Disusun oleh :
Jagat sukma pranawa (220103062) Kelas : 3 b
Pelecehan lansia adalah tindakan tunggal atau berulang, atau kurangnya tindakan yang tepat,
yang terjadi dalam hubungan apapun di mana ada harapan kepercayaan, yang menyebabkan
kerugian atau penderitaan bagi orang yang lebih tua. Jenis kekerasan ini merupakan
pelanggaran hak asasi manusia dan mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis emosional:
penyalahgunaan keuangan dan materi : pengabaian, menelantarkan dan kehilangan martabat
dan rasa hormat yang serius.
2. Jelaskan tentang teori situasional model yang menyebabkan elderly abuse! Jawaban :
Teori ini adalah salah satu yang paling awal dan paling luas menerima penjelasan tentang
pelecehan pada lansia. Teori ini berfokus pada peran stress dan beban pengasuhan dalam
pelecehan lansia, pengasuh yang terlalu terbebani yang tidak dapat mengatasi perhatiannya
dan tuntutan menciptakan lingkungan untuk penyalahgunaan. Pada teori ini mendukung
gagasan yang menakankan kejadian kasar menjadi kasar pada lansia.
Pada teori ini mengendalian bahwa dua pihak memberi dan menerima barang berharga dari
masing-masing lain dan bahwa interaksi antara dua belah pihak akan dievaluasi secara positif
jika kedua pihak sama-di untungkan maka ada hubungan.
Teori ini mengkaji peran pengasuh dengan masalah kesehatan mental dan bagaimana hal itu
menempatkan lansia dalam resiko penganiayaan. Karakteristik perilaku berkontribusi
terhadap pelecehan lansia. Pengasuh yang mengonsumsi alkohol dan mengalami depresi,
kecemasan lebih mungkin untuk menggunakan kekerasan fisik dan verbal terhadap lansia.
Jawaban :
Pada teori ini kekerasan adalah pembelajaran yag dapat diturunkan dari generasi ke generasi
selanjutnya. Ketika anak-anak mengamati kekerasan sebagai respon terhadap stress,mereka
kemudian meniru atau mengintemalisasi perilaku ini sebagai sikap penerima. Jadi anak atau
pasangan yang disalahgunakan oleh lansia pastinya akan melanjutkan siklus kekerasan
sebagai pengasuh.
Teori ini berfokus pada pelecehan pasangan yang lebih tua sebagai dimensi signifikan dari
pelecehan yang lebih tua, dimana lansia wanita lebih rentan terhadap pelecehan pasangan
karena wanita yang lebih tua cenderung memiliki kekuatan yang lebih kecil daripada laki-
laki. Menurut teori ini laki-laki akan memiliki lebih banyak sosial dan sumber daya keuangan
dan menganggap perempuan sebagai properti.
a. Pertanda cedera yang tidak jelas asalnya, misalnya seperti memar dan bekas luka b. Patah
tulang atau keseleo
c. Mengalami overdosis obat atau ketidakmampuan mengonsumsi obat secara rutin d.
Perawat menolak memberi kamu izin untuk bersama dan berbicara dengan lansia
a. Gelisah
b.Berupaya menghindari situasi tertentu (seperti pergi ke suatu tempat kegiatan atau kerumah
orang lain)
c. depresi
d. keinginan untuk menyakiti diri sendiri
e. sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau gejala somatic lainnya yang tidak diketahui
penyebabnya.
Untuk mencegah pelecehan orang tua, kita harus memahami dan mengatasi faktor faktor
yang menempatka orang pada risiko atau melindungi mereka dari kekerasan seperti :
A. Dengarkan orang dewasa yang lebih tua dan pengasuh mereka untuk memahami tatangan
mereka dan memberikan dukungan.
B.Laporkan pelecehan atau dugaan pelecehan ke layanan perlindungan orang dewasa
setempat,ombudsman perawatan jangka panjang atau polisi.
C. Mendidik diri sendiri dan orang lain tentang bagaimana mengenali dan melaporkan
pelecahan orang tua.
D. Pelajari bagaimana tanda-tanda pelecehan orang tua berbeda dari proses penuaan normal.
E.check in pada orang dewasa yang lebih tua yang mungkin memiliki sedikit teman da
anggota keluarga.
F. Berikan pengasuh yang terbebani dengan dukungan seperti bantuan dari teman,
keluarga atau kelompok perawatanbantuan lokal, program penitipan anak
dewasa,penyuluhan, outlet dimaksudkan untuk mempromosikan kesejahteraan emosional.
G. Dorong dan bantu orang (baik pengasuh atau orang dewasa yang lebih tua) yang memiliki
masalah dengan penyalahgunaan obat atau alkohol untuk mendapatkan bantuan.
• ⚫ Faktor genetik : Faktor genetic merupakan salah satu yang dapat menyebabkan
permasalahan dalam perkembangan gangguan mood. Diketahui bahwa pada
penelitian anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25%.
• ⚫ Faktor psikososial : Faktor psikososial banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor
psikososial yang menyebabkan terjadinya depresi antara lain peristiwa kehidupan,
stress lingkungan dan rasa ketidakberdayaan yang dipelajari dari lingkungan.
Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat usia lanjut putus asa, kenyataan
yang menyedihkan karena kehidupan nampak suram dan diliputi banyak tantangan.
Usia lanjut dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik dari pada
keluhan emosi, keluhan fisik sebagai akibat depresi kurang mudah untuk dikenali
dikarenakan yang sering menyebabkan keterlambatan dalam penanganannya. Keluhan
fisik yang muncul sulit dibedakan apakah disebabkan faktor fisik atau psikis,
sehingga depresi sering terlambat untuk tedeteksi. Jika gejala depresi ini kurang
mendapat perhatian karena tidak terdeteksi akan memperburuk penyakit lainnya yang
sedang diderita. Dapat dikatakan bahwa depresi ini, muncul sebagai hasil interaksi
beberapa faktor yaitu faktor biologis. psikologi dan sosial. Oleh karenanya seseorang
yang terkena depresi akan mengalami perubahan perasaan, perubahan tingkah laku
dan keluhan yang bersifat fisik.
Pada usia lanjut depresi bentuknya bermacam-macam seperti perasaan sedih, pikiran
terlambat,tingkah laku lamban, kecemasan, kehilangan selera makan, kehilangan rasa
senang. cenderung menyusahkan orang lain, sampai keluhan fisik. apa yang terjadi
bila usia lanjut mengalami depresi? Yang perlu diperhatikan secara serius adalah bila
usia lanjut merasa dirinya kesepian sudah diikuti keadaan depresi, maka orang itu
akan dengan sendirinya kehilangan gairah hidup, munung, pesimis, kurang inisiatif
dan akhirnya mengalami kelambanan proses berfikir. Oleh karenanya bila kesepian
sudah melanda perasaan perlu dicari solusinya guna mencegah perkembangannya
kearah depresi.
h. Status kesehatan saat ini i. Status kesehatan masa lalu j. Tinjauan sistem
4) Kepala
5) Mata
6) telinga
7) Hidung dan sinus
8) Mulut dan tenggorokan 9) Leher
10) Payudar
11) Pernafasan
12) Kardiovaskuler
13) Gastrointestinal
14) Perkemihan
15) Genitor reproduksi-pria 16) Genitor reproduksi-wanita
17) Musculoskeletal 18) System syaraf pusat 19) System endokrin 20) System imunitas 21)
System pengecap 22) System pencium 23) Psikososial
Batasan karakteristik
1. Bergantung pada pendapat orang lain
2. Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang din sendiri 3. Secara berlebihan mencari
penguatan
4. Rasa bersalah
5. Enggan mencoba hal baru
6. Perilaku bimbang
7. Perilaku tidak asertif
8. Sering kali mencari penegasan
9. Pasif
10. Kontak mata kurang
11. Menolak umpan balik positifkegagalan hidup berulang
-Ketidaksesuaian budaya
-Kurang kasih sayang
-Kurang rasa memiliki
-Kurang keanggotaan dalam kelompok -Kurang respek dari orang lain
-Koping terhadap kehilangan tidak efektif -Merasa persetujuan orang lain tidak cukup -
Ketidaksesuaian spiritual
Populasi berisiko
1. Terpapar peristiwa traumatik 2. Kegagalan berulang
3. Penguatan negativ berulang
19. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan depresi (klafisikasi
dan indikator)
Jawaban :
Harga diri rendah kronik (00119)
20. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan depresi (klafisikasi
dan aktifitasnya)
Jawaban :
f. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan harga diri. g. Monitor
frekuensi verbalisasi negative terhadap diri
h. Monitor kurangnya tindak lanjut terkait dengan pencapaian tujuan
i. Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat
penyakitdemensia. Beberapa gen pemicu penyakit pada otak ini. Yaitu presenilin 1 (PSEN!)
Presinilin 2 (PSEN2) dan gen armyloid precursor protein (APP). Gen ini bertindak untuk
mempengaruhi pemrosesan protein di otak, yang menyebabkan penyakit Alzheimer
menyebabkan pembentukan protein abnormal.
Ada banyak penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya demensia, seperti Alzheimer,
penyakit Parkinson, hingga gangguan peredaran darah (stroke dan aterosklerosis) yang bisa
disebabkan oleh kolesterol tinggi.
⚫ Balas berolahraga
Penyebab lain yang bisa meningkatkan risiko demensia adalah malah olahraga.pasalnya
minim waktu olahraga dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap berbagai penyakit
kronis yang mempengaruhi otak. Misalnya penyakit jantung, gangguan sirkulasi darah, perut
buncit dan obesitas, hingga diabetes semua merupakan factor risiko dari demensia.
meningkatnya risiko demensia di masa depan. Kebanyakan makan makanan yang berlemak,
yang terlalubanyak garam, juga terlalu banyak asupan gula dapatmenyebabkan berbagai
masalah kesehatan yang mempengaruhi kesehatan jantung, pembuluh darah, dan otak.
Jawaban :
Tanda dari demensia antara lain:
a.Bicara tidak nyambung
b. Daya ingat menurun
c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun d.Emosi labil ( cepat marah dan cepat
berubah)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar. Ciri-ciri mudah lupa
antara lain:
a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall
c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam
memori d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.
e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya.
Gejala
Gejala demensia menurut Christopher (2002) yaitu: a. Kehilangan ingatan
Gejala ini merupakan gejala umum dari demensia, dan ingatan mengenai kejadian- kejadian
baru yang pertama-tama terkena dampaknya. Kemampuan untuk menyimpan informasi baru
mengalami kemunduran karena perubahan dalam otak yag terjadi.
b. Disorientasi
Hilangnya kemampuan untuk mengarahkan diri pada tujuan atau waktu tertentu. Banyak
penderita demensia menunjukkan tanda disorientasi, dimana mereka berada dan
kadangkeluyuran keluar rumah dan tersesat.
c. Perubahan kepribadian dan perilaku
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang lainnya menunjukkan
perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap
kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.
d.Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita mengalami kesulitan
dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting untuk
merawat orang yang mengalami demensia.
f. Sistem Pendukung
g. Kebiasaan Ritual
h. Status Kesehatan Saat Ini
i. Status Kesehatan Masa Lalu j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda setiap gejala berikut ini: 1) Keadaan Umum
2) integumen
3) Hemopoetik
4) Kepala
5) Mata
6) telinga
7) Hidung dan sinus
8) Mulut dan tenggorokan 9) Leher
10) Payudara
11) Pernafasan
12) Kardiovaskuler
13) Gastrointestinal
14) Perkemihan
15) Genitor reproduksi-pria
20) System imunitas 21) System pengecap 22) System pencium 23) Psikososial
Definisi :
Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap.
Batasan karakteristik :
1. Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan
2. Mudah lupa
3. Ketidakmampuan mempelajari keterampilan baru
4. Ketidakmampuan mempelajari informasi baru
5. Ketidakmampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
6. Ketidakmampuan mengingkat informasi atau kejadian faktual
7. Ketidakmampuan mengingat nama, kata, atau benda yang familier.
8. Ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pemah dilakukan
9. Ketidakmampuan menyimpan informasi baru
10. Ketidakmampuan menguasai keterampilan baru
11. Mempertahankan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
1. Anemia
2. Cedera otak
3. Penurunan curah jantung
4. Ketidakseimbangan elektrolit 5. Hipoksia
6. Gangguan kognitif ringan
7. Gangguan neurologis
8. Penyakit parkinson
b. Risiko jatuh (00155)
Definisi:
Peningkatan rentan jatuh, yang dapaat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan.
Faktor risiko:
Anak
1.Tidak ada pagar pada tangga 2.Tidak ada terali pada jendela
3. Kurang pengawasan
4. Kurangnya restrein pada mobil
Lingkungan
Lingkungan yang berkelompok
2. Pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman 3. Kurang material antislip di kamar mandi 4.
Kurang pencahayaan
5. Ruang yang tidak dikenal
6. Penggunaan restrein
7. Penggunaan karpet yang tidak terlipat
Fisiologis
1. Perubahan kadar gula darah
2. Penurunan kekuatas ekstremitas bawah 3. Diare
4. Kesulitan gaya berjalan
5. Pusing saat mengekstensikan leher
6. Pusing menolehkan leher
7. Hambatan mobilitas
8. Inkontinensia
9. Mengantuk
10. Urgensi berkemih
Lain-lain
Konsumsi alkohol
Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah
Populasi beresiko
1. Usia >>65 tahun
2. Usia 2 tahun
3. Riwayat jatuh
4. Hidup seorang sendiri
5. Jenis kelamin laki-laki berusia <1 tahun
Kondisi terkait
1. Sakit akut
2. Gangguan fungsi kognitif 3. Anemia
4. Artritis
5. Gangguan pada kaki
6. Gangguan mendengar
7. Gangguan keseimbangan
8. Gangguan visual
9. Prosthesis ekstremitas bawah
10. Neoplasma
11. Neuropati
12. Hipotensi ortostatik
13. Agens farmaseutika
14. Periode pemulihan pasca operasi 15. Defisit proprioseptif
16. Penggunaan alat bantu
17. Penyakit vascular
25. Jelaskan NOC Untuk Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Dimensia
(Klasifikasi dan Indikator)
Jawaban :
Memori (0908)
1. Mengingat informasi baru saja terjadi secara akurat 2. Mengingat informasi yang terbaru
secara actual
3. Mengingat informasi yang sudah lama secara akurat
4. Jatuh dari tempat tidur 5. Jatuh saat dipindahkan 6. Jatuh saat naik tangga 7. Jatuh saat
turun tangga
26. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan dimensia
(klafisikasi dan aktifitasnya)
Jawaban :
5. Bantu pasien saat melakukan perpidahan ke lingkungan yang lebih aman (misalnya
rujukan untuk mempunyai asisten rumah tangga)
6. Edukasi individu dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap bahan berbahaya yang ada di
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Madina, UU, & Dwimartutie, N. Penganiayaan Lansia: Faktor Risiko dan Terapi. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia , 3 (1), 9.
2. Madina, Ummi Ulfah, and Noto Dwimartutie. "Salah Perlakuan terhadap Orang Tua:
Faktor Risiko dan Tatalaksana." Jurnal Penyakit Dalam Indonesia| Vol 3.1 (2016).
3. Khumas, A., Prawitasari, J. E., Retnowati, S., & Hidayat, R. (2015). Model penjelasan
intensi cerai perempuan muslim di Sulawesi Selatan. Jurnal Psikologi, 42(3), 189-206.
4. Madina, Ummi Ulfah, and Noto Dwimartutie. "Elderly Mistreatment: Risk Factors and
Therapy." Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 3.1: 9.
5. KOSASIH, Fitriyani; ROCHMANI, Rochmani; FOLIA, Roli Cahya. Zoning System
Policy Model in Accepting New Students in Indonesia. International Journal of Social
Learning (IJSL), 2023, 3.2: 131-146.
6. Hartiningtyas, Agustina Budi, and M. A. Sumayah. Rising Awareness Of Woman’s
Emancipation In Moana (2016) Movie By Using Feminism Theory. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2021.
7. MUJIADI, S. Kep, et al. "BUKU AJAR-KEPERAWATAN GERONTIK." E-Book
Penerbit STIKes Majapahit (2022)
8. Madina, U. U., & Dwimartutie, N. (2016). Salah Perlakuan terhadap Orang Tua: Faktor
Risiko dan Tatalaksana. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia| Vol, 3(1).
9. Asshiddiqie, Jimly. "Memperkenalkan gagasan konstitusi ekonomi." Jurnal Hukum Prioris
3.2 (2013): 1-26.
10.Muhith, Abdul, and Sandu Siyoto. Pendidikan keperawatan gerontik. Penerbit Andi, 2016.
11.Aryati, Dyah Putri, Meidiana Dwidiyanti, and Rita Hadi Widyastuti. "FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENGABAIAN PADA LANSIA:
LITERATURE REVIEW." Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,
Indonesia (2018): 120.
12. MUJIADI, S. K., RACHMAH, S., KM, S., & Kes, M. (2022). BUKU AJAR-
KEPERAWATAN GERONTIK. E-Book Penerbit STIKes Majapahit.
13.MUHITH, Abdul; SIYOTO, Sandu. Pendidikan keperawatan gerontik. Penerbit Andi,
2016.
16.Rahmah, Mutia, Ahmad Husairi, and Fauzan Muttaqien. "Tingkat spiritualitas dan tingkat
depresi pada lansia." Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan 3.1 (2015):
56-64. 17..Fitra Ayu Lestari, N. Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Ny. M Dan TN. K
Dengan Depresi Yang Mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Koping Di Upt
Pelayananan Sosial Tresna Werdha Jember Tahun 2019.
18. Tobing, Duma Lumban. "ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
INTERVENSI INOVASI TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DEPRESI." Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia 6.2 (2022): 168-172
19..DJUNAEDI, I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN
LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI RINGAN DENGAN FOKUS STUDI
KEPEDIHAN KRONIK MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK.
20.Nasrullah, Dede. "Buku Ajar Keperawatan Gerontik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan NANDA-NIC NOC." (2016).
21.Suwarni, S., Setiawan, S., & Syatibi, M. M. (2017). Hubungan usia demensia dan
kemampuan fungsional pada lansia. Jurnal Keterapian Fisik, 2(1).
22.Risti, Eka, and Sandy Kurniajati. "Penurunan Kemampuan Pengertian Bahasa pada Lansia
dengan Demensia." JURNAL STIKES RS Baptis Kediri 7.1 (2014).
23.Djibrael, F. F. (2018). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Stroke UPT. Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung, Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kupang).
24.Al-Finatunni’mah, Aisyatu, and Tri Nurhidayati. "Pelaksanaan senam otak untuk
peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia." Ners Muda 1.2 (2020): 139
25.MAYASARI, N. F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMENSIA
DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR DI GRIYA ASIH LAWANG.
26.Setiyorini, Erni, et al. Asuhan keperawatan lanjut usia dengan penyakit degeneratif. Vol.
1. Media Nusa Creative (MNC Publishing), 2018.