Anda di halaman 1dari 2

Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.

Pada
tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai
28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020
diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000 (Kemenkes, 2018)

meningkatnya jumlah Lansia akan menimbulkan masalah degeneratif dan Penyakit Tidak Menular
(PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan-gangguan kesehatan jiwa yaitu depresi, demensia,
gangguan cemas, sulit tidur. Penyakit-penyakit tersebut, akan menimbulkan permasalahan jika tidak
diatasi atau tidak dilakukan pencegahan, karena ini akan menjadi penyakit yang bersifat kronis dan
multi patologis (Kemenkes, 2018).

Oleh karena itu perhatian semua negara terhadap masalah kelanjut usiaan ini harus terus
diantisipasi, karena akan ada ketergantungan biaya yang sangat besar, biasanya Lansia itu
penyakitnya lebih dari 10 seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengeran, nafsu makan, dan
sulit tidur.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Komposisi penduduk tua
bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh
penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan
hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses terjadinya
penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi,
pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik.
Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Baik secara global, Asia dan
Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah
penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Suatu negara dikatakan
berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen (Soeweno). Dan persentase
lansia di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Hal ini
menunjukkan bahwa indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing
populatian). Seluruh provinsi di Indonesia berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi
Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di bawah dapat dilihaat tiga provinsi
dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa
Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%),
Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%). Dan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki, hal ini terlihat dengan keberadaan penduduk lansia perempuan yang lebih banyak
yaitu 9,53% dari pada lansia laki-laki yaitu 8,54% (Kemenkes RI, Pusat Data dan Informasi, 2017).

Penurunan angka kelahiran, peningkatan angka harapan hidup, dan bertambahnya jumlah penduduk
lansia dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa struktur penduduk Provinsi Jambi bertransisi ke
arah struktur penduduk tua (ageing population). Tidak hanya dilihat dari jumlah penduduk, struktur
penduduk tua juga dapat dilihat dari proporsi penduduk pada kelompok umur tertentu. Suatu
negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen (Soeweno,
2009). Gambar 3.2 memperlihatkan populasi lansia di Provinsi Jambi telah mencapai 6,72 persen dari
keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa proporsi penduduk 0 4- tahun lebih rendah
dibanding proporsi penduduk 5 – 9 tahun. Sementara proporsi penduduk produktif 10 -59 tahun
terbesar jika dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jambi
termasuk Provinsi dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population). Secara teoritis angka
harapan hidup wanita lebih tinggi daripada laki-laki sehingga keberadaan lansia perempuan akan
lebih banyak dari pada lansia laki-laki. Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat angka harapan hidup
perempuan sebesar 71.80 tahun lebih tinggi dari pada laki-laki yang sebesar 67,80 tahun. Sesuai
dengan teori, maka di Provinsi Jambi proporsi lansia perempuan lebih tinggi dari pada proporsi lansia
laki-laki. Fenomena ini juga ditunjukkan dari hasil Susenas 2016. Proporsi lansia perempuan pada
tahun 2016 lebih kecil 0,01 persen dibandingkan proporsi lansia laki-laki. Secara biologis, lansia
mengalami penurunan daya tahan fisik secara terus menerus dan rentan terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Menurut Busna (2007), kondisi fisik lansia mengalami
penurunan penampilan seperti pada bagian wajah, tangan, dan kulit, penurunan fungsi dalam tubuh
seperti sistem syaraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indra seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan motorik seperti kekuatan dan
kecepatan. Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada kemunduran kesehatan secara fisik dan
psikis yang akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut Tamher, S dan
Noorkasiani (2009), dalam Simanullang, Poniyah dkk et al (2011), menjadi lansia merupakan
fenomena alamiah sebagai akibat dari proses menua. Fenomena ini bukanlah suatu penyakit,
melainkan suatu keadaan yang wajar dan bersifat universal. Proses menua adalah suatu proses
kemunduran mencakup proses organobiologis, psikologis, serta sosial budaya. Proses penuaan
seseorang ditentukan secara genetik dan dipengaruhi oleh gaya hidup ketika muda. Kondisi
kesehatan seseorang ketika usia lanjut merupakan hasil dari proses akumulasi sejak dalam
kandungan, anak-anak, dewasa, hingga menjelang lansia. Lansia yang telah membiasakan pola hidup
sehatnya sejak muda akan memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik dari pada lansia yang masa
lalunya tidak berperilaku hidup sehat. Undang – undang Nomor 13 tahun 1996 tentang
kesejahteraan lanjut usia menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan harus diberikan sebagai salah
satu upaya memenuhi hak lansia dalam meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Pelayanan kesehatan
yang dimaksud adalah dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan penduduk lansia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berpungsi secara wajar
(Profil Penduduk Lansia Provinsi Jambi 2016)6r8

Anda mungkin juga menyukai