BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia,
apabila seseorang telah mencapai umur 60 tahun ke atas maka bisa seseorang tersebut
dikategorikan lanjut usia. Populasi menua adalah suatu fenomena global yang pasti
akan terjadi. Hampir pada setiap negara di dunia akan mengalami pertumbuhan dalam
Dalam waktu hampir lima dekade dari 1971 sampai 2019, persentase lansia
Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat yakni menjadi 9,6 persen (25 juta-an), di
mana lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki
(10,10 persen banding 9,10 persen). Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia
muda (60-69 tahun) mendominasi 63,82 persen, selanjutnya lansia madya (70-79
tahun) 27,68 persen dan lansia tua (80+ tahun) 8,50 persen. Pada tahun 2019 sudah
ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk tua di mana lansianya sudah
mencapai 10 persen, yaitu DI Yogyakarta 14,50 persen, Jawa Tengah 13,36 persen,
Jawa Timur 12,96 persen, Bali 11,30 persen dan Sulawesi Barat 11,15 persen.
persen dan Indonesia akan menjadi negara dengan struktur penduduk tua (ageing
2
population) jika sudah lebih dari 10 persen. Fenomena ini merupakan cerminan dari
2019).
Antara tahun 2000 dan 2016, harapan hidup global saat lahir meningkat 5,5
tahun, dari 66,5 tahun menjadi 72,0 tahun. Harapan hidup sehat (healthy life
expectancy) juga meningkat selama periode tersebut, dari 58,5 tahun pada 2000
menjadi 63,3 tahun pada 2016. Pada tahun 2016, seseorang berusia 60 tahun bisa
berharap untuk hidup 20,5 tahun lagi, sementara harapan untuk dapat hidup sehat
adalah 15,8 tahun (WHO, 2019). Sedangkan pada negara Indonesia sendiri terjadi
peningkatan angka harapan hidup dari 69,30 tahun (2018) menjadi 69,44 tahun
(2019) untuk laki-laki. Kemudian untuk perempuan juga terjadi peningkatan angka
harapan hidup dari 73,19 tahun (2018) menjadi 73,33 tahun (2019) (Badan Pusat
Statistik, 2020)
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, kemudahan dalam layanan dan
bahwa pelayanan sosial lansia adalah upaya yang ditujukan untuk membantu lansia
3
dalam memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya. Pelayanan sosial lansia ini
meliputi kegiatan pelayanan dalam panti dan luar panti; perlindungan; dan
pelayanan dan pemberdayaan lansia antara lain: pelayanan dalam panti, program
asistensi sosial lanjut usia telantar (ASLUT), pelayanan sosial kedaruratan bagi
lansia, program family support lansia, day care services, pengembangan kawasan
ramah lansia, dan program lansia tangguh (Badan Pusat Statistik, 2019)
Peningkatan jumlah lansia dapat membawa dampak positif dan negatif. Dampak
positif muncul jika lanjut usia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Akan
tetapi bisa membawa dampak negatif apabila lansia memiliki masalah penurunan
kesehatan dan tidak ditangani dengan baik. Secara biologis, lanjut usia akan
mengalami kemunduran kesehatan secara fisik maupun psikis. Para lansia akan
kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan kesepian.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan mental pada lansia salah satunya
Menurut (Young, 2009) depresi adalah penyakit mental, yang sangat umum yang
dialami kebanyakan orang setidaknya sekali dalam hidup mereka. Salah satu hal yang
paling penting untuk diingat tentang orang yang mengalami penyakit ini adalah
bahwa mereka tidak selalu sakit dan mungkin tidak selalu sakit di masa depan.
4
Namun, pengalaman sakit dan cara orang lain kadang bereaksi terhadap penyakit
depresi dapat memiliki efek yang sangat merusak pada kepercayaan diri dan harga
emosi yang tersumbat atau terlalu ditekankan (campuran emosi berbeda untuk setiap
individu). Depresi muncul sebagai respons terhadap konflik interior dan eksterior
merupakan masalah kesehatan mental penting yang perlu ditangani dalam pengaturan
perawatan primer. Untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal dan kualitas
hidup yang lebih baik bagi para lansia, para profesional kesehatan perlu menjadi lebih
sadar akan depresi dan dampaknya pada kehidupan lansia (Bakar & Asılar, 2015).
Depresi yang terjadi pada lanjut usia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain jenis kelamin perempuan, usia yang semakin tua, kemampuan mengatasi
sesuatu yang menurun, morbiditas fisik atau mudah terkena penyakit, tingkat fungsi
tubuh yang terganggu, berkurangnya kognisi dan suasana berkabung (Sivertsen et al.,
2015). Depresi dapat menjadi faktor risiko dan manifestasi dari penurunan kognitif
Dengan demikian penurunan kognitif bisa menjadi tanda penuaan otak yang
2014). Depresi yang dialami oleh lansia ditemukan berkaitan dengan kualitas hidup
Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan
pada konteks budidaya dan nilai ditempat mereka hidup, serta hubungannya dengan
tujuan hidup, harapan, standar, dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang sangat
luas yang bisa mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat
keinginan dimasa yang akan datang bisa mempengaruhi terhadap lingkungan mereka
(Amelia et al., 2018). Kualitas hidup yang baik harus dijaga pada seorang lansia,
karena hidup yang berkualitas merupakan kondisi yang optimal bagi para lansia
untuk kehidupannya sehari-hari sehingga lansia bisa menikmati masa tuanya dengan
bahagia, bermakna, dan dapat berguna bagi keluarga maupun orang yang ada di
Kualitas hidup lansia menurut WHO dinilai dari 4 komponen yang meliputi
hidup dipengaruhi oleh berbagai situasi dan faktor-faktor antara lain berkaitan dengan
demografi (usia, jenis kelamin, suku), sosial ekonomi (pendidikan, status sosial,
(mekanisme koping, efikasi diri), ketegangan peran dan beban keluarga yang
melakukan BADL dan IADL, serta karena kehilangan kemandirian, masa depan dan
Pada hasil penelitian (Rasquinha & Acharya, 2013), ditemukan bahwa korelasi
antara depresi dan kualitas hidup keseluruhan adalah signifikan pada tingkat 0,01.
Depresi terbukti berkorelasi negatif dengan kualitas hidup secara keseluruhan. Hal ini
kualitas hidup secara keseluruhan akan menurun dan begitupun sebaliknya. Adanya
hubungan negatif antara depresi dan kualitas hidup lansia juga ditemukan pada
psikogeriatri, kualitas hidup global dan domain HQOL generik secara negatif
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman merupakan
panti sosial dengan jumlah lansia terbanyak di Provinsi Sumatera Barat dengan
jumlah 110 lansia yang terdiri dari 74 laki-laki dan 36 perempuan yang tinggal di 14
wisma. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 2-3 Maret
menentukan skala depresi dan The World Health Organization Quality of Life
dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup pada Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang
Pariaman”.
A. Rumusan Masalah
terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman”.
B. Tujuan Khusus
depresi di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang
Pariaman
2. Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna
hidup pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
C. Manfaat Penelitian
a. Pada penelitian ini diharapkan agar lebih dapat menambah wawasan dan
hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada lanjut usia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ataupun rujukan
2. Bagi institusi
dengan kualitas hidup pada lanjut usia di masyarakat sehingga pelayanan institusi
3. Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang
tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan,
antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan
penyandang cacat.
(1) mudah terkena penyakit dan (2) peka, mudah merasa. Kelompok yang lemah ini
lazimnya tidak sanggup menolong diri sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang
lain. Selain itu, kelompok rentan juga diartikan sebagai kelompok yang mudah
pengertian lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Peningkatan harapan hidup akan
berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya yang tidak muda lagi. Orang sehat
aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut
usia (Azizah, 2011). Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara terus
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2013).
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Secara alamiah semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan
merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur panjang.
Dalam usia lanjut semua orang akan berharap akan menjalani hidup dengan tenang,
11
damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu dengan penuh kasih
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
d. Usia sangat tua (very old) yaitu seseorang dengan usia lebih dari 90 tahun.
Selanjutnya (Depkes RI, 2013) juga menetapkan bahwa lanjut usia digolongkan
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu bekerja atau melakukan
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah dan
Tipe kepribadian lanjut usia dalam (Azizah, 2011), adalah sebagai berikut:
12
Orang ini memiliki integritas baik menikmati hidupnya, toleransi tinggi, dan
fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap
sampai sangat tua. Tipe kepribadian ini biasanya dimulai dari masa mudanya.
Lansia bisa bisa menerima fakta proses menua dan menghadapi masa pensiun
dengan bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan fisik dan
mental.
Tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi.
keluarga selalu harmonis maka lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan sedih yang mendalam. Pada
tipe ini lansia senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh dan curiga. Menjadi tua tidak ada
yang diangggap baik, takut mati, dan iri hati dengan yang muda.
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat kompulsif
aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun.
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu menyalahkan
Proses penuaan adalah peristiwa yang normal dan alamiah yang dialami oleh
setiap individu. Perubahan ini terjadi dari berbagai aspek fisik, mental dan sosial
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang dapat diamati pada seseorang lanjut usia antara lain
1) Rambut memutih
5) Daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran
berkurang
b. Perubahan mental
c. Perubahan sosial
1) Kegiatan hidup sehari hari misalnya; mandi, BAK atau BAB, berpakaian,
menyisir rambut, makan sehingga lambat laun orang lanjut usia harus dibantu
atau pun computer, menggunakan mesin cuci dan lain sebagainya akan
menurun.
mengakibatkan status kesehatan dan pola penyakit yang berbeda-beda. Hal ini dapat
Secara individu pengaruh proses penuaan dapat menimbulkan berbagai masalah atau
kemunduran dalam berbagai aspek baik fisik, biologis, psikologis, sosial, spiritual
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh lansia berkaitan dengan pola makan
c. Makan nasi sebaiknya hanya seperempat piring di siang hari agar energy yang
d. Malam hari sebaiknya makan buah-buahan dan sayuran yang banyak antioksidan
f. Minum cairan sebanyak 2 sampai 2,5 liter sehari (8-10 cangkir sehari) usahakan
di antaranya 2-3 cangkir the hijau atau sejenis (the hitam, the merah) yang
semuanya merupakan antioksidan alamiah terkuat di antara jenis the yang ada.
g. Sarapan pagi sangat penting bagi kesehatan otak dan dapat merupakan sepertiga
asupan makanan sehari-hari. Makan pagi cukup baik untuk oksigenasi otak dan
h. Antioksidan sangat baik untuk usia lanjut. Proses penuaan, peradangan dan
dalam darah berarti terdapat risiko penyakit jantung dan otak, dan badan
kekurangan vitamin folat, B6 dan B12 yang dapat diimbangi dengan pemberian
j. Makanan kaya asam lemak Omega3 yang terdapat dalam ikan laut, kacang-
otak
jahe atau pun suplemen sangat baik untuk mengatasi peradangan dan
l. Gerak badan diusahakan setiap hari di pagi hari setelah subuh selama minimal 15
menit
m. Terkena sinar ultraviolet di pagi hari sebelum pukul 9.00, guna memacu
n. Tidur sebaiknya cukup 5-8 jam di malam menjelang pagi hari, agar pola tidur
mimpi tetapi sulit menerangkan mimpi yang dialaminya. Tidur bermanfaat untuk
dalam tubuh hasil oksidasi radikal bebas sehingga pada waktu pagi hari lansia
o. Agar tidak cepat pikun atau untuk kesehatan otak sebaiknya lansia membiasakan
diri membaca dan mencatat kesimpulan hasil yang dibacanya. Dengan semakin
tua sering bersosialisasi dan berkumpul dalam kelompok hobi, sebaya, kelompok
B. Konsep Depresi
1. Pengertian Depresi
Menurut (Young, 2009), depresi adalah penyakit mental, yang sangat umum yang
dialami kebanyakan orang setidaknya sekali dalam hidup mereka. Salah satu hal yang
paling penting untuk diingat tentang orang yang mengalami penyakit ini adalah
bahwa mereka tidak selalu sakit dan mungkin tidak selalu sakit di masa depan.
Namun, pengalaman sakit dan cara orang lain kadang bereaksi terhadap penyakit
depresi dapat memiliki efek yang sangat merusak pada kepercayaan diri dan harga
Depresi adalah masalah kesehatan mental penting yang perlu ditangani dalam
dan kualitas hidup yang lebih baik bagi para lansia, para profesional kesehatan perlu
18
menjadi lebih sadar akan depresi dan dampaknya pada kehidupan lansia (Bakar &
sebagai gangguan mental yang umum, ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat
atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri rendah, tidur atau nafsu makan
Depresi merupakan masalah umum di seluruh dunia, dengan sekitar 350 juta
orang yang terkena dampaknya. Depresi adalah kondisi yang mempengaruhi pikiran
dan tubuh. Itu mempengaruhi fungsi, yaitu bagaimana orang-orang menjaga diri
Depresi membuat pekerjaan dan kehidupan keluarga yang biasa sangat sulit, dan
berdampak pada orang yang depresi dan orang-orang di sekitarnya. Karena depresi
adalah hal biasa berulang dan sangat merusak, penting untuk meningkatkan
kesadaran dan menyediakan cara untuk mengelolanya secara efektif (WHO, 2019).
Depresi adalah gerakan yang cerdas (bahkan luar biasa) dalam jiwa yang
sejumlah emosi yang tersumbat atau terlalu ditekankan (campuran emosi berbeda
untuk setiap individu). Depresi muncul sebagai respons terhadap konflik interior dan
Dapat dikatakan bahwa depresi merupakan suatu kondisi gangguan mental yang
seringkali terjadi pada masyarakat. Depresi ini dapat ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah dan gangguan fungsi kerja pada
tubuh seseorang. Depresi yang berat dapat mengganggu kehidupan dan aktivitas
2. Jenis-Jenis Depresi
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa depresi yang tidak diobati terutama
depresi besar, dapat mengajarkan otak untuk jatuh ke dalam depresi dengan lebih
mudah di lain waktu. Depresi yang tidak diobati dapat memakai jalur di otak, seperti
halnya emosi yang berulang atau tidak terkelola dengan baik. Sayangnya, jalur ini
juga memengaruhi sistem endokrin, pola tidur, ingatan, dan bahkan DNA dalam sel-
sel otak manusia. Jadi depresi yang tidak diobati akan dapat merusak otak seseorang
(McLaren, 2010).
Sangat penting untuk memahami jenis depresi yang dimiliki seseorang. Ada
beberapa jenis depresi yang bisa dialami seseorang antara lain (McLaren, 2010):
a. Depresi berat
b. Depresi bipolar
Depresi yang memiliki siklus dengan fitur manik atau siklus kegelisahan. Depresi
ini membutuhkan perawatan yang berbeda dari depresi berat. Bipolar adalah
20
penyakit yang rumit, dan penting untuk didiagnosis dan diobati dengan benar
(perawatan untuk depresi berat dapat membuat depresi bipolar lebih buruk).
disorder) memerlukan bentuk lain dari pengobatan dan sering dibantu dengan
c. Depresi distimik
Depresi kronis tingkat rendah yang berlangsung selama dua tahun atau lebih, dan
pada beberapa individu, kondisi cahaya rendah dapat memicu depresi afektif
musiman.
Wanita dapat menderita depresi terkait hormon, baik sebagai bagian dari siklus
ditanggapi dengan serius. Mereka dapat merusak tubuh dan melatih otak untuk
e. Depresi psikotik
dapat terlihat seperti skizofrenia, dengan halusinasi atau suara pendengaran, dan
depresi khas (yang saat ini sedang dikaitkan dengan dysthymia atau bentuk
kemurungan, peningkatan nafsu makan atau kenaikan berat badan, dan tidur
21
f. Depresi situasional
yang lebih dikenal. Depresi terjadi ketika kita merasa terjatuh dan sedih, bukan
hanya karena alasan tertentu, tetapi tentang segala hal. Depresi situasional adalah
sesuatu yang pernah dialami sebagian besar manusia. Ada perasaan terus menerus
turun, tidak termotivasi, terisolasi, berlinang air mata, agorafobik, atau tidak dapat
tidur, makan, atau berfungsi. Banyak orang yang menderita depresi situasional
diet tertentu, atau apa saja. Depresi situasional sangat mudah ditempa dan akan
mental menunjukkan bahwa modalitas non-obat seperti terapi dan meditasi sama
bipolar, depresi terkait hormon, dan gangguan depresi terkait kemarahan atau
Meskipun depresi dapat terjadi tanpa alasan, namun ada beberapa faktor
a. Peristiwa hidup seperti dipecat, bercerai, diserang secara fisik atau seksual,
kehilangan atau berduka, kemarahan, pengalaman masa kecil, dan juga kondisi
c. Gen dapat berperan karena adanya gagasan bahwa depresi dapat diturunkan
dalam keluarga.
d. Pandangan lain bahwa depresi dapat disebabkan oleh "perubahan kimia otak"
tetapi bukti untuk ini masih lemah karena tidak ada bukti langsung mengenai
defisiensi serotonin pada gangguan mental apa pun. (Davies, 2013) menguatkan
bahwa meskipun ribuan penelitian sedang dilakukan, tidak ada bukti langsung
bahwa kekurangan serotonin bertanggung jawab untuk depresi. Karena tidak ada
tes diagnostik fisik yang tersedia untuk mengidentifikasi depresi, maka tidak ada
depresi akan menjadi penyebab utama kecacatan ketiga di dunia. Depresi pada lansia
(≥ 60 tahun) lazim di lingkungan tempat tinggal masyarakat dan bahkan lebih umum
di kalangan lansia yang telah dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik yang
serius, dan juga lansia yang dilembagakan karena berkurangnya fungsi fisik dan /
atau kognitif (Sivertsen et al., 2015). Faktor penyebab terjadinya depresi yang
f. berkurangnya kognisi
Depresi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian, dan hasil yang lebih
Pasien dengan depresi lanjut usia dinilai heterogen dalam hal riwayat klinis dan
kondisi respons yang buruk terhadap obat antidepresan. Dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih tua yang melaporkan depresinya lebih awal, mereka yang
termasuk defisit pada tes neuropsikologis dan perubahan terkait usia pada
neuroimaging yang lebih besar dari normal. Mereka juga berisiko lebih tinggi untuk
vaskular dapat berkontribusi pada depresi pada beberapa orang dewasa yang lebih tua
(Taylor, 2014).
Orang dengan depresi pada lanjut usia memiliki tingkat respons yang lebih buruk
dengan yang tidak depresi. Hubungan antara depresi dan penyakit kronis mungkin
bersifat dua arah. Masalah medis seperti nyeri kronis dapat memberikan
kecenderungan untuk depresi, dan depresi dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk
Kerusakan kognitif yang terjadi bersamaan adalah umum pada orang dengan
depresi lanjut usia dan dapat melibatkan banyak domain kognitif, termasuk fungsi
eksekutif, perhatian, dan memori. Depresi dapat menjadi faktor risiko dan manifestasi
demensia jangka panjang. Dengan demikian penurunan kognitif bisa menjadi tanda
seperti yang didefinisikan oleh Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental 5
(DSM-5). Gejala utama gangguan depresi mayor adalah anhedonia (kehilangan minat
pada aktivitas yang dulu dinikmati) dan suasana hati yang depresi hampir sepanjang
hari. Menurut DSM 5 (Van Damme et al., 2018), orang lansia memiliki depresi berat
jika mengalami setidaknya satu gejala kardinal dan empat atau lebih dari gejala
d. Kelelahan
Pada lansia, perasaan depresi sering kali ditutupi oleh keluhan fisik yang tidak
dapat dijelaskan (misalnya, kelelahan, nyeri difus atau nyeri punggung, sakit kepala,
nyeri dada, dan sebagainya), akibatnya kriteria DSM 5 klasik terkadang gagal dalam
Depresi pada lansia memiliki beberapa poin kunci secara klinis menurut (Taylor,
2014):
a. Depresi usia lanjut (terjadi pada orang yang berusia 60 tahun atau lebih) adalah
umum dan sering dikaitkan dengan penyakit medis, disfungsi kognitif, atau
keduanya.
b. Orang dewasa lanjut usia yang tertekan berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri.
c. Skrining untuk depresi adalah penting, tetapi hasil skrining positif harus diikuti
d. Baik farmakoterapi atau psikoterapi dapat digunakan sebagai terapi lini pertama.
26
e. Antidepresan yang tersedia saat ini menunjukkan kemanjuran pada populasi yang
lebih tua yang depresi, tetapi orang dewasa yang lebih tua mungkin berisiko lebih
tinggi untuk efek samping obat. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs)
f. Teknik psikoterapi standar juga efektif untuk depresi pada orang dewasa yang
lebih tua
aktivitas fisik mereka sejauh yang mereka bisa. Dalam meta-analisis tujuh uji coba
terkontrol secara acak, olahraga dengan intensitas sedang dapat mengurangi gejala
keterlibatan dalam kegiatan yang menyenangkan dan interaksi sosial (Taylor, 2014).
a. Pharmacotherapy (Farmakoterapi)
Karena profil efek samping yang menguntungkan dan biaya rendah, Selective
depresi lanjut usia. Dalam beberapa uji acak terkontrol, SSRI seperti sertraline,
fluoxetine, dan paroxetine lebih efektif daripada plasebo dalam mengurangi gejala
depresi dan meningkatkan tingkat pengurangan depresi. Secara umum, uji coba
27
yang menunjukkan manfaat signifikan lebih besar pada pasien dengan depresi
sebagai pengobatan lini kedua ketika pengurangan depresi tidak tercapai dengan
SSRI. Dalam studi kecil, venlafaxine tidak menunjukkan kemanjuran lebih besar
daripada plasebo, tetapi uji coba duloxetine yang lebih besar dan terkontrol
respons, 37% vs 19%; tingkat remisi, 27% vs 15%). Akan tetapi, uji coba acak
yang melibatkan orang dewasa yang lebih tua belum menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara manfaat SSRI dan manfaat SNRI, meskipun efek samping
pengobatan depresi lanjut usia tetapi lebih jarang digunakan karena efek
sampingnya yang lebih besar. Jika SSRI atau SNRI tidak efektif, antidepresan
yang berpotensi tidak pantas dikonsumsi terkait dengan tingginya tingkat kejadian
b. Physcotherapy (Psikoterapi)
Psikoterapi adalah perawatan yang efektif untuk depresi lansia dan dapat
dianggap sebagai terapi lini pertama, tergantung pada ketersediaan dan preferensi
28
orang mungkin memerlukan periode perawatan yang lebih lama atau mungkin
memerlukan sesi yang lebih jarang setelah perawatan jangka pendek. Meskipun
terapi lain mungkin juga efektif, untuk pengobatan jangka pendek paling kuat
dalam kesenangan dan kegiatan sosial. Sebuah meta-analisis dari 23 uji acak
efektif dalam mengurangi gejala depresi daripada pengobatan seperti biasa, tetapi
masalah hidup. Uji coba acak yang melibatkan orang dewasa yang lebih tua telah
lebih besar dalam mengatasi depresi dibandingkan terapi perawatan biasa atau
efektif mengobati gejala depresi pada lansia dengan defisit kognitif, khususnya
pada kelompok yang sering memiliki respons yang buruk terhadap obat
29
kognitif, terapi pemecahan masalah dihasilkan dalam tingkat remisi yang lebih
depresi yang berfokus pada transisi peran, kesedihan, dan masalah antarpribadi.
gejala depresi yang jauh lebih besar daripada perawatan biasa. Seperti terapi
perilaku kognitif, orang dengan kondisi kronis atau penurunan kognitif mungkin
terhadap kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup,
dan terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam
hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik
Kualitas hidup orang lanjut usia didefinisikan, pertama sebagai rasa hormat yang
mereka miliki untuk diri mereka sendiri, sesuatu kekuatan yang mereka miliki.
30
Kedua, rasa hormat yang ditunjukkan oleh dunia luar kepada mereka. Selain itu,
dalam tahap kehidupan ini, berbagai kondisi seperti pensiun, janda, kehilangan peran
kehidupan pribadi, dapat menciptakan hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik
hidup pada lansia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu kesejahteraan fisik,
Dari beberapa definisi tentang kualitas hidup dapat disimpulkan bahwa kualitas
hidup merupakan suatu persepsi dari individu baik terhadap kesehatan, sosial maupun
emosi yang ada pada diri mereka. Hal ini menyangkut kemampuan individu dalam
4) mobilitas
3) harga diri
4) spiritualitas/agama/keyakinan personal
5) berpikir, belajar
1) hubungan personal
2) dukungan sosial
3) aktivitas seksual
d. Lingkungan mencakup:
1) sumber finansial
2) kebebasan
3) keamanan fisik
32
6) lingkungan rumah
10) transportasi
a. Kemampuan sensori
kualitas hidup
b. Otonomi
diharapkan.
d. Partisipasi sosial
masyarakat
33
f. Intimacy
integritas dalam tahap akhir hidupnya, begitu juga dengan kualitas hidup yang rendah
berdampak pada keputusasaan yang dialami oleh lanjut usia. Kualitas hidup individu
yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu tergantung pada definisi atau
kelangsungan hidup yang baik pada lanjut usia sangat dianjurkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hidup lanjut usia yang berkualitas merupakan kondisi fungsional yang
optimal, sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia dan dapat
Lanjut usia harus dapat menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan yang
terjadi dalam tubuhnya, baik perubahan fisik dan perubahan psikologis. Penerimaan
ini bisa dilakukan dengan menyadari dan lebih peka dengan segala perubahan
tersebut. Seperti kesadaran akan udara yang masuk dan mengalir dalam tubuh,
34
kesadaran akan indera dan organ yang ada dalam tubuh atau yang disebut dengan
Kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai situasi dan faktor-faktor yang berkaitan
layanan kesehatan)
kualitas hidup.
lansia.
8. Kualitas hidup yang rendah pada lansia akibat proses menua juga disebabkan
melakukan aktivitas.
35
Depresi pada lansia biasanya dikacaukan dengan efek berbagai penyakit yang
terkait dengan usia ini dan pengobatan digunakan untuk perawatan mereka, atau itu
dianggap normal di antara para lansia. Namun, harus ditekankan bahwa depresi
bukan bagian normal dari efek penuaan. Depresi pada lansia dapat disebabkan karena
Studi menemukan bahwa individu yang lebih tua dengan depresi mengalami
kualitas hidup yang lebih rendah dan efek negatif pada aktivitas hidup sehari-hari
mereka. Semua masalah ini menyoroti kebutuhan besar untuk mengevaluasi fisik,
psikologis dan dimensi sosial yang hadir dalam kehidupan lansia. Depresi adalah
masalah kesehatan mental yang penting yang perlu dilakukan ditangani dalam
pengaturan perawatan primer. Agar memberikan layanan kesehatan yang optimal dan
peningkatan kualitas hidup untuk lansia, maka profesional di bidang kesehatan perlu
menjadi lebih sadar akan depresi dan dampaknya pada kehidupan lansia (Bakar &
Asılar, 2015).
Pada hasil penelitian (Rasquinha & Acharya, 2013), ditemukan bahwa korelasi
antara depresi dan kualitas hidup keseluruhan adalah signifikan pada tingkat 0,01
sehingga hipotesis nol bahwa “tidak ada hubungan antara depresi dan quality of life
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa depresi yang meningkatkan pada
36
lansia akan mengakibatkan kualitas hidup secara keseluruhan akan menurun dan
begitupun sebaliknya.
Adanya hubungan negatif antara depresi dan kualitas hidup lansia juga ditemukan
pada penelitian (Sivertsen et al., 2015). Dalam studi longitudinal pasien psikogeriatri,
kualitas hidup global dan domain HQOL generik secara negatif dipengaruhi oleh
tingkat depresi. Sembuh dari depresi setelah perawatan menghasilkan kualitas hidup
yang lebih tinggi, dan kualitas hidup meningkat bahkan pada pasien yang tidak
Pada penelitian (Mahadewi & Ardani, 2018) diperoleh hasil bahwa tingkat
depresi dan kualitas hidup pada lansia di Panti Sosial Werdha Wana Seraya tidak
berhubungan signifikan secara statistik. Akan tetapi jika dilihat dari nilai OR yang
tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat depresi merupakan risk factor (faktor
resiko) penyebab kualitas hidup yang buruk. Kualitas hidup yang buruk cenderung
terjadi apabila tingkat depresi meningkat, depresi sedang hingga depresi berat
peluang untuk mengalami kualitas hidup buruk 1,481 kali daripada yang tidak
depresi. Begitu juga depresi sedang hingga depresi berat akan meningkatkan peluang
untuk kualitas hidup yang buruk 2,778 kali daripada yang tidak depresi.
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada orang lain (UU Nomor 13 Tahun 1998). Lansia atau lanjut
usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Secara alamiah semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Proses penuaan
merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan merupakan hal yang
wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur panjang. Dalam usia lanjut semua
orang akan berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, menikmati masa
pensiun bersama anak dan cucu dengan penuh kasih sayang (Ekasari et al., 2018).
dan bahkan lebih umum di kalangan lansia yang telah dirawat di rumah sakit karena
penyakit fisik yang serius, dan juga lansia yang dilembagakan karena berkurangnya
fungsi fisik dan / atau kognitif (Sivertsen et al., 2015). Depresi pada usia lanjut diukur
terindikasi adanya depresi, maka perlu dikaji dengan instrumen yang terstandarisasi
dan dapat diandalkan serta valid, dan juga dirancang khusus untuk diuji pada orang
39
lansia. Salah satu yang biasa digunakan oleh peneliti maupun praktisi klinis adalah
Geriatric Depression Scale (GDS) (Martono & Pranaka, 2010). Dari beberapa hasil
penelitian, ditemukan bahwa depresi yang terjadi pada lansia bisa berdampak pada
menurunnya kualitas hidup lansia. Studi menemukan bahwa individu yang lebih tua
dengan depresi mengalami kualitas hidup yang lebih rendah dan efek negatif pada
aktivitas hidup sehari-hari mereka. Semua masalah ini menyoroti kebutuhan besar
untuk mengevaluasi fisik, psikologis dan dimensi sosial yang hadir dalam kehidupan
Kualitas hidup orang lanjut usia didefinisikan, sebagai rasa hormat yang mereka
miliki untuk diri mereka sendiri, sesuatu kekuatan yang mereka miliki. Kedua, rasa
hormat yang ditunjukkan oleh dunia luar kepada mereka. Selain itu, dalam tahap
kehidupan ini, berbagai kondisi seperti pensiun, janda, kehilangan peran sosial,
kehidupan pribadi, dapat menciptakan hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik
B. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis dan didukung oleh riset terdahulu, maka peneliti
kualitas hidup pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
jenis Systematic Literatur Review (SLR). Systematic Literatur Review adalah jenis
penelitian atau makalah melalui proses sistematis. Tujuan SLR adalah untuk
menyediakan ringkasan lengkap dari literatur yang tersedia yang relevan dengan
elektronic data base Proquest, Google Scholar, Science Direct ataupun Ebsco.
Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject Heading) yaitu
“Depression of elderly in a nursing home atau depresi lansia pada panti sosial”,
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Notoadmodjo, 2010). Yang menjadi populasi pada penelitian
ini adalah semua jurnal hasil penelitian dengan topik depresi dan kualitas hidup
lansia.
42
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoadmodjo,
2010). Sampel pada penelitian ini adalah menggunakan 10 jurnal yang terdiri dari 5
jurnal tentang dukungan sosial dan 5 jurnal tentang capaian ASI Eksklusif yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini meliputi :
b. Jurnal dipublikasi dari data base Proquest, Google Scholar, Science Direct dan
Ebsco.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan systematic literatur review dengan rentang waktu
penelitian mulai dari pengumpulan jurnal sampai tahapan penulisan hasil jurnal
D. Variabel Penelitian
1. Variabel
sebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
depresi.
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
2. Definisi Operasional
2010).
Tabel 4.1
Definisi Operasional
nafsu makan
terganggu,
perasaan lelah,
dan konsentrasi
yang buruk
E. Instrumen Penelitian
digunakan pada penelitian ini yaitu dokumen sekunder, berupa dokumen yang
diperoleh secara tidak langsung dari berbagai media seperti laporan penelitian atau
Appraisal adalah gambaran umum dari semua studi utama pada topik dan mencoba
analisis ini akan diperoleh pengetahuan yang lebih dalam di bidang yang
bersangkutan, mendapatkan wawasan tentang tren saat ini dan tantangan di masa
konferensi yang paling penting, mendapatkan beberapa publikasi yang bagus, dan
mendapatkan kutipan.
sekunder, karena data diperoleh secara tidak langsung yaitu mengambil data dari hasil
artikel-artikel atau jurnal yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu mengenai
4. PICOC
Mendefinisikan ruang lingkup SRL. Lingkup ini membantu dalam analisis untuk
5. Databases
Mencari di database ilmiah dan ekstrak konten / data yang relevan misalnya
6. Queries
Pertanyaan antara database yang berbeda di mana peneliti mencari hasil harus
sama atau setara (jika tidak, hasil yang dikumpulkan tidak akan sebanding)
7. Review phases
a. Jalankan permintaan
b. Hapus duplikat
47
d. Tinjau teks lengkap & nilai kualitas (berlaku juga IC, EC)
e. Sertakan (jika perlu) jurnal yang dikutip dalam hasil dan ulangi
8. Quality assessment
9. Traceability
dilakukan.
b. Peneliti harus menyertakan jurnal yang ditinjau dalam setiap fase. Tergantung
c. Jika peneliti tidak memberikan penjelasan ini, maka hasil penelitian tidak
dapat dipercaya
a. Biasanya jurnal yang dihasilkan akan memiliki satu bagian untuk pemetaan
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R., Wahyuni, A. S., & Harahap, J. (2018). Hubungan Status Depresi Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Kota Medan. Talenta Conference Series: Tropical
Medicine (TM), 1(2), 342–347. https://doi.org/10.32734/tm.v1i2.198
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2020). [IPG] Angka Harapan Hidup (AHH) menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin, 2010-2018.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1114
Bakar, N., & Asılar, R. H. (2015). Factors Affecting Depression and Quality of Life
in the Elderly. Journal of Gerontology & Geriatric Research, 04(05).
https://doi.org/10.4172/2167-7182.1000249
Davies, J. (2013). Cracked: why psychiatry is doing more harm than good. London:
Icon Books.
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
49
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup
Lansia. Malang: Wineka Media.
Martono, H., & Pranaka, K. (2010). Buku ajar Boedhi-Darmojo Geriatri: Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut (4th ed.). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sari, R. A., & Yulianti, A. (2018). Hubungan Mindfullness Dengan Kualitas Hidup
Pada Lanjut Usia. Jurnal Psikologi, 13(1), 48–54.
https://doi.org/10.24014/jp.v13i1.2771
Sivertsen, H., Bjorklof, G. H., Engedal, K., Selbæk, G., & Helvik, A. S. (2015).
Depression and quality of life in older persons: A review. Dementia and
Geriatric Cognitive Disorders, 40, 311–339. https://doi.org/10.1159/000437299
Utami, A. W., Liza, R. G., & Ashal, T. (2018). Hubungan Kemungkinan Depresi
dengan Kualitas Hidup pada Lanjut Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 417–423.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.896
Van Damme, A., Declercq, T., Lemey, L., Tandt, H., & Petrovic, M. (2018). Late-life
depression: Issues for the general practitioner. International Journal of General
Medicine, 11, 113–120. https://doi.org/10.2147/IJGM.S154876
50
Young, S. (2009). How to be a Successful Life Coach. United Kingdom: Spring Hill
House.