janin.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia
Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.
Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampel
penelitian adalah bidan yang berjumlah 35 orang. Instrumen pengumpulan data berupa
kuesioner mengenai pengetahuan, masa kerja, sikap tentang partograf. Data dianalisis
dengan uji choi square.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan bidan tentang partograf di
Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018
sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang. Masa kerja bidan di Puskesmas
Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 sebagian besar
dalam kategori < 5 tahun. Sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia
Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 sebagian besar dalam
kategori sikap negatif. Ada hubungan pengetahuan dengan sikap bidan tentang partograf
di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.
Tidak ada hubungan masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas
Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

Kata kunci : sikap, pengetahuan tentang partograf

1
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

x
ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND WORK WITH THE ATTITUDE OF THE FIELD
ABOUT PARTOGRAPH IN THE PUSKESMAS POLI-POLIA KECAMATAN
POLI-POLIA KOLAKA TIMUR REGENCY
YEAR 2018

Sudarmin1Melania Asi2Heyrani2

Background: Particles have been proven to be effective in preventing prolonged labor,


reducing obstetric surgery and ultimately improving fetal well-being.
Research objective: This study aims to determine the relationship between knowledge
and years of work with the attitude of midwives about partographs at the Poli-Polia
Health Center in Poli-Polia Subdistrict, East Kolaka Regency in 2018.
Research Method: The research design used was cross sectional. The sample of the
study was 35 midwives. Data collection instruments in the form of questionnaires about
knowledge, years of service, attitudes about partograph. Data were analyzed by choi
square test.
Results: The results showed that partograph midwife's knowledge in Poli-Polia Health
Center Poli-Polia District, Kolaka Timur Regency in 2018 was mostly in the category of
lack of knowledge. The working period of midwives in Poli-Polia Puskesmas in Poli-Polia
Subdistrict, Kolaka Timur District in 2018 is mostly in the <5 years category. The attitude
of the partograph midwife in Poli-Polia Public Health Center in Poli-Polia Subdistrict,
Kolaka Timur District in 2018 was mostly in the negative attitude category. There is a
relationship of knowledge with the attitude of the partograph midwife at the Poli-Polia
Public Health Center in Poli-Polia District, East Kolaka Regency in 2018. There is no
relationship between the period of work and the attitude of the midwife about
partograph at the Poli-Polia Health Center in Poli-Polia District, Kolaka Timur District in
2018.

Keywords: attitude, knowledge of partograph

1 Student of D-IV Midwifery Study Program, Poltekkes Kendari


2 Lecturers of the Department of Midwifery, Poltekkes Kendari

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Menurut World Health Organization (WHO)

585.000 ribu meninggal setiap tahun saat hamil dan bersalin, hal ini

menjadi perhatian di seluruh dunia (WHO, 2011). Di Indonesia AKI

pada tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan angka

kematian bayi (AKB) sebesar 32/1000 kelahiran hidup. Menurut BKKBN

pada tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 358/100.000 kelahiran

hidup dan AKB 32/1000 kelahiran hidup. Data ini menunjukkan terjadinya

peningkatan AKI sebesar 130 kasus. Angka kematian ibu di Sulawesi

Tenggara pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus kematian, terjadinya

peningkatan AKI ini disebabkan oleh banyak faktor dan hal ini menjadi

perhatian bagi bidan, masyarakat ataupun pemerintah.

Salah satu pelayanan kebidanan yang menjadi perhatian bidan

adalah pertolongan persalinan. Dalam pertolongan persalinan normal

partograf diperlukan untuk memantau kemajuan persalinan, sehingga bila

ditemukan komplikasi dalam persalinan dapat segera diatasi. Partograf

adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu

petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan,

selain itu juga memberi peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu

1
2

persalinan berlangsung lama, gawat ibu dan janin, dan tindakan-tindakan

yang dilakukan sesuai pelaksanaannya (Sumapraja, 2015).

Partograf juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan

pemantauan janin dan ibu. Disamping itu dapat mengetahui lebih awal

adanya persalinan abnormal dan menurunkan risiko perdarahan post

partum secara bermakna dan akan meniadakan persalinan macet, rupture

uterin dan lain-lain (Sumapraja, 2015). Untuk meningkatkan mutu

palayanan dan mencegah terjadinya komplikasi maka sosialisasi

penggunan partograf sangat diperlukan untuk mencapai persalinan yang

aman. Dengan penerapan partograf yang diharapkan dapat menurunkan

resiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi, penggunaan partograf

secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan

asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah

terjadinya penyulit yang dapat mengancam kesehatan jiwanya.

Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan lama,

menurunkan tindakan bedah kebidanan yang pada akhirnya meningkatkan

kesejahteraan janin (Sumapraja, 2015). Namun, kenyataan dilapangan

penggunaan partograf oleh bidan masih kurang tepat, karena penggunaan

partograf yang seharusnya digunakan selama proses persalinan tetapi

digunakan setelah selesai persalinan.

Penelitian tentang partograf pernah dilakukan oleh Nurhidayah

(2016) dengan judul Tinjauan Penggunaan Partograf pada Persalinan

Normal di Bidan Praktek Swasta di Wilayah Jakarta Timur. Hasil penelitian


3

menunjukan hampir 60% bidan praktek swasta di wilayah Jakarta Timur

menggunakan partograf. Demikian pula Dona dkk (2017) juga melakukan

penelitian yang berjudul hubungan sikap dan masa kerja bidan dengan

penggunaan partograf diwilayah kerja Puskesmas Pekauman

Banjarmasin. Hasil penelitiannya menyatakan ada hubungan sikap dan

masa kerja bidan dengan penggunaan partograf di wilayah kerja

Puskesmas Pekauman Banjarmasin

Sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau

peristiwa. Sikap bidan tentang partograf adalah pernyataan evaluatif bidan

tentang partograf. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

bidan tentang partograf, meliputi faktor internal dan eksternal. Peran sikap

bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu

faktor penting untuk keselamatan ibu dan bayi. Karenanya, keahlian dan

kecakapan seorang bidan dalam menggunakan partograf menjadi bagian

yang menentukan dalam menurunkan kejadian partus lama (persalinan

abnormal) yang pada akhirnya dapat menekan AKI dan AKB.

Keahlian dan kecakapan tersebut akan lebih baik apabila

diimbangi dengan pengetahuan. Pengetahuan memiliki peran penting

dalam pembentukan perilaku bidan. Pengetahuan dan keterampilan bidan

dipengaruhi oleh pendidikan dan masa kerja. Semakin lama waktu yang

digunakan seorang bidan untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi

kemampuan atau kompetensinya, dengan demikian akan sangat


4

mempengaruhi akses atau tindakan bidan dalam penggunaan partograf

(Henderson, 2014).

Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur diperoleh data jumlah

bidan hingga bulan Mei 2018 sebanyak 35 orang, bidan PNS sebanyak 9

orang, bidan honorer sebanyak 26 orang. Dari 35 bidan yang berlatar

belakang pendidikan S2 plus D-IV Kebidanan sebanyak 1 orang dan D-III

kebidanan sebanyak 34 orang. Dari 35 bidan yang pernah mengikuti

pelatihan APN sebanyak 2 orang dan MoU sebanyak 5 orang. Masa kerja

bidan yang ≥20 tahun sebanyak 1 orang, 14 tahun sebanyak 1 orang, 9

tahun sebanyak 5 orang, 6 tahun sebanyak 2 orang dan sisanya masa

kerja 1-2 tahun.

Hasil wawancara pada bidan di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tentang penggunaan partograf selama

proses persalinan yang dilakukan melalui tanya jawab yaitu 34,6% bidan

menyatakan bahwa penggunaan partograf digunakan setelah selesai

persalinan dengan alasan situasi kondisi seperti saat pasien datang

dengan pembukaan lengkap dan jika memungkinkan mengisi partograf

maka akan diisi, jika tidak memungkinkan maka partograf diisi setelah

selesai persalinan. Jumlah persalinan pada tahun 2016 sebanyak 197

persalinan, tahun 2017 sebanyak 208 persalinan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik

melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan


5

masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan masa kerja

dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan masa kerja

dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang partograf di

Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur tahun 2018.

b. Untuk mengetahui masa kerja bidan di Puskesmas Poli-

Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun

2018.

c. Untuk mengetahui sikap bidan tentang partograf di

Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur tahun 2018.


6

d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap

bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

e. Untuk menganalisis hubungan masa kerja dengan sikap

bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Bidan

Untuk menambah wawasan bidan tentang partograf.

2. Manfaat Bagi Puskesmas

Untuk dapat meningkatkan peran petugas dalam memberikan

asuhan kebidanan masa persalinan.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan Dona dkk (2017) yang berjudul

hubungan sikap dan masa kerja bidan dengan penggunaan

partograf di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

Perbedaan penelitian ini dengan Dona adalah variabel penelitian.

Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan dan masa kerja

serta variabel terikat adalah sikap tentang partograf. Variabel


7

bebas penelitian Dona adalah sikap dan masa kerja dan variabel

terikatnya penggunaan partograf.

2. Penelitian yang dilakukan Ruhayati (2016) yang berjudul

hubungan pengetahuan dan pelatihan APN dengan kepatuhan

bidan dalam menggunakan partograf pada asuhan persalinan di

Kabupaten Bandung. Perbedaan penelitian ini dengan Ruhayati

adalah variabel penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah

pengetahuan dan masa kerja serta variabel terikat adalah sikap

tentang partograf. Variabel bebas penelitian Ruhayati adalah

pengetahuan dan pelatihan APN dan variabel terikatnya adalah

kepatuhan bidan dalam menggunakan partograf pada asuhan

persalinan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Sikap Bidan Tentang Partograf

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang

atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi

sikap tidak sama dengan perilaku. Menurut Fishbein dalam Ali

(2015) “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk

merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Menurut

Secord dan Backman dalam Azwar (2014) “Sikap adalah

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Sikap bidan tentang

penerapan partograf adalah pernyataan evaluatif bidan tentang

penerapan partograf.

Menurut Randi dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa

“Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia

terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau

respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan

yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objeknya”.

Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013) “Orang yang memiliki

8
9

sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like)

atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang

dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila

tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek

psikologi”.

Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian

terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan

individu terhadap sesuatu. Menurut Azwar (2014) struktur sikap

dibedakan atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai

sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama

apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversal.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah

yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.


10

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

b) Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013) adalah:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain

sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.


11

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat

juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan

kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

c) Fungsi Sikap

Daniel Katz dalam Rina (2013) membagi fungsi sikap

dalam 4 kategori sebagai berikut:

1. Fungsi utilitarian

Melalui instrumen suka dan tidak suka, sikap positif

atau kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif

atau kepuasan.

2. Fungsi ego defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu

untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi

psikologi bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja.

Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak

menyenangkan ini, orang tersebut membuat rasionalisasi

dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup

yang santai.
12

3. Fungsi value expensive

Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu

memungkinkan untuk mengkspresikan secara jelas citra

dirinya dan juga nilai-nilai inti yang dianutnaya.

4. Fungsi knowledge-organization

Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam

memproses informasi, maka orang cendrung untuk

bergantung pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman

dan informasi dari lingkungan. Sikap merupakan suatu

kebiasaan atau tingkah laku dari seseorang untuk dapat

mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui

perbuatan baik yang sesuai dengan norma yang berlaku,

sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang.

d) Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang

dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih

daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar

individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial,

terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang

satu dengan yang lainnya.

e) Perubahan Sikap

Menurut Kelman dalam Azwar (2014) ada tiga proses yang

berperan dalam proses perubahan sikap yaitu


13

1) Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika

individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau

kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh

reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan

semacamnya sambil menghindari hal–hal yang dianggap

negatif.

2) Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku

tau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang

dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang

dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara

lain dengan pihak yang dimaksud.

3) Internalisasi (Internalization)

Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh dan

bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut

sesuai dengan apa yang dipercaya dan sesuai dengan

system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan

hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap

memuaskan oleh individu.


14

2. Pengetahuan Bidan Tentang Partograf

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan bidan tentang partograf adalah hasil dari tahu

tentang partograf dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmojo, 2012). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

2) Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di

sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah tidak baik lagi.

4) Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan

apa yang dikehendaki.

5) Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


15

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam

daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.

1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan.

2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lainnya.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi objek.


16

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2015), beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu

1. Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima

informasi dalam memperoleh informasi mengenai menstruasi

sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin

mudah remaja menerima informasi.


17

b). Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan

manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk

suatu kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam

pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim

dengan profesi.jadi dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dikelurkan oleh seseorang sebagai profesi sengaja dilakukan

untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

c). Umur

Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2015) semakin

cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin

matangnya umur ibu.

2. Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar, manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


18

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu

pula tentang menstruasi masih banyak masyarakat yang

menganggap bawah menstruasi itu sesuatu yang tabuh untuk

di bicarakan khususnya pada masyarakat yang adat istiadatnya

masih kental sehingga banyak mitos-mitos yang bermunculan

sehingga merasa cemas ketika menghadapi menstruasi.

3. Perkembangan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di

permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan

peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan

sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu

a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu,

lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi

gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.

b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat

dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh

setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan

sanksi hukuman, baik moral maupun fisik.


19

c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan

pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu

argumentasi.

d. Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan

pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara

ilmiah (Chandra, 2008).

4. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan

diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :

Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

3. Masa Kerja Bidan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2015)

masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu kantor,

badan, dan sebagainya)”. Bagi seorang guru tempat kerja (instansinya)

adalah sekolah dan tugas pokoknya adalah mengajar bidang studi

tertentu. Dalam melaksanakan tugas seoarang guru tidak jarang

mendapat tugas lebih dari satu sekolah. Sehingga makin lama ia

bekerja makin banyak pula tugas-tugas yang pernah diterima dan


20

dilakasanakan. Masa kerja atau pengalaman kerja guru merupakan

karakteristik guru yang patut dipertimbangkan dalam menunjang

pencapaian kualitas penampilanya dalam mengajar. Masa kerja

adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk

hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai

sepenggal waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja masuk

dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu

(Suma’mur, 2015). Dengan demikian semakin lama masa kerja

seoarang guru, semakin luas pula pengetahuan guru tersebut. Dari

uraian diatas di buat definisi operasional masa kerja bidan adalah lama

bidan bertugas dipuskesmas tersebut.

Masa kerja adalah jangka waktu seseorang sudah

bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja

seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja

merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja

dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja yang

lama, akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan

bidan yang masih baru dalam menolong persalinan, sehingga

dalam pengisian lembar partograf sering tidak lengkap. Bidan yang

lebih banyak pengalamannya dalam menolong persalinan menjadikan

bidan tersebut dapat memperkirakan jalannya persalinan. Bidan dengan

masa kerja baru lebih banyak mengisi lembar partograf lengkap, hal ini

disebabkan bidan dengan masa kerja baru memiliki semangat kerja yang
21

lebih tinggi dan masih belum banyak pengalamannya dalam menolong

persalinan sehingga melakukan pendokumentasian partograf dengan

lengkap untuk mendeteksi kegawatdaruratan yang mungkin terjadi

(Siagian, 2015).

4. Konsep dasar Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama

fase aktif persalinan (Kemenkes RI, 2015). Jadi penerapan

partograf adalah suatu tindakan atau praktik dalam menggunakan

partograf sesuai dengan prosedur yang sudah ada.

b. Tujuan Partograf

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam

2) Mendeteksi apakah proses persalinan secara normal. Dengan

demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf

akan membantu penolong persalinan untuk :

1) Memcatat kemajuan persalinan

2) Memcatat kondisi ibu dan janin

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran
22

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit

5) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu (Depkes RI 2004)

c. Penggunaan Partograf

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu

dan bayinya mendaatkan asuhan yang aman dan tepat waktu.

Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamantan jiwa.

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan

sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan

membantu penolong persalinan dalam memantau.

Mengevaluasi dan membantu keputusan klinik baik persalinan

normal maupun yang disertai dengan penyulit.

2) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll).

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran

d. Pencatatan Partograf

1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada

saat memulai asuhan persalinan waktu kedatangan (tertulis


23

sebagai “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten persalinan, catat waktu terjadinya

pecah ketuban

2) Kesehatan dan kenyaman janin

Kolom, lajur dan skala pada angka pada partograf adalah

untuk pencatat Denyut Jantung Janin (DJJ) air ketuban dan

penyusupan (kepala Janin)

a) Denyut jantung janin

Dengan menggunakan metode seprti yang diuraikan

pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan

catat Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih

sering jika ada tanda- tanda gawat janin). Setiap kotak

pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka

di sebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ, catat DJJ

dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai

dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian

hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan

garis terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf

di antara garis tabel angka 180 dan 100. Tetapi, penolong

harus sudah waspada dila DJJ dibawah 120 atau atas

160. Lihat tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang

harus dilakukan jika DJJ meliputi kisaran normal sisi

partograf
24

b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan

dalam, dan nilai warna air dan nilai warna air ketuban

jika selaput ketuban pecah, catatan temuan-temuan dalam

kotak yang sesuai di bawah lanjur DJJ gunakan lambang-

lambang berikut ini:

(1) U : ketuban utuh (belum pecah)

(2) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

(3) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

(4) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah

(5) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

(kering)

Mekoniun dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukan adanya gawat janin , jika terdapat mekonium,

pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda

gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-

tanda gawat janin (denyut jantung Janin < 100 atau >180

kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan

yang sesuai. Tapi jika terdapat mekonium kental segera

rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdarurat

obstretri dan bayi baru lahir


25

c) Molase (penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup

atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya

disproporsi tulang panggul (CPD) ketidak mampuan

akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang yang saling

menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan

disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap

memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan, lakukan

tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu

dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas

kesehatan yang memadai Setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin.

Gunakan lambang-lambang berikut:

0 = tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi.

1 = tulang-tulang kepala janin hanya saling bersebtuhan.

2 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi

masih dapat dipisahkan.

3 = tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan
26

3) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera

ditepi kolam paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.

Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri,

setiap angka/kotak menunjukan besarnya pembukaan serviks.

Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya,

menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka

1-5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Masing-

masing kotak dibagian ini menyatakan waktu 30 menit

a) Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di

bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini nilai dan catatan

pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakuakn

jika ada tanda–tanda penyulit). Saat ibu berada dalam

fase aktif persalinan. Catat pd partograf hasil temuan dari

setiap pemeriksaan. Tanda “x” harus tulis digaris waktu

yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.

Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam

yang dilakukan pertama kali selama fase persalinan di

garis waspada. Hubungkan tanda “x” dari setiap

pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).


27

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di

bagian pemeriksaan fisik di bab ini setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika

ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catatan turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal,

kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan

turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi

kadangkala, turunnya bagian terbawah/ presentasi janin

baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.

Kata-kata “turunnya kepala” dan garis tidak putus dari 0-5,

tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda “ ○ “ pada garis waktu yang sesuai.

c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada mulai pada pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.

Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai

di garis waspada. Jika pembukaan servisk mengarah

kesebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1

cm per jam), maka harus dipertimbangkan pla adanya

penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan


28

lain-lain). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi

yang diperlukan, misalnya persiapan runjukan ke

fasilitas kesehatan rujukan (rumah Sakit atau puskesmas)

yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan

obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis

waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi

kanan, jika pembukaan serviks berada di sebelah knan

garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan

persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan

sebelum garis bertindak terlampau.

4) Jam dan waktu

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16

setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera

kotak- kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan

dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan

berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada

lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.


29

5) Kontraksi Uterus

Di bawah lajur waktu patograf terdapat lima lajur

kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit“ di sebelah

luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.

Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10

menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan

lamanya kontraksi dengan :

6) Obat –obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang

diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan

per menit.

b) Obat –obata lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan

atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

7) Kesehatan dan kenyamanan ibu

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

(1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan.

(2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan.


30

(3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam.

b) Volume urine, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu setiap 2 jam atau

setiap kali ibu berkemih. Jika memungkinkan setiap kali ibu

berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton dalam

urine.

8) Asuhan, Pengamatan dan keputusan Klinik Lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah

tentang kemajuan persalinan. Asuhan, pengmatan dan atau

keputusan klinik mencakup

a. Jumlah cairan per oral yang diberikan

b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur

c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya

d. Persiapan sebelum melakukan rujukan

e. Upaya rujukan.

4. Ketepatan Penggunaan Partograf

a. Definisi Ketepatan

Ketepatan adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil

pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya (true

value/correct result) (Bagus, 2014). Ketepatan (accuracy)

merupakan ukuran kedekatan data yang diperoleh dari

hasil pengukuran dengan nilai data yang sebenarnya. Semakin


31

tinggi tingkat ketepatan maka semakin dekat dengan nilai

sebenarnya.

b. Penggunaan Partograf

Partograf dikatakan tepat pada saat tepat dalam

penggunaannya, tepat dalam menganalisis data, tepat dalam

pengisian data, dan tepat dalam pencatatan pelaporan

partograf tersebut, sedangkan partograf dikatakan tidak tepat

yaitu pada saat pencatatan pelaporan di akhir tindakan

persalinan. Sehingga bidan secara awal tidak bisa mendeteksi

secara dini proses persalinan berjalan lancar atau terkendala.

Penggunaan partograf yang digunakan secara tidak tepat

dan tidak konsisten, maka partograf tidak akan membantu

penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan dan

yang lainnya.

5. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2014) :

a) Faktor Internal

1) Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah

setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang

diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan.

Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa


32

pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

a) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup

dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut

akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

b) Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja (Middle

Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2014),

mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman

sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan

bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi

dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,

penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan

lama membekas.
33

c) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua

seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan

koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2014).

b) Faktor Eksternal

1) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi

dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah,

hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai

termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.

2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru


34

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-pesan

sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap

tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi

yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan

melalui media masa.

3) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap sikap. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

6. Bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin

secara sah untuk menjalankan praktek (Nazriah, 2013). Definisi bidan

menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2006) adalah seorang wanita

yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui

pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan

diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek, Dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi


35

wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang

diberikan. Wewenang tersebut berdasarkan peraturan Menkes

RI.Nomor 900/Menkes ISK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan.

Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau

FIGO (1991) dan World Health Organization atau WHO (1992)

mendefinisikan bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan

program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh

kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri

itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan

nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan

dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung

jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan

kesehatan baik bagi wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat

pada umumnya, tugas ini meliputi antenatal, intranatal, postnatal, asuhan

bayi baru lahir, persiapan menjadi orangtua, gangguan kehamilan dan

reproduksi serta keluarga keluarga berencana. Bidan juga dapat

melakukan praktek kebidanan pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik

bersalin dan unit-unit kesehatan lainnya di masyarakat. (Nazriah, 2013).

Menurut Estiwidani dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam

pelayanan kebidanan adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan

peneliti. Sedangkan tanggung jawab bidan meliputi pelayanan konseling,

pelayanan kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan


36

kebidanan pada anak, pelayanan KB,dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Sedemikian kompleksnya peran, fungsi, dan tanggung jawab

seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan

kebidanan yang terbaik dan professional kepada masyarakat maka untuk

keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang

kuat berupa kompetensi bidan.


37

B. Landasan Teori

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau

peristiwa. Sikap bidan tentang partograf adalah pernyataan evaluatif bidan

tentang partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan

selama fase aktif persalinan (Kemenkes RI, 2015). Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi sikap bidan tentang partograf, meliputi faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah umur, pendidikan, pekerjaan,

masa kerja, pengetahuan, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan,

sosial ekonomi, sumber informasi.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012).

Peran bidan Keahlian dan kecakapan tersebut akan lebih baik

apabila diimbangi dengan pengetahuan. Pengetahuan memiliki peran

penting dalam pembentukan perilaku bidan. Pengetahuan dan

keterampilan bidan dipengaruhi oleh pendidikan dan masa kerja. Semakin

lama waktu yang digunakan seorang bidan untuk pendidikan dan

pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya, dengan

demikian akan sangat mempengaruhi akses atau tindakan bidan dalam

penggunaan partograf (Henderson, 2014).

Masa kerja adalah jangka waktu seseorang sudah bekerja

pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang


38

dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah

satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan

aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja yang lama, akan memiliki

pengalaman yang lebih banyak dibandingkan bidan yang masih

baru dalam menolong persalinan, sehingga dalam pengisian lembar

partograf sering tidak lengkap. Bidan yang lebih banyak pengalamannya

dalam menolong persalinan menjadikan bidan tersebut dapat

memperkirakan jalannya persalinan. Bidan dengan masa kerja baru lebih

banyak mengisi lembar partograf lengkap, hal ini disebabkan bidan

dengan masa kerja baru memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan

masih belum banyak pengalamannya dalam menolong persalinan

sehingga melakukan pendokumentasian partograf dengan lengkap

untuk mendeteksi kegawatdaruratan yang mungkin terjadi (Siagian,

2015).
39

C. Kerangka Teori

Faktor Internal
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Masa Kerja
e. Pengetahuan

Sikap Bidan
Tentang Partograf

Faktor Eksternal
a. Lingkungan
b. Sosial Budaya
c. Sumber Informasi

Gambar 2. Kerangka Teori dimodifikasi dari Kemenkes RI (2015); Notoatmojo


(2012); Wawan & Dewi (2014); Henderson (2014)
40

D. Kerangka Konsep

Pengetahuan Bidan
Tentang Partograf

Sikap Bidan Tentang


Partograf

Masa Kerja

Gambar 3.Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan

Variabel bebas: pengetahuan bidan tentang partograf, masa kerja

Variable terikat: sikap bidan tentang partograf

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan dengan sikap bidan tentang partograf

di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur tahun 2018.

2. Ada hubungan masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf

di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan sikap

bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018. Rancangan penelitian

menggunakan cross sectional (belah lintang) karena data penelitian

(variabel independen dan variabel dependen) dilakukan pengukuran

pada waktu yang sama/sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang

digunakan, penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif (Notoatmodjo,

2012)

Bidan

Pengetahuan Masa Kerja


a. Baik a. <5 Tahun
b. Cukup b. ≥ 5 tahun
c. Kurang

Sikap Sikap
Sikap Sikap negatif
positif
positif negatif

Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional

41
42

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur pada bulan Juli tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan di Puskesmas

Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur pada

bulan Mei tahun 2018 berjumlah 35 orang.

2. Sampel dalam penelitian adalah bidan di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur pada bulan Mei

tahun 2018 berjumlah 35 orang. Pengambilan sampel menggunakan

tehnik total sampling yaitu semua bidan dijadikan sebagai sampel

penelitian. Adapun kriteria inklusi, eksklusi dan drop out sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

1) Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani

lembar persetujuan.

2) Bidan yang bekerja di Puskesmas Dangia.

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

1) Tidak bersedia mengikuti penelitian

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent) yaitu sikap bidan tentang partograf.

2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan bidan tentang

partograf dan masa kerja.


43

E. Definisi Operasional

1. Sikap bidan tentang partograf adalah suatu tindakan atau praktik

bidan dalam menggunakan partograf sesuai dengan prosedur yang

sudah ada. Skala ukur adalah ordinal.

Kriteria objektif

a. Positif : jika skor jawaban ≥mean

b. Negatif : jika skor jawaban <mean

(Azwar, 2014)

2. Pengetahuan bidan tentang partograf adalah kemampuan

responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan

yang berkaitan dengan partograf. Skala ukur adalah ordinal.

