Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dianti Arini

Nim : 616080620008

Hal-hal beresiko yang dapat mempengaruhi kesehatan mental perempuan

1. Kekerasan terhadap perempuan


Kekerasan terhadap perempuan merupakan pelanggaran HAM yang paling kejam
yang dialami oleh perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di mana
saja baik ditempat umum, ditempat kerja, maupun rumah tangga ( L.M Gandi Lapian,
2012 ). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 perempuan lebih rentan
menderita gangguan jiwa ringan dibandingkan laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh
kondisi yang kerap menempatkan perempuan pada posisi yang merugikannya.
Kekerasan terhadap perempuan baik yang dilakukan oleh orang yang dikenalnya
(seperti suami ataupun pacar) maupun orang  asing akan semakin meningkatkan risiko
perempuan untuk terkena gangguan jiwa seperti stress,depresi, kecemasan yang
berlebihan, dan juga fobia. Bahkan pada kasus kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) hal ini akan menimbulkan trauma kejiwaan berkepanjangan atau yang lebih
dikenal sebagai gangguan stress paska trauma.

2. Pengawasan terhadap perempuan


Pengawasan berlebih pada perempuan yang mempengaruhi kesehatan mental
perempuan dapat dilihat dari seorang isteri harus sepenuhnya melayani dan di bawah
kontrol suami. Sebagai anak, ia di bawah pengawasan ayahnya, dan sebagai anggota
masyarakat ia berada di bawah kontrol semua laki- laki. Menurut norma dalam
masyarakat muslim, anak gadis harus memperoleh izin ayahnya ketika hendak
menikah. Bahkan sebagian ayah boleh menikahkannya dengan laki-laki pilihannya,
meski si anak tidak menginginkannya. Laki-laki harus mengawasi setiap tingkah laku
perempuan dan perempuan diciptakan untuk taat kepada laki-laki. Perempuan seakan-
akan tidak boleh memiliki dunia. Perempuan diposisikan hanya mengurusi masalah
domestik dan rumah tangga (domestication/housewivezation), seperti masalah dapur,
kasur, dan sumur, meski dalam mengurus masalah domestik sekalipun, kaum
perempuan tetap tidak memiliki kedaulatan penuh karena dikendalikan oleh kaum
laki-laki dalam kondisi budaya patriarkhis, sehingga seringkali menghadapi tindakan
kekerasan secara fisik, seksual, ekonomi, dan pelecehan.

3. Penyalahgunaan obat-obatan
Penyalahgunaan narkoba yang menimpa seorang wanita, jauh menimbulkan efek
yang lebih serius. Efek yang ditimbulkan berkaitan dengan masalah kesehatan, baik
itu bersifat klinis atau psikologis. Berbagai riset menunjukkan, 70 persen
penyalahgunaan narkoba pada wanita mengarah kepada masalah fisik dan seksual.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba pada wanita terjadi
karena trauma masa kecil dan latar belakang orangtua yang juga terkena alkohol dan
obat-obatan. Banyak wanita yang menggunakan narkoba atau alkohol, telah menderita
penganiayaan semasa kecil, termasuk penganiayaan secara fisik, emosional atau
seksual. Karena hal inilah, akhirnya seorang wanita beralih kepada strategi yang
kompulsif untuk menghadapi kenyataan yang ada, salah satunya adalah dengan
penyalahgunaan narkoba. Namun, tidak ssedikit juga wanita yang mengatakan bahwa
mereka mulai menggunakan narkoba karena ajakan dari pasangan atau teman pria
mereka. Masalahnya, seringkali wanita yang menggunakan narkoba merasa lebih
mempunyai kepercayaan diri akibat harga diri yang rendah.

4. Kelemahan-kelemahan
Terkadang, perempuan menjadi merasa rendah diri karena pandangan yang
menganggap perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah daripada lelaki.
Perempuan memang terlihat mudah mengalami mood swing, mudah merasa sedih,
dan mudah menangis. Hal itu disebabkan adanya kecenderungan untuk
mengekspresikan perasaan. Namun, bukan berarti setiap perempuan identik dengan
istilah “rapuh”, “emosional”, atau “baperan”. Justru dengan hal tersebut, mari pahami
diri kita lebih baik lagi. Jadikan hal tersebut sebagai keunikan yang kita miliki dan
tetaplah menjadi pribadi yang berharga dan berbahagia.

5. Kabar duka
Perempuan memiliki kepekaan untuk memahami keadaan perasaan orang lain. Ia
mampu memahami dan mengerti keadaan temannya yang sedang sedih, patah hati,
atau bahagia. Menurut penelitian, perempuan memang lebih mudah untuk mengenali
dan berempati pada keadaan emosi orang lain. Salah satu alasannya, perempuan lebih
sensitif terhadap emosi orang lain karena adanya kebutuhan untuk dekat secara fisik
maupun psikologis dibandingkan dengan laki-laki.
Itulah mengapa perempuan mudah mengalami kesedihan mendalam bahkan
berkepanjangan saat mendengar berita-berita duka. Prolonged grief disorder
merupakan gangguan kesedihan yang berkepanjangan mengacu pada sindrom yang
terdiri dari serangkaian gejala yang berbeda setelahkematian orang yang dicintai
Seseorang yang mengalami sindrom tersebut biasanya mengalami kesedihan
mendalam secara intesif selama lebih dari 12 bulan usai kematian orang yang
dicintainya. Biasanya, kesedihan berlarut-larut tersebut menyebabkan seseorang
selalu teringat pada orang yang dicintainya hingga mengganggu aspek-aspek lain
kehidupan mereka.
Melansir laman Psycom.net, kematian orang tersayang yang terjadi secara tiba-tiba
bisa menimbulkan respons emosional yang kuat. Hal inilah yang bisa memicu
terjadinya gejala prolonged grief disorder. Menurut riset yang diterbitkan dalam US
National Library of Medicine National Institutes of Health, kematian orang tersayang
- terutama jika terjadi secara tiba-tiba - akan menimbulkan pengalaman traumatis.
Pengalaman duka tersebut juga bisa mendatangkan episode depresi, gangguan panik
dan gangguan stres pasca trauma, yang merupakan bagian dari Prolonged grief
disorder.

Anda mungkin juga menyukai