Anda di halaman 1dari 25

Laporan Makalah Komunitas II

“Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Lansia dengan Masalah Depresi”

NAMA KELOMPOK 4 :

ENY PURWA NINGSIH 17031046

YUYUN BELA RIA BR BATUBARA 17031047

SRIMELDA 17031052

RIZKA GUSTIN ANANDA 17031060

ANGEL NOVELYENI CAHYANINGTYAS 17031062

INDAH KURNIAWATI 17031063

HERLINA MALINDA 17031067

GAURI SASKIA 17031071

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes

Hang Tuah Pekanbaru

PEKANBARU

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Populasi lansia di dunia khususnya negara berkembang mengalami peningkatan


signifikan yaitu sebesar 287 juta pada tahun 2013 (United Nation, 2013). Jumlah penduduk
lan-sia di Indonesia juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah
penduduk lansia sebesar 9,77% dan diprediksi akan terus meningkat hingga 11,34% pada
tahun 2020. Peningkatan jumlah lansia menjadi tantangan dalam menghadapi peningkatan
angka kesaki-tan lansia seperti yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 26,93% (Kemenkes RI,
2013). Berba-gai perubahan psikologis mengakibatkan lan-sia sangat rentan mengalami
berbagai penyakit fisik. Selain itu, perubahan psikososial yang terjadi pada masa tua akibat
perubahan kogni-tif, kondisi penyakit, kehilangan peran sosial juga memengaruhi konsep diri
lansia dan dapat menjadi stressor, sehingga rentan mengalami masalah psikologis yang
umum yaitu depresi. Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
kesedihan, dan kehilangan ketertarikan terhadap aktivitas sehari-hari (Townsend, 2008).

Menurut Stanley dan Beare (2005), angka depresi ringan sampai sedang meningkat pada
lansia yang berada di institusi sebesar 50%-70%. Hal ini di dukung dengan penelitian di
Malaysia, Korea, dan Iran bahwa prevalensi lansia di institusi pelayanan lebih tinggi diban-
dingkan dengan lansia di komunitas(Kim et al., 2009; Jampawai et al., 2011; Majdi et al.,
2011). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami peningkatan
jumlah penduduk lansia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2012, persentase jumlah lansia adalah sebesar 7,56% dari total penduduk atau setara dengan
18,96 juta. Badan Pusat Statitik (BPS) memperkirakan jumlah lansia pada tahun 2020 akan
mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia.
Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak dapat dihindari dan setiap individu akan
mengalami perubahan baik pada fisik maupun mentalnya. Di samping itu, para lansia masih
harus menghadapi berbagai permasalahan, seperti perubahan kedudukan sosial, kehilangan
pekerjaan, risiko terkena penyakit, serta kehilangan orang yang mereka cintai. Kondisi
tersebut menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah mental. Depresi
merupakan salah satu masalah mental yang sering dijumpai pada lansia akibat proses
penuaan.
Kejadian depresi pada lansia seringkali tidak terdeteksi, salah didiagnosis, atau tidak
ditangani dengan baik. Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan masalah medis dalam
proses penuaan, bukan sebagai tanda dari depresi itu sendiri. Dampak depresi pada lansia
sangatlah buruk. Depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan peningkatan
penggunaan fasilitas kesehatan, pengaruh negatif terhadap kualitas hidup lansia, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Data prevalensi depresi di Indonesia sangat bervariasi.
Umumnya angka kejadian depresi pada lansia dua kali lipat lebih tinggi daripada orang
dewasa
Depresi pada lansia juga sering dikenal sebagai late life depression. Lansia rentan
terhadap depresi disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Kehilangan pekerjaan, pasangan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan
bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi yang memudahkan seorang lansia untuk
mengalami depresi. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, beberapa faktor risiko yang
berkaitan dengan kejadian depresi pada lansia antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status pernikahan, dan status pekerjaan.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep depresi pada lansia dikomunitas


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan depresi.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep depresi pada lansia di komunitas


2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada
lansia dengan depresi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Depresi Lanjut Usia


Depresi merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan
perubahan afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat
dalam beraktifitas. Depresi juga diartikan sebagai salah satu diagnosis mood (afektif) dengan
kriteria terdapat 2 dari 3 gejala inti depresi ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu
yaitu penurunan mood (sedih, tertekan dan merasa tidak bahagia) atau afek depresif,
kelelahan (merasa kelelahan atau energi berkurang) dan anhendonia atau tidak
berminat dan kegembiraan berkurang untuk melakukan aktivitas (Stuart, 2009).
Dewasa akhir atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang
dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok:
young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang
digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas .
Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat
menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Proses penuaan yang sukses merupakan
suatu kombinasi dari tiga komponen:
1) penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan
2) pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan
3) keterlibatan secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan,

2.2 Penyebab Depresi pada Lansia


Depresi terjadi pada lansia tergantung banyaknya jumlah stressor (sumber stres)
kehilangan yang dialami seperti pasangan, penghasilan, peran, kesehatan, fungsi seperti
masih muda. Penyebab depresi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi
dapat saling berinteraksi dengan faktor yang lain, sehingga munculnya depresi. Selain itu
ditambah dengan perubahan-perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada lansia.
(Townsend, 2009).