Kriteria objektif

a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%

b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56%-75%

c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar <56%

(Nursalam, 2013)

3. Masa kerja bidan adalah waktu lamanya bidan bekerja. Skala ukur

adalah nominal.

Kriteria objektif

a. < 5 tahun

b. ≥ 5 tahun
44

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner

mengenai pengetahuan dan masa kerja dengan sikap bidan tentang

partograf.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner mengenai

pengetahuan dan masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan

pilihan jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban benar diberi skor 1. Total

skor nilai tertinggi pengetahuan adalah 15. Kuesioner sikap terdiri dari

15 pernyataan sikap dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Total skor nilai tertinggi pengetahuan adalah 75.

H. Alur Penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:

Bidan

Sampel
Bidan berjumlah 35 orang

Pengumpulan data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 5 : Alur Penelitian hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan
sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan
Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018
45

I. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

2. Coding

Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

dengan petunjuk.

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk

tabel distribusi.

b. Analisis data

1. Univariat

Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

uraikan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:

f
X = x K
n
Keterangan :

f : variabel yang diteliti

n : jumlah sampel penelitian


46

K: konstanta (100%)

X : Persentase hasil yang dicapai

2. Bivariat

Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent

variable dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan

adalah Chi-Square. Adapun rumus yang digunakan untuk

Chi-Square adalah :

∑ ( fo − fe)
2
2
X =
fe

Keterangan :

Σ : Jumlah

X2 : Statistik Shi-Square hitung

fo : Nilai frekuensi yang diobservasi

fe : Nilai frekuensi yang diharapkan

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p

value > 0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel

maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada

hubungan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan sikap

bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 telah dilaksanakan pada bulan Juli

tahun 2018. Sampel penelitian adalah bidan di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur pada bulan Mei tahun 2018

berjumlah 35 orang. Data yang telah terkumpul diolah, dianalisis dan

disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan. Hasil penelitian

terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, pengetahuan, masa kerja

dan sikap bidan tentang partograf.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah Kecamatan Poli-Polia Merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Kolaka Timur yang terletak di selatan tenggara ibu kota

kabupaten Kolaka, yaitu melintang dari selatan tenggara ke barat kira-

kira berada diantara 2º LS - 5º LS dan membujur dari barat ke tenggara

antara 45º BT - 160º BT. Kecamatan Poli-Polia definitif pada tanggal 18

Mei 2007 Dan Puskesmas Poli-Polia definitif tanggal 4 April 2008. Batas

wilayah Puskesmas Poli-Polia sbb :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ladongi,

b. Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Dangia

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambandia

47
48

d. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Wundulako

Kecamatan Poli-Polia mencakup jazirah daratan dengan luas ±

152,04 Km². Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Poli-Polia yaitu

sebanyak 10.627 jiwa, yang tersebar di 12 Desa/Kelurahan. Penyebaran

penduduk terbanyak terdapat di desa Andowengga dengan jumlah 1.743

Jiwa dan yang terendah di desa Polemaju Jaya dengan jumlah penduduk

323 jiwa, seperti yang terlihat dalam tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1
Penyebaran Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia

NO. DESA / KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK


1 Poli-Polia 1.221
2 Taosu 907
3 Inotu Mewao 435
4 Tokai 975
5 Wia-Wia 1.286
6 Polemaju Jaya 323
7 Polenga Jaya 646
8 Pangi-Pangi 498
9 Andowengga 1.743
10 Puundokulo 689
11 Hakambololi 854
12 Wundubite 1.050
JUMLAH : 10.627

Puskesmas poli-polia memiliki 21 sarana kesehatan, 2 diantaranya

dalam kondisi rusak yaitu Puskesmas Pembantu di Desa Poli-polia dan

di Desa Wia-Wia Sementara 19 sarana lainnya dalam kondisi baik, terdiri

dari 1 puskesmas yang berada di Kecamatan Poli-polia, 2 polindes yang

berada di Desa Tokai dan di Desa Pangi-Pangi, 4 poskesdes yang berada

di Desa Polenga Jaya, Polemaju Jaya, Andowengga dan di Desa Taosu,


49

12 posyandu yang tersebar di 12 Desa wilayah kerja Puskesmas Poli-

polia, seperti yang tertera pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2
Sarana Kesehatan di Puskesmas Poli-polia

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH KET


1 Puskesmas 1 Baik
2 Puskesmas Pembantu 2 Rusak
3 Polindes 2 Baik
4 Posyandu 12 Baik
5 Poskesdes 4 Baik

Puskesmas poli-polia memiliki ketenagaan yaitu Dokter Umum,

S1 Keperawatan, S1 Kesmas, D IV Kebidanan, D-III Keperawatan, D-III

Kebidanan, SPK, D-III Kesling, D-III Farmasi, D-III Gizi, yang terdiri dari 16

orang PNS dan 8 orang NON PNS/PTT, dapat terlihat pada tabel 1.3

dibawah ini :
50

Tabel 3
Daftar Ketenagaan Puskesmas Poli-Polia

STATUS KEPEGAWAIAN
JENIS
KETENAGAAN NON HONOR
PNS SUKARELA
PNS/PTT DAERAH
Dokter Umum - 1 - -
S1 Keperawatan 1 - 1 1
S1 Kesmas 2 - 2 2
D IV Kebidanan 1 - - -
D 3 keperawatan 5 - 9 14

D 3 Kebidanan 9 - 26 -

D 1 Kebidanan - - - -
SPK 1 - - -
D 3 Kesling - - - -
D1 Kesling - - - -
SPRG - - - -
D 3 Farmasi 1 - - -
D3 Gizi 1 - 2
S1 FARMASI - - - -
Dokter gigi - - - -
JUMLAH 15 8 20 46

2. Analisis Univariabel

Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk

memperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.

Variabel yang dianalisis pada analisis univariabel adalah pengetahuan,


51

masa kerja dan sikap bidan tentang partograf. Hasil analisis univariabel

sebagai berikut

a. Pengetahuan Bidan Tentang Partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

Pengetahuan bidan tentang partograf adalah kemampuan

responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang

berkaitan dengan partograf. Pengetahuan pada penelitian ini dibagi

menjadi tiga yaitu pengetahuan baik (jika skor jawaban benar 76–100%),

pengetahuan cukup (jika skor jawaban benar 56%-75%), pengetahuan

kurang (jika skor jawaban benar <56%). Hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang Partograf di
Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia
Kabupaten Kolaka Timur

Jumlah
Pengetahuan Bidan
n %
Baik 5 14,3
Cukup 11 31,4
Kurang 19 54,3
Total 35 100

Hasil penelitian pada tabel 1 terlihat bahwa pengetahuan bidan

tentang partograf sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang

sebanyak 19 orang (54,3%) sehingga dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan bidan tentang partograf masih kurang.


52

b. Masa Kerja Bidan di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur

Masa kerja bidan adalah waktu lamanya bidan bekerja. Masa kerja

bidan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu < 5 tahun dan ≥ 5

tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Bidan di Puskesmas Poli-Polia
Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

Jumlah
Masa Kerja Bidan
n %
< 5 tahun 26 74,3
≥ 5 tahun 9 25,7
Total 35 100

Hasil penelitian pada tabel 2 terlihat bahwa masa kerja bidan

sebagian besar dalam kategori < 5 tahun sebanyak 26 orang (74,3%).

c. Sikap Bidan Tentang Partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

Sikap bidan tentang partograf adalah suatu tindakan atau praktik

bidan dalam menggunakan partograf sesuai dengan prosedur yang sudah

ada. Sikap bidan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu positif (jika

skor jawaban ≥mean) dan negatif (jika skor jawaban <mean). Hasil

penelitian dapat dilihat pada tabel 3.


53

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Tentang Partograf di Puskesmas
Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia
Kabupaten Kolaka Timur

Jumlah
Sikap Bidan
n %
Positif 12 34,3
Negatif 23 65,7
Total 35 100

Hasil penelitian pada tabel 3 terlihat bahwa sikap bidan tentang

partograf sebagian besar dalam kategori sikap negatif sebanyak 23 orang

(65,7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap bidan tentang partograf

masih negatif.

3. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk

menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi

Square. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan

pengetahuan dan masa kerja dengan sikap bidan tentang partograf di

Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

tahun 2018. Hasil penelitian hubungan pengetahuan dan masa kerja

dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4

dan tabel 5.
54

Tabel 4
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Tentang Partograf di
Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur
tahun 2018

Sikap X2
Total (
Pengetahuan Positif Negatif p-
n % n % n % value)
Baik 5 14,3 0 0 5 14,3 18,69
Cukup 6 17,1 5 14,3 11 31,4 (0,000)
Kurang 1 2,9 18 51,4 19 54,3
Total 12 34,3 23 65,7 35 100
Sumber: Data Primer
2
p<0,05, X tabel: 3,84

Hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa ada hubungan

pengetahuan dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-

Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018

(X2=18,69; p value=0,000).

Tabel 5
Hubungan Masa Kerja Bidan Dengan Sikap Bidan Tentang Partograf di
Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur
tahun 2018

Sikap X2
Total (
Masa Kerja Positif Negatif p-
n % n % n % value)
< 5 tahun 9 25,7 17 48,6 26 74,3 0,005
≥ 5 tahun 3 8,6 6 17,1 9 25,7 (0,944)
Total 12 34,3 23 65,7 35 100
Sumber: Data Primer
2
p<0,05, X tabel: 3,84

Hasil penelitian pada tabel 5 menyatakan bahwa tidak ada

hubungan masa kerja bidan dengan sikap bidan tentang partograf di

Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

tahun 2018 (X2=0,005; p value=0,944).


55

B. Pembahasan

Penelitian hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan sikap

bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 telah dilaksanakan pada bulan Juli

tahun 2018.

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Tentang Partograf

di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur tahun 2018

Hasil penelitian menyatakan bahwa hubungan pengetahuan

dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 (X2=18,69; p value=0,000).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ruhayati (2016) yang

berjudul hubungan pengetahuan dan pelatihan APN dengan kepatuhan

bidan dalam menggunakan partograf pada asuhan persalinan di

Kabupaten Bandung.

Sikap merupakan bagian dari perilaku manusia, perilaku

mencerminkan atau manifestasi dari sikap (Azwar, 2014). Pengetahuan

juga merupakan faktor penguat terjadinya perubahan perilaku.

Pengetahuan dan sikap akan menjadi landasan terhadap pembentukan

moral dalam diri seseorang, artinya terdapat keselarasan yang terjadi

antara pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi

proses tahu terlebih dahulu. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap

objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang


56

terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap

tidak sama dengan perilaku. Menurut Fishbein dalam Ali (2015) “Sikap

adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara

konsisten terhadap suatu objek”. Menurut Secord dan Backman dalam

Azwar (2014) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Menurut Randi dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa “Sikap

merupakan sebuah evaluasi umum yang dbidanat manusia terhadap

dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap

stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan

tindakan yang sesuai dengan objeknya”. Menurut Ahmadi dalam Aditama

(2013) “Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi

apabila suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang

yang dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila tidak

suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi”. Sikap

yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian terhadap suatu

objek selanjutnya yang menentukan tindakan individu terhadap sesuatu.

Semakin negatif sikap maka semakin baik perilaku yang ditunjukkan

seseorang.

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap bidan tentang

partograf adalah pengetahuan. Semakin baik pengetahuan bidan maka

semakin positif sikap bidan tentang partograf. Keterbatasan pengetahuan


57

dan pemahaman ini dapat membawa bidan ke arah perilaku yang

berisiko. Oleh karena itu bidan memerlukan informasi tentang kesehatan

reproduksi dengan benar sehingga diharapkan bidan akan memiliki

sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab tentang partograf

(BKKBN, 2012).

Pengetahuan merupakan “hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang

ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah

kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk

menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini

pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia

dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan faktor predisposisi, yaitu faktor yang

mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang.

Pengetahuan seseorang akan suatu program kesehatan akan mendorong

orang tersebut mau berpartisipasi didalamnya. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini responden hanya bisa menjawab benar dan

salah dari pertanyaan melalui kuesioner tentang partpgraf. Tingkat

pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu tahu dan


58

memahami, sehingga hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan

bidan tentang partograf dalam kategori pengetahuan cukup. Kurangnya

informasi yang diperoleh responden dapat disebabkan karena

keterbatasan kemampuan seseorang dalam menangkap dan mengingat

materi yang diterimanya. Notoadmodjo (2012) menyatakan bahwa tahu

diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari/diterima sebelumnya, termaksud diantaranya adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu bidan

perlu diberikan informasi lebih mengenai partograf (Notoatmodjo, 2012).

2. Hubungan Masa Kerja Bidan Dengan Sikap Bidan Tentang

Partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan masa

kerja bidan dengan sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 (X2=0,005; p

value=0,944). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Dona dkk

(2017) berjudul hubungan sikap dan masa kerja bidan dengan

penggunaan partograf di wilayah kerja Puskesmas Pekauman

Banjarmasin. Hasil penelitian Dona dkk menyatakan bahwa hubungan

sikap dan masa kerja bidan dengan penggunaan partograf.

Sikap merupakan bagian dari perilaku manusia, perilaku

mencerminkan atau manifestasi dari sikap (Azwar, 2014). Pengetahuan


59

juga merupakan faktor penguat terjadinya perubahan perilaku.

Pengetahuan dan sikap akan menjadi landasan terhadap pembentukan

moral dalam diri seseorang, artinya terdapat keselarasan yang terjadi

antara pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi

proses tahu terlebih dahulu. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap

objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap

tidak sama dengan perilaku. Menurut Fishbein dalam Ali (2015) “Sikap

adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara

konsisten terhadap suatu objek”. Menurut Secord dan Backman dalam

Azwar (2014) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Menurut Randi dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa “Sikap

merupakan sebuah evaluasi umum yang dbidanat manusia terhadap

dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap

stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan

tindakan yang sesuai dengan objeknya”. Menurut Ahmadi dalam Aditama

(2013) “Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi

apabila suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang

yang dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila tidak

suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi”. Sikap

yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian terhadap suatu


60

objek selanjutnya yang menentukan tindakan individu terhadap sesuatu.

Semakin negatif sikap maka semakin baik perilaku yang ditunjukkan

seseorang.

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap bidan tentang

partograf adalah lama kerja. Bidan adalah seorang yang telah mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan

lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat

(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (Nazriah,

2013). Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2006)

adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan

persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan

praktek, Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di

masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah sesuai dengan

wilayah pelayanan yang diberikan. Wewenang tersebut berdasarkan

peraturan Menkes RI.Nomor 900/Menkes ISK/VII/2002 tentang registrasi

dan praktek bidan.

Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau

FIGO (1991) dan World Health Organization atau WHO (1992)

mendefinisikan bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan

program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh

kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri

itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan


61

nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan

dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung

jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan

kesehatan baik bagi wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat

pada umumnya, tugas ini meliputi antenatal, intranatal, postnatal, asuhan

bayi baru lahir, persiapan menjadi orangtua, gangguan kehamilan dan

reproduksi serta keluarga keluarga berencana. Bidan juga dapat

melakukan praktek kebidanan pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik

bersalin dan unit-unit kesehatan lainnya di masyarakat. (Nazriah, 2013).

Menurut Estiwidani dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam

pelayanan kebidanan adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan

peneliti. Sedangkan tanggung jawab bidan meliputi pelayanan konseling,

pelayanan kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan

kebidanan pada anak, pelayanan KB,dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Sedemikian kompleksnya peran, fungsi, dan tanggung jawab

seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan

kebidanan yang terbaik dan professional kepada masyarakat maka untuk

keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang

kuat berupa kompetensi bidan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2015)

masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu kantor,

badan, dan sebagainya)”. Bagi seorang guru tempat kerja (instansinya)


62

adalah sekolah dan tugas pokoknya adalah mengajar bidang studi

tertentu. Dalam melaksanakan tugas seoarang guru tidak jarang

mendapat tugas lebih dari satu sekolah. Sehingga makin lama ia

bekerja makin banyak pula tugas-tugas yang pernah diterima dan

dilakasanakan. Masa kerja atau pengalaman kerja guru merupakan

karakteristik guru yang patut dipertimbangkan dalam menunjang

pencapaian kualitas penampilanya dalam mengajar. Masa kerja

adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk

hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai

sepenggal waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja masuk

dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu

(Suma’mur, 2015). Dengan demikian semakin lama masa kerja

seoarang guru, semakin luas pula pengetahuan guru tersebut. Dari

uraian diatas di buat definisi operasional masa kerja bidan adalah lama

bidan bertugas dipuskesmas tersebut.

Masa kerja adalah jangka waktu seseorang sudah bekerja

pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang

dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah

satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan

aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja yang lama, akan memiliki

pengalaman yang lebih banyak dibandingkan bidan yang masih

baru dalam menolong persalinan, sehingga dalam pengisian lembar

partograf sering tidak lengkap. Bidan yang lebih banyak pengalamannya


63

dalam menolong persalinan menjadikan bidan tersebut dapat

memperkirakan jalannya persalinan. Bidan dengan masa kerja baru lebih

banyak mengisi lembar partograf lengkap, hal ini disebabkan bidan

dengan masa kerja baru memiliki semangat kerja yang lebih tinggi dan

masih belum banyak pengalamannya dalam menolong persalinan

sehingga melakukan pendokumentasian partograf dengan lengkap

untuk mendeteksi kegawatdaruratan yang mungkin terjadi (Siagian,

2015).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018

sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang.

2. Masa kerja bidan di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 sebagian besar dalam

kategori < 5 tahun.

3. Sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018 sebagian besar

dalam kategori sikap negatif.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan sikap bidan tentang partograf

di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur tahun 2018.

5. Tidak ada hubungan masa kerja dengan sikap bidan tentang

partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018.

B. Saran

1. Bidan diharapkan selalu mencari meningkatkan pengetahuannya

tentang partograf agar dapat meningkatkan keterampilannya dalam

mengisi partograf.

64
65

2. Pemerintah setempat khususnya dinas kesehatan diharapkan

selalu melakukan pelatihan bagi bidan tentang partograf.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianzs, G., (2015) Asuhan Antenatal. Jakarta: EGC.


Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., (2015). Buku ajar
keperawatan maternitas. (Maria A. Wijayarini, Penerjemah) (Edisi
4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harry, O., William, R.F., (2012) Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
JNPPK-KR, (2014) Asuhan persalian normal esensial persalinan.
Jakarta: Kemenkes RI.
_________ (2015) Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komperhensif. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, (2015). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

___________ (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) tahun 2010. Badan Penelitian Pengembangan
Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Manuaba, IBG, (2012) Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, R., (2014) Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. 3rd ed. Jakarta:
ECG.

Musbikin, I., (2016) Persiapan Menghadapi Persalinan dan Perencanaan


Kehamilan Sampai Mendidik Anak. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta:


Rineka Cipta.

Nurasiah, A., Rukmawati, A., Badriah, D.L., (2015) Asuhan Persalinan


Normal Bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama.

Nurhidayah (2016) Tinjauan Penggunaan Partograf pada Persalinan


Normal di Bidan Praktek Swasta di Wilayah Jakarta Timur. Jurnal
Kebidanan.

Oxorn, W. (2015). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi K ebidanan.


Yokyakarta: Andi offset.

66
67

Puskesmas Lepo-lepo, (2017). Profil Kesehatan Puskesmas Mowewe


Tahun 2016. Mowewe: Puskesmas Mowewe

Saifuddin, A.B. (2012) Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.

Siswosudarmo, R, , Ova, E., (2014). Obstretri Fisiologi. Yogyakarta:


Pustaka Cendikia Press

Simkin, P., (2014) Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.


Jakarta: Arcan.

Sumarah, Ina, Rani., H. (2012). Perawatan ibu bersalin. Yokyakarta:


Penerbit CV Fitramaya.

Sukrisno, (2015) Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Suririnah (2014) Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Varney, H. (2015) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.


Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Tempat Tugas :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dan

responden penelitian dan akan memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan

dengan penelitian yang berjudul “hubungan pengetahuan dan masa kerja dengan

sikap bidan tentang partograf di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur tahun 2018”.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat tanpa adanya paksaan dari

pihak manapun dan saya berhak menuntut kerahasiaan atas informasi yang saya

berikan.

Poli-Polia, (((((((..2018

Yang Membuat Pernyataan,

( )
Lampiran 2

KUESIONER PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF

IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama responden :
3. Umur Responden :
4. Lama Bekerja : tahun
5. Pendidikan kebidanan terakhir :

PETUNJUK
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda paling
tepat dan benar

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
fase laten persalinan
2 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
merupakan tujuan dari partograf
3 Mendeteksi apakah proses persalinan secara normal
merupakan tujuan dari partograf
4 Nadi ibu setiap 60 menit selama fase aktif persalinan
5 Tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan
6 Temperatur tubuh ibu setiap 1 jam
7 Jumlah produksi urine ibu setiap 2 jam atau setiap kali ibu
berkemih
8 Semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan
IV tidak perlu dimasukkan dalam partograf
9 Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan
per menit
10 Setiap 60 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam
10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik
11 Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
keras panggul ibu
12 catat Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda- tanda gawat janin)
13 Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis
tabel angka 100 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah
waspada dila DJJ dibawah 100 atau atas 130.
14 Lambang D pada kolom ketuban berarti ketuban sudah
pecah dan air ketuban bercampur darah
15 Lambang U pada kolom ketuban berarti ketuban pecah
Lampiran 3

KUESIONER
SIKAP BIDAN TENTANG PARTOGRAF

Petunjuk Pengisian Kuesioner Sikap :


Berilah tanda, (√) pada salah satu jawaban yang menurut anda, sesuai dengan

sikap yang anda, miliki berkaitan dengan Asuhan Persalinan Normal.

Keterangan kode jawaban :

SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TT = Tidak Tahu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TT TS STS
1. Partograf bu k a n meru p a k an alat bantu
yang digunakan selama fase laten persalinan
2. Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam merupakan tujuan
dari partografapakah proses persalinan secara
3. Mendeteksi
normal merupakan tujuan dari partograf
4. Nadi ibu t i d a k w a j i b d i c a t a t setiap 60
menit selama fase aktif persalinan
5. Tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan
6. Temperatur tubuh ibu setiap 1 jam
7. Jumlah produksi urine ibu setiap 2 jam atau
setiap kali ibu berkemih
8. Semua pemberian obat-obatan tambahan dan
atau cairan IV tidak perlu dimasukkan dalam
partograf
9. Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV
dan dalam
10. Setiap satuanbidan
60 menit, tetesan permeraba
perlu menit dan
mencatat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dan lamanya kontraksi dalam satuan detik
11. Penyusupan adalah indikator penting
tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu
12. catat Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap 30
menit (lebih sering jika ada tanda- tanda gawat
janin)
13. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di
antara garis tabel angka 100 dan 100. Tetapi,
penolong harus sudah waspada dila DJJ
14. Lambang D pada kolom ketuban berarti
ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
15. Lambang U pada kolom ketuban berarti
ketuban pecah
MASTER TABEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA DENGAN SIKAP BIDAN


TENTANG PARTOGRAF DI PUSKESMAS POLI-POLIA KECAMATAN
POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2018

NO NAMA MASA KERJA (TAHUN) PENGETAHUAN SIKAP


1 D 2 KURANG NEGATIF
2 M 9 CUKUP NEGATIF
3 R 2 BAIK POSITIF
4 P 2 KURANG NEGATIF
5 N 3 BAIK POSITIF
6 M 2 KURANG NEGATIF
7 F 1 BAIK POSITIF
8 R 9 KURANG NEGATIF
9 H 2 BAIK POSITIF
10 H 2 KURANG NEGATIF
11 F 2 KURANG NEGATIF
12 N 1 BAIK POSITIF
13 S 9 CUKUP NEGATIF
14 S 3 CUKUP POSITIF
15 R 3 KURANG NEGATIF
16 M 2 KURANG NEGATIF
17 M 2 CUKUP POSITIF
18 S 1 KURANG NEGATIF
19 J 22 KURANG NEGATIF
20 N 2 CUKUP POSITIF
21 H 1 CUKUP NEGATIF
22 S 14 CUKUP POSITIF
23 F 1 KURANG NEGATIF
24 A 6 CUKUP POSITIF
25 R 1 KURANG NEGATIF
26 A 1 CUKUP POSITIF
27 N 2 KURANG NEGATIF
28 N 6 CUKUP NEGATIF
29 A 1 KURANG NEGATIF
30 N 1 KURANG NEGATIF
31 M 2 KURANG NEGATIF
32 A 9 KURANG POSITIF
33 D 1 KURANG NEGATIF
34 M 2 KURANG NEGATIF
35 J 9 CUKUP NEGATIF
HASIL ANALISIS

Statistics

MASA_KERJA PENGETAHUAN SIKAP


Valid 35 35 35
N
Missing 0 0 0

Frequency Table
MASA_KERJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

< 5 tahun 26 74,3 74,3 74,3


Valid ≥ 5 tahun 9 25,7 25,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
BAIK 5 14,3 14,3 14,3

CUKUP 11 31,4 31,4 45,7


Valid
KURANG 19 54,3 54,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

SIKAP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
NEGATIF 23 65,7 65,7 65,7
Valid POSITIF 12 34,3 34,3 100,0

Total 35 100,0 100,0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
MASA_KERJA * SIKAP 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
PENGETAHUAN * SIKAP 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%

MASA_KERJA * SIKAP

Crosstab

SIKAP Total

NEGATIF POSITIF
Count 17 9 26

% within MASA_KERJA 65,4% 34,6% 100,0%


< 5 tahun
% within SIKAP 73,9% 75,0% 74,3%

% of Total 48,6% 25,7% 74,3%


MASA_KERJA
Count 6 3 9

% within MASA_KERJA 66,7% 33,3% 100,0%


≥ 5 tahun
% within SIKAP 26,1% 25,0% 25,7%

% of Total 17,1% 8,6% 25,7%


Count 23 12 35
% within MASA_KERJA 65,7% 34,3% 100,0%
Total
% within SIKAP 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 65,7% 34,3% 100,0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,005 1 ,944
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,005 1 ,944
Fisher's Exact Test 1,000 ,639
N of Valid Cases 35
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,09.
b. Computed only for a 2x2 table

PENGETAHUAN * SIKAP

Crosstab

SIKAP Total

NEGATIF POSITIF
Count 0 5 5

% within PENGETAHUAN 0,0% 100,0% 100,0%


BAIK
% within SIKAP 0,0% 41,7% 14,3%

% of Total 0,0% 14,3% 14,3%


Count 5 6 11

% within PENGETAHUAN 45,5% 54,5% 100,0%


PENGETAHUAN CUKUP
% within SIKAP 21,7% 50,0% 31,4%
% of Total 14,3% 17,1% 31,4%
Count 18 1 19

% within PENGETAHUAN 94,7% 5,3% 100,0%


KURANG
% within SIKAP 78,3% 8,3% 54,3%
% of Total 51,4% 2,9% 54,3%
Count 23 12 35
% within PENGETAHUAN 65,7% 34,3% 100,0%
Total
% within SIKAP 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 65,7% 34,3% 100,0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)
a
Pearson Chi-Square 18,690 2 ,000
Likelihood Ratio 22,010 2 ,000
N of Valid Cases 35
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,71.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai