BAB 1
PENDAHULUAN
Pembagian
seseorang berusia antara 45-49 tahun, usia lanjut yaitu seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih, usia lanjut resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih (Harry, 2012).
Di Indonesia jumlah penduduk lansia meningkat setiap tahun nya,
hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh United States Bureau of
Census 1993, populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun
1990 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan
pada tahun 2020. Indonesia akan menempati urutan keempat jumlah usia
lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika. Fenomena ini akan
berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara
biologis, psikologis dan sosiokultural (Harry, 2012).
kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan
lain sebagainya (Suadirman, 2011)
Evy dalam Purbowinoto (2011) mengatakan bahwa depresi
merupakan
Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8 sampai 15%. Hasil survey
dari berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi rata- rata depresi pada
lansia adalah 13,5 % dengan perbandingan pria dan wanita 14.1 : 8.5.
Sementara prevalensi depresi pada lansia yang mengalami perawatan di RS
dan Panti Perawatan sebesar 30 45 %. Karenanya pengenalan masalah
mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan
masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Penelitian di Amerika hampir 10 juta orang di Amerika mengalami depresi
dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka
depresi meningkat drastis diantara lansia-lansia yang berada di institusi,
Sekitar 50-75% mengalami gejala depresi ringan sampai sedang (Mickey
Stanley, 2007).
Depresi sering terjadi pada usia tua sebagaimana pada usia peruh
baya. Hal ini mempengaruhi sekitar 13% lansia. Sebagian besar penelitian
menemukan adanya representasi lebih besar pada wanita. Hubungan antara
prevalensi depresi dan usia sebagian besar dihitung dari morbiditas fisik dan
ketidakmampuan. Gangguan depresi diklasifikasikan berdasarkan tingkat
keparahan, dan mengidentifikasi tiga gejala utama yaitu mood yang buruk,
anhedonia (kehilangan rasa senang pada kegiatan yang sebelumnya
Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Bagaimana Efektifitas Therapy Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas
Depresi Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Pojok Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri 2014.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia
Kelurahan Pojok sebelum dilakukan terapi SEFT.
2. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Posyandu Lansia
Kelurahan Pojok sesudah dilakukan terapi SEFT.
Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
peneliti tentang Efektifitas Therapy Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Depresi Pada Lansia di
Posyandu Lansia Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
2014.
1.4.2
1.4.3
Bagi Responden
Sebagi langkah guna meminimalisasi depresi di kalangan lansia khususnya
pada Lansia di Unit Posyandu Lansia Kelurahan Pojok.
1.4.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1
Pengertian Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
2.1.2
Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya
(Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Tipe arif
bijaksana, Tipe mandiri, Tipe tidak puas, Tipe pasrah dan Tipe bingung.
2.1.3
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa
tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak
diperhitungkan sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menurun.
Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu
mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut
mati dan iri hati dengan yang muda.
5. Tipe kepribadian defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol,
bersifat kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak
menyenangi masa pensiun.
6. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban
dari keadaan.
2.1.4
dekat
berkurang,
penggunaan
kacamata
dan
system
10
d. Sistem Perkemihan
Menurut Ebersole dan Hess dalam Azizah (2011), pola
berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari,
sehingga mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam.
Hal ini menunjukkan inkontinensia urin meningkat.
e. Sistem Saraf
11
sistem
reproduksi
lansia
ditandai
dengan
12
2.1.5
2.2 Depresi
2.2.1
Pengertian Depresi
Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang paling umum
terjadi pada lansia. Seseorang dengan depresi dan khususnya lansia yang
mengalami depresi mengalami peningkatan resiko bunuh diri. Orang tua
yang mengalami depresi mungkin enggan untuk mengakui terjadinya
perubahan mood dan juga perasaan sedih (Menzel, 2008).
Menurut Nugroho (2008) depresi adalah suatu perasaan sedih dan
pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
13
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam. Menurut Hudak dan Gallo dalam Azizah (2011), gangguan
depresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan
penyebab tindakan bunuh diri. Sedangkan menurut Lau dan Eley dalam
Lewis et al (2011) depresi adalah gangguan yang kompleks dan
multifaktorial, merupakan efek yang melibatkan interaksi genetik dan
risiko lingkungan. Depresi mayor adalah suasana hati (afek) yang sedih
atau kehilangan minat atau kesenangan dalam semua aktifitas selama
sekurang-kurangnya dua minggu yang disertai dengan beberapa gejala
yang berhubungan, seperti kehilangan berat badan dan kesulitan
berkonsentrasi (Idrus, 2007).
Beck dalam Wibianto (2010) mendefinisikan depresi sebagai
keadaan abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda
symptomsimptom seperti menurunnya mood subjektif, rasa pesimis dan
sikap nihilstik, kehilangan kespontanan, dan gejala vegetative (seperti
kehilangan berat badandan gangguan tidur). Depresi juga merupakan
kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi motivasi dan
komponen perilaku. Stuart dalam Setiawan (2011) berpendapat bahwa
depresi atau melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan yang
berkepanjangan atau abnormal. Dapat digunakan untuk menunjukkan
berbagai fenomena, seperti tanda, gejala, sindrom, emosional, reaksi.
2.2.2
Etiologi
Etiologi depresi secara pasti belum diketahui, ada beberapa
hipotesis yang berhubungan dengan faktor biologik dan psikososial.
14
1. Faktor Biologik
a. Biogenik Amin.
Biogenik amin ini dilepaskan dalam ruang sinaps sebagai
neurotransmiter. Neurotransmiter yang banyak berperan pada depresi
adalah norepinefrin dan serotonin ( Idrus, 2007 ).
b. Hormonal
Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis sistem limbic
hipotalamus-hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi
kortisol. Selain itu juga ditemukan juga penurunan hormone lain
seperti GH, LH, FSH, dan testosterone ( Idrus, 2007 ).
c. Tidur
Pada depresi ditemukan peningkatan aktivitas rapid eye movement
(REM) pada fase awal memasuki tidur dan penurunan REM pada fase
latensi ( Idrus, 2007 ).
d. Genetik
Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari
orang tua mempunyai riwayat depresi maka 27 % anaknya akan
menderita gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya
menderita depresi maka kemungkinanya meningkat menjadi 50 75 %
( Idrus, 2007 ).
2. Faktor Psikososial
a. Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan. Para klinikus
percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan penting
dalam terjadinya depresi ( Idrus, 2007 ).
15
b. Kepribadian
premorbid
Tipe
kepribadian
tertentu
seperti
16
2.2.4
agitasi,
alkoholisme,
perubahan
tingkat
aktivitas,
17
1) Depresi Ringan
Gejala :
a. Kehilangan minat dan kegembiraan.
b. Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang.
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.
e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu.
f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukan.
2) Depresi Sedang
Gejala :
a. Kehilangan minat dan kegembiraan
b. Berkurang energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
18
Bentuk Depresi
Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
19
Penatalaksanaan Depresi
Penatalaksanaan depresi menurut Agus dalam Setiawan (2011) antara lain
yaitu :
1) Terapi Fisik
Pemberian anti-depresan pada usia lanjut, sama seperti pemberian
psikotropika pada umumnya harus hati-hati. Umumnya diperlukan
dosis yang leebih kecil daripada orang dewasakarena dikhawatirkan
terjadi akumulasi akibat fungsi ginjal yang sudah kurang baik.
2) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat
penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, diantaranya ada
perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada lanjut usia.
Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk
20
3) Terapi kognitif-perilaku
Bertujuan mengubah pola pikirpasien yang selalu negatif (persepsi
diri yang buruk, masa depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri
yang tak berguna lagi, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola piker
yang netral atau positif. Ternyata pasien lanjut usia dengan depresi
dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan
aktivitas, terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah perilaku dan
pola pikir.
4) Terapi Seni
Menurut The American Art Therapy Association dalam Mukhlis
(2011), terapi seni banyak digunakan sebagai sarana menyelesaikan
konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri, mengembangkan
keterampilan
sosial,
mengontrol
permasalahan,
mengurangi
perilaku,
kecemasan,
menyelesaikan
mengerahkan
realitas,
21
2.2.7
22
Sejarah SEFT
Metode
SEFT
merupakan
sebuah
pengembengan
dan
23
dengan
sumber
rasa
sakit
(gangguan
fisik).
Dengan
pakar
pengobatan
holistik,
Dr.
John
Diamond.
Ian
psychology
menggunakan
sistem
energi
tubuh
unutk
24
Titik
yang
diketuk
berbeda-beda,
disesuaikan
dengan
25
kegunannya
untuk
meningkatkan
prestasi
(peak
performance)
Craig.
SEFT
menggabungkan
merupakan
antara
pengembangan
spiritualitas
(melalui
dari
doa,
EFT,
keiklasan
yang
dan
Definisi SEFT
SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh
(energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode
tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT bekerja dengan
prinsip yang kuraang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur.
Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanajang 12 jalur
energi (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan metode akupuntur
dan akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang
26
digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana,
karena SEFT hanya menggunakan ketukan ringan (tapping) (Zainuddin,
2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012).
Sebagian besar penyakit ternyata berasal dari gangguan emosi atau
psikologis. Contohnya, ketika seseorang stres, ada yang mengalami diare,
ada yang perutnya mulas dan beban pikiran yang menyebabkan seseorang
terserang penyakit lambung (maag). Dalam dunia kedokteran istilahnya
adalah psikosomatis, yaitu gangguan emosi yang menyebabkan penyakit.
Dengan metode SEFT membuat diri penderita bisa menerima persoalan
yang mengganggu stabilitas emosinya. Ketika penderita tersebut bisa
berdamai dengan situasi yang mengganggu emosinya, maka penyakit
penyakit fisik akan hilang dengan sendirinya (Saputra, 2012).
2.3.3
27
EFT
SEFT
Basic Philosopy
Self centerd
Asumsi
God centered
kesembuhan
Asumsi
kesembuhan
begitu
individu
bisa
dan pasrah
sakit
saya
kesembuhannya pada-MU..
ini...
saya
iklas
pasrahkan
sepenuhnya..
Sikap Saat Tapping
EFT
suasana
dilakukan
dalam
santai,
kaena
kesembuhan
dari
datangnya
Tuhan
kekhusukkan,
YME,
keiklasan,
dengan
menyebut
Tune In masalahnya.
pada
secara bersamaan :
detail
masalahnya,
28
1. Rasakan sakitnya,
2. Fokuskan pikiran ke
tempat sakit,
3. Iklaskan dan pasrahkan
kesembuhan sakit itu
kepada Tuhan YME.
Tapping
EFT menggunakan 7 atau
SEFT
menambahkan
14 titik
Tidak ada
Metode SEFT
SEFT memandang jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu
kenangan masa lalu atau trauma yang tersimpan dalam alam bawah sadar,
maka emosi seseorang akan menjadi kacau. Mulai dari yang ringan, seperti
bad mood, malas, tidak termotivasi melakukan sesuatu, hingga yang berat,
seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), depresi, phobia,
kecemasan berlebihan dan stres emosional berkepanjangan. Sebenarnya
semua ini penyebabnya sederhana, yakni terganggunya sistim energi
tubuh. Karena itu solusinya juga sederhana, menetralisir kembali
gangguan energi itu dengan metode SEFT (Zainuddin, 2009; Saputra,
29
30
2) The Set Up
Hainsworth (2008) mengatakan bahwa semua individu memiliki
aspek bawah sadar yang tidak siap untuk menyembuhkan karena
menganggap jauh lebih aman dengan keadaan dirinya yang sekarang.
The set up dirancang untuk membantu individu agar siap untuk sembuh.
Cara melakukan set up adalah dengan mengucapkan kalimat set up
seperti Meskipun saya ingin merokok ketika minum kopi padahal saya
juga ingin berhenti merokok, saya benar benar menerima dan
mencintai diri saya sendir . Kalimat tersebut diucapkan sebanyak tiga
kali sambil menekan pada titik karate chop yaiti pada samping telapak
tangan (Hainsworth, 2008).
3) Tapping
Pada bagian tapping yang dilakukan adalah dengan menekan atau
mengetuk 5-7 kali ketukan pada titik-titik di bagian tubuh tertentu sambil
31
32
33
34
e. Logotherapy
Southwick dkk. (2006) mengatakan bahwa secara bahasa
logotherapy adalah penyembuhan melalui makna. Logotherapy adalah
psikoterapi yang memusatkan pada kebermaknaan yang berasal dari
filsafat eksistensial dan didasarkan pada pengalaman hidup penggagas
psikoterapi tersebut yaitu Viktor Frankl.
f. Powerfull Prayer
Barth (2004) menyatakan bahwa terdapat bukti ilmiah yang
mengatakan bahwa doa dan spiritualitas berpengaruh terhadap
kesehatan. Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian Koenig
35
dengan
Logotherapy,
Self
Hypnosis
(Ericsonian),
36
yang membuat subjek ingin merokok, sudah dapat menimbulkan gangguan energi
yang hampir sama ketika subjek sedang merokok. Efektivitas SEFT yang
diterapkan pada saat membayangkan aspek tersebut cenderung bertahan.
3. Be Spesific
Semakin spesifik mengenali akar masalah dari gangguan emosi,
pikiran, dan perilaku yang dialami maka semakin efektif hasilnya.
Berikut ini adalah uraaian tentang bagaimana melakukan SEFT untuk
membebaskan aliran energi di tubuh yang dengannya akan membebaskan emosi
dari berbagai kondisi negatif (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012) :
a. The Set Up
The Se-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh
terarahkan dengan tepat.Langkah ini dilakukan unuk menetralisir psychological
reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negative spontan
atau keyakinan bawah sadar negatif, seperti kesulitan untuk melepaskan diri dari
kecanduan merokok).Cara menetralisir psychological reversal tersebut adalah
dengan melakukan the set-up words. Dalam bahasa religius, the set-up words
adalah doa kepasrahan kepada Allah SWT. Contoh the set-up wordsadalah Ya
Allah walaupun saya ingin sekali merokok padahal saya ingin bisa berhenti
merokok.,saya ikhlas menerima masalah saya ini. Saya pasrahkan padamu
kesembuhan saya dari kecanduan rokok.
b. The Tune In
Cara melakukan tune-in adalah dengan memikirkan sesuatu atau
peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangktkan emosi negatif yang akan
dihilangkan atau situasi dimana seseorang sangat ingin merokok. Tujuannya
37
adalah untuk secara spesifik menetralisir emosi negatif atau sakit fisik yang
dirasakan. Untuk membantu terjadinya tune-in adalah dengan terus memikirkan
sesuatu yang membangkitkan respon emosi negatif tersebut sekaligus mengulangngulang kata pengingat yang mewakili emosi yang dirasakan. Dalam hal ini, kata
pengingatnya adalah kecanduan rokok. Cara lain untuk melakukan tune-in adalah
dengan mengganti kata pengingatnya dengan kalimat saya ikhlas, saya pasrah
pada-Mu ya Allah. Tune-in tetap dilakukan sampai semua teknik SEFT dilakukan
hingga akhir.
c. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik
titik tertentu di tubuh sambil terus Tune In. Titik titik ini adalah titik titik
kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika kita ketuk beberapa kali
akan berdampak pada netralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita
rasakan. Tapping menyebabkan aliran tubuh berjalan dengan normaal dan
seimbang kemabali (Zainuddin, 2009).
Titik titik yang akan diberikan ketukan ringan berada di bagian
kepala, daerah dada dan tangan. Pada bagian kepala titik titik tersebut terdiri
dari titik CR (Crown) yaitu titik di bagian atas kepala (ubun ubun), titik EB (Eye
Brow) yaitu titik permulaan alis mata dekat pangkal hidung, titik SE (Side of the
Eye) yaitu titik diatas tulang ujung mata sebelah luar, titik UE (Under the Eye)
yaitu titik tepat di tulang bawah kelopak mata, titik UN (Under the Nose) yaitu
titik yang letaknya tepat dibawah hidung dan titik Ch (Chin) yaitu titik yang
letaknya diantara dagu dan bagian bawah bibir (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010;
Saputra, 2012).
38
Pada bagian dada titik titik tapping terdiri dari titik CB (Colar
Bone) yaitu titik yang letaknya di ujung tempat bertemunya tulang dada dan
tulang rusuk pertama, titk UA (Under the Arm) yaitu titik yang berada dibawah
ketiaak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat di bagian bawah tali bra
(wanita) dan titik BN (Below Nipple) yaitu titik yang letaknya 2,5 cm dibawah
puting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah
payudara (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010; Saputra, 2012). Pada bagian tangan ada
9 titik tapping yang terdiri dari titik IH (Inside of Hand) yaitu titik yang letaknya
di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, titik OH (Outside
of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian luar tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan, titik Th (Thumb) yaitu titik yang letaknya pada ibu jari di samping
luar bagian bawah kuku, titik IF (Indeks Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari
telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari),
titik MF (Middle Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari tengah di samping luar
bagian bawah kuku (di bagian yang mengahdap ibu jari), titik RF (Ring Finger)
yaitu titik yang letaknya pada jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di
bagian yang menghadap ibu jari), titik BF (Baby Finger) yaitu titik yang letaknya
pada jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari), titik KC (Karate Chop) yaitu titik yang letaknya di samping
telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok pada olahraga
karate dan titik GS (Gamut Spot) yaitu titik yang letaknya di bagian antara
perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking (Zainuddin, 2009;
Thayib, 2010; Saputra, 2012).
39
BAB 3
40
Proses
Lansia di
Posyandu
Lansia
Kelurahan
Pojok
Output
Depresi
Terapi SEFT
Faktor yang
memepengaruhi :
Outcome
Meningkatkan
Derajat Kesehatan
Pada Lansia di
Posyandu Lansia
Kelurahan Pojok
41
42
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
43
Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat pada skema 4.1 sebagai berikut :
Skema 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Pretest
Intervensi
Posttest
Kondisi
Tingkat
Depresi
sebelum
intervensi
SEFT
Terapi
SEFT
Kondisi
Tingkat
Depresi
sesudah
intervensi
SEFT
O1
O2
O1 X O2
Keterangan :
O1
= pretest
= SEFT
O2
= posttest
Output
Adanya
perbedaan atau
tidak sebelum dan
sesudah Terapi
SEFT
44