Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ellena Saskia Putri

NIM : 616080620010
1. Kekerasan Pada Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindak kekerasan berbasis gender
yang berakibat, menyakiti fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan; termasuk
ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena mena kebebasan, baik
terjadi di mayarakat maupun kehidupan pribadi.
kekerasan pada perempuan dapat menyebakan gangguan mental, sikap yang mudah putus
asa, dan berakhir bunuh diri, bahkan meninggalkan pengalaman yang menyakitkan bagi
perempuan. Kekerasan juga dapat menyebabkan perempuan mengalami stress pasca hal itu
terjadi, yang dalam kajian psikologi nya bahwa stress (PTSD) adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengalami cemas berlebihan sehingga menyebabkan kondisi emosi labil dan berbeda
dari kebanyakan orang. Kondisi mental korban kekerasan akan mengalami stress meningkat,
mudah marah, mudah menangis, merasa terancam, merasa kurang dihargai di masyarakat, sulit
berinteraksi dengan orang lain, dan lain lain
2. Pengawasan Terhadap Perempuan
Melatih tingkat kemandirian dan ketahanan mental sangat penting, banyak sekali
keluarga yang tidak menyadari bahwa pengawasan yang berlebihan (Overprotektif) bisa
membawa dampak negative bagi anak, khususnya kaum perempuan. Pengawasan yang
berlebihan dapat menghambat tingkat ketahanan mental seseorang yang dapat mengakibatkan
mudah gelisah atau depresi karena perasaan tertekan yang dialami. Padahal ketahanan mental
yang tinggi akan meningkatkan level emosional dan social yang positif, kemampuan mengatasi
berbagai situasi sulit, dan menurunkan tingkat depresi.
Pengawasan anak yang berlebihan khususnya perempuan dapat berdampak buruk pada
Kesehatan mentalnya seperti anak menjadi lebih takut dan kurang percaya diri untuk melakukan
sesuatu, karena dia merasa gagal Ketika tidak dalam pengawasan orang tua, melarikan diri dari
kenyataan, mudah terpengaruh lingkungan sekitar, sulit dalam bergaul, egois, selalu bergantung
pada orang lain, kurang mampu mengendalikan emosi dan lain lain. Usaha berdiri sendiri pada
anak perempuan berbeda dari anak laki laki karena status nya sebagai perempuan yang harus
bersikap pasif maka akan lama ketergantungan dari pada laki laki.
3. Penyalahgunaan Obat Obatan
Beberapa kaum perempuan, yang mengalami kekerasan baik secara fisik, psikis, social,
mengalami stigma negative dan khusunya selalu dipandang rendah daripada laki laki akan
membutuhkan hal yang dapat menenangkan pikiran dan hatinya. Tidak jarang untuk
mendapatkan ketenangan secara instan, perempuan menggunakan obat obat terlarang agar
mereka tidak merasakan beban berat yang dipikulnya.
Hampir Sebagian kaum perempuan pernah mengalami stress dan depresi akibat masalah
yang tidak bisa dia selesaikan secara pribadi dan berujung menggunakan obat terlarang. Alasan
mengonsumsi obat terlarang adalah untuk menenangkan perasaan dan pikiran yang sedang
kacau, padahal kecanduan obat terlarang menjadi pemicu depresi semakin parah. Adapun obat
penenangnya adalah psikotropika golongan 4 yang menyebabkan candu ringan dan boleh
digunakan untuk pengobatan medis, contohnya diazepam, nitrazepam (dumolid, mogadon, BK)
dan obat psikotropika lainnya yaitu Xanax, valium, Ativan, Librium. Penggunaan obat obat
inilah yang sering disalahgunakan karena pemahaman masyarakat masih kurang.
4. Kelemahan-kelemahan
Karena perbedaan gender, maka wanita sering dianggap adalah kaum lemah, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun Lembaga pemerintah. Wanita dianggap tidak bisa
memimpin suatu hal dikarenakan stigma masyarakat yang beranggapan wanita harus mengurus
rumah saja. Selain gender, perempuan juga memiliki kelemahan nya sendiri yang dapat
mengganggu Kesehatan mentalnya seperti wanita selalu mengukur kepercayaan dirinya melalui
fisik, pesimis, perfeksionis, rendah diri, gangguan kecemasan, panik, memendam amarah,
trauma, dan depresi.
Rendahnya rasa percaya diri dapat mempengaruhi Kesehatan mental karena rasa percaya
diri adalah factor penentu yang menggerakkan seseorang untuk membuat keputusan yang sehat,
konstruktif, adaptif. Dampak rendah diri membawa seseorang semakin tidak produktif atau
bahkan secara aktif merusak diri sendiri. Memendam amarah juga bisa menyebabkan gangguan
kecemasan. Gangguan kecemasan berkepanjangan mengakibatkan otak memproduksi hormone
stress secara berkala, yang berdampak negative pada Kesehatan fisik dan mental. Pesimis tidak
hanya mempengaruhi cara memandang hidup, tetapi mengganggu Kesehatan mental. Hilangnya
harapan dan rasa putus asa jika dibiarkan berlarut larut, bisa menjadi salah satu gejala gangguan
mood yaitu depresi. Perfeksionis biasanya didorong akan kegagalan menyenangkan orang lain
dan memiliki perasaan takut ditolak atau dikritik. Tak heran, keinginan untuk menjadi sempurna
membuatnya cemas dan stress Ketika kesempurnaan itu tak tercapai
5. Kabar Duka
Kehilangan adalah sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari peristiwa
menjadi tidak adanya suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada. Peristiwa tersebut
bisa berupa kematian, perceraian, kecelakaan, bencana alam, PHK, dan lain lain. Kehilangan
akibat kematian merupakan kehilangan yang paling berat dan sulit diterima yaitu seseorang yang
dicintai dan disayangi seperti orang tua, saudara kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau
teman. Duka bisa terjadi sebagai tanggapan atas kematian serta perubahan drastis dalam rutinitas
sehari-hari maupun cara hidup yang biasanya memberi kita kenyamanan dan perasaan stabil.
Kehilangan tidak selalu berkaitan dengan kematian, tetapi bisa juga karena kehilangan kesehatan
(fisik dan mental), pekerjaan, pasangan, status, harta benda, ditinggalkan anak-anak karena
menikah atau pindah rumah, dan lain-lain.
Orang yang pernah mengalami kehilangan bisa memiliki berbagai perasaan yang
mencakup keterkejutan, mati rasa, kesedihan, penyangkalan, keputusasaan, kecemasan,
kemarahan, rasa bersalah, kesepian, depresi, ketidakberdayaan, kelegaan, dan kerinduan. Efek
duka dan kehilangan seringkali menyerupai depresi dan beberapa orang terus mengalami depresi
setelah menghadapi kehilangan yang signifikan. Segera setelah kehilangan terjadi, individu yang
ditinggalkan sering merasa terkejut, mati rasa, dan menyangkal, terutama jika kehilangan terjadi
secara tak terduga. Ketika orang tersebut mulai dapat memahami realitas kehilangan, ia
cenderung mengalami kesedihan yang mendalam, kehampaan atau kesepian, dan terkadang
kemarahan atau rasa bersalah.

Anda mungkin juga menyukai