Anda di halaman 1dari 3

Depresi Lansia, Ayo Kita Atasi

 depresi
 psikiatri geriatri

YenniYoMon, 2008-06-30 20:24


Di Indonesia, batasan usia lanjut (lansia) menurut undang-undang No.12 tahun 1998
tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai berikut: seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun (depsos,1999). Batasan ini sama dengan yang
dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO, lansia dibagi menjadi 3 kriteria,
yaitu: Elderly (64-74 tahun), Older (75-90 tahun), dan Very Old (>90 tahun).

 Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim
ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari
kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia
yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal
lainnya yang menjadi penyebab. Kemudian, muncul berbagai pertanyaan dalam diri
para lansia sebagai bentuk kecurigaan dan ketidakpercayaan akan hidup mereka.
Apakah mereka melakukan kesalahan lagi atau nasib mereka yang kurang beruntung
karena sudah tua dan tidak berguna lagi? Jawabannya adalah TIDAK. Salah total bila
ada pikiran seperti itu. Semua manusia adalah ciptaan Tuhan, Jadi setiap manusia
pasti diciptakan dengan harapan dan tujuan yang baik.

 Berdasarkan teori Erickson, fase late years ( usia > 65 tahun) Lansia dapat dibagi
menjadi 2 kategori: kategori pertama adalah lansia yang memiliki integritas tinggi dan
idealisme yang mantap, dengan kategori kedua yaitu lansia yang memiliki kegagalan
dan kebingungan akan suatu nilai. Pada kategori pertama, lansia ini memiliki
integritas yang tinggi sehingga cenderung menjadi penasehat/ pelindung/ sesepuh dan
membagi pengalamannya kepada orang lain. Integritas mereka yang jelas melahirkan
idealisme yang mantap sehingga bisa merendahkan orang yang telah mengecewakan
idealismenya. Kategori dua yaitu lansia yang mengalami kegagalan. Kadang
kegagalan mereka menyebabkan mereka takut untuk menjadi tua. Nostalgia-nostalgia
mereka di masa dulu tidaklah terlalu membekas di hati mereka sehingga merasa hidup
mereka tidak berguna karena tidak dapat memberi arti yang bermakna kepada orang
lain dan cenderung putus asa. Hal iniah yang sering berakhir dengan depresi lansia.

 Penelitian sosiologis pada tahun 2002 mengungkapkan bahwa sebagian besar lansia
mengaku bahwa mereka minder dan tidak pantas untuk aktif pada masyarakat.
Konsekuensinya adalah mereka merasa kesepian dan depresi. Depresi adalah
gangguan emosional yang bersifat tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak
berarti, tidak mempunyai semangat dan pesimis terhadap hidup mereka. Depresi
adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan. Berdasarkan DSM IV
( diagnosis and statistical manual of mental disorders IV), disebut sebagai depresi
berat bila ditemukan 5 dari gejala-gejala ini: mood depresi hampir sepanjang hari,
insomnia atau hipersomnia, hilang minat dan rasa senang secara nyata dalam aktivitas
normal, berat badan menurun atau bertambah, agitasi atau retardasi psikomotor,
kelelahan atau tidak punya tenaga, sulit konsentrasi, rasa tidak berguna atau rasa
bersalah yang berlebihan, pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh
diri dan gejala-gejala ini bukanlah akibat dari tindakan medis atau karena pengaruh
zat kimia. Berdasarkan ICA 10 (International Classification of diseases 10), gangguan
depresi ada 3 gejala utama yaitu: mood terdepresi, hilang minat dan semangat, hilang
tenaga dan mudah lelah, disertai gejala lain yaitu: konsentrasi dan harga diri yang
menurun, perasaan bersalah, pesimis memandang masa depan, ide bunuh diri atau
menyakiti diri sendiri, pola tidur berubah, dan nafsu makan berkurang.

 Prognosis/ harapan kesembuhan untuk pasien depresi pada lansia tidaklah berbeda
jauh dengan remaja. Bila ditangani dengan baik dan cepat, lansia-lansia tetap dapat
sembuh dan berfungsi dengan baik lagi sedangkan pada hasil terapi yang kurang
memuaskan biasanya disebabkan oleh penyakit kronik dan episode awal depresi yang
kurang baik. Biasanya kematian tidak berhubungan langsung dengan depresinya tetapi
karena kelainan vaskuler (pembuluh darah) dan gangguan paru. 

 Penanganan yang dapat diberikan kepada lansia bisa terbagi menjadi 2 macam:
pertama adalah dari lansia itu sendiri (penanganan ini adalah yang paling penting
karena berasal dari kemauan dan pengertian dari diri sendiri) sedangkan yang kedua
adalah dari keluarga dekat hingga keluarga yang jauh, tetangga, teman, dan
masyarakat.

 Penanganan yang berasal dari lansia itu sendiri adalah menjalin hubungan sosial dan
berpikiran positif. Segala sesuatu akan menjadi hal yang menyenangkan apabila kita
melihat hal tersebut dengan pandangan yang positif karena sekaligus juga
memberikan nilai positif bagi kepuasan kita sendiri. Lansia-lansia bisa membuat
kontak sosial dengan mengadakan pertemuan-pertemuan atau aktivitas seperti
kumpul-kumpul dengan orang lain sehingga dapat bertukar informasi dan
membangkitkan semangat hidup. Dengan adanya acara-acara dan kumpul-kumpul,
dapat meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun psikis.

 Kontak sosial tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi dapat juga melalui
sarana-sarana yang ada. Bisa dengan menulis surat, email, pesan melalui media
elektronik dan media publikasi tertulis. Selain itu, lansia juga dapat mengisi waktu
dengan melakukan aktifitas-aktifitas ringan seperti menyiram bunga, menonton TV,
mendengarkan radio, olahraga untuk mengisi waktu dan mengatasi kebosanan mereka
sehingga mereka dapat menjadi senang dengan melakukan hobi-hobi. Banyak orang
yang takut akan pensiun karena terdapat perubahan-perubahan dari lingkungan,
waktu, penghasilan, dan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya hal itu tidaklah perlu
ditakuti tetapi malah harus dengan berani dalam menerima adaptasi baru. Hal itu
sebaiknya dinilai dengan pemikiran positif. Misalnya ketika pensiun, kita
menganggap keadaan tersebut sebagai penggantian aktifitas sehari-hari dengan
mengerjakan hal yang dulunya ingin sekali dikerjakan tetapi tertunda karena tidak
sempat mengerjakannya sehingga perlu mencapai hal yang tertunda itu ketika kita
sudah pensiun. Maka dengan begitu, depresi lansia dapatlah kita jauhkan.
 Pihak luar juga perlu mendukung para lansia. Dari sisi keluarga, bisa dengan
menjenguk lansia dan meluangkan waktu untuk menemani dan menjalin hubungan
dengan lansia sehingga lansia pun dapat senang dan tidak bosan. Bagi para lansia,
peran keluarga sangatlah penting karena mereka adalah orang-orang yang memiliki
ikatan batin yang kuat dengan lansia. Keluarga dapat menjadi pendukung bagi
mereka. Juga bila kita dapat memberikan perawatan yang sangat baik kepada lansia-
lansia di sekitar kita maka berikanlah yang terbaik untuk mereka.  
 
Daftar Pustaka :
• Dr. Dharmady Agus, SpKJ.2003. siklus kehidupan dan perkembangan individu.
Jakarta : Fakultas kedokteran universitas katolik Atmajaya.
• www.depkes.go.id
• www.kompas.com
www.medicalzone.org

Anda mungkin juga menyukai