2.3 Tanda Gejala Depresi pada Lansia


Terdapat gejala-gejala depresi yang dapat dibagi menjadi gejala pada perasaan, pikiran,
fisik dan perilaku:
1) Gejala perasaan: diantaranya kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan,
perasaan tidak berharga, tidak ada harapan dan merasa salah yang berlebihan, tidak dapat
merasakan apa-apa, perasaan hancur yang berlebihan atau akan dihukum, kehilangan
harga diri, merasa sedih, menangis tanpa sebab yang jelas, iritabel, tidak sabar, marah dan
agresif.
2) Gejala proses pikir: diantaranya pikiran bingung atau melambat, sulit berpikir
berkonsentrasi atau mengingat, sulit mengambil keputusan dan menghindarinya, pikiran
berulang akan bahaya dan kehancuran, ketidakpuasan personal yang menyebabkan
kehilangan rasa percaya diri, pikiran tentang keinginan bunuh diri, Pada kasus yang
ekstrem dapat berpikir tidak realistis mungkin terdapat halusinasi atau ide aneh hingga
waham.
3) Gejala perilaku: diantaranya gagal melakukan keputusan penting, menelantarkan
pekerjaan rumah tangga, berkebun, membayar kebutuhan sehari-hari, penurunan aktivitas
fisik dan olahraga, penurunan perawatan diri seperti makan, dandan, mandi, peningkatan
pemakaian alkohol, obat-obatan baik dari dokter maupun beli sendiri.
4) Gejala fisik: diantaranya perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan
atau peningkatan berat badan, gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur terbangun-
bangun atau terlalu banyak tidur, namun saat bangun tidak segar, penurunan energi,
merasa lelah dan lemah, ada doronogan untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit
kepala, nyeri otot.

2.4 Faktor Risiko Depresi pada Lansia


Faktor risiko terjadinya depresi adalah sebagai berikut, meliputi : genetik atau keturunan;
jenis kelamin wanita dua kali lebih besar berisiko menderita depresi dibandingkan laki-laki;
lama tinggal di tempat khusus; dukungan sosial terbatas; kontrol tubuh yang kurang; kualitas
tidur yang rendah; kejadian hidup yang membuat stres dan berulang; merasa tidak berdaya
dan tidak ada harapan; merasa tidak ada alasan untuk melanjutkan hidup; gangguan
fungsional menetap (misalnya: gangguan penglihatan); menderita penyakit serius (misalnya:
kanker, kerusakan persyarafan). (Miller, 2012)

2.5 Perubahan Akibat Proses Penuaan pada Lansia

1. Teori Psikososial
Teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontak sosial yang kurang. Faktor yang berkontribusi dalam munculnya
masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia; kurangnya peran sosial dan
rendahnya status sosial ekonomi; pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil;
stres sosial yang berulang termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan
sosial yang tidak adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial
misalnya ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor (Miller, 2012).
2. Teori Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif akan mempengaruhi gambaran diri lansia, lingkungan dan
pengalamannya serta pandangannya untuk masa depan. Orang dengan depresi kurang
memikirkan masa depan yang dapat membuatnya bahagia. Lansia dengan depresi
biasanya memiliki penilaian negatif terhadap kehidupannya dengan adanya perasaan
tidak berharga, menganggap kejadian kehidupan adalah suatu hal yang buruk, berpikir
tidak realistis terhadap kondisi ketidakberdayaannya (Stuart & Sundeen, 2009)
3. Teori biologis
Teori menunjukkan bahwa penyebab depresi sebenarnya tidak datang dari luar,
melainkan dari dalam diri. Jika lansia dihadapkan pada suatu masalah, ia akan mudah
menyerah dan terjadi penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, sehingga
lansia akan cenderung mengalami keputuasaan. (Miller, 2012).

2.6 Pengukuran Tingkat Depresi pada Lansia


Pengukuran kondisi depresi pada lansia menggunakan kuesioner Geriatric
Depression Scale (GDS) dengan 15 item pertanyaan yang sudah valid secara
Internasional. Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh jawaban, kemudian
diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu jika skor penilaian 0–4 maka kategori lansia
normal (tidak depresi), skor 5–8 kategori lansia depresi ringan, skor 9–10 kategori lansia
depresi sedang dan skor 12–15 kategori lansia depresi berat.
Lansia depresi memerlukan perhatian yang serius dengan pendekatan asuhan
keperawatan untuk menurunkan faktor risiko, meningkatkan fungsi psikososial,
memberikan latihan-latihan serta konseling oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh
lansia itu sendiri, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.

