Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya lansia memasuki proses alamiah yang terjadi di akhir fase
kehidupan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi-fungsi fisik dan
kemampuan psikologis. Mereka biasanya membawa proses penyesuaian diri yang
buruk atas kemunduran yang terjadi. Ketika kemunduran fisik dan mental
berlangsung secara perlahan maka dapat dikatakan dia mengalami senescence
yakni proses menjadi tua. Kemunduran fisik pada lansia ditandai dengan rambut
mulai merontok dan beruban, kulit semakin keriput, mengendurnya otot-otot,
gerakan motorik tubuh semakin lamban, kelainan berbagai fungsi vital (pieter &
lubis , 2014 ).

Adapun kemunduran psikologis pada lansia ditambah dengan permasalahan


yang terjadi seperti pensiun, menjanda atau menduda, sadar akan kematian teman
dan keluarga, penyakit kronis dan ketidakmampuan, perubahan konsep diri, serta
kesepian yang dapat menimbulkan depresi, proses kehilangan multipel yang
terjadi secara bersamaan dapat menimbulkan depresi yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup lansia. (Firmansyah, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 secara global


diperkirakan pada tahun 2050, populasi dunia yang berusia 60 tahun ke atas
berjumlah 2 miliar, semakin naik dari jumlah sebelumnya 900 juta pada tahun
2015. Pada tahun 2018 terdapat 125 juta orang berusia 80 tahun atau lebih.
Diperkirakan pada tahun 2050 hampir sebanyak 120 juta orang yang tinggal di
China, dan 434 juta orang dalam kelompok usia ini di seluruh dunia. Menurut
badan statistik Indonesia, selama kurun waktu hampir lima dekade (1971-2019),
persentase penduduk lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat. Pada tahun
2019, persentase lansia mencapai 9,60% atau sekitar 25,64 juta orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Batam tahun 2018 jumlah
lansia usia 45-59 tahun di kota Batam berjumlah 19.173 jiwa.

Dengan peningkatan jumlah populasi lansia dapat menimbulkan berbagai


masalah dalam bidang kesehatan dan kesehjateraan. Salah satu mMasalah
Kesehatan kesehatan yang sering terdapat terjadi salah satunyaadalah kesehatan
jiwa ini yang berhubungan dengan tingkat depresi yang dialamipada lansia dan
berdampak pada kualitas hidup yang dialaminya. Rathus (1991) menyatakan
orang yang mengalami depresi umunya mengalami gangguan meliputi keadaan
emosi, motivasi, fungsional, dan gerakan tingkah laku kognitis (Lumonggalubis,
2016). Pravelensi menurut Riskesdas Indonesia 2018 menunjukan gangguan
depresi pada lansia dengan prevelensi 8,0% pada umur 65-74 tahun dan 8,9%
diatas 75 tahun.

Depresi juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang., kualitas Kualitas


hidup atau quality of life merupakan penilaian individu aspek positif dan negatif
dalam kehidupannya., kualitas Kualitas hidup lansia yang baik akan beroptimal
bagi kehidupan sehari-hari pada lansia sehingga dapat menikmati kehidupannya
dengan bahagia, bermakna dan dapat berguna bagi orang disekitarnya. Tetapi
sedikitnya hanya sedikit lansia yang menyadari akan pentingnya kesehatan mental
pada dirinya, sebagian lansia tidak menyadari saat bahwa dirinya mengalami
gangguan depresi sedangkan padahal gangguan depresi sangat berpengaruh pada
terhadap kualitas hidupnya.

Hal ini di dukung didukung dengan penelitian Firmansyah 2014, berdasarkan


terhadap 65 responden dengan usia 55-85 tahun dan di dapatkandidapatkan
bahwa lansia yang tidak mengalami depresi sebanyak 47 lansia (72,30%) dan
lansia yang mengalami depresi berat sebanyak 2 lansia (3,07%), dengan nilai
p=0,001 yang berarti p <0,05 dengan nilai koefisien korelasi r=0,413 yang berarti
kekuatan hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada lansia
adalah cukup atau sedang.
Hasil survey pendahuluan di Panti Jompo Yayasan Annisa Ummul Khairat
Batam diperoleh data jumlah lansia berumur ≥60 tahun sebanyak 45 lansia.
Dilihat dariBerdasarkan penilaian dari segi parameter yang meliputi minat
aktivitas, perasaan sedih, perasaan sepi dan bosan, perasaan tidak berdaya, dan
perasaan bersalah, seluruh parameter menunjukan kriteria yang berdampak pada
kualitas hidunya adaterdapat 3 lansia diantaranya yang hasil kriterianya kurang
baik dan 7 lansia berkriteria baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diduga bahwa terdapat terdapat


kesenjangan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada
lansia di panti jompo Annisa Ummul Khairat Batam. Hal, hal ini membuat peniliti
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui tentang.mengenai
hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada lansia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas yang menjadikan
permasalahan dalam peneliti ialah apakah ada hubungan antara tingkat depresi
dengan kualitas hidup pada lansia

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan kemungkinan kejadian tingkat depresi dengan
kualitas hidup pada lansia
2. Tujuan khusus
Mengetahui gambaran kharakteristik depresi dan gambaran kualitas hidup

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman serta wawasan mengenai “adanya hubungan
tingkat depresi dengan kualitas hidup pada lansia”

2. Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan dalam
bidang kedokteran kuhususnya bahan referensi perpustakaan Fakultas
Kedokteran Universitas Batam.
3. Bagi Pembaca
Khusunya bagi wanita dewasa madya atau lansia hasil penelitian ini di
harapkan dapat memberikan informasi tentang pengetahuan depresi dan
kualitas hidup lansia.

Anda mungkin juga menyukai