Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan

serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,

bahagia, berdaya guna, dan produktif. Menurut World Health Organization

(WHO), di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142

juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat

dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total

populasi (Kartikasari, 2017).

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO dan CDC, angka kematian

pada kelompok umur 60-69 tahun sebesar 4% dan jumlah ini terus meningkat

menjadi 8-15% pada kelompok usia >70 tahun. Kematian paling banyak

dilaporkan pada kelompok usia >80 tahun dengan persentase mencapai 21,9%

(Kemenkes Republik Indonesia, 2020). Jumlah lansia mengalami peningkatan

pada setiap tahunnya. Pada tahun 2050 diprediksi jumlah lansia di seluruh dunia

sebanyak 2 miliar. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah lansia

yang tinggi. Data dari BPS (2019) menunjukkan bahwa jumlah lansia di

Indonesia sekitar 25,64 juta (9,6%) (Elfrida, 2020).

1
2

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 periode Januari –

Desember didapatkan bahwa jumlah lansia di Indonesia yaitu sebanyak 92.976

orang atau 9,2%. Sedangkan di Provinsi Aceh jumlah lansia tahun 2018 periode

Januari – Desember yaitu sebanyak 2,312 orang atau 0,7%.

Dengan bertambahnya usia, sistem saraf pusat dan otonom yaitu berat otak

akan menurun sebanyak 10% pada penuaan antara 30-70 tahun. Kondisi lain

yang berubah adalah melambatnya proses informasi, menurunnya daya ingat

jangka pendek, berkurangnya kemampuan otak untuk membedakan stimulus atau

rangsangan yang datang. Sering kali seseorang yang berumur setengah baya

ataupun lanjut usia yang mengalami gangguan daya ingat dianggap sebagai pikun

(istilah medis adalah Demensia) (Effendi, 2018).

Demensia merupakan kelainan neuropsikiatri yang sering terjadi pada

usia lanjut. Prevalensi demensia telah tercatat sebanyak 47 juta kasus jiwa di

seluruh dunia, dan pada tahun 2050 diperkirakan 68% kasus akan ditemukan di

Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu usaha preventif yang

dilakukan adalah dengan beraktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian demensia pada

usia lanjut (Vami, 2018).

World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa terdapat 35,6

juta orang lansia di seluruh dunia mengalami demensia. Associations of

Alzheimer’s Disease International (ADI) menyatakan bahwa Indonesia termasuk

dalam sepuluh negara dengan angka penderita demensia tertinggi di Asia


3

Tenggara bahkan di dunia dengan proyeksi jumlah penderita demensia pada

tahun 2015 sebesar 1,2 juta jiwa (ADI, 2018).

Menurut penelitian Yuvitta (2019) dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik

Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia di Jombang didapatkan bahwa lansia

selain mengalami perubahan fisik juga mengalami demensia. Demensia berat

dapat mengganggu aktivitas hidup sehari- hari. Upaya yang dapat dilakukan

untuk menurunkan risiko terjadinya demensia adalah dengan cara melakukan

aktivitas fisik. Hasil uji Rank Spearman didapatkan nilai ρ= 0,04 < α= 0,05, oleh

karena ρ < α maka H1 diterima yang artinya ada hubungan aktivitas fisik dengan

kejadian demensia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jombang.

Ini sejalan dengan penelitian Yuniarti (2021) dengan judul Hubungan

Antara Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Risiko Kejadian Demensia Pada Lansia di

Padang yaitu risiko kejadian demensia pada lansia masih banyak ditemukan di

lapangan. Mengenali faktor yang berhubungan dengan kejadian demensia

merupakan usaha preventif yang tepat untuk menurunkan risiko kejadian

demensia pada lansia. Salah satu usaha preventif yang dapat dilakukan lansia

adalah dengan beraktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar (51,0%) responden memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan sebagian

besar (51,9%) lansia berisiko terjadi demensia. Terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan risiko kejadian demensia pada

lansia dimana p value = 0,001 (p < 0,005).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya didapatkan

bahwa jumlah lansia tahun 2021 yaitu sebanyak 37.400 orang dimana lansia laki-
4

laki yaitu sebanyak 15.200 orang dan lansia perempuan yaitu sebanyak 22.200

orang. Sedangkan data dari Puskesmas Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya

didapatkan bahwa jumlah lansia yaitu sebanyak 1.678 orang dimana lansia laki-

laki yaitu sebanyak 652 orang dan lansia perempuan yaitu sebanyak 1.026 orang.

Berdasarkan data dari Geuchik Gampong Pangwa Meucat Kecamatan

Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya didapatkan bahwa jumlah lansia yaitu

sebayak 57 orang. Dari hasil wawancara dari 12 orang lansia di Gampong

Pangwa Meucat Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya didapatkan

bahwa 9 orang diantaranya mengalami demensia sering lupa seperti, sulit

berkonsentrasi, lupa hari, lupa tanggal, bulan, tahun, dan sering lupa akan

kegiatan yang baru saja dilakukan, sering mengulang kata-kata yang sama

sehingga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari sedangkan 3 diantaranya lansia

fungsi kognitifnya masih baik, masih dapat mengingat hari, tanggal, bulan, tahun,

konsentrasi baik, dan masih ingat kegiatan yang baru saja dilakukannya.

Berdasarkan data dan jurnal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Demensia Pada

Lansia Di Gampong Pangwa Meucat Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie

Jaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan

Kejadian Demensia Pada Lansia Di Gampong Pangwa Meucat Kecamatan

Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Demensia Pada

Lansia Di Gampong Pangwa Meucat Kecamatan Trienggadeng Kabupaten

Pidie Jaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tentang Aktivitas Fisik Pada Lansia Di Gampong Pangwa

Meucat Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

b. Mengetahui tentang Kejadian Demensia Pada Lansia Di Gampong

Pangwa Meucat Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

c. Mengetahui tentang Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan Kejadian

Demensia Pada Lansia Di Gampong Pangwa Meucat Kecamatan

Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan semua ilmu yang telah peneliti dapat selama ini

khususnya ilmu tentang riset penelitian serta yang menyangkut dan

mengkaji tentang penelitian ini yaitu pengaruh aktivitas fisik dengan

kejadian demensia pada lansia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan

informasi bagi pengembangan ilmu penelitian lebih lanjut terutama yang


6

berkaitan keperawatan gerontik yaitu pengaruh aktivitas fisik dengan

kejadian demensia pada lansia.

3. Bagi Responden

Diharapkan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya demensia, mendekatkan diri pada Allah, dengan

cara sholat, tadarus, tahajud dan lain-lain sehingga diharapkan dapat

mengurangi dan menurunkan derajat kejadian demensia.

4. Bagi Peneliti Lainnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan hasil penelitian

ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai