Anda di halaman 1dari 3

1.

Aspek-aspek Perkembangan

Sosio-Emosi
individu yang berada di tahap dewasa akhir lebih banyak penyakit dan juga gangguan emosi.
Antara gangguan emosi yang sering dihadapi ialah kemurungan atau depresi, reaksi parahoid,
hipochondriasis, ingatan masa lampau. Terdapat juga faktor dari segi sosial, yaitu hubungan
antara keluarga dan masyarakat.

A. Kemurungan
Reaksi kemurungan di tahap lanjut usia dapat diperhatikan jelas apabila mereka
memperlihatkan perasaan dan tingkah laku bersedih hati yang ekstrim. Mereka yang dilanda
murung tidak suka untuk mengadakan hubungan sosial, bersifat pessimis, mempunyai
konsep-kendiri yang rendah, daya mental mereka menjadi begitu lemah sekali dan lain-lain
gangguan fisik. Individu lanjut usia yang dilanda kemurungan didapati sukar untuk membuat
sesuatu keputusan walaupun berhubung dengan hal-hal yang terlalu mudah untuk diatasi.
Pertuturan mereka menjadi lambat, begitu juga dengan pergerakan fisik. Dari segi simpton
fisik, didapati mereka yang berada dalam keadaan kemurungan melaporkan mereka tidak
napsu makan, berat badan menurun, terlalu letih terutama di waktu pagi, sukar untuk tidur
dan sering terjaga dalam tidur di waktu malam.

B. Reaksi Paranoid
Paranoid ialah berperasangka tidak menentu dan berperasangka tidak baik terhadap orang
lain, biasanya berlaku di kalangan individu lanjut usia yang mempunyai masalah-masalah
berhubung dengan kepancainderaan seperti tidak dapat mendengar dengan baik, atau tidak
dapat melihat dengan jelas atau berkurang daya perasa.

C. Hipochondriasis.

Hipochondriasis ialah tingkah laku dan sikap individu yang sering merasa mereka
mempunyai penyakit tertentu, padahal dalam keadaan yang sebenarnya, mereka tidak
mempunyai masalah apapun. Hipochondriasis merupakan suatu contoh daripada kecelaruan
kefungsian di kalangan individu lanjut usia yang banyak berlaku di kalangan kaum wanita
daripada kaum lelaki .Pada umumnya mereka yang dilanda simpton hipochondriasis
melaporkan mereka sentiasa berada dalam keadaan kesehatan yang tidak memuaskan, sakit
dan perlukan rawatan yang intensif. Karena gangguan ini, mereka sering kali berada dalam
keadaan ketakutan dan ketegangan. Mereka tidak dapat menerima kenyataan dengan fisikal
dan biologikal bahwa mereka berubah apabila umur meningkat.

D. Ingatan Masa Lampau


Individu yang berada di tahap dewasa akhir biasanya akan mencoba mengingat masa lampau
mereka. Entah kebahagiaan atau kejayaan. Ini akan membuat mereka lega dalam menjalani
kehidupan ini. Contohnya kejayaan saat mendapat pangkat yang tinggi dalam pekerjaannya,
dapat berbakti kepada masyarakat dan lain-lain lagi. Kisah masa lampau yang positif ini akan
mendorong mereka untuk terus hidup dengan gembira, bahagia dan tidak memungkinkan ada
rasa bersalah dengan apa yang telah dilakukan. Tetapi, ketika mengingat memori kesedihan,
keburukan akan membuat mereka merasa tidak senang dan kecewa dengan kehidupan yang
lalu. Kemungkinan besar mereka rasa rugi dengan apa yang telah dilakukan pada usia remaja
dan dewasa. Antara kekecewaan yang dapat dilihat ialah melakukan maksiat, perceraian dan
tidak maksimal dalam pekerjaannya. Hal ini juga dinyatakan oleh tokoh psikologi iaitu Erik
Erikson.

Keluarga dan masyarakat


Pada tahap dewasa akhir ini, golongan dewasa akhir lebih bersikap sensitif. Keadaan ini
dapat dilihat apabila emosi mereka mudah tersentuh walaupun hal yang diperkatakan sepele.
Emosi yang sensitif menyebabkan mereka merasa bahwa anak-anak tidak senang dengan
kehadiran mereka. Tidak kurang anak-anak yang tidak sanggup menjaga orang tua mereka
dengan alasan mereka tidak ada waktu dan sibuk dengan pekerjaan mereka untuk
menguruskan kehidupan orang tua mereka. Hal ini menyebabkan adanya di kalangan anak-
anak yang sanggup membawa orang tua mereka ke Panti Jompo. Dengan anggapan bahawa
orang tua mereka akan lebih terjaga dan selamat. Hal ini adalah tindakan yang negatif.
Diibarat kata pepatah "seorang ibu dapat menjaga sepuluh orang anak, tetapi sepuluh anak
belum tentu dapat menjaga seorang ibu"

2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosio-emosi pada masa dewasa akhir

1. Faktor kesejahteraan lansia

Faktor utamanya mengenai usia lansia yang memikirkan bagaimana hidup dengan sejahtera
di akhir masa-masa hidupnya. Lansia yang tinggal di Panti Jompo cenderung merasa
kesepian karena keluarga yang tidak menjenguk, kesulitan berkomunikasi dengan lansia lain,
juga lansia yang mulai terkena penyakit-penyakit orang tua. Dampaknya adalah lansia lebih
memilih menghindari konflik antarsesama teman dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
mengadakan atau menghadiri pengajan.

tahap yang sudah dicapai oleh lansia pada masa ini adalah adanya kesadaran untuk berserah
diri kepada Tuhan dengan kepercayaan masing-masing, karena dianggap telah mendekati
kematian.

2. Faktor kualitas lansia

Kualitas pemenuhan kebutuhan sosial lansia di komunitas lebih luas dari pada di panti. Hal
ini disebabkan karena, ada penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi, tingkat keterlibatan
dalam pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, serta penurunan dukungan dari keluarga.
3. Faktor self-esteem pada lansia

Perubahan status sosial ekonomi dan kesehatan fisik diketahui dapat mempengaruhi
penurunan self-esteem pada orang dewasa akhir.

4. Faktor kematangan emosi pada lansia

Reichard’s (dalam Decker, 1980) menyatakan bahwa ada dua gambaran dari individu lanjut
usia yang tidak memiliki kematangan emosi, yaitu Angry, Individu-individu akan memusuhi
lingkungan, menyalahkan lingkungan apabila ada sesuatu yang salah, melihat dunia sebagai
suatu perlawanan yang kompetitif. Dan Self-haters, Individu-individu akan menyalahkan
dirinya, memiliki hubungan sosial yang buruk, dan sangat depresi dalam menjalani
kehidupan masa tuanya.

5. Faktor kesepian dan kerohanian pada lansia

dalam sosioemosinya adanya perlakuan dari masyarakat terhadap lansia itu sendiri bisa
berupa pengurangan dalam kegiatan aktivitas bagi lansia di masyarakat. ketidakpercayaan
diri pada lansia di masyarakat sampai dengan menimbulkan stress dan depresi pada lansia.
Tanpa adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan sosialnya, ternyata stress dan depresi
dapat menyebabkan kematian pada lansia. dampaknya lansia yang mengalami fase
kehilangan dalam hidupnya menjadi takut menjalani kehidupan lansianya. Sehingga, adanya
kegiatan memperbaiki ketakutan lansia dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
adanya tahap integritas pada lansia sehingga lansia siap menghadapi kematiannya.

Referensi :

https://dewasaakhir.blogspot.com/

Makalah psikologi perkembangan mahasiswa UMM tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai