Aspek-aspek Perkembangan
Sosio-Emosi
individu yang berada di tahap dewasa akhir lebih banyak penyakit dan juga gangguan emosi.
Antara gangguan emosi yang sering dihadapi ialah kemurungan atau depresi, reaksi parahoid,
hipochondriasis, ingatan masa lampau. Terdapat juga faktor dari segi sosial, yaitu hubungan
antara keluarga dan masyarakat.
A. Kemurungan
Reaksi kemurungan di tahap lanjut usia dapat diperhatikan jelas apabila mereka
memperlihatkan perasaan dan tingkah laku bersedih hati yang ekstrim. Mereka yang dilanda
murung tidak suka untuk mengadakan hubungan sosial, bersifat pessimis, mempunyai
konsep-kendiri yang rendah, daya mental mereka menjadi begitu lemah sekali dan lain-lain
gangguan fisik. Individu lanjut usia yang dilanda kemurungan didapati sukar untuk membuat
sesuatu keputusan walaupun berhubung dengan hal-hal yang terlalu mudah untuk diatasi.
Pertuturan mereka menjadi lambat, begitu juga dengan pergerakan fisik. Dari segi simpton
fisik, didapati mereka yang berada dalam keadaan kemurungan melaporkan mereka tidak
napsu makan, berat badan menurun, terlalu letih terutama di waktu pagi, sukar untuk tidur
dan sering terjaga dalam tidur di waktu malam.
B. Reaksi Paranoid
Paranoid ialah berperasangka tidak menentu dan berperasangka tidak baik terhadap orang
lain, biasanya berlaku di kalangan individu lanjut usia yang mempunyai masalah-masalah
berhubung dengan kepancainderaan seperti tidak dapat mendengar dengan baik, atau tidak
dapat melihat dengan jelas atau berkurang daya perasa.
C. Hipochondriasis.
Hipochondriasis ialah tingkah laku dan sikap individu yang sering merasa mereka
mempunyai penyakit tertentu, padahal dalam keadaan yang sebenarnya, mereka tidak
mempunyai masalah apapun. Hipochondriasis merupakan suatu contoh daripada kecelaruan
kefungsian di kalangan individu lanjut usia yang banyak berlaku di kalangan kaum wanita
daripada kaum lelaki .Pada umumnya mereka yang dilanda simpton hipochondriasis
melaporkan mereka sentiasa berada dalam keadaan kesehatan yang tidak memuaskan, sakit
dan perlukan rawatan yang intensif. Karena gangguan ini, mereka sering kali berada dalam
keadaan ketakutan dan ketegangan. Mereka tidak dapat menerima kenyataan dengan fisikal
dan biologikal bahwa mereka berubah apabila umur meningkat.
Faktor utamanya mengenai usia lansia yang memikirkan bagaimana hidup dengan sejahtera
di akhir masa-masa hidupnya. Lansia yang tinggal di Panti Jompo cenderung merasa
kesepian karena keluarga yang tidak menjenguk, kesulitan berkomunikasi dengan lansia lain,
juga lansia yang mulai terkena penyakit-penyakit orang tua. Dampaknya adalah lansia lebih
memilih menghindari konflik antarsesama teman dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
mengadakan atau menghadiri pengajan.
tahap yang sudah dicapai oleh lansia pada masa ini adalah adanya kesadaran untuk berserah
diri kepada Tuhan dengan kepercayaan masing-masing, karena dianggap telah mendekati
kematian.
Kualitas pemenuhan kebutuhan sosial lansia di komunitas lebih luas dari pada di panti. Hal
ini disebabkan karena, ada penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi, tingkat keterlibatan
dalam pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, serta penurunan dukungan dari keluarga.
3. Faktor self-esteem pada lansia
Perubahan status sosial ekonomi dan kesehatan fisik diketahui dapat mempengaruhi
penurunan self-esteem pada orang dewasa akhir.
Reichard’s (dalam Decker, 1980) menyatakan bahwa ada dua gambaran dari individu lanjut
usia yang tidak memiliki kematangan emosi, yaitu Angry, Individu-individu akan memusuhi
lingkungan, menyalahkan lingkungan apabila ada sesuatu yang salah, melihat dunia sebagai
suatu perlawanan yang kompetitif. Dan Self-haters, Individu-individu akan menyalahkan
dirinya, memiliki hubungan sosial yang buruk, dan sangat depresi dalam menjalani
kehidupan masa tuanya.
dalam sosioemosinya adanya perlakuan dari masyarakat terhadap lansia itu sendiri bisa
berupa pengurangan dalam kegiatan aktivitas bagi lansia di masyarakat. ketidakpercayaan
diri pada lansia di masyarakat sampai dengan menimbulkan stress dan depresi pada lansia.
Tanpa adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan sosialnya, ternyata stress dan depresi
dapat menyebabkan kematian pada lansia. dampaknya lansia yang mengalami fase
kehilangan dalam hidupnya menjadi takut menjalani kehidupan lansianya. Sehingga, adanya
kegiatan memperbaiki ketakutan lansia dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
adanya tahap integritas pada lansia sehingga lansia siap menghadapi kematiannya.
Referensi :
https://dewasaakhir.blogspot.com/