NAMA KELOMPOK 4 :
SRIMELDA 17031052
PEKANBARU
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Stanley dan Beare (2005), angka depresi ringan sampai sedang meningkat pada
lansia yang berada di institusi sebesar 50%-70%. Hal ini di dukung dengan penelitian di
Malaysia, Korea, dan Iran bahwa prevalensi lansia di institusi pelayanan lebih tinggi diban-
dingkan dengan lansia di komunitas(Kim et al., 2009; Jampawai et al., 2011; Majdi et al.,
2011). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami peningkatan
jumlah penduduk lansia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2012, persentase jumlah lansia adalah sebesar 7,56% dari total penduduk atau setara dengan
18,96 juta. Badan Pusat Statitik (BPS) memperkirakan jumlah lansia pada tahun 2020 akan
mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia.
Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak dapat dihindari dan setiap individu akan
mengalami perubahan baik pada fisik maupun mentalnya. Di samping itu, para lansia masih
harus menghadapi berbagai permasalahan, seperti perubahan kedudukan sosial, kehilangan
pekerjaan, risiko terkena penyakit, serta kehilangan orang yang mereka cintai. Kondisi
tersebut menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah mental. Depresi
merupakan salah satu masalah mental yang sering dijumpai pada lansia akibat proses
penuaan.
Kejadian depresi pada lansia seringkali tidak terdeteksi, salah didiagnosis, atau tidak
ditangani dengan baik. Gejala depresi seringkali dihubungkan dengan masalah medis dalam
proses penuaan, bukan sebagai tanda dari depresi itu sendiri. Dampak depresi pada lansia
sangatlah buruk. Depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan peningkatan
penggunaan fasilitas kesehatan, pengaruh negatif terhadap kualitas hidup lansia, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Data prevalensi depresi di Indonesia sangat bervariasi.
Umumnya angka kejadian depresi pada lansia dua kali lipat lebih tinggi daripada orang
dewasa
Depresi pada lansia juga sering dikenal sebagai late life depression. Lansia rentan
terhadap depresi disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Kehilangan pekerjaan, pasangan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan
bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi yang memudahkan seorang lansia untuk
mengalami depresi. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, beberapa faktor risiko yang
berkaitan dengan kejadian depresi pada lansia antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status pernikahan, dan status pekerjaan.
1. Teori Psikososial
Teori psikososial berasumsi bahwa munculnya masalah depresi pada masa tua
adalah karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang
tertentu, dan kontak sosial yang kurang. Faktor yang berkontribusi dalam munculnya
masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia; kurangnya peran sosial dan
rendahnya status sosial ekonomi; pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil;
stres sosial yang berulang termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan
sosial yang tidak adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial
misalnya ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta
kombinasi beberapa faktor-faktor (Miller, 2012).
2. Teori Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif akan mempengaruhi gambaran diri lansia, lingkungan dan
pengalamannya serta pandangannya untuk masa depan. Orang dengan depresi kurang
memikirkan masa depan yang dapat membuatnya bahagia. Lansia dengan depresi
biasanya memiliki penilaian negatif terhadap kehidupannya dengan adanya perasaan
tidak berharga, menganggap kejadian kehidupan adalah suatu hal yang buruk, berpikir
tidak realistis terhadap kondisi ketidakberdayaannya (Stuart & Sundeen, 2009)
3. Teori biologis
Teori menunjukkan bahwa penyebab depresi sebenarnya tidak datang dari luar,
melainkan dari dalam diri. Jika lansia dihadapkan pada suatu masalah, ia akan mudah
menyerah dan terjadi penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, sehingga
lansia akan cenderung mengalami keputuasaan. (Miller, 2012).
3.1 Kasus
Salah satu gangguan kesehatan yang dapat muncul pada saat lanjut usia adalah gangguan
mental. Depresi merupakan gangguan mental yang terjadi di tengah masyarakat, berawal dari
stress yang tidak diatasi, maka seseorang dapat jatuh ke fase depresi. Pada saat perawat
melakukan penelitian di Desa Hangtuah, perawat mendapatkan kejadian depresi pada lansia di
desa Hangtuah mayoritas berada pada rentang usia 60 tahun hingga 74 tahun yaitu 98 orang atau
sebesar 87%, sedangkan yang berusia 75 hingga 90 tahun sejumlah 15 atau sebesar 13,3%. Pada
desa Hangtuah lansia perempuan lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan lansia
laki-laki. Lansia perempuan sebanyak 50% dan lansia laki-laki sebanyak 36,6%. Perawat juga
menemukan mayoritas lansia di desa Hangtuah terkena depresi karena tinggal sendiri. Faktor
lansia wanita mengalami depresi karena kematian suaminya dan lansia pria mengalami depresi
karena kehilangan istrinya. Lansia dengan status janda sebanyak 35,5% dan lansia dengan status
duda sebanyak 35,5%. Dan saat perawat meneliti lansia di desa Hangtuah tersebut perawat juga
menemukan lansia di desa Hangtuah juga kurang bersosialisasi, kemudian perawat mencoba
bertanya pada lingkungan masyarakat dan masyarakat mengatakan bahwa klien merasa depresi
semenjak suaminya meninggal dunia sehingga membuat ia tidak ingin bersosialisasi pada
siapapun.
3.2 Pengkajian
a. Lingkungan fisik
a) Inspeksi : Terdapat pasar, sawah, dan ada mesjid
b) Tanda vital : Masyarakat mayoritas berumur 25 tahun sampai 90 tahun, dan
banyak masyarakat lansia yang mengalami depresi
c) System Review : Masyarakat kurang mengetahui terkait terjadinya depresi,
bagaimana cara mencegah dan mengatasi depresi, tidak adanya penyuluhan
pendidikan kesehatan di daerah tersebut.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan yang diakses oleh warga kelurahan adalah puskesmas
b) Harga pelayanan kesehatan terjangkau
c. Ekonomi
a) Mayoritas pekerjaan warga sebagai pedangang dan sebagai petani perkebunan.
d. Keamanan
a) Lingkungan aman.
b) Terdapat satu poskamling di desa Hangtuah.
e. Politik dan pemerintah
a) Pemerintah melakukan kegiatan seperti penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan bersama dengan petugas kesehatan.
b) Penyuluhan oleh petugas kesehatan diberikan sesuai kasus dan kurang tanggap
terhadap masalah kesehatan terjadi.
c) Setelah dilakukan penyuluhan tidak ada perubahan apapun terhadap pola hidup
warga.
f. Komunikasi
a) Alat komunikasi yang dimiliki oleh keluarga komunitas seperti televisi, koran,
dan ponsel.
b) Media komunikasi masyarakat berupa pengajian.
c) Dan masyarakat informasi di desa Hangtuah dengan cara himbauan dari pos ronda
maupun dari masjid.
d) Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat lansia di desa
Hangtuah.
g. Pendidikan
a) Mayoritas warga desa Hangtuah berpendidikan tamat SD.
h. Rekreasi
a) Tidak terdapat tempat hiburan apapun di desa Hangtuah.
ANALISIS DATA KOMUNITAS
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk mengetahui peningkatan prevensi depresi
Demografi : Lansia berusia 60 tahun Rasio tinggi depresi terjadi pada lansia
Usia hingga 74 tahun yaitu 98
orang atau sebesar 87%,
mengalami depresi
Lansia berusia 75 hingga 90
tahun sejumlah 15 atau
sebesar 13,3% mengalami
depresi
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan data demografi tersebut konsisten atau berubah
System Review Tidak adanya pengetahuan Pengetahuan masyarakat lansia di desa Hangtuah rendah
masyarakat lansia mengenai
depresi dan tidak adanya
penyuluhan pendidikan
kesehatan di daerah
tersebut.
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data system review berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan warga tentang depresi
Ekonomi Penghasilan masyarakat Status ekonomi masyarakat lansia menengah ke kebawah
lansia di desa Hangtuah Kemampuan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari cukup
tidak menentu karena
mnegharapkan hasil dari
perkebunan. Masyarakat
tergolong dengan ekonomi
menengah kebawah
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data ekonomi berpengaruh terhadap
kemampuan masyarakat untuk depresi.
Pendidikan Mayoritas masyarakat Tingkat pendidikan, pengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima
lansia berpendidikan informasi belum terlalu baik.
tamatan SD
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data pendidikan berpengaruh
terhadappengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima informasi di desa Hangtuah
1. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak adekuat karena faktor kehilangan
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Bina Hubungan Saling percaya dengan klien atau masyarakat
2. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya bantu klien mengidentifikasi stressor
3. Berikan dukungan pada klien apabila telah mengungkapkan perasaannya.
4. Ajarkan alternative koping yang konstruktif
5. Ajarkan kline untuk menggunakan strategi koping berorientasi ego yaitu dengan memfasilitasi dan menjadwalkan secara
berkala klien melakukan hobinya serta membantu klien untuk meningkatkan religious.
6. Gunakan pendekatan konseling logoterapi
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada lansia tentang depresi
8. Melatih lansia senam bugar untuk mengurangi depresi
.
DOKUMENTASI IMPLENTASI DAN EVALUASI
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Pada teori depresi terjadi pada lansia tergantung banyaknya jumlah stressor kehilangan
dialami seperti pasangan, penghasilan, peran, kesehatan, fungsi seperti masih muda
sedangkan pada kasus kelompok memaparkan bahwa lansia tidak mendapatkan semua
stressor tersebut, kelompok hanya menemukan stressor pada lansia yaitu merasa kesepian
karena kehilangan pasangan.
2. Pada teori ada dijelaskan bahwa pengukuran kondisi depresi pada lansia menggunakan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dengan 15 item pertanyaan yang sudah
valid secara Internasional. Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh
jawaban, kemudian diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu jika skor penilaian 0–4 maka
kategori lansia normal (tidak depresi), skor 5–8 kategori lansia depresi ringan, skor 9–10
kategori lansia depresi sedang dan skor 12–15 kategori lansia depresi berat. Tetapi pada
kasus yang dipaparkan kelompok, kelompok tidak memaparkan berapa skor penilaian
kategori depresi pada lansia, sehingga tidak diketahui berapa banyak lansia-lansia yang
tidak depresi, yang dengan depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.
3. Pada teori strategi keperawatan komunitas ada dilakukan kemitraan yang dilakukan
sebagai upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin kemitraan dengan lintas
program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar mengoptimalkan kegiatan program
yang direncanakan, karena suatu program berkaitan langsung dengan sektor
kehidupan yang lain. Misalnya upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan saja, namun juga dapat
dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang lainnya. Tetapi pada asuhan
keperawatan kelompok tidak merencanakan tindakan tersebut pada komunitas lansia yang
dengan depresi.
4. Pada teori penatalaksanaan depresi pada lansia perawat meninjau kembali apa yang telah
dicapai dimasa lalu untuk membangkitkan rasa mampu dan harga diri, namun hal tersebut
terdapat ketidaksesuaian dengan asuhan keperawatan yang dipaparkan kelompok bahwa
kelompok tidak memaparkan penatalaksanaan tersebut dalam perencanaan intervensi.
5. Berdasarkan teori gejala fisik yang bisa di alami lansia dengan depresi yaitu perubahan
nafsu makan, dengan akibat penurunan berat badan atau peningkatan berat badan,
gangguan tidur, kesulitan mulai tidur, tidur terbangun-bangun atau terlalu banyak tidur,
namun saat bangun tidak segar, penurunan energi, merasa lelah dan lemah, ada doronogan
untuk berjalan terus; nyeri ekstremitas, sakit kepala, nyeri otot. Tetapi pada kasus terdapat
ketidaksesuaian yang dipaparkan kelompok karena kelompok tidak memaparkan gejala-
gejala fisik pada lansia dengan depresi tersebut.
6. Pada teori intervensi yang bisa dilakukan pada lansia dengan depresi yaitu memastikan
nutrisi baik bagi lansia karena nutrisi merupakan suatu hal yang penting dalam mencegah
dan menurunkan depresi karena status nutrisi merupakan efek dari depresi dan dapat
menjadi konsekuensi negatif. Status nutrisi yang baik pada lansia adalah merupakan efek
positif dari kesehatan mental dan fungsi kognitif. Ketika depresi terjadi, lansia cenderung
mengalami malnutrisi dan dehidrasi serta mengalami gangguan pencernaan. Namun pada
asuhan keperawatan yang dipaparkan kelompok terdapat ketidaksesuaian, kelompok tidak
merencanakan pemantauan dan memastikan nutrisi yang baik bagi lansia dengan depresi.
7. Diteori dikatakan bahwa penatalaksanaan depresi pada lansia dengan strategi praktis pada
individu seperti menyusun jadwal pertemuan, menunjukkan kepedulian dengan sentuhan
fisik yang wajar namun pada kasus kelompok membuat strategi berdasarkan komunitas
seperti membina hubungan saling percaya dengan masyarakat, memberikan pendidikan
kesehatan pada lansia tentang depresi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Depresi merupakan respon emosional yang paling maladaptif yaitu dengan perubahan
afektif, fisiologi, kognitif dan perilaku misalnya kesedihan, gelisah dan lambat dalam
beraktifitas. Depresi juga diartikan sebagai salah satu diagnosis mood (afektif) dengan
kriteria terdapat 2 dari 3 gejala inti depresi ditemukan hampir setiap hari minimal 2 minggu
yaitu penurunan mood (sedih, tertekan dan merasa tidak bahagia) atau afek depresif,
kelelahan (merasa kelelahan atau energi berkurang) dan anhendonia atau tidak berminat
dan kegembiraan berkurang untuk melakukan aktivitas. Penyebab depresi tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi dapat saling berinteraksi dengan faktor yang
lain, sehingga munculnya depresi Selain itu ditambah dengan perubahan-perubahan akibat
proses penuaan yang terjadi pada lansia.
Dampak depresi pada lansia dapat meningkatkan angka kematian pada pasien, perubahan
suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan
fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit, penatalaksanaan pada lansia yang mengalami
depresi bisa dilakukan dengan terapi gunanya untuk mencegah relaps, rekuren dan kronisitas
dan lebih efektif jika diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai
pendekatan interdisiplin yang menyeluruh. Penanganan depresi pada lansia memerlukan
perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prabhaswari, Lindia., Ariastuti, Ni Luh Putu. (2015). Gambaran Kejadian Depresi Pada Lanjut
Usia di Wilayah Keja Puskesmas Petang I Kabupaten Bandung Bali 2015 ISM, Vol.7
No.1. Bali : FK Universitas Udayana.
Blazer DG. 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. Journal of Gerontology:
Medical Sciences. The Gerontological Society of America 2003, Vol. 58A, No. 3, 249–
265.
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis : Mosby
Miller,C. A. (2012). Nursing for wellness in older Adults. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 6th edition. Philadelphia: Davis Plus Company
Friedman (2010). Keperawatan Keluarga: Research, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.