Anda di halaman 1dari 10

Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.

06

Penelitian PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI DAN


KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI
SOSIAL DAN YANG DI RUMAH BERSAMA
KELUARGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS II

Annisa Rosalita1, Agus Fitriangga2, Yoga Pramana3


1
Mahasiswa Program Studi KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas
Tanjungpura / annisa.rosalita10@gmail.com
2
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura / afitriangga@yahoo.co.id
3
Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura / yogapramana@gmail.com
ABSTRAK

Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya
berupa perasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai
semangat. Kualitas hidup adalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh
individu dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.Depresi dan kualitas hidup pada
lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia.Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga
lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga.
Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial
dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.
Metode:Penelitiankuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan simple random sampling yang
melibatkan sebanyak 38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga
yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik
analisa data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi
dengan tempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal
lansia.
Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial
Rehabilitasi Mulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas II.

Kata Kunci : Depresi, Kualitas Hidup, Lansia, Tempat Tinggal


Referensi : (2008-2018)

1
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

ABSTRACT
Background:Depression is a mental disorder that often occurs in elderly people, this
condition can leadto feelings of depressed, unhappy, sad, pessimist, unworthy and
unpassionate.The quality of life is an individual’sperspective on his/her life and how far
they cancarry out individual functions in their daily life. Depression and elderly’s quality of
life can be affected by their living place. There are elderly who lives at nursing home and
elderly who lives at home with their family.
Objective: To know different levels of elderly depression and quality of lifewho lives at
nursing home and who lives at home with their family in workingarea ofPerumnas Health
Center II.
Method:This research is a quantitative research that using comparative analytical design
with cross sectional approach. Samples in this research amounted to 38 elderly who in
Mulia Darma Rehabilitation Nursing Home and 38 elderly who lives at home with their
family in working area ofPerumnas Health Center IIthat fulfilled the inclusion criteria.GDS
and WHOQOL-OLD quesionnaire are the instruments that used in this research.The
result of this study was analyzed using Kolmogorov-Smirnov test.
Results:Based onKolmogorov-Smirnov test, obtained p=0,001 for different levels of
elderly depression based on living placeand p=0,002 for different levels of elderly quality
of life based onliving place.
Conclusion: There is differentlevels of depression andquality of lifein elderly who lives in
Mulia Darma Rehabilitation Nursing Homeand who lives at home with their family in
workingarea ofPerumnas Health Center II.

Keywords: Depression, Quality of Life, Elderly, Living place


Reference: (2008-2018)

PENDAHULUAN lansia perempuan sebanyak 561.170 jiwa [5].


Lanjut usia merupakan tahap akhir dari Proporsi terbesar (>10%) berada di Kabupaten
siklus manusia, yaitu bagian dari proses Pontianak (14,75%), Kota Pontianak (13,36%),
kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan Kabupaten Sambas (12,19%), dan Kabupaten
dialami oleh setiap individu [1]. Menurut World Kubu Raya (10,61%) [6].
Healt Organization (WHO), prevalensi lansia di Seiring bertambahnya populasi lansiadan
dunia pada tahun 2015 sekitar 12,3%, pada semakin besarnya angka harapan hidup bagi
tahun 2025 akan meningkat menjadi 14,9% dan lansia, maka akan timbul banyak permasalahan
pada tahun 2030 menjadi 16,4%. Populasi lansia yang dialami oleh lansia [7]. Permasalahan
di Asia Tenggara padatahun 2010 yaitu 24juta tersebut diantaranya tidak mendapatkan akses
jiwa (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 kesehatan, tidak memiliki jaminan hari tua, tidak
diperkirakan jumlah lansia sekitar 80 juta jiwa [2]. mendapatkan dukungan sosial dari keluarga dan
Indonesia termasuk negara berstruktur tua, teman untuk merawat mereka. Banyak lansia
pada tahun 2015 persentase lansia melebihi 7% yang pada akhirnya mengalami berbagai
yaitu sebesar 8,5% dari keseluruhan penduduk masalah fisik, seperti terserang berbagai
[3]
. Menurut Kemenkes RI (2017), pada tahun penyakit kronis dan masalah psikologis seperti
2017 terdapat 23,66 juta jiwa (9,03%) penduduk depresi [7].
lansia di Indonesia. Diprediksi jumlah penduduk Depresi adalah suatu gangguan mental
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 umum yang ditandai dengan mood tertekan,
(33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun kehilangan kesenangan atau minat, perasaan
2035 (48,19 juta). Ada 19 provinsi di Indonesia bersalah atau harga diri rendah, gangguan
yang memiliki struktur penduduk tua yaitu makan atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi
dengan presentase 55,88% dan Kalimantan yang rendah[6]. Prevalensi depresi pada lansia
Barat menempati urutan ke 16 dari 34 provinsi tahun 2011 yaitu sekitar 19%, sementara pada
yang ada di Indonesia dengan presentase lansia tahun 2012 penduduk lansia yang mengalami
sebesar 7,30%[4]. depresi mencapai 32%[8]. Depresi menyerang
Menurut data Dinas Kependudukan dan 10-15% lansia 60 tahun ke atas yang tinggal di
Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kalimantan Barat, keluarga dan angka depresi meningkat secara
pada tahun 2017 jumlah lansia di Kalimantan drastis pada lansia yang tinggal di institusi
Barat sebesar 1.159.015 jiwa yang terdiri dari sekitar 50-75%, penghuni perawatan jangka
lansia laki – laki sebanyak 597.845 jiwa, dan

2
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

panjang memiliki gejala depresi ringan sampai berjudul perbedaan tingkat depresi dan kualitas
sedang [9]. hidup pada lanjut usia yang tinggal di Panti
Faktor yang menyebabkan depresi satu Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Mulia Dharma
diantaranya adalah faktor psikososial yang dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di
meliputi perubahan status ekonomi, struktur wilayah kerja Puskesmas Perumnas II.
keluarga yang berubah, cenderung kehilangan
dukungan dari anak, cucu, dan juga teman– METODE PENELITIAN
teman, hal ini akan mempermudah timbulnya Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
depresi [10]. Satu diantara penyebab lansia menggunakan desain analitik komperatif dengan
mengalami depresi adalah tempat di mana lansia pendekatan cross sectional yaitu meneliti antara
tinggal, umumnya lansia menikmati usia tua variabel bebas dengan variabel terikat diukur
dengan keluarga, namun ada pula lansia yang satu kali dalam waktu yang bersamaan. Teknik
tidak tinggal dengan keluarga. pengambilan sample pada penelitian ini
Hal ini dapat terjadi pada lansia karena pola menggunakan teknik probability sampling yaitu
keluarga sudah mengarah pada pola keluarga dengan carasimple random sampling.
inti (nuclear family).Mereka menganggap Perhitungan sampel menggunakan rumus
keberadaan lansia menjadi beban dalam sampel untuk estimasi perbedaan 2 proporsi,
keluarga.Sehingga memandang Panti Werdha didapatkan sampel 38 lansia yang tinggal di
sebagai solusi terbaik untuk dipilih sebagai Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Mulia
tempat untuk tinggal para lansia [11]. Dharma dan 38 lansia yang tinggal di rumah
Tempat tinggal juga mempunyai peranan bersama keluarga di wilayah kerja Puskesmas
yang sangat penting bagi kualitas hidup lansia. Perumnas II.
Menurut WHO (1996) kualitas hidup adalah Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
persepsi seseorang dalam konteks norma dan lansia yang berumur ≥60 tahun, lansia yang
budaya yang sesuai dengan tempat tinggal tinggal di panti sosial rehabilitasi lanjut usia mulia
orang tersebut yang bekaitan dengan tujuan, dharma ≥ 6 bulan, lansia yang tinggal dirumah
harapan, dan kepedulian selama hidupnya [12]. bersama keluarga, lansia yang memiliki alamat
Kualitas hidup bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik rumah yang jelas pada data kunjungan
individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta puskesmas, dan bisa berbahasa Indonesia.
hubungan individu dengan lingkungan. Pada Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini
umumnya lanjut usia menghadapi kelemahan, adalah lansia yang menderita gangguan
keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga kejiwaan.
kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun. Teknik pengambilan data dilakukan dengan
Keluarga memiliki peran yang sangat menggunakan instrumen Geriatric Depresion
penting dalam perawatan lansia untuk Scale (GDS) untuk tingkat depresi dengan
meningkatkan kualitas hidup lansia.Lansia yang menggunakan 15 pertanyaan dan kuesioner
tinggal bersama keluarga cenderung memiliki World Health OrganizationQuality of Life-Old
kepuasan dan kualitas hidup yang baik secara (WHOQOL–OLD) untuk tingkat kualitas hidup
fisik dan psikologi, keadaan ini dikarenakan dengan 21 pertanyaan. Data yang didapatkan
lansia merasa aman, memiliki identitas diri, dan selanjutnya ditabulasi dan dianalisa dengan
konsep diri [13]. menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti
merasa perlu untuk melakukan penelitian yang HASIL PENELITIAN

Tabel 1.1 Karakteristik Responden yang Tinggal di Panti dan tinggal dirumah bersama
keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,Tingkat Pendidikan, Status Perkawinan,
dan Jumlah Anak
Karakteristik Di Panti Di Rumah
Responden f (n=38) % f (n=38) %
Jenis kelamin
Laki-laki 17 44,7 % 14 36,8 %
Perempuan 21 55,3 % 24 63,2 %
Usia
60-74 32 84,2% 33 86,8%
75-90 6 15,8% 4 10,5%
>90 0 0% 1 2,6%

3
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

TingkatPendidikan
Tidak sekolah 13 34,2% 10 26,3%
SD/Sederajat 19 50% 9 23,7%
SLTP/Sederajat 3 7,9 % 12 31,6%
SLTA/Sederajat 3 7,9 % 4 10,5%
Perguruan Tinggi 0 0% 3 7,9%
Status Perkawinan
Menikah 5 13,2% 29 76,3%
Belum Menikah 5 13,2% 1 2,6%
Duda/Janda 28 73,7% 8 21,1%
Jumlah Anak
0 17 44,7% 1 2,6%
1-3 18 47,4% 13 34,2%
4-6 2 5,3% 18 47,4%
7-10 1 2,6% 6 15,8%
Sumber : Data Primer (2018), telah diolah
Berdasarkan analisis data pada tabel 1.1 keluarga menunjukkan hasil karakteristik usia 60-
menunjukkan bahwa dari 38 responden lansia 74 tahun sebesar 33 orang (86,8%). Sebagian
yang tinggal di panti sosial, karakteristik usia 60- besar responden adalah berjenis kelamin
74 tahun sebesar 32 orang (84,2%). Sebagian perempuan yaitu sebanyak 24 orang (63,2%)
besar responden adalah berjenis kelamin dan sebagian besar berpendidikan
perempuan yaitu sebanyak 21 orang (55,3%) SLTP/Sederajat yaitu sebanyak 12 orang
dan sebagianbesar berpendidikan SD/Sederajat (31,6%). Pada karakteristik status perkawinan
yaitu sebanyak 19 orang (50%). Pada status sebagian besar berstatus menikah yaitu
perkawinan sebagian besar berstatus duda/janda sebanyak 29 orang (76,3%). Sebagian besar
yaitu sebanyak 28 orang (73,7%). Sebagian responden memiliki anak 4-6 yaitu sebanyak 18
besar responden memiliki anak 1-3 yaitu orang (47,4%).
sebanyak 18 orang (47,4%). Sedangkan 38
responden yang tinggal dirumah bersama

Tabel 1.2 Tingkat Depresi Pada Lansia yang Tinggal di Panti Sosial dan Tinggal di Rumah Bersama
Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II
Tingkat Di Panti Di Rumah
Depresi
f (n=38) % f (n=38) %
Tidak Depresi 1 2,6 % 25 65,8%
Depresi 20 52,6 % 6 15,8%
Ringan
Depresi 11 28,9 % 7 18,4%
Sedang
Depresi Berat 6 15,8 % 0 0%

Sumber : Data Primer (2018), telah diolah

Tabel 1.3Kualitas Hidup Pada Lansia yang Tinggal di Panti Sosial dan yang Tinggal di Rumah
Bersama Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II
Di Panti Di Rumah
Kualitas Hidup
f (n=38) % f (n=38) %
Rendah 3 7,9% 0 0%
Sedang 27 71,1% 14 36,8%
Tinggi 8 21,1% 24 63,2%

Sumber : Data Primer (2018), telah diolah


Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1.2 yang tinggal di Panti Sosial Rehabilitasi yang
didapatkan hasil tingkat depresi pada lanjut usia paling banyak yaitu mengalami depresi ringan
4
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

sebanyak 20 responden (52,6%). Sedangkan tinggal di panti sosial rehabilitasi yang tebanyak
lanjut usia yang tinggal dirumah bersama yaitu memiliki kualitas hidup sedang sebanyak
keluarga didapatkan hasil paling banyak yaitu 27 orang (71,1%).Sedangkan, pada kualitas
berstatus tidak depresi sebanyak 25 orang hidup lanjut usia yang tinggal di rumah bersama
(65,8%). keluarga yang paling banyak yaitu memiliki
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1.3 kualitas hidup tinggi sebanyak 24 orang (63,2%).
didapatkan hasil kualitas hidup lanjut usia yang

Tabel 1.4 Perbedaan Tingkat Depresi Lansia yang Tinggal di Panti Sosial dan yang di Rumah
Bersama Keluargadi Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II
Tempat Tinggal

Di Panti Di Rumah P
Tingkat Depresi
f (n=38) % f (n=38) %
Tidak Depresi 1 2,6 % 25 65,8%
Depresi Ringan 20 52,6 % 6 15,8%
Depresi Sedang 0,001
11 28,9 % 7 18,4%
Depresi Berat 6 15,8 % 0 0%

Sumber : Data Primer (2018), telah diolah


Tabel 1.5 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Panti Sosial dan yang di Rumah
Bersama Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II
Tempat Tinggal

Di Panti Di Rumah P
Kualitas Hidup
f (n=38) % f (n=38) %
Rendah 3 7,9% 0 0%
Sedang 27 71,1% 14 36,8% 0,002
Tinggi 8 21,1% 24 63,2%

Sumber : Data Primer (2018), telah diolah

5
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

Pada tabel 1.4 berdasarkan hasil uji kesibukan masing-masih sehingga lansia
statistik menggunakankolmogorove– terkadang sering merasa tidak diperdulikan.
smirnovmenunjukkan bahwa p value=0,001. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p<0,05 tingkat depresi dan tingkat kualitas hidup yaitu
dengan demikian maka HO ditolak, yang artinya usia, Pada usia 60-74 tahun ini merupakan awal
ada perbedaan tingkat depresi lansia yang dimana lansia secara umum akan mulai
tinggal di Panti Sosial dan yang di rumah mengalami kemunduran dari berbagai segi,
bersama kelurga di Wilayah Kerja Puskesmas yaitu fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial. Hal
Perumnas II. ini sejalan dengan penelitian Shafa (2016) yang
Tebel 1.5 berdasarkan hasil uji statistik mengatakan bahwa kelompok usiaelderly (60-74
menggunakan kolmogorov– tahun) memiliki kejadian depresi berat lebih
smirnovmenunjukkan bahwa p value = 0,002. tinggi dibandingkan dengan kelompok usia old
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p<0,05 (75-90 tahun)[15].
dengan demikian maka HO ditolak, yang artinya Pada masa ini, banyak tejadi perubahan
ada perbedaan kualitas hidup lansia yang fungsi fisik, fungsi kognitif, dan psikososial yang
tinggal di Panti Sosial dan yang di rumah terjadi pada proses penuaan yang dapat
bersama kelurga di Wilayah Kerja Puskesmas membuat timbulnya depresi pada lansia dan
Perumnas II. juga dapat menurunkan kualitas hidup lansia.
Sedangkan, pada lansia dengan rentang umur
PEMBAHASAN 70-90 tahun lebih pasrah dengan kehidupannya
Jenis kelamin dapat mempengaruhi dan lebih banyak memerlukan bantuan orang
terjadinya depresi dan dapat mempengaruhi lain [14].
tingkat kualitas hidup lansia, hal ini berkaitan Pendidikan adalah satu diantara faktor
dengan ketidakseimbangan hormon yang tejadi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
pada perempuan yang akan semakin Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka ia
menambah tingginya kejadian depresi dan akan semakin mudah menerima informasi
memperburuk tingkat kualitas hidup lansia. sehingga semakin banyak pula pengetahuan
Ketidakseimbangan hormon terjadi pada yang dimiliki. Di samping itu, pendidikan juga
perempuan yang mengalami menopause dan merupakan modal awal dalam perkembangan
pasca melahirkan, sehingga mempengaruhi kognitif, di mana kognitif tersebut dapat menjadi
keadaan psikologis pada wanita seperti mudah mediator antara suatu kejadian dan mood,
tersinggung, cepat marah, merasa tertekan, sehingga kurangnya pendidikan dapatmenjadi
merasa tidak berguna, mudah lupa, dan dapat faktor risiko lansia menderita depresi [16].
mengalami depresi ringan pada masa Lansia dengan tingkat pendidikan yang
perubahan hormonal ini.Depresi juga terkait tinggi akan lebih tenang dalam menghadapi
dengan meningkatnya sensitivitas perasaan masalah perubahan-perubahn yang terjadi pada
sehingga lansia perempuan merasa lebih lansia karena lansia dengan pendidikan tinggi
mudah tersinggung dan merasa lebih rentan akan cenderung bersosialisasi dengan
dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi masyarakat sehingga dapat bertukar fikiran dan
[14]
. akan lebih mudah mendapatkan informasi untuk
Responden perempuan yang tinggal di menghadapi masalah yang sedang dialami oleh
panti cenderung lebih suka berada di dalam lansia tersebut.
kamar sehingga kurang berinteraksi dengan Status perkawinan dapat mempengaruhi
orang disekitar sehingga sering merasa bosan, tingkat depresi dan kualitas hidup lansia, dimana
responden mengatakan merasa tidak bebas lansia yang tinggal di panti banyak berstatus
tinggal di panti karena harus mematuhi janda/duda. Sehingga responden yanng tinggal
peraturan yang ada di panti, dan responden juga di panti cenderung merasa kesepian dan bosan
merasakan kehilangan cinta dan kasih sayang ini diebabkan karena mayoritas lansia yang
serta dukungan dari keluarga mereka. Hal ini tinggal di panti adalah berstatus duda/janda
akan menyebabkan terjadinya depresi sehingga sehingga lansia tidak mendapatkan dukungan
kualitas hidup lansia akan menurun sedangkan, dari pasangan hidupnya. Hal ini akan memicu
beberapa responden perempuan yang tinggal di timbulnya depresi yang akan menyebabkan
rumah mengatakan sering merasa bosan tinggal kualitas hidup lansia menurun. Sedangkan,
dirumah karena anak mereka mempunyai lansia yang tinggal di rumah kebnayakan
berstatus menikah hal ini mengakibatkan lansia
6
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

yang tinggal di rumah akan mendapatkan daripada lansia yang tinggal di Panti Sosial
dukungan dari pasangan hidupnya. Rehabilitasi.Perbedaan tingkat depresi pada
Hal ini sejalan dengan penelitian yang lansia yang tinggal di panti sosial dan yang
dilakukan oleh Yuliati (2014) yang mengatakan tinggal di rumah bersama keluarga disebabkan
bahwa kualitas hidup lansia yang tinggal di karena lansia yang tinggal di rumah bersama
rumah lebih tinggi daripada lansia yang tinggal keluarga memiliki mekanisme koping yang baik
di panti sosial rehabilitasi, hal ini disebabkan dalam menghadapi permasalahan.Lansia yang
karena lansia yang tinggal di panti rata-rata tinggal di panti hanya bisa menceritakan
berstatus duda/janda sedangkan lansia yang masalah mereka dengan teman yang ada di
tinggal di rumah cenderung masih mempunyai panti sedangkan lansia yang tinggal di rumah
pasangan hidup[17]. bisa menceritakan masalah mereka dengan
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan pasangan, anak dan teman terdekat mereka,
responden yang mengalami depresi terbanyak sehingga mereka mendapatkan solusi yang
yang tinggal di panti ialah dengan jumlah anak 0 terbaik dari permasalahan yang lansia
dan 1-3 anak sedangkan yang memiliki kualitas hadapi.Penelitian ini sesuai dengan penelitian
hidup tinggi tebanyak yang tinggal di panti sosial sebelumnya yang dilakukan oleh Pae (2017)
rehabilitasi yaitu responden yang tidak memiliki yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat
anak. Responden yang mengalami depresi dan depresi pada lansia yang tinggal di panti werdha
memiliki kualitas hidup terbanyak yang tinggal di dan yang tinggal di rumah bersama keluarga[20].
rumah bersama keluarga ialah dengan jumlah Faktor lain yang mempengaruhi adalah
anak 4-6. kurangnya perhatian dan dukungan baik dari
Hal ini menyangkut pada dukungan keluarga, teman dan orang sekitar. Tidak
keluarga yang di dapatkan oleh lansia.Semakin adanya dukungan keluarga dan penolakan dari
banyak jumlah anak maka semakin besar anggota keluarga akan memicu tejadinya
dukungan keluarga yang didapatkan oleh depresi. Menurut Maryam (2008) keluarga
lansia.Lansia yang tinggal di panti jarang merupakan support sistem utama bagi lansia
dikunjungi oleh keluarga sehingga lansia tidak dalam mempertahankan kesehatan,
mendapatkan dukungan keluarga maka resiko mempertahan status mental, serta memberi
untuk depresi semakin tinggi.Sedangkan lansia motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual
yang tinggal di rumah dan memiliki anak bagi lansia. Lansia yang tinggal di rumah
sehingga dukungan keluarga semakin besar memiliki mekanisme koping yang baik
makan resiko depresi semakin rendah. dikarenakan tinggal bersama orang-orang yang
Depresi merupakan gangguan emosional, di sayangi oleh lansia[21].
bisa berupa perasaan tertekan, tidak merasa Tingginya tingkat depresi pada lansia yang
bahagia, sedih, merasa tidak berharga, tidak tinggal di panti dikarenakan kehidupan di panti
mempunyai semangat dalam menjalani menuntut lansia menjadi mandiri tanpa bantuan
kehidupan, tidak berarti dan merasa pesimis dari orang lain, kegiatan lansia dibatasi oleh
terhadap hidup. Depresi sering dialami lanjut pihak panti sehingga terkadang lansia merasa
usia, umumnya lanjut usia sering memiliki bosan dengan aturan yang ada di panti.
perasaan yang lebih peka dan mudah Sedangkan lansia yang tinggal di rumah bisa
tersinggung [18]. bebas melakukan apa yang diinginkan mereka,
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hanya saja terkadang anak mereka ikut
depresi di panti satu diantaranya adalah faktor memutuskan apa yang harus dilakukan
psikososial.Orang tua sering mengalami lansia.Lansia yang tinggal di panti akan merasa
perubahan status ekonomi dan kurang kesepian, lemah, dan merasa terbuang
berfungsinya dukungan keluarga dari lingkungan sedangkan lansia yang tinggal dirumah tidak
teman dapat mempermudah timbulnya depresi akan mengalami kesepian karena ada keluarga
[19]
.Lansia yang tinggal di panti jarang dikunjungi yang menemani lansia dirumah.
oleh keluarga sehingga lansia tidak Kualitas hidup lansia yang tinggal di panti
mendapatkan dukungan keluarga maka resiko rendah, hal ini disebabkan oleh kondisi fisik
untuk depresi semakin tinggi. Lansia yang yang semakin menurun.Lansia merasa lemah,
tinggal di panti akan merasa kesepian dan tidak berdaya dan tidak bisa melakukan
merasa di telantarkan. kegiatan yang mereka inginkan karena
Dalam penelitian ini didapatkan tingkat keterbatasan fisik yang mereka alami.Tidak
depresi lansia yang tinggal dirumah lebih rendah adanya dukungan dan perawatan dari keluarga
7
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

semakin memperparah kondisi fisik lansia, dengan lansia yang tinggal di panti, lansia yang
lansia merasa diasingkan, diterlantarkan, dan tinggal di panti cenderung tidak bebas dalam
tidak diperdulikan.Lansia di panti juga jarang di menentukan sesuatu karena lansia harus
jenguk oleh anaknya atau keluarganya, hal ini mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh panti
juga merupakan faktor yang membuat kualitas sedangkan lansia yang tinggal dirumah lebih
hidup lansia rendah.keluarga memiliki peran banyak mendapatkan dukungan dari
yang sangat penting dan memiliki fungsi masyarakat sekitar dan lebih pendapat lansia
pendukung pada keadaan lansia. sangat dihargai sebagai orang yang lebih tua
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) sehingga lansia merasa sangat dihargai dan
mengatakan bahwa lansia yang tinggal di dianggap keberadaannya.
komunitas memiliki kualitas hidup yang tinggi, Lansia yang tinggal di panti cenderung
hal ini disebabkan oleh lingkungan tempat berstatus duda/janda sehingga mereka tidak
tinggal lansia yang baik. Selain itu faktor yang mendapatkan dukungan dari pasangan
mempengaruhi kualitas hidup lansia di rumah hidupnya dan tidak ada yang memperhatikan
yaitu tingkat pendidikan, dimana pendidikan kualitas hidup lansia, sedangkan lansia yang
lansia yang tinggal bersama keluarga mayoritas tinggal di rumah berstatus menikah sehingga
tinggi di bandingkan dengan yang tinggal di kualitas hidup lansia bisa di pantau oleh
panti dan perekonomian yang memegang keluarga.Hal ini sejalan dengan teori yang
peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan dikemukkan oleh Pamungkas (2016) yang
akan lingkungan yang layak dan memadai, mengatakan bahwa tedapat perebedaan
antaranya tersedianya tempat tinggal yang kualitas hidup antara individu yang menikah dan
bersih dan sehat, ketersediaan informasi, individu yang berstatus duda/janda. Adanya
transportasi dan keterjangkauan terhadap kasih sayang dari pasangan hidup akan
pelayanan kesehatan[7]. meningkatkan kualitas hidup lansia[23].
Hasil penelitian ini didapatkan kualitas
hidup lansia yang tinggal dirumah lebih tinggi IMPLIKASI KEPERAWATAN
daripada lansia yang tinggal di Panti Sosial Bagi perkesmas (perawat kesehatan
Rehabilitasi.Penelitian ini sejalan dengan hasil masyarakat) di Puskesmas dapat meningkatkan
penelitian Putri (2015) yang menyatakan bahwa kualitas hidup dengan cara meningkatkan
terdapat perbedaan antara kualitas hidup lansia asuhan keperawatan promotif secara
yang tinggal bersama keluarga dan yang tinggal komprehensif atau menyeluruh terkait bio, psiko,
di panti.Perbedaan kualitas hidup pada lansia sosio dan spiritual untuk lansia yang tinggal di
yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah panti maupun yang tinggal di rumah bersama
bersama keluarga disebabkan karena lansia keluarga. Penelitian ini juga sebagai data
yang tinggal di panti tidak mendapatkan tambahan untuk melakukan promkes (Promosi
dukungan keluarga untuk mempertahankan Kesehatan)bagi perkesmas tentang depresi di
kualitas hidupnya, sedangkan lansia yang Panti Sosial Rehabilitasi dan di Puskesmas
tinggal di rumah memiliki kedekatan dengan Perumnas II.
keluarga dimana keluarga merupakan sumber
dukungan emosional[7]. KESIMPULAN
Peran anggota keluarga satu diantaranya Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
adalah memberi kasih sayang,, menyediakan disimpulkan terdapat perbedaan tingkat depresi
waktu, serta perhatian kepada lansia. dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti
Responden yang tinggal di panti mengatakan Sosial dan yang di rumah bersama keluarga di
tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.
dari anggota keluarga ini disebabkan karena
lansia di panti merasa sudah tidak memiliki SARAN
keluarga, sedangkan lansia yang tinggal di 1. Bagi peneliti selanjutnya
rumah dijaga oleh keluarga sehingga lansia Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat dibantu oleh keluarga dalam memakai kuesioner yang dapat lebih mudah
mempertahankan kualitas hidupnya. Dukungan dipahami lansia dan diharapkan lebih bisa
sosial yang diterima dari berbagai pihak mengkondusifkan suasana panti saat
akanberpengaruh terhadap kualitas hidup penelitian dilakukan.
lansia[22]. Dukungan sosial yang diterima oleh 2. Bagi Institusi
lansia yang tinggal di rumah juga berbeda
8
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

Pihak perawat panti diharapkan dapat 11. Wreksoatmodjo, B. R. (2013). Perbedaan


malakukan kegiatan yang dapat karakteristik lanjut usia yang tinggal di
meningkatkan inteaksi sosial antar lansia keluarga dengan yang tinggal di panti di
misalnya TAK dan nonton bersama dan Jakarta Barat. CDK-209, 40(10), 738-745.
memberikan kegiatan yang disenangi oleh 12. Wangsarahardja, K., Olly V. Dharmawan.,
lansia untuk mengisi waktu luang. & Eddy Kasim. (2016). Hubungan antara
status kesehatan mulut dan kualitas hidup
DAFTAR PUSTAKA pada lanjut usia. Universa Medicina, 26(4),
1. Muhith A & Sandu Siyoto. (2016). 186-194.
Pendidikan Keperawatan Gerontik. 13. Rohmah, A. I. N ., Purwaningsih., &
Yogyakarta: CV Andi Offset. Khoridatul Bariyah. (2015). Kualitas Hidup
2. WHO. (2015). Global Health Observatory Lanjut Usia (Quality of life elderly). Jurnal
data repository. Diakses pada tanggal 03 Keperawatan, 3(2) ISSN 2086-3071.
Oktober 2016 dari 14. Kurniawan, Angga. (2016). Faktor-Faktor
http://apps.who.int/gho/data/view.main.607 Yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Pada
50?lang=en Lanjut Usia Di Panti Graha Werdha Marie
3. Satriawan. (2017). Hubungan Kecemasan Yoseph Pontianak. Naskah Publikasi
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Kebutuhan 15. Shafa, Giza Nurul., Eka Nurhayati., R. Anita
Seksualitas Pada Lansia di Dusun Indriyati. (2016). Hubungan Antara Usia
Cokrokonteng Sidoarum Godean Sleman dan Jenis Kelamin dengan Tingkat Depresi
Yogyakarta. Naskah Publikasi. Yogyakarta: pada Lansia di Panti Jompo Kbupaten
Universitas Aisyiyah. Krawang Jawa Barat. Prodi Pendidikan
4. Kemenkes RI. 2017. Pusat Data dan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Informasi: Analisis Lansia di Indosenia. Islam, Bandung. 2 (2) ISSN 2460-657X
Jakarta: Kemenkes. 16. Sutinah & Maulani.(2017). Hubungan
5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pendidikan, Jenis Kelamin dan Status
Kalimantan Barat. (2018). Jumlah Perkawinan Dengan Depresi Pada Lansia.
Pertambahan Penduduk Kalimantan Barat Journal Edurance 2(2).
Berdasarkan Kelompok Umur. Diakses 17. Yuliati, A., Ni’mal Baroya.,& Mury Ririanty.
Pada Tanggal 26 Januari 2018. Di halaman (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
http://dukcapil.kalbarprov.go.id/statistik yang Tinggal di Komunitas dengan di
6. Irawan, H. (2013). Gangguan depresi pada Pelayanan Sosial Lanjut Usia (The Different
lanjut usia. Cermin Dunia of Quality of Life Among the Elderly who
Kedokteran, 40(11), 815-819. Living at Community and Social Services).
7. Putri, S. T., Fitriana, L. A., & Ningrum, A. Pustaka Kesehatan, 2(1), 87-94.
(2015). Studi Komparatif: Kualitas Hidup 18. Pratiwi, Yusnia. (2015). Pengaruh
Lansia Yang Tinggal Bersama Keluarga Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup
Dan Panti. Jurnal Pendidikan Keperawatan Lnajut Usia di Pusat Santunan Keluarga
Indonesia, 1(1), 1-6. (PUSTAKA) Kecamatan Pancoran Jakarta
8. Firdawati, Fanny.,& Sujono Riyadi. (2015). Selatan. Naskah Publikasi.
Hubungan Terapi Musik Keroncong 19. Santoso, H., & Ismail, A. (2009). Memahami
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Krisis Lanjut Usia. Jakarta: BPK Gunung
Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta Mulia.
2014. Jurnal Kesehatan Samodra 20. Pae, K. (2017). Perbedaan Tingkat Depresi
Ilmu, 5(2). Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha
9. Sengkey, Andriano H., Mulyadi.,& Jeavery Dan Yang Tinggal Di Rumah Bersama
Bawotong. 2017. Hubungan Depresi Keluarga. Jurnal Ners LENTERA, 5(1), 21-
Dengan Interaksi Sosial Lanjut Usia Di 32.
Desa Tombasian Atas Kecamatan 21. Maryam, R. S., Ekasri M.F., Rosidawati
Kawangkoan Barat. Jurnal Jubaedi A., & Batubara I. (2008). Mengenal
Keperawatan, 5(1). Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
10. Mubarak, Wahit Iqbal., Chayatin Nurul., & Salemba Medika.
Bambang Adi Santoso. (2009). Ilmu 22. Artinawati, Sri. (2014). Asuhan Keperawatan
Keperawtan Komunitas: Konsep dan Gerontik. Bogor: In Media
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
9
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019
Nomor ISSN : 2338-4700 | SK no. 0005.0102/JI.3.2/SK.ISSN/2013.06

23. Pamungkas, Mohammad Rizal. (2016).


Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap
Kualitas Hidup Lansia Usia 60 Tahun Keatas
di Posyandu Lansia Karang Werdha Kedurus
Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, 6 (2)
hal 254-257.

10
│ BIMIKI | Volume 7 No2 | Juli - Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai