Anda di halaman 1dari 3

Nama : Farah Zahidah Imtinan

NIM : 616080620014

1. Kekerasan Seksual

Mengalami kekerasan seksual bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam sekali pertemuan,
karena butuh diskusi ataupun konseling yang bertahap dan intens, serta dampingan dari
keluarga ataupun orang terdekat.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association
(JAMA), pada Oktober 2018. Dibandingkan dengan peserta yang tidak memiliki riwayat
pelecehan seksual, mereka yang memiliki riwayat pelecehan mengidap tekanan darah sistolik
dan diastolik yang lebih tinggi dan kemungkinan hipertensi tahap 1 atau 2 yang lebih tinggi.
Sekitar 60 persen orang yang mengalami kekerasan seksual memiliki masalah tidur, dan 95
persen menunjukkan gejala depresi dan kecemasan klinis.

Pelecehan seksual juga terkait dengan faktor-faktor risiko kardiovaskular salah satunya
peningkatan tekanan darah. Pelecehan seksual kerap dicatat sebagai penyebab trauma yang
berkaitan pada kesehatan psikologis saja. Padahal, kesehatan mental juga bisa berdampak
pada kondisi tubuh.

2. Pengawasan terhadap Perempuan

Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada prinsipnya mengatakan bahwa merupakan
hak setiap warga negara untuk mendapatkan perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda, hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia. Setelah
20 tahun lebih reformasi bergulir, gerakan perempuan untuk mengintegrasikan hak-hak
perempuan di ranah privat maupun publik terus dikobarkan dalam rangka peningkatan mutu
dan kualitas perempuan, maupun peningkatan harkat dan martabat manusia pada umumnya,
karena perjuangan terhadap hak-hak perempuan haruslah dimaknai sebagai gerakan
perjuangan hak masyarakat pada umumnya.

Pengawasan Ombudsman

Ombudsman RI sebagai lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi


penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara
dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, dan BHMN serta
badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu juga memiliki tugas pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik bagi
perempuan yang diselenggarakan oleh instansi negara/Pemerintah, seperti pengawasan
kepada KPPPA, Kementerian Sosial, Pemerintah Daerah dan lembaga negara lainnya yang
bertugas memberikan pelayanan publik bagi perempuan.

-Penanganan Laporan masyarakat

Ombudsman RI sebagai lembaga negara eksternal pengawas pelayanan publik berwenang


menerima dan menindaklanjuti laporan masyarakat terkait substansi pelayanan publik bagi
perempuan. Laporan kepada Ombudsman akan ditindaklanjuti sesuai ketentuan UU Nomor
37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI dan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, termasuk Peraturan Ombudsman serta ketentuan perundang-undangan lainnya sesuai
substansi yang dikeluhkan. Oleh karena itu, masyarakat dapat menyampaikan laporan kepada
Ombudsman RI untuk memperoleh pelayanan publik yang lebih baik, termasuk melaporkan
permasalahan yang terkait dengan pemenuhan hak bagi perempuan.

3. Penyalahgunaan Obat-obatan

Banyak faktor yang bisa memicu terjadinya penyalahgunaan narkoba atau NAPZA.
Umumnya, kebiasaan keliru ini terjadi akibat rasa ingin tahu yang tinggi. Namun, kondisi ini
juga bisa dialami oleh mereka yang memiliki gangguan mental, seperti skizofrenia atau
bipolar.

Pengidap gangguan mental ini memang lebih mudah untuk menyalahgunakan NAPZA,
dengan tujuan meredakan gejala yang dirasa. Hal yang perlu ditegaskan, gangguan mental
yang memicu kondisi ini bukan cuma menyoal skizofrenia atau bipolar saja.

Pengidap gangguan kesehatan mental seperti depresi, attention-deficit hyperactivity disorder


(ADHD), atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD), juga lebih mungkin menjadi kecanduan
obat-obatan.Boleh dibilang kebiasaan keliru ini menjadi jalan pintas untuk mengatasi gejala-
gejala yang mereka alami. Mulai dari kesepian, kecemasan, stres berat, hingga perasaan
menyakitkan lainnya.

4. Kelemahan - Kelemahan

Setiap perempuan pasti memiliki kelemahan/kekurangan nya masing - masing. Ada orang
yang merasa dengan adanya kelemahan maka orang tersebut akan minder. Namun ada juga
orang yang tidak peduli dengan kelemahan yang dia punya, bahkan dia tidak
menyembunyikan nya tidak juga memamerkannya.

Orang yang cenderung rendah diri, menilai dirinya serba kurang, membandingkan diri sendiri
dengan orang lain, dan terlalu sering menyalahkan diri sendiri akan mudah stres dan depresi.
Lebih baik fokus pada apa yang kita punya, maksimalkan potensi yang kita miliki, buktikan
pada diri sendiri kalau kita punya segudang kemampuan, dan jangan terlalu memikirkan
komentar orang lain tentang diri kita.

5. Kabar Duka

Kabar duka ialah kabar yang tidak diharapkan oleh setiap manusia. Namun hanya Tuham
yang memiliki Kehandak atas itu.

Setiap manusia akan sedih setiap ia menerima kabar duka. Rasa sedih adalah hal yang wajar
terjadi ketika kita kehilangan orang tercinta. Namun, kesedihan tersebut biasanya
diekspresikan secara fisik, emosional, dan psikologis.

Jika kesedihan tersebut terus berlaru-larut, bisa jadi adalah pertanda dari prolonged grief
disorder. Prolonged grief disorder merupakan gangguan kesedihan yang berkepanjangan
mengacu pada sindrom yang terdiri dari serangkaian gejala yang berbeda setelah kematian
orang yang dicintai

Seseorang yang mengalami sindrom tersebut biasanya mengalami kesedihan mendalam


secara intesif selama lebih dari 12 bulan usai kematian orang yang dicintainya.Biasanya,
kesedihan berlarut-larut tersebut menyebabkan seseorang selalu teringat pada orang yang
dicintainya hingga mengganggu aspek-aspek lain kehidupan mereka.

Namun, ada juga yang berusaha menghindari ingatan atau kegiatan yang mengingatkan
mereka akan peristiwa kehilangan tersebut

Anda mungkin juga menyukai