2.7 Strategi Keperawatan Komunitas


1. Proses Kelompok (Group Process).
Proses kelompok dilakukan dengan proses pembentukan kelompok khusus bagi
lansia yang mengalami depresi. Kelompok lansia merupakan salah satu sarana bentuk
dukungan sosial yang dapat berkontribusi dalam promosi kesehatan. Perawat dapat
melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok di masyarakat. Kegiatan kelompok dapat
dilakukan dengan kegiatan yang dipadukan dengan kegiatan keagamaan. Kelompok dapat
membantu lansia membangun integritas dan penghargaan atas diri sendiri. Situasi
kelompok juga akan membimbing lansia keluar dari keterisolasian dan lansia akan
menemukan makna dalam kehidupan mereka, sehingga mereka dapat hidup sepenuhnya
dengan fungsi sosial dan physiologis yang tinggi.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion).
Pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi maupun
lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan juga dilakukan
dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan keagamaan. Pendidikan
kesehatan adalah memberikan informasi kesehatan tentang masalah kesehatan lansia,
depresi pada lansia, komunikasi yang efektif bagi lansia dan keluarga, harga diri rendah
dan cara meningkatkannya.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Perawat komunitas mendorong masyarakat untuk dapat berbuat mandiri dan
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatannya. Kerjasama ini dilakukan untuk mencapai
tujuan bersama dalam upaya meningkatkan kesehatan lansia depresi yaitu dengan
melibatkan masyarakat dan keluarga
4. Kemitraan (partnership)
Kemitraan dilakukan untuk upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin
kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar
mengoptimalkan kegiatan program yang direncanakan, karena suatu program berkaitan
langsung dengan sektor kehidupan yang lain. Misalnya upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan
saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang
lainnya.
5. Intervensi Keperawatan Langsung.
Perawatan yang dapat dilakukan secara langsung bagi keluarga dan lansia depresi
adalah melalui terapi interpersonal (TI), terapi kognitif perilaku (CBT), terapi relaksasi
untuk manajemen nyeri, konseling kelompok.
Menurut Miller (2012) tindakan keperawatan yang juga dapat dilakukan pada lansia dengan
depresi antara lain:
1) Promosi kesehatan dalam latihan dan intervensi nutrisi
Penelitian menyatakan bahwa latihan fisik dapat menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Jika lansia memahami pentingnya latihan fisik untuk kesehatan fisik dan
mentalnya, maka lansia akan merasakan manfaat langsung dari program latihan
tersebut. Demikian pula dengan nutrisi yang merupakan suatu hal yang penting dalam
mencegah dan menurunkan depresi karena status nutrisi merupakan efek dari depresi
dan dapat menjadi konsekuensi negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah
merupakan efek positif dari kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi
terjadi, lansia cenderung mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami
gangguan pencernaan.
2) Pelaksanaan konseling
Perawat berperan dalam memberikan konseling dan dukungan emosional untuk
lansia dan pada situasi yang sama, lansia berpartisipasi dalam terapi psikososial.
Konseling didefinisikan proses yang menggunakan bantuan secara interaktif yang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan pasien dan menggambarkan dukungan
koping, proses pemecahan masalah dan hubungan interpersonal dapat efektif untuk
menurunkan depresi.
Kegiatan intervensi yang lain dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah
depresi pada lansia meliputi: meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi dalam
mengungkapkan perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan perhatian;
meningkatkan kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan, penyediaan informasi
yang tepat dan baru jika dibutuhkan; membimbing lansia dalam mengidentifikasi
kekuatan dan memberikan dukungan bagi lansia. Dukungan emosional didefinisikan
sebagai dukungan dalam mencari sumber, penerimaan dan dukungan selama
mengalami stres (Miller, 2012).
Terapi yang juga dapat diberikan kepada lansia yang mengalami depresi (Miller,
2012) antara lain: terapi perilaku (misalnya pemecahan masalah, praktik asertif dan
pengaturan jadwal kegiatan harian); terapi kognitif (misalnya rekonstruksi kecemasan);
terapi interpersonal (misalnya dengan modifikasi hubungan atau ekspektasi tentang
hubungan); terapi dukungan (misalnya evaluasi kekuatan dan kelemahan individu serta
memfasilitasi dalam memilih untuk dapat meningkatkan kemampuan koping).

2.8 Penatalaksanaan Depresi pada Lansia.


Penatalaksanaan tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren dan
kronisitas. Depresi sangat penting dideteksi pada pasien lansia dan ditangani, karena
gejalanya akan memperparah penyakit fisiknya, menambah penarikan diri, tidak patuh
pengobatan dan keputusasaan serta kematian dini. Penyembuhannya lebih lambat pada
lansia, dapat membawa dampak bantuan perawatan dini. Depresi pada lansia dapat lebih
efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan
interdisiplin yang menyeluruh. Penanganan depresi pada lansia memerlukan perhatian
ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar. Karena
ketidaksabaran terapis dianggap sebagai penolakan . Adapun strategis praktis pada
individu adalah:
a. Menyusun jadwal pertemuan untuk menjaga kepatuhan dan komitmen
b. Mengetengahkan topic pembicaraan tentang kehidupan social yang umum untuk
membangun hubungan dokter – pasien yang baik
c. Secara terfokus membicarakan masalah dan menetapkan sasaran realistis yang dapat
dicapai untuk memberikan arah yang pasti bagi pasien
d. Mendorong pasien terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berguna untuk
meningkatkan kemampuan menikmati pengalaman yang menyenangkan
e. Menunjukkan kepedulian melalui sentuhan fisis yang wajar
f. Meninjau kembali apa yang telah dicapai dimasa lalu untuk membangkitkan rasa
mampu dan harga diri.
BAB 3

Askep Pada Lansia Dengan Depresi

3.1 Kasus

Salah satu gangguan kesehatan yang dapat muncul pada saat lanjut usia adalah gangguan
mental. Depresi merupakan gangguan mental yang terjadi di tengah masyarakat, berawal dari
stress yang tidak diatasi, maka seseorang dapat jatuh ke fase depresi. Pada saat perawat
melakukan penelitian di Desa Hangtuah, perawat mendapatkan kejadian depresi pada lansia di
desa Hangtuah mayoritas berada pada rentang usia 60 tahun hingga 74 tahun yaitu 98 orang atau
sebesar 87%, sedangkan yang berusia 75 hingga 90 tahun sejumlah 15 atau sebesar 13,3%. Pada
desa Hangtuah lansia perempuan lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan lansia
laki-laki. Lansia perempuan sebanyak 50% dan lansia laki-laki sebanyak 36,6%. Perawat juga
menemukan mayoritas lansia di desa Hangtuah terkena depresi karena tinggal sendiri. Faktor
lansia wanita mengalami depresi karena kematian suaminya dan lansia pria mengalami depresi
karena kehilangan istrinya. Lansia dengan status janda sebanyak 35,5% dan lansia dengan status
duda sebanyak 35,5%. Dan saat perawat meneliti lansia di desa Hangtuah tersebut perawat juga
menemukan lansia di desa Hangtuah juga kurang bersosialisasi, kemudian perawat mencoba
bertanya pada lingkungan masyarakat dan masyarakat mengatakan bahwa klien merasa depresi
semenjak suaminya meninggal dunia sehingga membuat ia tidak ingin bersosialisasi pada
siapapun.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Winshield Survey

a. Lokasi pengamatan : Desa Hangtuah


b. Pembahasan Kelompok : Depresi pada lansia
c. Lingkungan tempat tinggal : Tidak terkaji
d. Tipe perkampungan/pedesaan : Pedesaan
e. Umur daerah perumahan : Tidak terdapat rumah baru, bangunan yang sudah lama dan
tidak ada bangunan yang rusak.
f. Karakteristik social- kultural : Mayoritas penduduk berusia dewasa dan paruh baya yang
tinggal sendiri, tinggal dengan keluarga, tidak bekerja, dan rata-rata berusia 60 tahun
sampai 90 tahun.
g. Lingkungan :
a) Tampak umum : Halaman dan perkarangan terlihat bersih di desa Hangtuah
b) Bahaya Lingkungan : Tidak Terkaji
c) Stressor Lingkungan : Tidak Terkaji
h. Sumber-sumber : Tidak Terkaji

3.2.2 Pengkajian Inti Komunitas

a. Riwayat : Riwayat wilayah desa Hangtuah dahulu merupakan persawahan, Usia


penduduk rata-rata berumur 25-90 tahun
b. Demografi :Tingkat pendidikan lansia di desa Hangtuah adalah tamatan SD, pekerjaan
masyarakat adalah sebagai petani dan pedagang, tingkat penghasilan perbulan hanya
mengandalkan hasil perkebunan dan hasil tidak menentu
c. Statistik Vital : Masalah kesehatan yang terjadi pada daerah desa Hangtuah adalah
depresi
d. Nilai dan Kepercayaan :
a) Mayoritas warga desa Hangtuah dari suku Melayu dan beragama Islam dan ada
beberapa warga yang beragama katolik dan Protestan.
b) Masyarakat jika sakit selain berobat ke rumah sakit juga berobat ke dokter praktek
ataupun klinik kesehatan, terkadang mereka juga membeli obat di warung .

3.2.3 Pengkajian subsistem

a. Lingkungan fisik
a) Inspeksi : Terdapat pasar, sawah, dan ada mesjid
b) Tanda vital : Masyarakat mayoritas berumur 25 tahun sampai 90 tahun, dan
banyak masyarakat lansia yang mengalami depresi
c) System Review : Masyarakat kurang mengetahui terkait terjadinya depresi,
bagaimana cara mencegah dan mengatasi depresi, tidak adanya penyuluhan
pendidikan kesehatan di daerah tersebut.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan yang diakses oleh warga kelurahan adalah puskesmas
b) Harga pelayanan kesehatan terjangkau
c. Ekonomi
a) Mayoritas pekerjaan warga sebagai pedangang dan sebagai petani perkebunan.
d. Keamanan
a) Lingkungan aman.
b) Terdapat satu poskamling di desa Hangtuah.
e. Politik dan pemerintah
a) Pemerintah melakukan kegiatan seperti penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan bersama dengan petugas kesehatan.
b) Penyuluhan oleh petugas kesehatan diberikan sesuai kasus dan kurang tanggap
terhadap masalah kesehatan terjadi.
c) Setelah dilakukan penyuluhan tidak ada perubahan apapun terhadap pola hidup
warga.
f. Komunikasi
a) Alat komunikasi yang dimiliki oleh keluarga komunitas seperti televisi, koran,
dan ponsel.
b) Media komunikasi masyarakat berupa pengajian.
c) Dan masyarakat informasi di desa Hangtuah dengan cara himbauan dari pos ronda
maupun dari masjid.
d) Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat lansia di desa
Hangtuah.
g. Pendidikan
a) Mayoritas warga desa Hangtuah berpendidikan tamat SD.
h. Rekreasi
a) Tidak terdapat tempat hiburan apapun di desa Hangtuah.
ANALISIS DATA KOMUNITAS

Kategori Data Pernyataan Kesimpulan


Geografi :  Lingkungan sekitar rumah  Warga berisiko berpotensi terkena depresi
Lingkungan fisik warga yaitu baik

Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk mengetahui peningkatan prevensi depresi
Demografi :  Lansia berusia 60 tahun  Rasio tinggi depresi terjadi pada lansia
Usia hingga 74 tahun yaitu 98
orang atau sebesar 87%,
mengalami depresi
 Lansia berusia 75 hingga 90
tahun sejumlah 15 atau
sebesar 13,3% mengalami
depresi
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan data demografi tersebut konsisten atau berubah
System Review  Tidak adanya pengetahuan  Pengetahuan masyarakat lansia di desa Hangtuah rendah
masyarakat lansia mengenai
depresi dan tidak adanya
penyuluhan pendidikan
kesehatan di daerah
tersebut.
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data system review berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan warga tentang depresi
Ekonomi  Penghasilan masyarakat  Status ekonomi masyarakat lansia menengah ke kebawah
lansia di desa Hangtuah  Kemampuan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari cukup
tidak menentu karena
mnegharapkan hasil dari
perkebunan. Masyarakat
tergolong dengan ekonomi
menengah kebawah

Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data ekonomi berpengaruh terhadap
kemampuan masyarakat untuk depresi.
Pendidikan  Mayoritas masyarakat  Tingkat pendidikan, pengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima
lansia berpendidikan informasi belum terlalu baik.
tamatan SD

Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data pendidikan berpengaruh
terhadappengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima informasi di desa Hangtuah

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat karena faktor kehilangan
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Bina Hubungan Saling percaya dengan klien atau masyarakat
2. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya bantu klien mengidentifikasi stressor
3. Berikan dukungan pada klien apabila telah mengungkapkan perasaannya.
4. Ajarkan alternative koping yang konstruktif
5. Ajarkan kline untuk menggunakan strategi koping berorientasi ego yaitu dengan memfasilitasi dan menjadwalkan secara
berkala klien melakukan hobinya serta membantu klien untuk meningkatkan religious.
6. Gunakan pendekatan konseling logoterapi
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada lansia tentang depresi
8. Melatih lansia senam bugar untuk mengurangi depresi

.
DOKUMENTASI IMPLENTASI DAN EVALUASI

N HARI, IMPLEMENTA PAR EVALUASI


O TANGGA SI AF
L, JAM PER
AWA
T
1 Kamis, 9 1. Membina S : Masyarakat lansia mengatakan sudah
April 2020 Hubungan Saling paham tentang pengertian, penyebab, tanda
percaya dengan dan gejala, serta pencegahan dan cara
klien atau mengatasi depresi .
masyarakat O: Masyarakat dapat mengetahui tentang
2.Memberikan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
kesempatan klien pencegahan dan mengatasi depresi
untuk
mengungkapkan A: Tingginya angka kejadian depresi pada
perasaannya lansia teratasi sepenuhnya
bantu klien
mengidentifikasi P : Intervensi berhasil dan diberhentikan
stressor
3.Memberikan
dukungan pada
klien apabila telah
mengungkapkan
perasaannya.
4.Mengajarkan
alternative koping
yang konstruktif
5.Mengajarkan
klien untuk
menggunakan
strategi koping
berorientasi ego
yaitu dengan
memfasilitasi dan
menjadwalkan
secara berkala
klien melakukan
hobinyaserta
membantu klien
untuk
meningkatkan
religious.
6.Menggunakan
pendekatan
konseling
logoterapi
7.Melatih lansia
senam bugar
untuk mengurangi
depresi

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kesesuaian Antara Teori dengan Kasus


1. Pada teori depresi merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan
perubahan afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat
dalam beraktifitas. Kemudian kasus yang dipaparkan kelompok menyatakan bahwa
lansia-lansia yang mengalami depresi dikarenakan kematian dari pasangannya sehingga
lansia-lansia tersebut merasa sedih dan merasa kehilangan yang berlangsung lama
sehingga lama-kelamaan lansia-lansia tersebut mengalami depresi.
2. Pada teori Menurut Stuart (2009) penyebab depresi adalah akumulasi ketidakpuasan,
frustasi pada diri sendiri tentang kejadian hidup sehari-hari tanpa adanya dukungan hal
positif, stres dalam pekerjaan dan keluarga serta kehilangan. (Stuart, 2009). Menurut
Townsend (2009) Depresi pada lansia juga dapat terjadi tergantung banyaknya jumlah
stressor kehilangan yang dialami seperti pasangan, penghasilan, dan peran. Berdasarkan
dua teori yang dikemukakan tersebut sesuai dengan apa yang terjadi pada komunitas yang
ditulis dalam kasus yaitu mayoritas lansia di desa Hangtuah terkena depresi karena tinggal
sendiri, ada juga lansia wanita mengalami depresi karena kematian suaminya dan lansia
pria mengalami depresi karena kehilangan istrinya. Lansia dengan status jandanya dan
lansia dengan status dudanya, dan ada lansia di desa Hangtuah tersebut mengalami depresi
karena tidak mempunyai pekerjaan dan punya penghasilan yang sedikit.
3. Pada teori depresi pada lansia memiliki tanda dan gejala. Gejala-gejala yang ditimbulkan
dibagi menjadi 3, yaitu (1) gejala perasaan seperti kehilangan minat pada aktivitas yang
menyenangkan, perasaan tidak berharga, tidak ada harapan dan merasa salah yang
berlebihan, tidak dapat merasakan apa-apa, perasaan hancur yang berlebihan atau akan
dihukum, kehilangan harga diri, merasa sedih, menangis tanpa sebab yang jelas, iritabel,
tidak sabar, marah dan agresif; (2) Gejala proses pikir seperti pikiran bingung atau
melambat, sulit berpikir berkonsentrasi atau mengingat, sulit mengambil keputusan dan
menghindarinya, pikiran berulang akan bahaya dan kehancuran, ketidakpuasan personal
yang menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pikiran tentang keinginan bunuh diri,
pada kasus yang ekstrem dapat berpikir tidak realistis mungkin terdapat halusinasi atau
ide aneh hingga waham; (3) Gejala perilaku seperti gagal melakukan keputusan penting,
menelantarkan pekerjaan rumah tangga, berkebun, membayar kebutuhan sehari-hari,
penurunan aktivitas fisik dan olahraga, penurunan perawatan diri seperti makan, dandan,
mandi, peningkatan pemakaian alkohol, obat-obatan baik dari dokter maupun beli sendiri;
dan (4) Gejala fisik seperti perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan
atau peningkatan berat badan, gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur terbangun-
bangun atau terlalu banyak tidur, namun saat bangun tidak segar, penurunan energi,
merasa lelah dan lemah, ada doronogan untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit
kepala, nyeri otot. Dan pada kasus kelompok memaparkan bahwa lansia-lansia di desa
hangtuah mengalami depresi menimbulkan gejala-gejala seperti merasa sedih, kehilangan
harga diri, pikiran bingung dan melambat juga terjadi penurunan aktivitas fisik dan
olahraga yang berhubungan juga dengan proses penuaan.
4. Pada teori terdapat tanda gejala pada proses pikir lansia salah satunya yaitu sulit
mengambil keputusan, ini sesuai dengan kasus bahwa lansia sulit dalam mengambil
keputusan nya dilihat dari kasus pasien mengalami depresi dikarenakan kehilangan orang
yang dicintainya dan tidak bsa mengontrol dirinya sehingga pasien jatuhnya mengalami
depresi.
5. Pada teori faktor risiko terjadinya depresi adalah meliputi genetik atau keturunan; jenis
kelamin wanita dua kali lebih besar berisiko menderita depresi dibandingkan laki-laki;
lama tinggal di tempat khusus; dukungan sosial terbatas; kontrol tubuh yang kurang;
kualitas tidur yang rendah; kejadian hidup yang membuat stres dan berulang; merasa tidak
berdaya dan tidak ada harapan; merasa tidak ada alasan untuk melanjutkan hidup;
gangguan fungsional menetap (misalnya: gangguan penglihatan); menderita penyakit
serius (misalnya: kanker, kerusakan persyarafan). Pada kasus kelompok memaparkan
bahwa pada desa Hangtuah lansia perempuan lebih banyak mengalami depresi
dibandingkan dengan lansia laki-laki. Lansia perempuan sebanyak 50% dan lansia laki-
laki sebanyak 36,6%. Faktor risiko di teori juga ditemukan di dalam kasus bahwa lansia
dapat terjadi karena dukungan sosial yang terbatas. Dan di kasus menjelaskan karena
ketidakadekuatan dukungan sosial
6. Menurut teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontak sosial yang kurang. Pada kasus kelompok memaparkan bahwa depresi
pada lansia muncul karena kehilangan harga diri karena kehilangan pasangannya dan
setelah lansia-lansia tersebut kehilangan pasangannya lansia-lansia di desa hangtuah
tersebut mayoritas lansia tidak ingin bersosialisasi dengan lingkungannya.
7. Menurut teori biologis, teori menunjukkan bahwa penyebab depresi sebenarnya tidak
datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Jika lansia dihadapkan pada suatu masalah, ia
akan mudah menyerah dan terjadi penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah,
sehingga lansia akan cenderung mengalami keputuasaan. Pada kasus yang dipaparkan
kelompok terdapat kesamaan dengan teori bahwa penyebab lansia depresi karena masalah
berasal dari diri lansia-lansia itu sendiri, masalahnya yaitu lansia yang merasa sedih dan
kesepian karena ditinggal sama pasangannya.
8. Pada intervensi kelompok memaparkan perawat merencanakan untuk memberikan
pendidikan kesehatan dan membantu lansia untuk meningkatkan religiusnya dan hal
tersebut sesuai dengan teori strategi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan perawat
adalah pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi maupun
lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan juga dilakukan
dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan keagamaan. Pendidikan kesehatan
adalah memberikan informasi kesehatan tentang masalah kesehatan lansia, depresi pada
lansia, komunikasi yang efektif bagi lansia dan keluarga, harga diri rendah dan cara
meningkatkannya.
9. Kegiatan intervensi yang lain dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah depresi pada
lansia meliputi: meningkatkan hubungan terapeutik; memfasilitasi dalam mengungkapkan
perasaan; mendemonstrasikan empaty, kehangatan dan perhatian; meningkatkan
kemampuan keterampilan baru jika dibutuhkan, penyediaan informasi yang tepat dan baru
jika dibutuhkan; membimbing lansia dalam mengidentifikasi kekuatan dan memberikan
dukungan bagi lansia. Hal tersebut dapat ditemukan dalam asuhan keperawatan yang di
paparkan kelompok yaitu kelompok memaparkan rencana intervensi yang akan dilakukan
adalah membina hubungan saling percaya dengan klien atau masyarakat, memberikan
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya bantu klien mengidentifikasi
stressor, memberikan dukungan pada klien apabila telah mengungkapkan perasaannya,
dan mengjarkan klien untuk menggunakan strategi koping berorientasi ego yaitu dengan
memfasilitasi dan menjadwalkan secara berkala klien melakukan hobinya serta membantu
klien untuk meningkatkan religious.
10. Pada teori dijelaskan untuk pengukuran kondisi depresi lansia menggunakan kuesioner
GDS atau geriatric depression scale namun pada kasus tidak tidak menggunakan
pengukuran tersebut. Lansia depresi memerlukan perhatian yang serius dengan
pendekatan asuhan keperawatan untuk menurunkan faktor risiko, meningkatkan fungsi
psikososial, memberikan latihan-latihan serta konseling oleh tenaga kesehatan yang
didukung oleh lansia itu sendiri, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya. Pada
intervensi dikasus, kelompok memberikan intervensi berupa konseling dan melatih senam
bugar.
11. Pada teori penatalaksaan depresi pada lansia dapat dilakukan dengan cara Mendorong
pasien terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berguna untuk meningkatkan kemampuan
menikmati pengalaman yang menyenangkan, ini sesuai dengan intervensi yang diberikan
perawat pada pasien untuk mengatasi depresi nya yaitu dengan cara memfasilitasi dan
menjadwalkan secara berkala klien melakukan hobinya serta membantu klien untuk
meningkatkan religious sehingga bisa membuat pasien untuk mengatasi depresi yang
dirasakan.

4.2 Kesenjangan Antara Teori dengan Kasus

1. Pada teori depresi terjadi pada lansia tergantung banyaknya jumlah stressor kehilangan
dialami seperti pasangan, penghasilan, peran, kesehatan, fungsi seperti masih muda
sedangkan pada kasus kelompok memaparkan bahwa lansia tidak mendapatkan semua
stressor tersebut, kelompok hanya menemukan stressor pada lansia yaitu merasa kesepian
karena kehilangan pasangan.
2. Pada teori ada dijelaskan bahwa pengukuran kondisi depresi pada lansia menggunakan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dengan 15 item pertanyaan yang sudah
valid secara Internasional. Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh
jawaban, kemudian diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu jika skor penilaian 0–4 maka
kategori lansia normal (tidak depresi), skor 5–8 kategori lansia depresi ringan, skor 9–10
kategori lansia depresi sedang dan skor 12–15 kategori lansia depresi berat. Tetapi pada
kasus yang dipaparkan kelompok, kelompok tidak memaparkan berapa skor penilaian
kategori depresi pada lansia, sehingga tidak diketahui berapa banyak lansia-lansia yang
tidak depresi, yang dengan depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.
3. Pada teori strategi keperawatan komunitas ada dilakukan kemitraan yang dilakukan
sebagai upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin kemitraan dengan lintas
program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar mengoptimalkan kegiatan program
yang direncanakan, karena suatu program berkaitan langsung dengan sektor
kehidupan yang lain. Misalnya upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan saja, namun juga dapat
dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang lainnya. Tetapi pada asuhan
keperawatan kelompok tidak merencanakan tindakan tersebut pada komunitas lansia yang
dengan depresi.
4. Pada teori penatalaksanaan depresi pada lansia perawat meninjau kembali apa yang telah
dicapai dimasa lalu untuk membangkitkan rasa mampu dan harga diri, namun hal tersebut
terdapat ketidaksesuaian dengan asuhan keperawatan yang dipaparkan kelompok bahwa
kelompok tidak memaparkan penatalaksanaan tersebut dalam perencanaan intervensi.
5. Berdasarkan teori gejala fisik yang bisa di alami lansia dengan depresi yaitu perubahan
nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan atau peningkatan berat badan,
gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur terbangun-bangun atau terlalu banyak tidur,
namun saat bangun tidak segar, penurunan energi, merasa lelah dan lemah, ada doronogan
untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit kepala, nyeri otot. Tetapi pada kasus terdapat
ketidaksesuaian yang dipaparkan kelompok karena kelompok tidak memaparkan gejala-
gejala fisik pada lansia dengan depresi tersebut.
6. Pada teori intervensi yang bisa dilakukan pada lansia dengan depresi yaitu memastikan
nutrisi baik bagi lansia karena nutrisi merupakan suatu hal yang penting dalam mencegah
dan menurunkan depresi karena status nutrisi merupakan efek dari depresi dan dapat
menjadi konsekuensi negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah merupakan efek
positif dari kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi terjadi, lansia cenderung
mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami gangguan pencernaan. Namun pada
asuhan keperawatan yang dipaparkan kelompok terdapat ketidaksesuaian, kelompok tidak
merencanakan pemantauan dan memastikan nutrisi yang baik bagi lansia dengan depresi.
7. Diteori dikatakan bahwa penatalaksanaan depresi pada lansia dengan strategi praktis pada
individu seperti menyusun jadwal pertemuan, menunjukkan kepedulian dengan sentuhan
fisik yang wajar namun pada kasus kelompok membuat strategi berdasarkan komunitas
seperti membina hubungan saling percaya dengan masyarakat, memberikan pendidikan
kesehatan pada lansia tentang depresi.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Depresi merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan perubahan
afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat dalam
beraktifitas. Depresi juga diartikan sebagai salah satu diagnosis mood (afektif) dengan
kriteria terdapat 2 dari 3 gejala inti depresi ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu
yaitu penurunan mood (sedih, tertekan dan merasa tidak bahagia) atau afek depresif,
kelelahan (merasa kelelahan atau energi berkurang) dan anhendonia atau tidak berminat
dan kegembiraan berkurang untuk melakukan aktivitas. Penyebab depresi tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling berinteraksi dengan faktor yang
lain, sehingga munculnya depresi Selain itu ditambah dengan perubahan-perubahan akibat
proses penuaan yang terjadi pada lansia.

Dampak depresi pada lansia dapat meningkatkan angka kematian pada pasien, perubahan
suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan
fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit, penatalaksanaan pada lansia yang mengalami
depresi bisa dilakukan dengan terapi gunanya untuk mencegah relaps, rekuren dan kronisitas
dan lebih efektif jika diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai
pendekatan interdisiplin yang menyeluruh. Penanganan depresi pada lansia memerlukan
perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar.

5.2 Saran

Asuhan keperawatan pada lansia haruslah dilakukan secara professional dan


komprehensif, yaitu dengan memandang pada aspek bio, psiko, sosial dan spiritual pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dari aspek lain, oleh
karena itu penatalaksanaan asuhan keperawatan lansia dengan gangguan psikologi (Depresi)
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lansia yang sehat jasmani dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Prabhaswari, Lindia., Ariastuti, Ni Luh Putu. (2015). Gambaran Kejadian Depresi Pada Lanjut
Usia di Wilayah Keja Puskesmas Petang I Kabupaten Bandung Bali 2015 ISM, Vol.7
No.1. Bali : FK Universitas Udayana.
Blazer DG. 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. Journal of Gerontology:
Medical Sciences. The Gerontological Society of America 2003, Vol. 58A, No. 3, 249–
265.

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis : Mosby

Miller,C. A. (2012). Nursing for wellness in older Adults. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 6th edition. Philadelphia: Davis Plus Company

Friedman (2010). Keperawatan Keluarga: Research, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai