Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI, ISTIRAHAT, SEKSUALITAS

DOSEN PEMBIMBIG :

Desi Ernita Amru, S.ST., M.KM

DI SUSUN :

Nurhayati (616080620026)

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


BIDAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Karena atas
limpahan rahmat dan karena atas limpahan rahmat dan karunianya lah kami dapat
menyelesaikan tugas Yang diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan
penyusunan makalahdengan judul “Hakikat Negara”.

Tak ada gading yang tak retak karena kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Baik dari sisi materi mauipun
penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai
masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh
pembaca.

Batam, 28 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I…………………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN……………………………………………………………………….

A. Latar belakang……………………………………………………………….
B. Rumusan masalah……………………………………………………………
C. Tujuan penulisan…………………………………………………………….
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………..

BAB II……………………………………………………………………………………

2.1 Nutrisi……………………………………………………………………….

A. Pengertian Nutrisi……………………………………………………

B. Kebutuhan Nutrisi……………………………………………………

C. Pemberian Kalori…………………………………………………….

2.2 Istirahat……………………………………………………………………..

A. Pengertian Istirahat………………………………………………….

B. Fisiologi Tidur………………………………………………………

C. Tahap tidur REM……………………………………………………

D. Siklus Tidur…………………………………………………………

E. Fungsi & Tujuan Tidur……………………………………………..

2.3 Seksualitas…………………………………………………………………

A. Pengertian Seksualitas……………………………………………..

B. Perkembangan Seksual……………………………………………..

C. Penyimpangan Seksual……………………………………………..

BAB III………………………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………

3.2 Saran………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling dasar pada manusia, antara lain
pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan, nutrisi, eliminasi,
aktivitas, seksual, keseimbangan suhu tubuh, istirahat dan tidur (Eysenck, 2004).
Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya
pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberikan waktu
organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan biokimiawi tubuh (Prijosaksono & Sembel, 2003).
Tidur diatur oleh RAS (Reticular Activating System) terdiri dari sistem retikulasi
batang otak, posterior hipotalamus dan basal otak depan. Hipotalamus merupakan
pusat utama tidur yang menyekresi hipocreatin yang mengakibatkan seseorang
terjaga dan tidur. RAS pada bagian batang otak memuat-sel-sel khusus yang
mempertahankan kondisi sadar dan terjaga. Sedangkan di medulla dan spons diatur
oleh BSR (Bulbar Syncrhonizing Region) yang mempertahankan kondisi tidur.
Tidur juga melibatkan aktivitas fisiologi yang terintegrasi dalam sistem saraf terkait
dengan perubahan sistem saraf, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan otot.
Oleh karena itu, tidur menjadi bagian penting pada siklus kehidupan dan setiap
gangguan yang terjadi pada saat tidur akan berdampak pada kesehatan (Perry &
Potter, 2010).
Gangguan tidur pada pasien penyakit kritis adalah tahap tidur yang mengakibatkan
ketidaknyamanan dan mengganggu kualitas hidup (Urden, 2010). Bagi perawat dan
pasien ruang penyakit kritis adalah lingkungan yang kompleks dan menegangkan.
Selain ketidaknyamanan dan ketakutan yang dirasakan pasien, juga merasa diserang
oleh kebisingan, lampu terang, dan interupsi (Always, et al. 2013), sehingga
istirahat dan tidur pasien terganggu, artinya kualitas tidur terganggu. Kualitas tidur
adalah penyingkatan waktu untuk jatuh tidur, perpanjang masa tidur dan
pengurangan frekuensi terbangun (Tjay, 2007).

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo, 2000).

Menurut Rock CL (2004) nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia


menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara
asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001),
nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.

Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus di penuhi. Di dalam masyarakat bebas seseorang dapat menyalurkan
kebutuhan seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang
dimilikinya. Orientasi seksual yang dimaksud sebagaimana yang diuraikan oleh
Kinsey dalam penelitiannya yang menyatakan tiga kelompok besar perilaku seksual
yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual (Lis, Susanti, 2009).
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari kebutuhan nutrisi


2. Apa definisi dari istirahat
3. Apa definisi dari seksualitas

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari kebutuhan nutrisi


2. Mengetahui pengertian dari istirahat
3. Mengetahui pengertian dari seksualitas

D. Manfaat Penulisan

- Mengerti dengan semua hal yang bersangkutan dengan kebutuhan nutrisi,


istirahat, dan seksualitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nutrisi

A. Pengertian nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Soenarjo, 2000).

Menurut Rock CL (2004) nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam
lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun
dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteral
adalah faktor resiko independent pnemoni nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi
mekanik. Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan
kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu
memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan
distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat
mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care
Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy
antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat
penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan
hiperglikemi (Wiryana, 2007).

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral
diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital
intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral
diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000).

B. Kebutuhan Nutrisi

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit
kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi
yaitu:

a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu starvation dan infrastruktur.

b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis hendaknya dilakukan
berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi dan untuk menentukan tunjangan nutrisi
selanjutnya. Pemeriksaan yang berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di
ruang Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat. Disamping itu
disfungsi/gagal organ multipel dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang
berhubungan dengan hipermetabolisme yang berlangsung lama (Setiati,2000).

C. Pemberian Kalori

Bentuk pemberian kalori yaitu :

a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang penting. Setiap gram


karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Asupan karbohidrat di dalam diit
sebaiknya berkisar 50%-60% dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000)

b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral maupun parenteral
sebagai emulsi lemak. Pemberian lemak dapat mencapai 20% -40% dari total kebutuhan.
Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber
energi, membantu absorbsi vitamin yang larut dalam lemak, menyediakan asam lemak
esensial, membantu dan melindungi organ-organ internal, membantu regulasi suhu tubuh
dan melumasi jaringan-jaringan tubuh (Setiati, 2000).

c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah 0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10%
dari total kebutuhan kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat
menjadi 1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus
dikontrol, misalnya kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar
0,5 gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat, kebutuhan protein untuk
BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi 2,5- 3,0g/kgbb/hari, anak 1,5-2,5g/kgbb/hari.

2.2 Istirahat

A. Pengertian istirahat

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. (Wahit & Nurul, 2008)

Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,
istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama
sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat. Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku Haswita, 2017).

B. Fisiologi Tidur

Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu medulla, tepatnya di
RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar Synchronizing Region). RAS terdiri
dari neuron-neuron di medulla oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam
mempertahan status bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan
fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur. Ada dua teori tentang tidur :

Pasif : RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyebabkan tidak aktif.

Aktif : (Diterima sekarang) suatu bagian di otak yang menyebabkan tidur dihambat oleh
bagian lain. RAS dan BSR adalah pikiran aktif kemudian menekan pusat otak secara
bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima sensory input
(pendengaran, penglihatan, penghidupan, nyeri dan perabaan). Rangsangan sensory
mempertahankan seseorang untuk bangun dan waspada. Selama tidur tubuh menerima
sedikit rangsangan dari korteks serebral (Haswita, dkk, 2017).
C. Tahap tidur REM

Tidur tipe ini disebut “paradoksikal” karena hal ini bersifat “paradoks”, yaitu seseorang
dapat tetap tidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM merupakan
pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak
disalurkan kearah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya
kemudian terbangun. Tidur ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan
tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur
ini tidak ada. Ciri-cirinya sebagai berikut: a) Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

b) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat.

c) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi
spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.

d) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak tertidur.

e) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur

f) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat.

g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,
memori dan adaptasi (Haswita, dkk, 2017)

D.Siklus tidur

Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet
normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga
lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut
ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke
tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan
II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit
(Wahit, dkk, 2010).

E.Fungsi dan Tujuan tidur

Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan
untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru,
kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat
diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis dari tidur, yang pertama, efek dari system saraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan yang
kedua yaitu pada efek struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam
organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan. (Haswita, dkk, 2017)

2.3 Seksualitas

A. Pengertian Seksualitas

Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
di penuhi. Di dalam masyarakat bebas seseorang dapat menyalurkan kebutuhan seksualnya
sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya. Orientasi seksual yang
dimaksud sebagaimana yang diuraikan oleh Kinsey dalam penelitiannya yang menyatakan
tiga kelompok besar perilaku seksual yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual
(Lis, Susanti, 2009).

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, salah satu kebutuhan yang harus
terpenuhi adalah seksualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow dalam teori
hierarki seksual menempati peringkat ke tiga, disamping kebutuhan-kebutuhan fisiologis
lainnya bahkan menurut pencetus psiko analisa (freud), dikatakan bahwa kebutuhan seksual
dibawa sejak lahir, dan sejak itu kebutuhan seksual berkembang sampai orang itu
meninggal dunia. Seksualitas adalah suatu keinginan untuk menjalin hubungan,
kehangatan, atau cinta dan perasaan diri secara menyeluruh pada individu, meliputi
memandang dan berbicara, berpegangan tangan, berciuman, atau memuaskan diri sendiri,
dan sama-sama menimbulkan orgasme1

Setiap manusia yang sudah mencapai usia akil baligh, sudah pasti mempunyai dorongan
untuk menyalurkan kebutuhan seksualnya. Sebagaimana diketahui, pemenuhan hasrat
biologis memang kebutuhan pokok bagi manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Tetapi ketika berada di penjara, tentunya pemenuhan hasrat ini menjadi terganggu. Pada
hakikatnya, hak warga binaan sama dengan manusia pada umumnya, hanya kebebasannya
saja yang dibatasi karena harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di dalam penjara.
Sesuai dengan argumentasi di atas, maka warga binaan juga memerlukan kebutuhan
biologis tak terkecuali seks. Untuk warga binaan yang sudah menikah dan mengenal seks,
maka seks menjadi kebutuhan yang harus dipenuhinya. Sebagaimana diketahui, pemenuhan
hasrat biologis memang kebutuhan pokok bagi manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Tetapi ketika berada di penjara, tentunya pemenuhan hasrat ini menjadi terganggu. Dalam
buku "Di Balik Ruang Praktik", Dr. Boyke menjelaskan bahwa pria yang mengalami
sumbatan dalam melepaskan hasrat seksnya bisa berakibat melakukan penyimpangan seks.
Kasus perilaku menyimpang seksual banyak terjadi dalam penjara seperti anal seks yang
terjadi karena tersumbatnya saluran seks dari narapidana. Hubungan seks dengan sesama
jenis (homoseksual) di penjara sudah lazim dan bukan merupakan barang baru lagi.
Akibatnya, setiap saat selalu ada narapidana yang menjadi korban penyimpangan seks
tersebut. Biasanya yang menjadi korban pemuas nafsu seks sesama narapidana adalah
usianya relatif muda

narapidana mengatakan mereka merasa tidak nyaman ketika kebutuhan biologisnya tidak
terpenuhi. Sebanyak 78 persen atau 244 narapidana sering berfantasi seks, 171 narapidana
atau 57 persen melakukan masturbasi dan 52 persen atau 169 narapidana melakukan
aktivitas seks menyimpang ataupun dengan melanggar ketentuan2.

B. Perkembangan seks

Perkembangan seks manusia berbeda dengan binatang dan bersifat kompleks. Jika pada
binatang seks hanya untuk kepentingan mempertahankan generasi atau keturunan dan
dilakukan pada musim tertentu dan berdasarkan dorongan insting. Pada manusia seksual
berkaitan dengan biologis, fisiologis, psikologis, sosial dan norma yang berlaku. Hubungan
seks manusia dapat dikatakan bersifat sakral dan mulia sehingga secara wajar hanya
dibenarkan dalam ikatan pernikahan16.

Seksualitas dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek biologis, aspek psikologis dan
aspek sosial budaya17

a) Aspek biologis: aspek ini kita memandang seksual seperti pandangan anatomi dan
fisiologis dari sistem reproduksi (seksual) kemampuan organ seks, dan adanya hormonal
serta sistem sarap yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.

b) Aspek psikologis: aspek ini merupakan pandangan terhadap indentitas jenis kelamin
sebuah perasaan dari diri terhadap kesadaran identitasnya serta memandang gambaran
seksual atau bentuk konsep diri yang lain. Misalnya kalau perempuan, merasa tertarik
dengan lakilaki, akan berhias mempercantik diri bila bertemu lakilaki, demikian pula
sebaliknya.
c) Aspek sosial budaya merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di
masyarakat terhadap keutuhan seksual serta perilaku nya di masyarakat. Misalnya
perempuan sebelumnya menikah harus perawan.

Dalam perkembangan seksualitas seseorang, terdapat empat masa. Yaitu masa kanak-
kanak, masa pubertas, masa muda dan petengahan umur.

1) Masa pranatal dan bayi


Masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. berkembangnya
organ seksual maupun merespons rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada
lakilaki dan adanya pelumas bagian pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi,
bayi merasakan adanya perasaan senang (Sigmund Freud), tahap perkembangan
psiko seksual pada masa ini adalah :
a) Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau
kenikmantan dapat dicapai dengan menghisap, menggigit, mengunyah, atau
bersuara
b) Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada saat ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menujukan keakuanya, sikapnya sangat
narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois, anak juga mulai mempelajari
struktur tubuhnya

2) Fase kanak-kanak
Pada masa kanak-kanak perkembangan seksual bagi menjadi dua, yaitu
a) Tahap oedipal atau falik terjadi pada usia 3-5 tahun, rangsangan terjadi pada
otoerotis yaitu meraba-raba bagian erogenya, mulai menyukai lawan jenis. Anak
laki-laki cendrung suka pada ibunya dari pada bapaknya dan sebaliknya pada anak
perempuan serta mulai megenal jenis kelamin yang di milikinya serta mulai
interaksi dengan figur orang tuanya.
b) Tahap laten terjadi pada usia 5-13 tahun pada masa ini mulai memasuki masa
pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan social

3) Masa pubertas
Masa ini sudah mencapai kematangan fisik dan aspek sosial, dan akan terjadi
kematangan psikologis. Terjadi perubahan ditandai denga adanya citra tubuh,
perhatian yang sengat besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran tentang
perilaku , kondisi sosial. Tahap genital terjadi pada umur 12 tahun tahap ini
merupakan tahap suka pada lawan jenis sudah matang.
4) Masa dewasa muda dan pertengahan umur
Pada tahap ini perkembangan fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai
puncaknya yaitu pada usia 18-30 tahun pada masa ini terjadi perubahan hormonal
pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan vagina
penurunan cairan vagina selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi, pada pria
ditandai dengan penurunan ukuran penis dan semen.

C. Penyimpangan seksual

Ada beberapa penyimpangan seksual yang sekarang menjadi trend, yang tentunya sangat
mengganggu ketenangan kita bermasyarakat. Penyimpangan itu adalah19 :

1) Pedofilia Kepuasan seksual dapat dicapai pada objek anakanak disebabkan kelainan
mental. Anak-anak adalah tempat pemuas nafsu seks orang-orang ini. Kasus seperti ini
pada era sekarang semakin meningkat, dan kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa
mencegah kejadian ini, karena merupakan kasus kelainan mental.

2) Eksibisionisme Pada keadaan ini, kepuasan seksual seseorang dicapai dengan


mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Keadaan ini pun merupakan kelainan
mental yang harus dilakukan perawatan.

3) Fetisisme Kepuasan seksual dapat dicapai dengan menggunakan benda seks seperti
sepatu hak tinggi, pakaian dalam, stoking atau lain-lain disebabkan karena eksperimen
seksual dan bedah pergantian kelamin.

4) Transvestisme Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan misalnya pria yang senang menggunakan pakaian
dalam wanita.

5) Transeksualisme Bentuk penyimpangan seksulitas ditandai dengan perasaan tidak


senang terhadap alat kelaminnya sendiri, adanya keinginan untuk berganti kelamin.

6) Voyerisme atau skopofilia Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang
lain atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain

7) Masokisme Kepuasan seksual dicapai dengan kekerasan. Maksudnya dengan melakukan


kekerasan terhadap pasangannyalah kepuasan seksual dapat tercapai.

8) Sadisme Kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik ataupun
psikologis. Kasus ini pernah dialami artis Manohara yang selalu disakiti oleh pasangannya
setiap melakukan hubungan seksual.
9) Homoseksual dan lesbianisme Kenyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan fisik
maupun emosi kepada sesama jenis. Maksudnya laki-laki tertarik pada laki-laki juga, dan
perempuan tertarik pada perempuan juga.

10) Zofilia Kepuasan seksual seseorang dicapai dengan objek binatang, bisa terjadi pada
binatang seperti sapi, anjing, kuda, bahkan ayam.

11) Sodomi Kepuasan seksual dicapai bila berhubungan melalui anus. Hal ini sangat
berbahaya bagi perempuan bisa terjadi perdarahan karena pecahnya pembuluh darah pada
anus, dan bahaya pada laki-laki bisa terjadi infeksi karena anus adalah tempat tinja yang
semua orang tahu banyak bakteri terdapat disana.

12) Nekropilia kepuasan dengan mengunakan objek mayat. Kepuasan seksual dicapai bila
berhubungan dengan mayat, tidak hanya mayat manusia tapi mayat binatang pun bisa
dijadikan obyek pemuas seksual.

13) Koprofilai Kepuasan seksual diperoleh dengan mengunakan objek feses. Hal ini
sungguh sangat tidak sehat dan bersih. Inipun perlu asuhan yang khusus secara individual.

14) Urolagnia Kepuasan dicapai dengan urine yang diminum

15) Oral seks atau kuniligus Kepuasan seks dicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin wanita.

D.Hak seksualitas dan hambatan pemenuhannya20

1) Hak seksualitas

Hak seksual adalah bagian integral dan merupakan unsur terpenting dari hak asasi
manusia atau HAM. Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada semua
manusia. Kita semua setara dan berhak atas hak asasi manusia tanpa diskriminasi,
telepon warga negara, tempat tinggal, gender, kebangsaan atau keturunan, agama,
bahasa atau status lain kita, seperti umur, kecacatan, status kesehatan, orientasi
seksual atau identitas gender kita.

Prinsip hak seksual sebagai hak asasi manusia21

a) Prinsip perlindungan demi tumbuh kembang anakanak.

b) Prinsip non diskriminasi.

c) Prinsip kenikmatan dan kenyamanan


d) Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab

e) Prinsip penghargaan dan kebebasan manusia

f) Prinsip pemenuhan hak.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan

nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy

Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara
umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional
dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Sedangkan pengertian tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup

Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia


yang harus di penuhi. Di dalam masyarakat bebas seseorang dapat menyalurkan
kebutuhan seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang
dimilikinya. Orientasi seksual yang dimaksud sebagaimana yang diuraikan oleh
Kinsey dalam penelitiannya yang menyatakan tiga kelompok besar perilaku
seksual yaitu, Heteroseksual, Homoseksual dan Biseksual

3.2 Saran
Kita semua harus memahami dengan kebutuhan kita seperti kebutuhan nutrisi,
kebutuhan istirahat, dan kebutuhan aseksualitas, disarankan agar kita cukup
untuk beristirahat, cukup akan nutrisi, dan cukup dalam hal aseksualitas bila
sudah masanya
DAFTAR PUSTAKA
1
Fara Orizza Febrianica (2016) , “Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pada
Narapidana Di Rutan Ponorogo”, http://eprints.umpo.ac.id/2630/1/HALAMAN
%20DEPAN.pdf, (diakses pada 22 anuari 2019, ((40:32
2
Aditya Yuli Sulistyawan, 2014, Membangun Model Hukum Yang Memerhatikan
Kebutuhan Seksual Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan : Telaah Paradigma
Konstruktivisme, Jurnal Ilmu Hukum Vol 4, No 1
16
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia,Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia,2016
17
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia...
18
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia....
19
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia....
20
Musdah Mulia, Mengupas Seksualitas, Opus Press, 2015
21
Musdah Mulia, Mengupas Seksualitas

Guyton, dalam buku haswita, 2017

Haswita, dkk, 2017

Wahit, dkk, 2010

Anda mungkin juga menyukai