Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah individu berusia 60 tahun dimanabmemiliki tanda – tanda penurunan fungsi
biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi yang terus menerus secara alamiah (Sari dan Leonard,
2018).

Menurut Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 25 tahun 2016, lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.Lansia telah memasuk
tahapan akhir dari fase kehidupan kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut aging processatau proses penuaan (Kemenkes, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut aging processatau proses penuaan.

Proses menua lanjut umur( Lanjut usia) ialah proses berkurangnya energi tahan tubuh dalam
mengalami rangsangan dari dalam ataupun luar badan. Pada masa ini, sedikit demi sedikit
seorang akan hadapi kemunduran fisiologis, psikologis, serta sosial, dimana pergantian ini akan
mempengaruhi terhadap segala aspek kehidupan tercantum pada aspek kesehatan. Pesatnya
kenaikan penduduk tua maupun lansia ialah akibat dari kenaikan umur harapan hidup sehingga
membawa konsekuensi bertambahnya jumlah serta persentase penduduk lansia( BPS, 2019)

Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan
dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang di inginkan.

Lansia yang memiliki insomnia biasanya sulit tidur pada waktu malam hari, tapi dia bangun
terlalu awal di pagi hari. Dia sering terbangun di antara tidurnya di malam hari. Lansia yang
menderita insomnia juga sering kali merasa tidak segar saat dia terbangun dari tidurnya, dia juga
tidak bisa tidur walaupun tubuhnya sudah capek dan juga sulit berkonsentrasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia adalah usia ,gaya hidup,tingkat
pendapatan ekonomi, stress atau depresi, kematian pasangan atau teman dekat, status pernikahan,
penggunaan alkohol, merokok, dan penyakit yang diderita pada lanjut usia (Patel, D. dkk, 2018).

Insomnia juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh
lanjut usia. Obat-obatan tersebut adalah jenis obat yang dapat mengatasi keluhan akibat proses
penyakit seperti nyeri, hipertensi, termasuk juga keluhan sulit tidur atau insomnia. Namun, obat-
obatan ini biasanya memberikan efek yaitu dengan kehilangannya siklus tidur NREM (Non
Rapid Eye Movement) tahap 3 dan 4 akibatnya seseorang dapat terjaga sepanjang malam.

Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor status kesehatan,
penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan, stres psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup Insomnia
pada usia lanjut dihubungkan dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan
kinerja fungsional.

Presentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh orang yang lebih tua, dimana 1 dari
4 pada usia 60 tahun atau lebih mengalami sulit tidur yang serius. Di Indonesia, prevalensi
penderita insomnia diperkirakan mencapai 10%, yang artinya dari total 238 juta penduduk
Indonesia sekitar 23 juta jiwa diantaranya mengalami insomnia (Sari dan Leonard, 2018).

Dimana kurang lebih 60% lansia di Indonesia dilaporkan mengalami insomna Saat ini usia
harapan hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi, dan dengan semakin meningkatnya usia
harapan hidup maka lebih besar kemungkinan untukterjadinya suatu penyakit pada lansia Pada
orang-orang dengan usia lanjut, kondisi kualitas tidur di malam hari akan terjadi pengurangan
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada orang yangberusia 70 tahun didapatkan 22% memiliki
keluhan mengenai masalah tidur dan 30% dari usia tersebut juga mengalami terbangun pada
malam hari Prevalensi insomnia sendiri cenderung makin meningkat pada lansia, hal ini juga
berhubungan dengan bertambahnya usia dan adanya berbagai penyebab lainnya

Angka kejadian gangguan tidur lansia cukup tinggi, berdasarkan data ditemukan bahwa di
Indonesia pada usia 65 tahun terdapat 50% lansia mengalami gangguan tidur. Prevalensi
insomnia di Indonesia pada lansia masih tergolong tinggi yaitu sekitar 67%. Angka ini diperoleh
dari populasi yang berusia diatas 65 tahun. Menurut jenis kelamin, didapatkan bahwa insomnia
dialami oleh perempuan yaitu sebesar 78,1% pada usia 60-74 tahun (Mustain, 2019).
Insomnia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah usia yang
semakin menua, jenis kelamin perempuan, status perkawinan, kebiasaan merokok, konsumsi
minuman berkafein, faktor medis, tekanan psikologis dan kebisingan (Ali et al, 2019).

Populasi dunia pada tahun 2019 yaitu sekitar 7,6 miliar orang dan terjadi peningkatan tahun
2050 mencapai 9,9 miliar. Persentase populasi yang berumur lebih dari 60 tahun di dunia dari
tahun 2015 sekitar 15% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 22% (Kaneda, 2018).Secara
global populasi lansia semakin meningkat pada tahun 2020 jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas akan melebihi jumlah anak yang berusia dibawah lima tahun dan pada tahun 2050
sebanyak 80% lansia berada di Negara berkembang (WHO,2018).

Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta
jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada
tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah
Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000.

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki jumlah lansia
pada tahun 2018 sebesar 9,3%, atau 22,4 juta jiwa (BPS, 2018). Pada tahun 2020 yaitu sebanyak
27,08 juta jiwa lansia, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa lansia, tahun 2035 sebanyak 48,19
juta jiwa lansia, dan di prediksi pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah
lansia yang tinggi di bandingkan dengan Negara yang berada dikawasan Asia(Kemenkes RI,
2018).

Setiap detiknya, di seluruh dunia terdapat dua orang yang merayakan ulang tahunnya yang
ke-60 tahun. Ini dapat diartikan setiap tahunnya hampir sebanyak 58 juta orang yang berusia 60
tahun. Berdasarkan data WHO tentang World Population Ageing, diperkirakan, lansia terus
meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050. Seperti halnya yang terjadi di negara-
negara di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan penduduk. Tahun 2019, jumlah
lansiaIndonesia diproyeksikan akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan 57,0 juta jiwa
atau 17,9% pada tahun 2045 (BKKBN, 2019).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan atau Kemenkes (2019) Indonesia mulai memasuki
periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan
peningkatan jumlah lansia.Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18
juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat
diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).

Perkembangan jumlah lansia di Indonesia terjadi dalam jangka waktu kurang lebih 50
tahun. Dalam periode tersebut, persentase penduduk lansia Indonesia mengalami lonjakan dua
kali lipat dibanding sebelumnya. Pada tahun 2020, persentase lansia mencapai (9,92%) atau
sekitar 26,82 juta orang. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah dalam transisi menuju
kondisi penuaan penduduk. Hal tersebut mengingat persentase penduduk berusia 60 tahun ke
atas telah berada di atas 7 persen dari keseluruhan penduduk dan akan berubah menjadi negara
dengan struktur penduduk tua (ageing population) ketika angkanya di atas 10 persen.(BPS 2020)

Menurut data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, jumlah lansia yang
umur dari 60-75+ berada di provinsi Gorontalo sebanyak 102.011 jiwa pada tahun 2020.Dan di
Kabupaten Bone Bolango jumlah lansia sebanyak 15.371 jiwa. Di Desa Bongopini jumlah lansia
yang di umur 60 tahun keatas sebanyak 140 jiwa.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di desa Bongopini terdapat lansia yang
berumur 60-65 tahun sebanyak 68 Orang, 66-70 tahun sebanyak 35 orang, 71-75 tahun sebanyak
17 orang , 76-80 tahun sebanyak 16 orang, 81-90 tahun sebanyak 4 orang.
Penelitian Pipin Sumantri (2015) menyebutkan 36% atau hampir setengah dari jumlah
responden mengalami gangguan tidur karena faktor-faktor gangguan tidur. Faktor-faktor yang
menyebabkan atau yang mempengaruhi gangguan tidur (insomnia) yaitu faktor usia, jenis
kelamin, faktor psikologi (stres atau depresi), penyakit fisik, faktor lingkungan dan gaya hidup
(Suwahadi, 2008 dan Perry Potter, 2006 dalam Rianjani, 2010).

Dari proses penuaan ada penurunan kemampuan fisik lansia yang menyebabkan
kemampuan organ dalam tubuh menurun dan mempengaruhi daya tahan tubuh serta kekebalan
tubuh, sehingga kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan (Prasadja, 2009 dalam
Wahyuningtiyas, 2016). Gangguan pola tidur atau insomnia seringkali merupakan penyebab
penyakit penurunan daya tahan tubuh, kekebalan tubuh, nyeri otot, hipertensi dan depresi. Selain
itu insomnia merupakan gejala kelainan dalam tidur, berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur serta kualitas tidur (Khasanah, 2012 dalam Wahyuningtiyas, 2016).

Gangguan tidur pada lansia dapat mengakibatkan dampak yang cukup berat yaitu, merasa
kelelahan, pusing, gangguan emosi atau mudah tersinggung, gelisah,tegang, khawatir masalah
kesehatan, kesulitan berkonsentrasi, hal ini sering berakibat menimbulkan risiko kecelakaan atau
jatuh pada lansia (Mehmet dan Roizen, 2009 dalam Hanisa, 2014).

Allah SWT berfirman dalam surah Yaasiin/36 : 68 dijelaskan

Artinya: “Dan Barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada
kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak memikirkan?” (Q.S Yaasiin/36:68)4

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia akan menjadi lemah kembali dan kurang akal. Kehidupan
manusia akan melewati beberapa tahapan dan fase yang berbeda- beda. Kita melihat hal tersebut
secara jelas dihadapan kita masing- masing. Manusia dilahirkan dalam bentuk bayi kecil, kemudian
beranjak besar, lalu mencapai balik dan menjadi seorang manusia dewasa (baik laki- laki maupun
perempuan). Setelah itu, dia akan terkena pikun dan menjadi tua hingga datang ajal yang telah
ditentukan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia di desa Bongopini
Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan urutan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penilitian
ini adalah :

1. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia adalah usia , gaya hidup,tingkat


pendapatan ekonomi, stress atau depresi, kematian pasangan atau teman dekat, status pernikahan,
penggunaan alkohol, merokok, dan penyakit yang diderita pada lanjut usia (Patel, D. dkk, 2018).

2. Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor status
kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan, stres psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup
Insomnia pada usia lanjut dihubungkan dengan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan
perubahan kinerja fungsional.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan di teliti ini adalah “Apa saja
Faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia ?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi insmonia pada lansia di desa Bongopini"

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apakah gaya hidup merupakan faktor yang mempengaruhi


insomnia pada lansia di Desa Bongopini

2. Untuk mengetahui apakah penyakit fisik merupakan faktor yang mempengaruhi


insomnia pada lansia di Desa Bongopini

3.untuk mengetahui apakah kondisi lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi


insomnia pada lansia di Desa Bongopini

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam pengembangan ilmu di bidang ilmu
keperawatan dan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang
sejenis

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pendidikan keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan perawat khususnya dalam hal
perawatan gerontik.

2. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktot yang
mempengaruhi insomnia pada lansia

3. Bagi Masyarakat
penelitian ini bisa menjadi informasi untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal dukungan yang
diberikan keluarga terhadap lansia penderita insomnia. Pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar bagi
masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia.

4. BagiPenelitian Selanjutnya

hasil penelitian dapat menjadi acuan untuk dikembangkan pada penelitian yang lebih luas,
misalnya dengan menambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi insomnia pada lansia misalnya
faktor motivasi, umur, gangguan medis dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai