Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

Psit dalam praktik kebidanan

“ Disusun sebagai salah satu bukti tugas individu”

Disusun Oleh :
SELVIA (616080620034)

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM


PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
Hal-hal beresiko yang dapat mempengaruhi kesehatan mental perempuan?
1. Kekerasan terhadap perempuan
2. Pengawasan terhadap perempuan
3. Penyalahgunaan obat-obatan
4. Kelemahan-kelemahan
5. Kabar duka
Jawaban:
1. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering
Menjadi bahan perbincangan setiap orang.
Perempuan sering kali menjadi korban Diskriminasi, pelecehan, dan menjadi obyek
kekerasan. Biasanya kekerasan yang Terjadi identik dengan kekerasan fisik seperti
penganiayaan dan juga kekerasan Seksual seperti pemerkosaan.
Akan tetapi pada kenyataannya kekerasaan tersebut Tidak hanya berupa kekerasan
fisik saja melainkan juga merupakan kekerasan Psikis korban atau kekerasan mental.
Perempuan yang menjadi korban kekerasan
Umumnya berusia antara 21 keatas dan berasal dari berbagai golongan, misalnya:
Ibu rumah tangga, pebisnis, dosen, dan pejabat publik.
Perempuan yang menjadi korban kekerasan sering dianggap sebagai pihak
Yang disalahkan di kalangan masyarakat padahal mereka hanyalah korban.
Keberadaan mereka sampai saat ini masih terpinggirkan dan cendrung dikucilkan.
Dengan perlakuan yang demikian, masih mampukah mereka mempertahankan
Eksistensi dirinya? Mengingat lingkungan mereka sendiri telah memandang
Sebelah mata terhadap mereka. Manakala masyarakat seringkali mengabaikan
Korban kekerasan terhadap perempuan, dan pada kenyataannya mereka diasingkan
Di lingkunganya. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, korban kekerasan ini
Mengalami gangguan pada konsep dirinya mengingat perlakuan yang dilakukan
Oleh suaminya dan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka memerlukan tempat
Mereka bisa bergantung.

2. Pengawasan terhadap perempuan

Pengawasan berlebih pada perempuan yang mempengaruhi kesehatan mental


perempuan dapat dilihat dari seorang isteri harus sepenuhnya melayani dan di bawah
kontrol suami. Sebagai anak, ia di bawah pengawasan ayahnya, dan sebagai anggota
masyarakat ia berada di bawah kontrol semua laki- laki. Menurut norma dalam
masyarakat muslim, anak gadis harus memperoleh izin ayahnya ketika hendak
menikah. Bahkan sebagian ayah boleh menikahkannya dengan laki-laki pilihannya,
meski si anak tidak menginginkannya. Laki-laki harus mengawasi setiap tingkah laku
perempuan dan perempuan diciptakan untuk taat kepada laki-laki. Perempuan seakan-
akan tidak boleh memiliki dunia. Perempuan diposisikan hanya mengurusi masalah
domestik dan rumah tangga (domestication/housewivezation), seperti masalah dapur,
kasur, dan sumur, meski dalam mengurus masalah domestik sekalipun, kaum
perempuan tetap tidak memiliki kedaulatan penuh karena dikendalikan oleh kaum laki-
laki dalam kondisi budaya patriarkhis, sehingga seringkali menghadapi tindakan
kekerasan secara fisik, seksual, ekonomi, dan pelecehan.

3. Banyak faktor yang bisa memicu terjadinya penyalahgunaan narkoba atau NAPZA.
Umumnya, kebiasaan keliru ini terjadi akibat rasa ingin tahu yang tinggi, Ada pula
beberapa faktor lainnya yang bisa memicu penyalahgunaan narkoba, yaitu:
-Memiliki teman pecandu NAPZA, terutama bagi kaum muda.
-Mengalami masalah ekonomi.
-Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.
-Riwayat kecanduan keluarga, kecanduan narkoba kemungkinan melibatkan
kecenderungan genetik.
Penyalahgunaan narkoba bisa memicu sederet dampak merugikan bagi diri seperti :
-Memicu Gangguan Kejiwaan
-Kualitas Hidup Terganggu
-Kematian
4. Kelemahan Kelemahan
Kelemahan pada perempuan yaitu adanya pandangan mengenai laki laki lebih kuat
daripada perempuan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Ungkapan “kesenjangan gender” biasanya digunakan dalam bidang ekonomi dan politik
untuk merujuk perbedaan pendapatan atau jumlah maupun kapasitas berpolitik. Namun, salah
satu kesenjangan gender yang terdokumentasi termasuk gangguan mood, yaitu depresi.
Alasan mengapa wanita lebih berisiko mengalami depresi masih menjadi tanda tanya besar.
Namun, kondisi tersebut kemungkinan disebabkan karena karena beberapa faktor, yaitu
biologis, psikologis. Dilansir dari laman Psychology Today, berikut ini adalah penjabarannya.

Penjelasan Biologis

 Wanita lebih memiliki kecenderungan genetik yang lebih kuat untuk


mengembangkan depresi.
 Wanita lebih rentan terhadap kadar hormon yang fluktuatif. Kondisi ini khususnya
terjadi ketika wanita melahirkan dan mengalami menopause, yang mana keduanya terkait
dengan peningkatan risiko terjadinya depresi.

Penjelasan Psikologis

 Wanita lebih cenderung melakukan ruminasi dibandingkan pria. Ruminasi adalah


mengeluarkan ingatan secara sadar akan suatu kejadian buruk untuk dicerna, dipelajari,
kemudian disimpan lagi dalam ingatan. Ruminasi dianggap sebagai suatu bentuk refleksi
diri yang memberikan pandangan-pandangan baru, tapi hanya menguatkan atau
menambahkan tekanan emosi dan psikis yang dirasakan. Hal ini dapat mengembangkan
terjadinya depresi.
 Secara umum, wanita cenderung lebih ‘tenggelam’ dalam sebuah hubungan
(relationship) dibandingkan pria. Masalah dalam suatu hubungan ini cenderung lebih
memengaruhi wanita lebih dalam, sehingga risiko terjadinya depresi pun meningkat.

5. Kabar Duka

Rasa sedih dan kehilangan mendalam tentu hadir di tengah peristiwa memilikan tersebut.
Namun tahukah Anda, kematian orang tercinta juga bisa menyebabkan gangguan mental?
Rasa sedih adalah hal yang wajar terjadi ketika kita kehilangan orang tercintaa Namun,
kesedihan tersebut biasanya diekspresikan secara fisik, emosional, dan psikologis.
Misalnya, menangis adalah ekspresi fisik, sedangkan depresi adalah ekspresi psikologis.
Jika kesedihan tersebut terus berlaru-larut, bisa jadi adalah pertanda dari prolonged grief
disorder.
Prolonged grief disorder merupakan gangguan kesedihan yang berkepanjangan mengacu
pada sindrom yang terdiri dari serangkaian gejala yang berbeda setelah kematian orang
yang dicintai. Seseorang yang mengalami sindrom tersebut biasanya mengalami kesedihan
mendalam secara intesif selama lebih dari 12 bulan usai kematian orang yang dicintainya.
Biasanya, kesedihan berlarut-larut tersebut menyebabkan seseorang selalu teringat pada
orang yang dicintainya hingga mengganggu aspek-aspek lain kehidupan mereka. Namun,
ada juga yang berusaha menghindari ingatan atau kegiatan yang mengingatkan mereka
akan peristiwa kehilangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai