Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL REHABILITASI
LANJUT USIA DAN PEMELIHARAAN MAKAM
PAHLAWAN CIPARAY BANDUNG

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

SIFA NURSOPA
1115020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator dari suatu keberhasilan pembangunan nasional
dilihat dari segi kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup
penduduk. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan,
populasi lansia di dunia pada tahun 2013 mencapai 13,4% dan akan meningkat
pada tahun 2050 menjadi 25,3%. Jumlah lansia di Amerika pada tahun 2000
adalah 18,4 juta orang berusia 65-74 tahun, 12,4 juta berusia 75-85 tahun, dan 4,2
juta berusia di atas 85 tahun. Diperkirakan pada tahun 2030 populasi lansia akan
mencapai 70 juta orang. Peningkatan ini disebabkan bertambahnya usia harapan
hidup (Potter dan Perry, 2010).
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan
lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun
2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Menurut WHO,
di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.
Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun
ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,3 juta (7,4%) dari total polulasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24 juta (9,77%) dari total populasi, dan
tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,8 juta (11,34%) dari total
populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
Lansia sekitar 80 juta (World Health Organization, 2015; Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016,
jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa. Menurut proyeksi Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah lansia diperkirakan
mencapai 24,7 juta jiwa. Jumlah lansia yang semakin besar, menjadi tantangan
bagi kita semua agar dapat mempersiapkan lansia yang sehat dan mandiri
sehingga nantinya tidak menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, dan
justru menjadi aset sumber daya manusia yang potensial. Data Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035 BPS menunjukkan peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)
saat lahir dari 69,8 tahun pada tahun 2010 menjadi 70,9 tahun pada tahun 2017
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 72,4 pada tahun 2035 mendatang
(Depkes RI, 2018).
Keberhasilan pembangunan terutama bidang kesehatan dan sosial
ekonomi menjadikan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik. Semakin
membaiknya kualitas hidup masyarakat akan berpengaruh terhadap meningkatnya
angka harapan hidup. Angka harapan hidup di Jawa barat pada tahun 2017 sebesar
72,47 tahun, sementara pada tahun 2010 angka harapan hidup di Jawa barat
sebesar 71,29 tahun. Ini menunjukan bahwa dalam kurun waktu tujuh tahun angka
harapan hidup penduduk di Jawa barat mengalami kenaikan sebesar 1,18 tahun.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk lansia
di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa, sedangkan pada tahun
2015 jumlah penduduk lansia sebanyak 3,77 juta jiwa (BPS Jawa Barat, 2018).
Jumlah penduduk lansia menurut BPS Kota Bandung pada tahun 2016
totalnya 194 ribu lansia dengan usia 60-64 tahun sebanyak 73 ribu lansia, usia 65-
69 tahun sebanyak 52 ribu lansia, usia 70-74 tahun sebanyak 33 ribu lansia, usia
diatas 75 tahun sebanyak 35 ribu lansia. Populasi lansia di Indonesia juga
mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 jumlah penduduk dengan usia 60 tahun
±10 juta jiwa pada tahun 2025 dan diperkirakan akan meningkat 3 kali lipat
menjadi ± 29 juta jiwa dan terjadi pula proporsi usia lanjut terhadap jumlah
penduduk, jumlah lansia pun semakin lama semakin meningkat (BPS Kota
Bandung, 2018; Mubarak dkk, 2009).
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Dewi, 2014 ; Padila, 2013).
Kemandirian pada lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental dan
kualitas hidup yang dinilai dari kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas
dasar sehari-hari. Namun, seiring dengan pertambahan usia, lansia akan
mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Salah satu
akibat dari meningkatnya usia diatas 70 tahun yaitu resiko tinggi akan mengalami
penurunan aktivitas harian atau Activities of Daily Living (ADL). Usia diatas 60
tahun lansia beresiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif dalam hal
belajar, menerima dan mengelola informasi dari lingkungan sekitar, dimana hal
tersebut berimplikasi pada orientasi waktu, orientasi tempat, registrasi, perhatian
dan kalkulasi, mengingat dan juga bahasa (Murtiyani dkk, 2017).
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses mental dalam
memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara
berfikir, daya ingat, pengertian, perencanaan, pelaksanaan belajar, persepsi,
perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan dan
koordinasi, yang mengakibatkan lansia menjadi kurang cekatan dan jika terjadi
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia (Sutarto, 2011 ;
Santoso dan Ismail, 2009).
Pada tahun 1999, Sidiarto L.D. melakukan survei di Indonesia terhadap
647 orang lanjut usia, yang berumur rata-rata 58 tahun. Hasilnya ialah 83% lupa
menaruh barang, 75% lupa nama orang, 58% lupa bahwa sudah melakukan
sesuatu, dan yang paling sedikit ialah 28% lansia tersebut lupa nomor telepon
yang sering digunakan. Penyebab mudah-lupa pada lansia umumnya antara lain
karena proses berfikir menjadi lamban, kesulitan memusatkan perhatian, mudah
teralih pada hal yang tidak penting, memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar
hal baru, dan memerlukan lebih banyak isyarat bantuan untuk mengingat-ingat
kembali apa yang dulu pernah diingatnya (Santoso dan Ismail, 2009).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtiyadi dkk tentang fungsi
kognitif pada usia lanjut, menunjukan lansia dengan fungsi kognitif normal
sebanyak 29,5% dan yang mengalami kelainan kognitif berat sebesar 43,2% dari
total sampel 95 responden. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 1 Januari 2015 di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapatkan lansia
berjumlah 23 orang dengan gangguan fungsi kognitif sedang sebesar 14 orang,
sedangkan tidak mengalami gangguan kognitif sebesar 9 orang. Sedangkan untuk
masalah pemenuhan kebutuhan Activities of Daily Living (ADL) sebesar 13 orang
dengan kemandirian sedang, sedangkan 10 orang kemandirian penuh (Murtiyani
dkk, 2017).
Fungsi kognitif merupakan hal yang esensial seiring dengan pertambahan
usia. Kognitif diperlukan agar dapat berkomunikasi efektif, termasuk memproses
dan mengintegrasikan informasi sensoris dan merespons dengan baik. Fungsi
kognitif pada lansia menjadi topik yang banyak diteliti dikarenakan meningkatnya
angka harapan hidup di dunia dan meningkatnya prevalensi demensia
neurodegeneratif. Angka harapan hidup yang meningkat dari 48 tahun untuk laki-
laki dan 52 tahun untuk perempuan di tahun 1910 menjadi 76 tahun untuk laki-
laki dan 81 tahun untuk perempuan di tahun 2010. Fakta ini membuat
perkumpulan Alzheimer memperkirakan prevalensi Alzheimer di tahun 2050 akan
meningkat hingga 13,8 juta bila strategi pencegahan dan tatalaksana dini tidak
dikembangkan (Rini dkk, 2018).
Balai Perlindungan Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay semula bernama
Panti Sosial Tresna Werdha Pakutandang yang merupakan UPT Kanwil
Departemen Sosial Provinsi Jawa barat berdiri pada tahun 1979 dan memulai
operasionalnya pada tanggal 19 mei 1980. Dengan keluarnya peraturan Gubernur
Jawa barat Nomor 113 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata kerja unit
pelaksana teknis Dinas dan Badan lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa barat
maka BSTW berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha
Ciparay Bandung dan Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan.
Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 05 Maret 2019 di Balai
perlindungan sosial tresna werdha ciparay menunjukan lansia dengan fungsi
intelektual utuh sebanyak 4 orang, kerusakan intelektual ringan sebanyak 10
orang, kerusakan intelektual sedang sebanyak 5 orang dan yang mengalami
kerusakan intelektual berat sebanyak 1 orang dari total sampel 20 responden.
Sedangkan untuk masalah pemenuhan kebutuhan Activities of Daily Living (ADL)
sebanyak 6 orang mandiri, dengan bantuan sebanyak 11 orang dan tergantung
sebanyak 3 orang.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut : Penurunan fungsi intelektual merupakan masalah paling
serius ketika proses penuaan mengakibatkan lansia sulit untuk hidup mandiri, dan
meningkatkan risiko terjadinya demensia sehingga lansia akan mengalami
gangguan perilaku dan penurunan kualitas hidup. Sayangnya, gangguan kognitif
sering disalahartikan sebagai bagian dari proses penuaan sehingga sering
terabaikan. Peningkatan kejadian gangguan kognitif pada lansia dan besarnya
dampak ditimbulkan mendorong penulis untuk meneliti adakah hubungan fungsi
kognitif dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di
Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung.

1.3 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, rumusan masalah
penelitian ini adalah “Adakah hubungan fungsi kognitif dengan tingkat
kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Panti Sosial Rehabilitasi
Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung?”

1.4 Tujuan penelitian


1.4.1 Tujuan umum:
Mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian
Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung.
1.4.2 Tujuan khusus:
1.4.2.1 Untuk Mengetahui Fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial
Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung.
1.4.2.2 Untuk mengetahui gambaran tingkat kemandirian pada lansia di Panti
Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan
Ciparay Bandung.
1.4.2.3 Untuk menganalisis hubungan Fungsi kognitif dengan tingkat
kemandirian ADL Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Panti
Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan
Ciparay Bandung.

1.5 Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara penurunan fungsi kognitif dengan tingkat
kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Panti Sosial Rehabilitasi
Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung.

1.6 Manfaat penelitian


1.6.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dalam
intervensi keperawatan Keperawatan Gerontik mengenai hubungan antara fungsi
kognitif dengan tingkat kemandirian ADL pada lansia.
1.6.2 Manfaat praktis
1. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai penatalaksanaan dalam mempertahankan fungsi kognitif
dan tingkat kemandirian dalam melakukan ADL.
2. Bagi Lokasi Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan untuk mempertahankan fungsi kognitif dan tingkat
kemandirian dalam melakukan ADL lansia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian ADL pada
lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Menurut Depkes RI tahun 2001 dalam Buku Maryam (2008) Penuaan
adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan memengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia
disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun. (Dewi, 2014). Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam luar dan tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).
Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school,
remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis
maupun psikologis (Padila, 2013).
Menurut Boedi (2006) dalam Buku Padila (2013) Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Lansia adalah
proses alami yang tidak dapat dihindari manusia dan merupakan tahap akhir
kehidupan manusia yang ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya.

2.1.2 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi Lansia menurut WHO dalam buku Dewi (2014) adalah
sebagai berikut :
1. Elderly : 60-74 Tahun
2. Old : 75-89 Tahun
3. Very old : >90 Tahun
Sedangkan Depkes RI Tahun 2003 dalam Buku Dewi (2014), Lansia di
klasifikasikan dalam kategori berikut :
1. Pralansia (Prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan ang dapat menghasilkan barang/jasa.
Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

2.1.3 Batasan-batasan Lanjut Usia


Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur
lansia dari pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Nugroho (2000)
dalam buku Efendi (2009)
1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal
1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
2. Menurut World Health Organization (WHO)
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 Tahun
b. Lanjut usia (elderly) : 60-74 Tahun
c. Lanjut usia tua (old) : 75-90 Tahun
d. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 Tahun

2.1.4 Karakteristik Lansia


Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun.
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dan rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.5 Tipe Lansia


Nugroho (2002), dalam buku Dewi (2014), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya :
1. Tipe arif bijaksana
Lansia kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
2. Tipe Mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan dan menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani,
dan pngkritik.
4. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5. Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilngan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang
lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai
toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini
terlihat sejak muda.
3. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif,
dan tidak praktis dalam bertindak.
4. Tipe defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil,
selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang
teguh kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, takut mengahadi “ menjadi
tua “ dan menyenangi masa pensiun.
5. Tipe militan dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa
menjadi panutan.
6. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk dan
sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya
memiliki pekerjaan yang tidak stabil di saat muda, menganggap
menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada
orang yang masih muda, senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif
menghindari masa yang buruk.
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,
engalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,
lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,
menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan
berguna.
Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Indeks Katz), lansia
dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu (1) lansia mandiri
sepenuhnya. (2) lansia mandiri dengan bantuan langsung dari
keluarganya. (3) lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung. (4) lansia
dengan bantuan badan sosial. (5) lansia di panti wredha. (6) lansia yang
dirawat di RS, dan (7) lansia dengan gangguan mental (Dewi, 2014).
2.1.6 Perubahan fisik pada lansia menurut (Potter dan Perry, 2010)
a. Sel
Perubahan yang terjadi pada sel lansia adalah berkurangnya jumlah
sel, ukuran sel lebih besar, jumlah sel di otak menurun, mekanisme
perbaikan sel terganggu, berat otak berkurang 5-10 %.
b. Sistem pernafasan
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi atau suara- suara atau nada tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata 50% terjadi pada usia diatas
65 tahun.
c. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa menjadi suram menyebabkan gangguan penglihatan,
menurunnya lapangan pandang dan hilangnya daya akomodasi.
d. Sistem respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
kapasitas pernafasan menurun, kedalaman bernafas menurun, jumlah
alveoli berkurang dan melebar, menurunnya aktivitas silia.
e. Sistem kardiovaskuler
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, elastisitas dinding aorta
menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku.
f. Sistem gastrointestional
Indra pengecap menurun karena hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap, esofagus melebar, sensitifitas lapar menurun, asam
lambung Universitas Sumatera Utara 12 menurun, peristaltik lemah,
menciutnya ovarium dan uterus, pada lakilaki produksi sperma
menurun berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun.
g. Sistem integumentary
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap
trauma, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku
menjadi pudar.
h. Sistem endokrin
Menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon
kelamin (progesteron, esterogen, tertosteron), berkurangnya produksi
ACTH, TSH, FSH,LH.

i. Sistem muskuloskletal
Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, discus intervertebralis
menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi
kaku, tendon mengerut dan mangalami sklerosis, otot-otot serabut
mengecil.

2.2 Konsep Kemandirian Lansia


2.3.1 Definisi
Ukuran kemandirian lansia yang dapat dilihat dengan cara lansia
melakukan aktifitasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, Lanjut usia potensial
adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa (Yeniar Indriana, 2012).
Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal
di Panti werdha. Mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik unutk
dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari. Bagi yang memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya.
Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahakan hidupnya terlantar biasanya
menjadi penghuni panti werdha yang berada di bawah naungan kementerian
sosial. Segala kebutuhan hidupnya menjadi tanggung jawab panti werda dan
biasanya tinggal disana sampai akhir hidupnya (Yeniar Indriana, 2012).
Kemandirian pada lansia bergantung pada kemampuan individu dalam
melakukan aktivitas harian. Salah satu akibat dari meningkatnya usia diatas 70
tahun yaitu resiko tinggi akan mengalami penurunan aktivitas harian (Activities of
Daily Living)(ADL). Penurunan tersebut meliputi mandi, berpakaian, pergi ke
kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan. Usia diatas 60 tahun lansia
beresiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif dalam hal belajar, menerima
dan mengelola informasi dari lingkungan sekitar, dimana hal tersebut berimplikasi
pada orientasi waktu, orientasi tempat, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat dan juga bahasa. Penurunan tidak hanya terjadi pada individu yang
mengalami sakit, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat (Murtiyani
dkk, 2017).
Kemandirian pada lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental dan
kualitas hidup yang dinilai dari kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas
dasar sehari-hari. Namun, seiring dengan pertambahan usia, lansia akan
mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental.
Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang
lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar.
Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Fitria, 2011). Padahal,
partisipasi sosial dan hubungan interpersonal merupakan bagian yang cukup
penting untuk kesehatan fisik, mental, dan emosional bagi lansia ( Koampa dkk,
2015).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
lansia adalah kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa
bantuan orang lain baik itu sebagian ataupun keseluruhan.

2.3.2 Model Self Care Dorothea E. Orem


Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di
Amerika. Model konsep keperawatan Orem dikenal dengan Model Self Care
(Perawatan diri) yang memandang bahwa setiap individu mempunyai kemampuan
untuk merawat diri sendiri (self care) guna memenuhi kebutuhan hidup,
memelihara kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan sehat dan
sakit. Teori Orem berfokus pada kebutuhan pelayanan diri klien sehingga klien
dapat merawat dirinya sendiri sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia.
Menurut Orem, kebutuhan dasar manusia terdiri dari pemeliharaan dalam
pengambilan udara (oksigenasi), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan
dalam pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi,
pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat, pemeliharaan dalam
keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan pencegahan
risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam
perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan, dan
keinginan manusia.
Dalam Model Self Care, Orem mengembangkan dua bentuk teori
tersebut, yaitu :

a. Perawatan diri sendiri (self care)


1) Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang
dilaksanakan oleh individu dalam memenuhi serta mempertahankan
kesehatan dan kesejahteraan.
2) Self Care agency merupakan kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan, dan lain sebagainya.
3) Therapeutic self ceredemand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
waktu tertentu untuk perawatan diri menggunakan metode dan alat yang
tepat.
4) Self care requisites (kebutuhan self care) merupakan tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri yang merupakan aktivitas
sehari-hari (activity daily living) dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh. Self care
requisites terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu universal (kebutuhan
fisiologis dan psikososial), developmental (kebutuhan saat individu
mengalami penyimpangan dari keadaan sehat).
b. Self Care Deficit
Self Care Deficit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum
dimana segala perencanaan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan.
Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas
untuk melakukan self care secara terus menerus. Dalam pemenuhan self care
deficit, Orem membagi bantuan yang diberikan menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu :
1) Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system) yaitu bantuan
menyeluruh yang diberikan kepada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan secara mandiri seperti pergerakan, pengontrolan, ambulasi,
serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya klien dengan
penurunan kesadaran, stroke, fraktur vertebra, dan klien lain yang tidak
mampu mengurus dirinya sendiri.
2) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system) yaitu bantuan
sebagian yang diberikan kepada klien dengan keterbatasan gerak karena
sakit atau kecelakaan. Misalknya klien dengan fraktur femur atau tibia,
klien, mampu melakukan aktivitas seperti makan, minum namun
membutuhkan bantuan unutk melakukan hal lain seperti ambulasi.
3) Sistem pendukung dan edukatif (supportive educative) yaitu dukungan
pendidikan yang diberikan kepada klien yang memerlukan bantuan
belajar, dengan tujuan agar klien mampu melakukan asuhan keperawatan
mandiri. Misalnya klien yang tidak tahu diet untuk diabetes melitus
sehingga membutuhkan bantuan belajar mengenai diet tersebut guna
mempertahankan bahkan meningkatkan kesehatan.
Teori defisit perawatan diri dari Dorothea Orem (1971) berfokus pada
kebutuhan pelayanan diri klien. Orem mendefinisikan pelayanan diri sebagai
sesuatu yang dipelajari, kegiatan yang bertujuan membantu diri untuk mengelola
kehidupan yang diinginkan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan. Tujuan
Teori Orem adalah untuk membantu klien merawat dirinya sendiri. Pelayanan
keperawatan penting saat klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis,
psikologis, perkembangan, atau sosial. Perawat mencari tahu mengapa klien tidak
dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut, apa yang harus dilakukan supaya
klien mendapatkan kebutuhannya, dan seberapa banyak perawatan diri yang dapat
dilakukan klien. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan
klien untuk mendapatkan kebutuhannya menurut Orem tahun 2001 (Potter dan
Perry, 2010).
2.3.3 Model Teori Henderson
Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai “penolong
individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan
untuk kesehatan, pemulihan, atau kematian yang damai dan individu akan dapat
melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kekuatan, keinginan, atau
pengetahuan” (Harmer dan Henderson, 1955; Henderson, 1966). Proses
keperawatan mencoba melakukan hal tersebut dan tujuannya adalah kebebasan.
Henderson dalam teorinya mengkategorikan empat belas kebutuhan dasar semua
orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini :
fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan. Bersama
perawat dan klien bekerja sama untuk mendapatkan semua kebutuhan dan
mencapai tujuannya (Potter dan Perry, 2010).

2.3.4 Activity Daily Living (ADL)


ADL adalah aktivitas yang biasa dilakukan dalam sepanjang hari normal
yang mencakup ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi, dan berhias.
Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan kebutuhan untuk bantuan dalam ADL
dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen, atau rehbilitatif (Perry dan Potter,
2005). ADL adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pengkajian ADL penting untuk mengetahui
tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan di
evaluasi secara kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan
oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu keterampilan
dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian,
makan dan minum, toileting, mandi, berhias. Kemampuan ADL adalah
kemampuan dasar yang seharusnya dapat dilakukan oleh manusia sehat dengan
menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL yang berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal makan, kontinen
(BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi, dan berpakaian. Lansia dapat diberi
penilaian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Muhith dan Siyoto, 2016).
ADL terdiri dari aktivitas yang menggambarkan peran seseorang dalam
kehidupan sosial, keluarga dan masyarakat termasuk kegiatan okupasional dan
rekreasional. Instrumen pengukuran ADL jarang digunakan oleh perawat namun
sering digunakan oleh terapis aktivitas okupasional untuk mengkaji tugas osial.
Salah satu bentu insrumen yang digunakan untuk pengukuran aktivitas adalah the
Canadian Ocupational Performance Measure (COPM). Isi dari COPM
merupakan gabungan dari pengukuran ADL,IDL, dan AADL (Dewi, 2014).

2.3 Konsep Fungsi Kognitif


2.2.1 Definisi
Fungsi Kognitif merupakan fungsi-fungsi dasar yang pada hakikatnya
akan selalu diimplementasikan oleh setiap individu. Namun, setiap individu
memiliki tingkat preferensi yang berbeda-beda terhadap fungsi kognitif yang
digunakannya, baik secara sadar maupun tidak sadar akan keberadaan fungsi
tersebut. Idenya adalah bahwa setiap tingkah laku manusia, termasuk berpikir,
akan selalu masuk ke dalam salah satu dari 2 kategori, yaitu memersepsikan
(perception) atau menilai atau judgement (Hardiyanto, 2010).
Fungsi Kognitif (nalar) merupakan fungsi yang sangat penting dalam
aktivitas kerja otak. Fungsi kognitif memungkinkan seseorang untuk berpikir,
mengingat, menganalisis, belajar, dan secara umum melakukan aktivitas mental
yang lebih tinggi atau higher mental processes (Satiadarma dan Zahra, 2009).
Fungsi kognitif merupakan hal yang esensial seiring dengan pertambahan
usia. Kognitif diperlukan agar dapat berkomunikasi efektif, termasuk memproses
dan mengintegrasikan informasi sensoris dan merespons dengan baik (Rini,
2018).
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti
gerakan, tindakan dan koordinasi, yang mengakibatkan lansia menjadi kurang
cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Usia harapan hidup rata-rata orang yang semakin panjang dapat diterjemahkan
lain, yaitu setelah pension, yang bersangkutan akan menjalani hidup sebagai
lansia antara 20-30 tahun. Perjalanan hidup yang relative lama dan dalam kondisi
tua, apalagi bila sakit-sakitan, tentunya tidak di kehendaki setiap orang.
Menambah usia harapan hidup seharusnya bukan tujuan, tetapi memperpanjang
kenikmatan menjalani hidup dalam keadaan sehat, itulah yang lebih diperlukan
(Sutarto, 2011).
Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa dirinya tidak
dapat mengingat dengan baik dibandingkan sebelumnya. Proses menua
menyebabkan terjadinya gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat
dan kecerdasan. Fungsi kognitif ialah proses mental dalam memperoleh
pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berfikir, daya ingat,
pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan (Santoso dan Ismail, 2009).
Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi
kognitif adalah fungsi dasar dan sangat penting dalam aktivitas kerja otak
manusia, namun, setiap individu memiliki tingkat preferensi yang berbeda-beda
terhadap fungsi kognitif yang digunakannya. Fungsi kognitif ini memungkinkan
seseorang untuk berpikir, mengingat, menganalisis, belajar dan secara umum
melakukan aktivitas mental.

2.2.2 Batasan Fungsi Kognitif


Batasan fungsi kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi, memori,
pemecahan masalah, pengambilan sikap, integrasi belajar, dan proses
komprehensif. Alat ukur atau metode pemeriksaan fungsi kognitif dan
intrapersonal disesuaikan dengan aspek kognitif dan interpersonal yang akan
diperiksa, yang dapat dilakukan dengan cara tanya jawab, kuesioner, atau
penugasan (Satiadarma dan Zahra, 2009).
2.2.3 Tujuan Pemeriksaan Fungsi Kognitif
a. Membantu menegakkan diagnosis
b. Sebagai acuan untuk menyusun program fisioterapi serta
pelaksanaannya
c. Sebagai alat evaluasi
d. Sebagai data/informasi yang dapat dipergunakan oleh pihak lain
yang berkepentingan (Satiadarma dan Zahra, 2009).
2.2.4 Prosedur Pemeriksaan Fungsi Kognitif
a. Melakuka rencana pemeriksaan yang berorientasi pada masalah
lansia
b. Pemeriksaan dimulai dari yang bersifat uum, sederhana serta mudah
aplikasinya. Apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan batasan
normal baru ditingkatkan ke pemeriksaan yang lebih khusus dan
lompleks (Satiadarma dan Zahra, 2009).
2.2.5 Bentuk Pemeriksaan Fungsi Kognitif
a. Status mini mental. Status mini mental untuk mengetahui
kemampuan kognitif (orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, memori
dan bahasa) yang dilakukan secara sederhana dan cepat.alat ukur
kuesioner dengan nilai yang telah ditentukan. Waktu untuk
nebgerjakan berkisar 5-10 menit. Interpretasi hasil pemeriksaan
dapat dibaca dari total jumlah nilai yang diperoleh selama
pemeriksaan di mana bila semua jawaban benar maka total nilai
yang diperoleh adalah 30.
b. Tes memori visual. Tes dengan menggunakan gambar-gambar untuk
menilai gungsi dari penglihatan, dan fungsi mengingat pada lansia.
c. Tes memori pendek. Tes ini ditujukan untuk mengetahui memori
lansia terhadap kejadian atau hal-hal yang dialaminya dalam jangka
waktu relatif pendek. Misalnya tentang :
1) Apa yang di makan waktu sarapan pagi;
2) Koran apa yang di baca;
3) Menunjuk gambar buah yang berjumlah sepuluh dalam waktu
sepuluh detik. Selanjutnya, lansia diminta untuk menyebutkan
kembali. Bila yang benar kurang dari tiga gambar, lansia
mengalami gangguan memori;
4) Lansia juga dapat diminta menirukan kata-kata yang diucapkan
oleh terapis, misalnya cangkir, mawar, atau kijang dan diulang
sampai tiga kali. Setelah lima menit, lansia diminta untuk
menyebutkan kembali kata-kata tersebut.
d. Tes memori jangka panjang. Tes itu bertujuan mengetahui memori
lansia terhadap kejadian atau hal-hal yang terjadi pada waktu lalu,
seperti masa kecil, masa sekolah, dan sebagainya. Miasalnya :
1) Siapa nama guru Anda ketika kelas satu SD ? siapa teman duduk
satu bangku Anda ?
2) Di mana alamat teman akrab Anda ketika duduk di bangku SMP ?
3) Menyebutkan tempat dan tanggal kelahiran sendiri, dll
e. Orientasi. Tes itu dapat berupa orientasi waktu, tempat atau
seseorang yang mempunyai hubungan dengan lansia. Contoh :
1) Sekarang hari apa ?
2) Sekarang bulan apa ?
3) Sekarang tahun berapa ?
4) Anda sekarang berada di mana ?
5) Berapa anggota keluarga Anda, siapa saja mereka ?
Bila terdapat jawaban yang curiga penolakan (denial) maka
lanjutkan ke pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah itu lengan Anda ?
2) Dapatkah Anda memindahkan lengan itu ?
3) Tidakkah Anda lihat bahwa kedua lengan Anda tidak sama
tingginya?
4) Periksa lapang pandang
f. Tes kemampuan mengikuti instruksi. Kemampuan mengikuti
intruksi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Derajat 1, misal ambil kertas berwarna biru
2) Derajat 2, misal, ambil kertas berwarna biru kemudian diremas
3) Derajat 3, misal, ambil kertas berwarna biru, remas dan buang.
Dari hasil pengetesan itu dapat diketahui derajat kemampuan
penderita dalam mengikuti perintah.
g. Tes atensi (perhatian terhadap rangsang). Dapat diperiksa dengan
cara melihat kemampuan lansia untuk melaksanakan tugas motorik
dengan waktu yang proporsional. Tes dapat berupa digit repetion.
Lansia diberi tahu bahwa pemeriksaan akan menyebutkan beberapa
angka dan diminta mendengarkan dengan seksama. Kerika
pemeriksa selesai mengucapkan, lansia diminta untuk menirukannya.
Pemeriksaan dimulai dengan menyebutkan dua angka kemudian
dilanjutkan sampai lansia gagal. Dalam inteligensi normal, lansia
mampu mengulangi 5-7 digit tanpa kesulitan (Satiadarma dan Zahra,
2009).

2.2.6 Penilaian Fungsi Kognitif


Penyebab-penyebab fisiologis, psikologis, dan lingkungan multipel dari
kerusakan kognitif pada lansia, disertai pandangan bahwa kerusakan mental
adalah normal, proses berhubungan dengan usia, sering menimbulkan pengkajian
tak lengkap terhadap masalah lain. Standardisasi tes pemeriksaan sautu variasi
tentang fungsi kognitif, membantu mengidentifikasi defisit-defisit yang
berdampak pada seluruh kemampuan fungsi. Test normal dan sistematik dari
status mental dapat membantu perawat menentukan perilaku mana terganggu dan
memerluan intervensi (Kushariyadi, 2010).
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), digunakan untuk
mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual , terdiri dari 10 pertanyaan yang
berkenaan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh dan matematis atau perhitungan
(Pfeiffer, 1975 dalam Kushariyadi, 2010). Metode penentuan skor sederhana
meliputi tingkat fungsi intelektual dimana berfungsi membantu dalam membuat
keputusan khusus mengenai kapasitas perawatan diri (Kushariyadi, 2010).

2.2.7 Tiga tahapan proses mengingat.


a. Tahap pertama adalah belajar atau mempelajari informasi yang
diterima dan “seolah-olah mencatat” (encoding) informasi tersebut.
Proses ini membutuhkan usaha untuk belajar tentang sesuatu yang
baru.
b. Tahap kedua adalah menyimpan informasi yang telah dipelajari
dalam pola penyimpanan ingatan. Pola penyimpanan ingatan ada dua
macam, yaitu yang disebut penyimpanan klinis yang berkaitan
dengan kondisinya, dan terbagi dalam ingatan segera (immediate
memory); dan penyimpanan secara psikologis yang berkaitan dengan
rentang waktu ingatan yang dapat dipertahankan, yaitu ingatan
sensori (sensory memory), ingatan jangka pendek (short-term
memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan
sensori dikaitkan dengan ransangan panca indra secara bersamaan,
misalnya cahaya, suara, bau-bauan, dan lain-lain. Ingatan jangka
pendek ialah penyimpanan sementara dan terhapus dalam waktu
sekejap, kecuali dengan usaha khusus seperti mengulang-ulang. Jika
kita ingin mengingat nomor telepon seorang teman, nomor itu harus
diulang-ulang, menaruh perhatian atau konsentrasi pada nomor
tersebut agar dapat diingat lebih lama bahkan permanen, informasi
harus lebih sering diulang dan merupakan semua pengetahuan yang
kita ketahui, yang mencakup hasil pendidikan, nama teman, Bahasa
ibu, nama tempat, pekerjaan dan lain-lain. Proses ini memerlukan
waktu dan usaha yang gigih agar ingatan ini tetap ada seumur hidup.
c. Tahap terakhir ialah mengingat atau mengambil kembali ingatan
yang sudah tersimpan tadi
Penyebab mudah-lupa pada lansia umumnya antara lain karena
proses berfikir menjadi lamban, kurang dapat menggunakan strategi daya
ingat yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian, mudah teralih pada hal
yang tidak penting, memerlukan lebih banyak waktu untuk belajar hal
baru, dan memerlukan lebih banyak isyarat bantuan untuk mengingat-
ingat kembali apa yang dulu pernah diingatnya (Santoso dan Ismail,
2009).

2.4 Konsep Panti Werdha


2.4.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata panti
werdha adalah rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo. Sedangkan
menurut Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 6 tahun 2011 Panti Werdha
adalah sistem pelayanan kesejahteraan bagi lansia yang terlantar. Panti sosial
tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan
dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat
dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam panti maupun yang
berada di luar panti.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa panti
werdha merupakan tempat tinggal lansia yang terlantar agar dapat hidup secara
baik dan terawat dengan diberikan bimbingan dan perawatan agar dapat terpenuhi
kebutuhannya dan dapat menikmati hari tuanya dengan penuh kenyamanan,
sehingga nantinya akan menciptakan kesejahteraan sosial bagi lansia.
2.4.2 Tugas Pokok Panti Werdha
a. Menyelenggarakan kegiatan penyantunan dan pelayanan sosial lansia
b. Menyelenggarakan kegiatan penerimaan dan bimbingan kepada lansia
c. Menyelenggarakan koordinasi penyelenggaraan kegiatan panti sosial
d. Melaksanakan informasi usaha kesejahteraan sosial lansia
e. Melaksanakan pengawasan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan panti
f. Melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan tentang lansia
(Tatalaksana usia lanjut di panti jompo 2011).
2.5 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


kemandirian ADL
Lansia Menurut WHO 1. Usia
2. Penyakit
a. Usia pertengahan 3. Fungsi Kognitif
(middle age) : 45-59 4. Tingkat stress
5. Status mental
Tahun
b. Lanjut usia (elderly) :
60-74 Tahun
Tingkat Kemandirian Mandiri
c. Lanjut usia tua (old) :
75-90 Tahun
d. Usia sangat tua (very
Tidak Mandiri
old): di atas 90 Tahun

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Efendi (2009) ; Rini (2018) ; dan Koampa (2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Penurunan


dismenore
Rancangan penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan
(Nursalam, 2013). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan metode Chi-
square, yaitu metode yang menggunakan data kategorik, data tersebut diperoleh
dari hasil menghitung. Uji Chi-square melihat hubungan antara variabel yang
berbentuk kategorik dimana antar kelompok independen (Riyanto, 2011).
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan penelitian cross-sectional, yaitu
suatu penelitian yang menelaah hubungan antara variabel bebas (faktor risiko)
atau variabel independen dengan variabel tergantung (efek) atau variabel

Penurunan
dismenore
dependen dengan melakukan pengukuran sesaat (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat adanya hubungan Fungsi kognitif
dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Panti
Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung.

3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah satu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Maka dari itu peneliti membuat kerangka penelitian sebagai
berikut :

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Fungsi Kognitif Tingkat kemandirian ADL


3.3
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memengaruhi atau
nilaiya menentukan variabel lain. Variabel terikat (dependent variable) adalah
variabel yang dipengaruhi nilainya di tentukan oleh variabel lain (Notoatmodjo,
2012).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Fungsi Kognitif,


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Kemandirian Activity
Daily Living (ADL) pada Lansia.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisis operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Karakteristik yang diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi
operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2013).
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen
yaitu Fungsi kognitif dan variabel dependen yaitu tingkat kemandirian Activity
Daily Living (ADL) pada lansia dan untuk menghindari kesalah pahaman dalam
penelitian ini, maka kedua variabel tersebut dijabarkan dalam tabel definisi
operasional dengan maksud memberikan batasan variabel sehingga dapat diukur
sesuai dengan parameter yang dapat diapakai dan disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Fungsi Fungsi kognitif Menjumlahkan Kuesioner 1. Kerusakan Nominal
Kognitif adalah fungsi yang skor yang diisi SPMSQ intelektual
menggambarkan
pada Lansia dari kuesioner ringan
kemampuan
intelektual pada apabila
lansia yang diukur kesalahan 0-
dengan
4
menggunakan
SPMQ 2. Kerusakan
intelektual
sedang
apabila
kesalahan 5-
8
2. Tingkat Tingkat Menjumlahkan Kuesioner 1. Mandiri jika Nominal
kemandirian kemandirian ADL skor yang diisi Katz index skor 5-6
ADL pada adalah kemampuan dari kuesioner 2. Dengan
Lansia lansia dalam bantuan jika
melakukan aktifitas skor 3-4
sehari-hari seperti 3. Tergantung
ambulasi, makan, jika skor 0-2
berpakaian, mandi,
menyikat gigi, dan
berhias yang diukur
menggunakan
kuesioner Katz
Indeks
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Nursalam,
2013). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Lansia dengan
kelompok umur 60-74 tahun yang berada di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung.

3.5.2 Sampel Penelitian


Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil,
peneliti menggunakan teknik Total sampling yaitu seluruh jumlah populasi yang
sesuai kriteria inklusi yang telah dibuat peneliti diambil sebagai sampel. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 100 lansia di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung.

3.5.2.1 Kriteria Sampel


1. Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam,2013). Kriteria inklusi dari penelitian ini :
a. Lansia yang berusia 60 – 74 tahun
b. Lansia yang komunikatif
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2013). Kriteria ekslusi dalam penelitian yang akan dilakukan ini :
a. Lansia depresi berat sedang dalam perawatan yang sudah
dikategorikan oleh panti werdha
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan
teknik instrument yang digunakan (Nursalam, 2013). Pengumpulan data
dilaksanakan oleh peneliti dengan cara meminta data jumlah lansia yang akan
dijadikan populasi dalam penelitian. Setelah data didapatkan kemudian peneliti
melakukan pemilihan lansia yang akan dijadikan responden sesuai dengan kriteria
inklusi, kemudian peneliti memberikan lembar pernyataan persetujuan menjadi
responden. Data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer.

3.6.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (Daftar pertanyaan),
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data
dan sebagainya. Apabila data yang akan dikumpulkan itu adalah data yang
menyangkut pemeriksaan fisik maka instrument penelitian ini dapat berupa:
stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran atau alat antropornetrik lainnya untuk
mengukur status gizi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah Kuesioner SPMSQ
dan kuesioner Katz Indeks.

3.6.3 Prosedur Penelitian


3.6.3.1 Tahap Persiapan
1. Membuat surat permohonan izin penelitian dari Stikes Rajawali
Bandung yang diajukan kepada tempat yang akan dijadikan tempat
penelitian.
2. Mendapatkan izin dari Stikes Rajawali Bandung yang diajukan kepada
tempat yang akan dijadikan tempat penelitian.
3. Peneliti melakukan penyaringan pada responden. Peneliti mengambil
responden menggunakan teknik Purposive sampling yang sesuai
kriteria inklusi yang telah dibuat peneliti diambil sebagai sampel.
3.6.3.2 Tahap Pelaksanaan
1. Peneliti melakukan informed consent kepada calon responden untuk
kesediaannya menjadi responden penelitian dan menjelaskan tujuan,
manfaat serta prosedur penelitian kepada responden.
2. Penelitian akan dilakukan di dalam ruangan.
3. Peneliti mengumpulkan responden yang ingin diteliti berdasarkan
kelompok yang dipilih secara total.
4. Melakukan penelitian dengan responden mengisi kuesioner dengan
wawancara terbimbing.
5. Lakukan dokumentasi setelah dilakukan pengisian kuesioner.
6. Setelah mengisi kuesioner responden dipersilahkan meninggalkan
ruangan untuk melakukan kegiatan seperti biasanya.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
1. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan, terlebih
dahulu harus dilakukan penyuntingan (editing). Editing yaitu
memeriksa kembali pemberian isian formulir kuesioner
(Notoatmodjo, 2010).
2. Coding
Coding merupakan lembaran atau kartu kode berupa kolom-kolom
untuk merekam data secara manual (Notoatmodjo, 2010).
3. Memasukkan Data (Entry Data)
Entry Data adalah proses memasukkan jawaban-jawaban dari
masing-masing responden dalam bentuk kode (angka/huruf), kedalam
“software” computer (Notoatmodjo, 2010).
4. Pembersihan Data (Cleaning Data)
Bilai semua data dari setiap sumber atau responden selesai
dimasukkan, dilakukan perlu pengecekkan kembali untuk melihat
kembali kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Setelah
semua data selesai dimasukkan lalu dilakukan pengecekkan kembali
agar tidak terjadi kesalaha dan kurangnya data (Notoatmodjo, 2010).

3.7.2 Analisis Data


3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Untuk numerik digunakan nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi
(Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan rerata setiap variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan nilai
mean, min-max dan standar deviasi dari tiap variabel yaitu fungsi kognitif dan
tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia. Dan merupakan data
kategorik akan dianalisis dengan kuesioner, dan tentang variabel yang diteliti
yaitu tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia.
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian
ini analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan fungsi kognitif
dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia. Analisis
data yang digunakan adalah Uji Chi-square.

3.8 Etika Penelitian


Menurut Nursalam (2013) etika penelitian yang diterapkan pada
penelitian ini meliputi :
3.8.1 Infromed Consent atau lembar persetujuan
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilakukan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau
menolak menjadi responden.
3.8.2 Confidentiality
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan.
3.8.3 Respect For Human Dignity atau menghargai hak asasi manusia
Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self determination)
responden diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak untuk
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa ada
sangsi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya.
3.8.4 Anomity atau tanpa nama
Subjek mempunyai hak bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
untuk itu perlu adanya tanpa nama.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung.
3.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai
bulanApril 2019
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat [ONLINE]. Populasi Lansia Provinsi
Jawa Barat 2017. Jawa Barat : Profil Lansia Provinsi Jawa Barat 2017.
Available from : URL : https://jabar.bps.go.id/publications/2018/05/29
/09e63178d5ac779bab448180/profil-lansia-provinsi-jawa-barat2017.html

Badan Pusat Statistik Kota Bandung [ONLINE]. Populasi Lansia Kota Bandung.
Bandung : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kota Bandung 2016. Available from : URL :
https://bandungkota.bps.go.id/statictable/2017/08/29/104/jumlah-
penduduk-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-di-kota-bandung-
2016-.html
Black JM, Hawks JH. Keperawatan Medikal Bedah: manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan (Nampira RA, Yudhistira, Eka SC editor Bahasa
Indonesia) 8th ed. 1. Singapura: Elsevier; 2014

Departemen Kesehatan Republik Indonesia [ONLINE]. Populasi lansia. Jakarta:


Lansia sejahtera masyarakat bahagia. 2018. Available from: URL:
http://www.depkes.go.id/article/view/18050900001/lansia-sejahtera-
masyarakat-bahagia-.html

Departemen Kesehatan Republik Indonesia [ONLINE}.Populasi Lansia. Jakarta :


Populasi lansia diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2020.
Available from: URL: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=13110002
Dewi SR. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish; 2014
Dharma KK. Metodologi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian . Jakarta: cv. Trans Info Media; 2011
Efendi, F dan Makhfud. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika; 2009
Gold, DA. An examination of instrumental activities of daily living assessment in
older adults and mild cognitive impairment. Canada : Journal of Clinical
and Experimental Neuropsychology; 2012. [serial online]. 2018 7 (1):
Available from: URL: http://www.tandfonline.com/loi/ncen20
Hardianto, I. Ergonomi Suatu Penerapan. Bandung : PT. Remaja Sodakarya;2010
Indriana, Y. Gerontologi & Progeria. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2012
James, BD et al. Late-Life Social Activity and Cognitive Decline in Old Age.
Chicago : Journal of the International Neuropsychological Society; 2011.
[serial online]. 2018 7 (1): Available from: URL:
http:/google.schoolar.com//
Koampa, MM dkk. Hubungan antara tingkat stres dengan kemandirian pada orang
tua lanjut usia di desa tombasian atas kecamatan kawangkoan barat.
Minahasa: ejournal Keperawatan (e-Kp);2015. [serial online]. 2018 7 (1):
Available from: URL: http:/google.cendekia.com//
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika; 2011
Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia
lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika; 2012
Mograbi, DC et al. Relationship between activities of daily living and cognitive
ability in a sample of older adults with heterogeneous educational level.
London : Annals of Indian Academy of Neurology; 2014. [serial online].
2018 7 (1): Available from: URL: http:/google.schoolar.com//
Muhith, A dan Siyoto, S. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : ANDI;
2016
Murtiyani, N dkk. Fungsi kognitif dengan activities of daily living (ADL) pada
lansia (kognitif function with activities of daily living (adl) in the
elderly). Mojokerto: Prosiding seminar nasional; 2017. [serial online].
2018 7 (1): Available from: URL: http:/google.cendekia.com//
Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010
Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;
2013
Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013
Potter dan Perry. Fundamental Keperawatan. (Nggie AF, Albar M, editor Bahasa
Indonesia). 7th ed. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika; 2010
Pudjiastuti, SS. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC;2003
Rini, SS dkk. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Kognitif pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Bali :
Udayana Journal of Internal Medicine; 2018
Satiadarma, M. Cerdas Dengan Musik. Jakarta : PT. Puspa Swara; 2004
Santoso, H dan Ismail, A. Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian medis dan
pedagogis-pastoral. Jakarta : Gunung Mulia;2009
Sutarto, JT dan Cokro, IC. Pensiun Bukan Akhir sealanya. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka; 2008
Takehiko, D et al. Cognitive Activities and Instrumental Activity of Daily Living
in Older Adults with Mild Cognitive Impairment. Tokyo : Dement
Geriatric Cognitive Disorder Extra; 2013. [serial online]. 2018 7 (1):
Available from: URL: http:/google.schoolar.com//
Yamamoto, M et al. Relationship between Cognition and Activities of Daily
Living in Elderly Women with Mild Cognitive Impairment in Japan.
Osaka : International Journal of Clinical Medicine; 2012. [serial online].
2018 7 (1): Available from: URL: http:/google.schoolar.com//
LAMPIRAN
KUESIONER KEMANDIRIAN
(Katz Indeks)

Nama Responden :
Kode Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Tanggal wawancara :
Petunjuk : Tanyakan setiap pertanyaan kepada pasien, dan tandai jawaban yang
diberikan skor, “1” atau “0”
No Aktivitas Penilaian
. Mandiri (1) Tergantung (0)
1. Mandi Memerlukan bantuan hanya Memerlukan bantuan
Skor : ...... pada satu bagian tubuh atau lebih daro satu bagian
dapat melakukan seluruhnya tubuh atau membutuhkan
sendiri. bantuan total
2. Berpakaian Menaruh, mengambil, Tidak dapat berpakaian
Skor : ...... memakai, dan mengenakan sendiri atau dengan
baju sendiri serta menalikan bantuan
sepatu sendiri
3. Toileting Pergi ke toilet sendiri, Mendapat bantuan orang
Skor : ...... memakai pakaian dalam lain
sendiri, dan membersihkan
kotoran sendiri
4. Berpindah Dapat berpindah tempat dari Tidak dapat melakukan
Skor : ...... tempat tidur, tempat duduk sendiri atau dengan
dengan bantuan alat bantu bantuan orang lain
seperti tongkat.
5. Pengawasan diri Dapat mengontrol BAB dan Tidak dapat mengontrol
Skor : ...... BAK atau dengan bantuan
(menggunakan kateter)
6. Makan Mendapat makanan dari Kebutuhan parsial atau
Skor : ...... piring ke mulut tanpa total membantu dengan
bantuan. Persiapan makanan makan atau
dapat dilakukan oleh orang membutuhkan makan
lain parenteral.

Skoring :
Skor 5-6 : Mandiri
Skor 3-4 : Dengan Bantuan
Skor 0-2 : Tergantung
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

Nama Responden :
Kode Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Tanggal wawancara :
Skor
+ -
No. Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ini ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Berapa nomor telepon Anda ?


Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
5 Berapa umur Anda ?

6 Kapan Anda lahir ?

7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?


8 Siapa presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama Ibu Anda ?
10 Kurangi 3 dai 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
Jumlah kesalahan total

Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Relevansi Penelitian

No Judul Jurnal/volume/t Penulis Research Variables Teknik pengambilan Analisis Cara pengukuran Penemuan
ahun questions sampel variabel
1 An examination Journal of David A. Gold Apakah Variable Penelitian ini Analisis data yang Pengumpulan data beberapa penjelasan telah
of instrumental Clinical and terdapat independen dilakukan dengan digunakan adalah analisis yang digunakan dicanangkan untuk hubungan
activities of Experimental hubungan dalam jurnal ini menggunakan data univariat. Analisis dalam penelitian ini yang lebih kuat antara IADL
daily living Neuropsycholo antara fungsi adalah metode uji klinis data univariat digunakan adalah dengan dan fungsi eksekutif, relatif
assessment in gy / 2012 kognitif penurunan fungsi pada sampel 576 untuk mengetahui menggunakan terhadap domain kognitif lain
older adults and dengan kognitif individu digunakan, hubungan fungsi kognitif observasi dan seperti memori. fungsi
mild cognitive pemenuhan dengan 174 orang dengan pemenuhan ADL. wawancara eksekutif membantu mengatur
impairment ADL pada Variabel dewasa sehat yang Design Secara berdasarkan perilaku, menghasilkan atau
lansia dengan dependennya lebih tua, 126 MCI keseluruhan, penyelidikan kuesioner menghambat respon, dan
penurunan adalah (46% AS, 18% cross-sectional Ulasan mengatur kemampuan kognitif
fungsi kognitif pemenuhan ADL NAS, 37% AM / sebagian besar menunjuk lainnya seperti memori
ringan ? NAM), dan 276 ke arah hubungan yang (misalnya, menggunakan
pasien demensia lemah antara IADL dan strategi retrieval). Bahkan jika
yang dinilai oleh fungsi eksekutif atau praksis, memori, perhatian,
CDR, MMSE, dan memori. Individu dengan bahasa, dan kemampuan
Bunda Dementia multidomain MCI yang perseptual masih utuh,
Rating Scale secara signifikan lebih seorang individu mungkin tidak
(BDRS) terganggu pada IADL dari dapat menyelesaikan IADL
singledomainMCI atau karena disfungsi eksekutif.
kontrol, tetapi masih Penggunaan proses eksekutif
menunjukkan penurunan juga dapat memungkinkan
secara signifikan kurang seorang individu untuk
dari demensia. memperoleh dan menerapkan
strategi kompensasi untuk
kemampuan kognitif lain yang
telah menjadi lemah, seperti
persepsi spasial. baris lain
penalaran lebih spesifisitas c
untuk situasi seperti AS / AM
disebabkan oleh proses
penyakit seperti AD.
2 Late-Life Social Journal of the 1. Bryan D. James Apakah Variable Penelitian ini Analisis data yang Semua peserta penurunan kurang kognitif
Activity and International 2. Robert S. terdapat independen menggunakan digunakan adalah analisis menandatangani selama rata-rata tindak lanjut
Cognitive Neuropsycholo Wilson hubungan dalam jurnal ini desain studi kohort data univariat. Analisis informed consent dari 5,2 tahun ( SD 5 2,7).
Decline in Old gical Society / 3. Lisa L. Barnes kegiatan adalah kegiatan longitudinal Peserta data univariat digunakan menyetujui evaluasi Kenaikan satu titik dalam skor
Age 17 / 2015 4. David A. sosial dengan sosial yang terdaftar di M. untuk mengetahui klinis tahunan dan aktivitas sosial (range 2,7).
Bennett penurunan mory Rush dan hubungan kegiatan sosial donasi organ pada Kenaikan satu titik dalam skor
kognitif pada Variabel Penuaan Project, dengan penurunan saat kematian. aktivitas sosial (range 5 1-4,2;
1138 orang dependennya yang sedang kogbitif. Validasi model Evaluasi baseline berarti 2,6; SD 5 0,6) dikaitkan
tanpa adalah berlangsung dari dilakukan secara grafis terstruktur termasuk dengan penurunan 47% dalam
demensia ? penurunan kondisi kronis dan analitis dan tidak ada riwayat medis, tingkat penurunan fungsi
kognitif umum dari bukti dari non-linear atau neurologis dan kognitif global ( p, . 001).
penuaan. nonproportionality. pemeriksaan Tingkat penurunan kognitif
Peserta adalah Pemrograman dilakukan neuropsikologi. global dikurangi dengan rata-
orang tua (usia 65 dalam SAS versi 9.2 evaluasi follow-up rata 70% pada orang yang
atau lebih tua) (SAS Institute, Inc, Cary, tahunan identik sering aktif secara sosial (skor
direkrut dari sekitar NC). waktu pengamatan dengan evaluasi 5 3,33, 90 3,33 th persentil)
40 pensiun dan setelah diagnosis dasar dalam rincian dibandingkan dengan orang
fasilitas perumahan demensia selama tindak penting, dengan yang jarang aktif secara sosial
bersubsidi di lanjut disensor dari penguji buta untuk (skor 1,83, th persentil).
wilayah analisis. Validasi model data sebelumnya. Asosiasi ini adalah sama di
metropolitan dilakukan secara grafis Pada setiap evaluasi, lima domain fungsi kognitif.
Chicago. Semua dan analitis dan tidak ada diagnosis demensia Analisis sensitivitas
peserta bukti dari non-linear atau atau penyakit mengungkapkan bahwa
menandatangani nonproportionality. Alzheimer dilakukan individu dengan tingkat
informed consent Pemrograman dilakukan oleh dokter yang terendah kognisi atau dengan
menyetujui evaluasi dalam SAS versi 9.2 berpengalaman gangguan kognitif ringan pada
klinis tahunan dan (SAS Institute, Inc, Cary, setelah meninjau awal tidak mendorong
donasi organ pada NC). waktu pengamatan semua data yang hubungan ini. Hasil confirm
saat kematian setelah diagnosis tersedia dari evaluasi bahwa orang dewasa yang
demensia selama tindak klinis. Orang dengan lebih tua lebih aktif secara
lanjut disensor dari demensia pada sosial mengalami penurunan
analisis. Validasi model baseline atau yang kurang kognitif di usia tua
dilakukan secara grafis tidak memiliki data
dan analitis dan tidak ada valid dari setidaknya
bukti dari non-linear atau satu kunjungan tindak
nonproportionality. lanjut dikeluarkan dari
Pemrograman dilakukan analisis.
dalam SAS versi 9.2
(SAS Institute, Inc, Cary,
NC).
3 Relationship Annals of 1. Daniel C. Apakah Variable Penelitian ini Analisis data yang Analisis data dilakukan Singkatnya, hasil menunjukkan
between Indian Mograbi terdapat independen berlangsung dalam digunakan adalah analisis dengan menggunakan bahwa prediktor terbaik dari
activities of Academy of 2. Camila de Hubungan dalam jurnal ini Geriatri Rawat data univariate. Analisis software SPSS (versi ADL adalah recall lisan
daily living and Neurology Vol Assis Faria antara adalah Jalan Klinik umum data univariat digunakan 18.0). Statistik langsung pada kelompok
cognitive ability 17 tahun 2014 3. Helenice aktivitas hidup kemampuan di Rio de Janeiro, untuk mengetahui deskriptif digunakan dewasa yang lebih tua yang
in a sample of Charchat sehari-hari kognitif Brasil. Populasi Hubungan antara aktivitas untuk menggambarkan sehat dan kefasihan lisan
older adults with Fichman dan sumber terdiri dari hidup sehari-hari dan karakteristik sampel. kategoris dalam kelompok
heterogeneous 4. Emylucy kemampuan Variabel 1.200 orang kemampuan kognitif sample t-tes demensia. Tingkat pendidikan
educational Martins Paiva kognitif dalam dependennya dewasa yang lebih independen digunakan bukanlah prediktor yang
level Paradela sampel orang adalah aktivitas tua yang untuk menguji signifikan pada kedua
5. Roberto Alves dewasa yang hidup sehari-hari menghadiri klinik perbedaan variabel kelompok. Namun, variabel ini
Lourenço lebih tua selama delapan demografis dan klinis, menunjukkan moderat korelasi
dengan bulan dengan pengecualian dengan prediktor,
tingkat jenis kelamin, yang uji menunjukkan bahwa meskipun
pendidikan chi-square digunakan. faktor ini mungkin tidak
yang model regresi bertahap menjadi prediktor utama dari
heterogen? dihitung untuk ADL, mungkin memediasi
mengeksplorasi hubungan dengan kemampuan
hubungan antara ADL kognitif. varians menjelaskan
instrumental dan tes pada umumnya rendah,
kognitif (lisan langsung menunjukkan bahwa variabel
ingat [RAVLT Total lain yang tidak termasuk dalam
pembelajaran A1-A5], model regresi mungkin faktor
verbal tertunda recall yang mempengaruhi penting
[RAVLT daftar A7], dalam ADL.
visual yang memori
tertunda recall [jumlah
gambar mengingat
dalam tes Angka
setelah penundaan],
memori [total maju +
rentang mundur digit],
inisiasi non-verbal /
perseverasi (Mattis
subskala),
visuoconstruction
(Mattis subskala),
kefasihan fonemik [total
jumlah kata yang
disebutkan dalam
FAS], dan kelancaran
kategoris bekerja [total
jumlah hewan
bernama]) dan
demografis variabel
(tingkat pendidikan dan
usia). Untuk
menghindari inflasi dari
kesalahan tipe II dan
pengucilan dari
prediktor yang terlibat
dalam efek penekan,
kami menggunakan
metode regresi
mundur. Akhirnya,
Pearson korelasi
dihitung antara tingkat
pendidikan dan setiap
prediktor signifikan
yang ditemukan dalam
model regresi. Analisis
ini dilakukan secara
terpisah untuk masing-
masing kelompok.
4 Cognitive Dement 1. Takehiko Doi Apakah Variable Subyek memenuhi riwayat kesehatan, Semua analisis Perbandingan antara
Activities and Geriatri 2. Hiroyuki terdapat independen syarat untuk kebiasaan gaya hidup, dilakukan dengan karakteristik mata pelajaran
Instrumental Cognnitive Shimada perbedaan dalam jurnal ini penelitian ini adalah dan fungsi kognitif menggunakan kognitif yang sehat dan mata
Activity of Daily Disorder 3. Hyuma dalam adalah peserta dari kohort langkah-langkah komersial perangkat pelajaran MCI. Jenis kelamin,
Living in Older Extra / vol 3 / Makizako pelaksanaan pelaksanaan studi berbasis dibandingkan antara lunak yang tersedia status merokok, dan konsumsi
Adults with Mild 2013 4. Sangyoon Lee kegiatan kegiatan kognitif populasi (Obu Studi kontrol sehat dan subyek (IBM SPSS statistik alkohol tidak signifikan
Cognitive 5. Hyuntae Park kognitif dan dan aktivitas Promosi Kesehatan MCI menggunakan tes t software, versi 20; berbeda antara kognitif sehat
Impairment 6. Kota aktivitas instrumental untuk Lansia; dan χ 2 tes mana yang IBM Corp, Chicago, dan MCI mata pelajaran.
Tsutsumimoto instrumental Variabel OSHPE) yang sesuai. analisis regresi Ill, Amerika Serikat.). perbedaan signifikan yang
7. Kazuki Uemura hidup sehari- dependennya dilakukan dari logistik ganda dilakukan Statistik signifikansi ditemukan untuk usia (p =
8. Daisuke hari (IADLs) adalah individu Agustus 2011 untuk mengeksplorasi ditetapkan a priori 0,008), pendidikan (p < 0,001),
Yoshida antara individu yang sehat dan hingga Februari hubungan independen pada p <0,05. GDS skor (p 93,8%).
9. Yuya Anan yang sehat dan individu dengan 2012. Peserta antara partisipasi dalam Penggunaan komputer pribadi
10. Takao Suzuki mata pelajaran gangguan berusia ≥65 tahun kegiatan kognitif atau adalah aktivitas kognitif yang
dengan kognitif ringan pada saat kemampuan IADL dan terlibat dalam setidaknya
gangguan pemeriksaan dan MCI, sedangkan (kognitif sehat, 41,6%; MCI,
kognitif ringan ? yang tinggal di Obu. mengendalikan potensi 26,3%). Setiap aktivitas kognitif
Sebelum faktor pembaur. Kami secara signifikan diasosiasikan
perekrutan, 1661 menghitung rasio odds dengan MCI, bahkan setelah
mata pelajaran (OR) dan interval disesuaikan untuk kovariat (p =
dikeluarkan karena kepercayaan 95% (95% 0,002). Kegiatan lain di IADL
(a) mereka telah CI). Kovariat ditambahkan tidak signifikan berhubungan
berpartisipasi dalam secara berurutan untuk dengan MCI. Jumlah IADLs
studi lain; (B) model logistik (model 2) dilaksanakan tidak
mereka dirawat di jika mereka cantly signifi- diasosiasikan dengan MCI baik
rumah sakit atau terkait dengan MCI.
dalam perawatan Selain itu, analisis regresi
bersifat rahasia logistik ganda dilakukan
resi-, atau (c) untuk membandingkan
mereka disertifikasi subyek yang tidak
sebagai kelas 3-5 berpartisipasi dalam
kasus dan kegiatan kognitif bagi
diperlukan mereka yang tidak
dukungan atau berpartisipasi dalam
perawatan oleh kegiatan kognitif,
sistem asuransi menyesuaikan untuk
perawatan jangka faktor pembaur. analisis
panjang masyarakat regresi logistik ini
Jepang. Perekrutan mengenai sejumlah
dilakukan melalui kegiatan juga dilakukan
surat yang dikirim untuk pelaksanaan IADL.
untuk 14.313 orang,
dan 5104 dari
individu menjalani
pemeriksaan
kesehatan
5 Relationship International 1. Miwa Apakah Variable Enam ratus delapan Sebuah analisis regresi Kuesioner dikirimkan Usia rata-rata peserta berusia
between Journal of Yamamoto terdapat independen puluh dua wanita logistik menyalurkan kepada peserta pada 78,2 ± 6,5 tahun. Rentang usia
Cognition and Clinical 2. Kyoko Izumi Hubungan dalam jurnal ini tua yang terdaftar untuk meneliti hubungan tahun 2004 dan lagi peserta berusia 65-97 tahun.
Activities of Medicine, vol 3. Yoko Aso antara Kognisi adalah gangguan dalam studi fungsi kognitif sebagai pada tahun 2005. Asosiasi secara statistik tidak
Daily Living in 3. 2012 dan Kegiatan kognitif ringan longitudinal dari variabel dikotomis dengan Fungsi kognitif signifikan antara kognitif tion
Elderly Women Harian Hidup kota-kota dan kota- berbagai karakteristik menggunakan func- dan struktur keluarga.
with Mild di Lansia Variabel kota sekitar Osaka. ADL. Hubungan antara instrumen 4-item Namun, asosiasi yang
Cognitive Wanita dependennya Semua peserta fungsi kognitif dan ADL skrining untuk signifikan untuk produk-ADL
Impairment in dengan adalah kegiatan belum menerima telah disesuaikan dengan demensia. Setiap item melibatkan kegagalan ekskresi
Japan gangguan harian hidup pengobatan untuk usia dalam analisis. skala dari 1 sampai 4. (OR = 3,5, p = 0,000 pada
kognitif lanisa penyakit apapun.. Akhirnya, itu Etika Katz Indeks tahun 2004, OR = 2,9, p =
ringan? Semua peserta Persetujuan studi ini, digunakan untuk 0,000 pada tahun 2005; p
juga. karena kuesioner itu mengukur ADL, yang <0,05 menggunakan analisis
dikelola sendiri, privasi berisi 6-item regresi logistik kelanjutannya
peserta dipastikan dan instrumen skala dari 1 untuk usia.
lain-lain tidak menyadari sampai 6 poin.
tanggapan mereka. Kuesioner juga
Tanggapan remained bertanya tentang
anonim untuk seksualitas, usia,
mempelajari penyidik struktur keluarga,
melalui penggunaan pengalaman saat
pengidentifikasi unik menerima
untuk setiap kuesioner. pengobatan dan
diminta untuk episode jatuh dalam
mengembalikan waktu satu tahun
kuesioner selesai pada
amplop tertutup yang
disediakan. Studi yang
diterima approval dari
komite etika subjek
manusia di Universitas
Osaka.
6 Fungsi kognitif Prosiding 1. Ninik Murtiyani Apakah Variable Populasi pada Desain penelitian yang Pengumpulan data Fungsi Kognitif pada Lansia di
dengan seminar 2. Aris Hartono terdapat independen penelitian ini adalah digunakan adalah yang digunakan Panti Werdha Mojopahit
activities of nasional / 1 / 3. Hartin Suidah Hubungan dalam jurnal ini seluruh lansia yang observasional dengan dalam penelitian ini Kabupaten Mojokerto
daily living (adl) 2017 4. Nindya Putri antara fungsi adalah fungsi sedang berada di pendekatan Cross adalah dengan didapatkan sebagian besar
pada lansia Pangertika kognitif kognitif Panti Werdha Sectional menggunakan mengalami gangguan kognitif
dengan ADL Mojopahit observasi dan sedang. Activities of Daily
pada lanisa ? Variabel Kabupaten wawancara Living (ADL) pada sebagian
dependennya Mojokerto berdasarkan besar Lansiadi Panti Werdha
adalah Activitiesberjumlah 23 orang kuesioner Mojopahit Kabupaten
of daily living lansia yang Mojokerto tergolong mandiri
(ADL) memenuhi kriteria sebagian. Terdapat hubungan
penelitian. Teknik antara Fungsi Kognitif dengan
pengambilan Activities of Daily Living (ADL)
sampel Lansiadi Panti Werdha
menggunakan Non Mojopahit Kabupaten
probability sampling Mojokerto didapatkan
dengan teknik Total hubungan yang kuat.
Sampling.
7 Hubungan ejournal 1. Marini Apakah Variable Populasi dalam Penelitian ini Instrumen Diperoleh nilai p = 0,035. Hal
antara tingkat Keperawatan MelisaKoampa terdapat independen penelitian ini adalah menggunakan metode pengumpulan data ini berarti nilai p lebih kecil dari
stres (e-Kp) Volume 2. Hendro Bidjuni Hubungan dalam jurnal ini seluruh lansia yang penelitian kualitatif yang digunakan (0,05)
dengankemandi 3 2015 3. Franly Onibala tingkat stres adalah tingkat ada di desa dengan jenis penelitian dalam penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian
rian pada orang dengan stres Tombasian Atas survei analitik, dan adalah kuesioner yang dilakukan di Desa
tualanjut usia di kemandirian Kecamatan menggunakan dimana peneliti Tombasian Atas Kecamatan
desatombasian orang tua Variabel Kawangkoan Barat pendekatan cross mengumpulkan data Kawangkoan Barat, Sebagian
atas lanjut usia ? dependennya yang berjumlah 60 sectional dimana secara formal kepada besar orang tua lanjut usia
kecamatankawa adalah orang dengan pengumpulan data, baik subjek untuk mengalami stres
ngkoan barat kemandirian kategori usia 60-90 variabel independen menjawab pertanyaan ringan,sebagian besar orang
orang tua lanjut tahun ke atas. maupun variabel secara tertulis yang tua lanjut usia dikategorikan
usia Sampel dalam dependen, dilakukan kemudian pertanyaan dalam kategori mandiri. Ada
penelitian ini adalah secara bersama-sama diajukan secara hubungan antara tingkat stres
seluruh lansia yang atau sekaligus. langsung kepada dengan kemandirian pada
ada di desa Berdasarkan hasil uji subjek atau orang tua lanjut usia di Desa
Tombasian Atas statistik menggunakan disampaikan secara Tombasian Atas Kecamatan
Kecamatan Pearson chisquare lisan oleh peneliti dari Kawangkoan Barat.
Kawangkoan Barat menunjukkan ada pertanyaan yang
sebanyak 60 orang hubungan bermakna sudah tertulis. Untuk
lansia yang antara tingkat stres memperoleh data,
memenuhi kriteria dengan kemandirian pada peneliti memberikan
inklusi. lansia, dengan nilai p = lembar persetujuan
0,035 (p <0,05). dan kuesioner kepada
responden yang
memenuhi kriteria
inklusi. Pada
penelitian ini peneliti
mengumpulkan data
umum yang berupa
data demografi yaitu :
jenis kelamin, usia,
pekerjaan, penyakit
penyerta. Tingkat
stres diukur
menggunakan
Perceived Stress
Scale (PSS-10) yang
dibuat oleh Sheldon
Cohen pada tahun
1988,dan kemandirian
lansia diukur dengan
menggunakan Katz
Index. Pengkajian
Katz Index
merupakan
pengkajian yang
umum dan luas
digunakan sebagai
pengkuran Aktivitas
dasar sehari-hari.
8 Faktor – Faktor Udayana 1.Sandra Surya Apakah Variable Studi ini Data yang telah Gangguan Total 30 sampel terkumpul
yang Journal of Rini terdapat independen menggunakan terkumpul diolah pendengaran dengan dengan usia terendah
Berhubungan Internal 2.Tuty faktor-faktor dalam jurnal ini
desain analitik menggunakan program ditentukan 61 tahun dan tertinggi 94 tahun
dengan Medicine Kuswardhani yang adalah faktor –potong lintang SPSS 17.0. Analisis menggunakan dimana rata-rata usia 73,73
Gangguan Volume 2 3.Suka Aryana berhubungan faktor yang dengan metode statistik yang digunakan kuisioner HHIE-S tahun. Jenis kelamin
Kognitif pada Tahun 2018 dengan berhubugan pengambilan adalah analisis univariat (Hearing Handicap perempuan berjumlah 22
Lansia di Panti gangguan sampel adalah total dan bivariat. Analisis Inventory for the orang (73,3%) dan laki-kali 8
Sosial Tresna kognitif pada Variabel sampling. Sampel statistik univariat Elderly Screening) orang (26,7%). Status BMI
Werdha Wana lansia ? dependennya merupakan 30 bertujuan untuk versi Indonesia yang berkisar antara 14,70 kg/m2
Seraya adalah gangguan orang lansia yang mendeskripsikan terdiri dari 10 hingga 22.1 kg/m2 dengan
Denpasar kognitif pada tinggal di Panti karakteristik masing- pertanyaan. ratarata BMI adalah 19,17
lansia Sosial Werdha masing variabel yang Frailty diukur dengan kg/m2 . Dari seluruh sampel
Wana Seraya diteliti sedangkan analisis menggunakan Fried didapatkan sebagian besar
Denpasar. bivariat bertujuan Frailty Index yang yakni 66,7% tidak bersekolah,
Pengambilan menganalisis faktor-faktor terdiri dari 5 kriteria. dan sisanya bersekolah hingga
sampel dilakukan yang diduga berhubungan Hasil akan SD saja. Skor ADL barthel
selama sehari dengan gangguan dikatagorikan menjadi sampel terendah didapatkan 4
tanggal 8 kognitif. Uji statistik yang dua yaitu 0-2 tidak dan tertinggi 18 dengan rata-
September 2018. digunakan adalah uji chi frailty dan >3 adalah rata 12,1 Gangguan kognitif
square bila syarat frailty. Tingkat pada lansia di Panti Sosial
terpenuh dan fisher’s kemandirian Werdha Wana Seraya
exact test bila syarat chi fungsional diukur Denpasar terdapat 20 orang
square tidak terpenuhi. berdasarkan kuisioner (67%) mengalami gangguan
ADL (activity daily kognitif dan 10 orang (33%)
living) Barthel dengan sisanya normal. Gangguan
interpretasi skor 12- pendengaran, frailty, dan
20 adalah mandiri dan tingkat kemandirian
£11 adalah merupakan variabel yang
tergantung. berhubungan dengan
Gangguan kognitif gangguan kognitif di Panti
diukur dengan Sosial Werdha Wana Seraya
menggunakan Denpasar.
kuisioner MoCA-INA
(Montreal Cognitive
Assessment)
Indonesia. MoCA-INA
berisi 11 pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai