Anda di halaman 1dari 28

PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI BRSLU

GAU MUBAJI GOWA DAN LANSIA YANG TINGGAL

DIRUMAH BERSAMA KELUARGA

OLEH :

ARNAWATI
120681827

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak

dapat dihindari oleh setiap individu. Perubahan-perubahan fisiologi

maupun psikososial akan berpotensi pada masalah kesehatan fisik

baik maupun psikologis. Salah satu masalah psikologis yang sering

terjadi pada lanjut usia pada kondisi kehidupan sosial adalah

kecemasan.

Fungsi kognitif merupakan sebuah proses mental dalam

menyeleksi, menyimpan, memproses, dan mengembangkan informasi

yang diterima dari stimulasi luar. Fungsi kognitif merupakan fungsi

kompleks pada otak manusia yang melibatkan aspek memori, baik

jangka pendek atau jangka panjang, perhatian, perencanaan, dan

nalar serta strategi dalam berfikir dari seseorang. Fugsi kognitif juga

melibatkan aspek kognitif pada seseorang, seperti bahasa

berbendaharaan kata..

Menurut World Health Organization (WHO)2020,Lansia

adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki


tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan

lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau

proses penuaan.

Berdasarkan Kementrian Kesehatan atau Kemenkes (2019)

indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi

peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan

jumlah Lansia. Di indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk

lansia dari 18 juta jiwa (7,56 %) pada tahun 2015, menjadi 25,9 juta

jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus

meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2% juta jiwa (15,77%).

Peningkatan jumlah penduduk lansia dimasa depan dapat membawa

membawa dampak positif maupun dampak negatif. Akan bedampak

positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif,

dan produktif. Disisi lain penigkatan jumlah penduduk lansia memiliki

masalah penurunan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

Demikian disampaika oleh Direktur Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr. Eka Viora, Sp KJ, pada acara Temu

Media tentang Kesehatan Jiwa, di Jakarta. Pada acara ini Ketua

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI),

dr. Tun Kurniasih Bastaman, Sp.KJ (K), Ketua Asosiasi Psikogeriatri

Indonesia (API), Dr.dr.Martina Wiwie Setiawan Nasrun, Sp KJ (K), dan

dr. Albert Maramis, Sp KJ, Mental Health Expert WHO Indonesia.


Menurut dr, Eka Viora, Angka Harapan Hidup (AHH) secara

keseluruhan pada tahun 2012 berjumlah 70,76 tahun, untuk

perempuan angka harapan hidupnya lebih tinggi sekitar 73.38,

sedangkan laki-laki lebih rendah dari perempuan yaitu 68.26.

Pada abad ke-21 tantangan khusus bidang kesehatan dari

terus meningkatnya jumlah Lansia yaitu timbulnya masalah

degeneratif dan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes,

hipertensi, dan gangguan-gangguan kesehatan jiwa yaitu depresi,

demensia, gangguan cemas, sulit tidur. Penyakit-penyakit tersebut,

akan menimbullkan permasalahan jika tidak diatasi atau tidak

dilakukan pencegahan karena ini akan menjadi penyakit yang bersifat

kronis dan multi patologis.

Oleh karena itu perhatian semua negara terhadap masalah

lanjut usia ini harus terus diantisipasi, karena akan ada

ketergantungan biaya yang sangat besar, biasanya Lansia itu

penyakitnya lebih dari 10 seperti gangguan penglihatan, pendengaran,

nafsu makan dan sulit tidur.

Di indonesia, apabila pemasalahan Lansia ini tidak ada aksi

atau kesadaran semua stakeholder bukan hanya bidang kesehatan

tapi juga termasuk layanan sosial dan sebagainya,makan akan

menimbulkan ancaman triple burden, yaitu jumlah kelahiran bayi yang

masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah Lansia

yang terus meningkat.


Tempat tinggal sangat berpengaruh pada perkembangan

fungsi kognitif Lansia. Ketika Lansia bertempat tinggal ditempat lain

(misalnya Panti atau tempat penampungan) secara tidak langsung

tempat tinggal itu mempengaruhi fungsi kognitif lansia karena berada

ditempat selain rumahnya membuat keterlibatan sosial dan hubungan

sosial Lansia menjadi rendah. Keterlibatan sosial dan hubungan sosial

yang rendah dapat mengakibatkan fungsi kognitif yang rendah. Fungsi

kognitif yang rendah akan berakibat pada gejala yang lebih parah

yaitu demensia dan penyakit alzeimer (Ishiki, Okinaga, Tomita,

Kawahara, & Tsuji 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut: “Apakah ada perbedaan fungsi kognitif

lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal bersama

keluarga?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan fungsi kognitif lansia yang tinggal di Panti jompo

dengan yang tinggal bersama keluarga.


2. Tujuan Khusus

a Mengidentifikasi fungsi kognitif lansia yang tinggal di Panti jompo.

b Mengidentifikasi fungsi kognitif lansia yang tinggal bersama

keluarga.

c Menganalisis perbandingan fungsi kognitif lansia di Panti jompo

dengan yang tinggal bersama keluarga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan mengenai fungsi

kognitif lansia, dan dapat menjadi sumber pengetahuan dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan membandingkan fungsi

kognitif lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah menambah pengetahuan,

pengalaman,Dan wawasan mengenai fungsi kognitif lansia di

panti jompo dan fungsi kognitif lansia bersama keluarga.

b. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi kesehatan

adalah sebagai tambahan referensi dalam melakukan intervensi

pada keperawatan gerontik terkait masalah pada fungsi kognitif.

Data yang diperoleh di panti jompo dan juga masyarakat dapat


menjadi masukan pada instansi kesehatan setempat bahwa

fungsi kognitif penting untuk kelangsungan hidup lansia.

c. Manfaat Bagi Institusi Keperawatan

Manfaat penelitian ini bagi keperawatan yaitu hasil

penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

perawat gerontik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi

kognitif lansia sehingga lansia yang berada di panti jompo

maupun bersama keluarga tidak mengalami penurunan fungsi

kognitif. Hal yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah

terjadinya penurunan fungsi kognitif yaitu melalui promosi

kesehatan tentang penyebab penurunan fungsi kognitif, faktor

resiko penurunan fungsi kognitif, dan pencegahan fungsi kognitif.

d. Manfaat Bagi Responden

Sebagai informasi agar lansia lebih mampu

mempertahankan fungsi kognitif dan keluarga lebi peduli

terhadap kesehatan lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum FungsI Kognitif Lansia Di Panti

1. Pengertian Fungsi kognitif Lansia

Fungsi kognitif adalah kemamopuan mngenal atau

mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang

dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas

seseorang.Termasuk fungsi kognitif ialah: memori/dayaingat,

konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung,

visouspasial,fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi

(Wreksoatmodjo,2014).

Sedangkan menurut (Santoso & Ismail, 2012) Fungsi kognitif

ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau

kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berfikir,daya ingat

pengertian, pencernaan, dan pelaksanaan. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan

lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi

makin lambat (Cokro & Sutarto, 2012).

2. Faktor-faktor Kognitif

a. Jaringan Sosial

Jaringan sosial meliputi (anak-anak,anggota keluarga,

teman, tetangga dan kehadiran di klub masyarakat). Jaringan sosial


yang tinggi mempengaruhi interaksi sosial yang baik (Ejecji,2013).

Jaringan sosial adalah faktor resiko penurunan fungsi kognitif.

Mereka yang hidup tanpa ikatan sosial memiliki lebih dari dua kali

resiko peningkatan gangguan kognitif dibandingkan dengan mereka

yang memiliki 5-6 ikatan sosial. Hidup sendiri dan tidak memiliki

ikatan dekat hampir dua kali lipat memiliki resiko demensia

(Crooks,Lubben,Petitti,Deborah & Chiu,2012). Jaringan sosial

dianggap dapa memelihara fungsi kognitif melalui mekanisme

scaffolding,berupa pengaktifan jaringan tambahan sehingga

jaringan otak menjadi lebih efisien, makin banyak jaringan

tambahan yang tersedia, akan makin makin efisien mekanisme

kompensatorik tadi, dan simulasi lingkungan telah terbukti bisa

menambah tersedianya jaringan tambahan tersebut

(Wreksoatmodjo,2014).

b. Pendidikan

Pendidikan diprediksi menyebabkan penurunan fungsi

kognitif. Laki-laki yang lebih tua dengan pendidikan yang tinggi jauh

lebih baik dari orang-orang yang lebih muda dengan sedikit atau

tanpa pendidikan (Ejjechi,2013). Rendahnya tingkat pendidikan

merupakan faktor resiko penurunan fungsi kognitif dan pendidikan

tinggi bersifat protektif (Wreksoatmodjo,2013).


c. Pendapatan dan Pekerjaan

Pendapatan dan pekerjaan memiliki kaitan dengan fungsi

kognitif. Situasi keuangan yang baik dipromosikan memberikan

efek pada fungsi kognitif yang baik (Ejjechi,2013).

d. Lingkungan Tempat Tinggal

Lingkungan yang mungkin lebih menguntungkan untuk

mempromosikan latihan fisik seperti joging, berjalan dan

mempromosikan kesehatan (Ejjechi,2013). Dibandingkan mereka

yang tinggal dikeluarga para lanjut usia para para penghuni panti

kurang beraktivitas baik fisik maupun kognitif

(Wreksoatmodjo,2013). Selain aktivitas fisik dan juga aktifitas

kognitif faktor lingkungan diduga ikut mempenaruhi resiko

kemunduran fungsi kognitif seperti hubungan/keterlibatan sosial.

3. Penatalaksaan Fungsi Kognitif

Cara-cara kemampuan mengingat dapat diuraikan sebagai

berikut:

Peningkatan memori (daya ingat) dapat dilakukan dengan cara

seperti mencatat sesuatu pada daftar kalender atau buku

catatan,serta memakai alarm sebagai pengingat selain

menggunakan cara-cara tradisional seperti meletakkan sesuatu

selalu ditempat tertent. Terdapat pula cara atau teknik pelatihan

yang ditunjukkan khusus untuk meningkatkan daya ingat dan aspek

kognitif secara umum, yang tergolong keterampilan khusus


(Tamher & Noorkasiani,2012).

Ungkapan train your brain, use it or lose it, dapat memacu

kita sebagai lansia untuk terus-menerus melatih otak kita,agar

semua kemunduran fungsi kognitif ini dapat diperlambat, bahkan

dapat dipertahankan dengan baik. Banyak cara melatih otak, antara

lain dengan mengisi teka teki silang, melatih terus

konsentrasi,memusatkan perhatian, mengikuti kuis di televisi

menukiskan hal-hal penting,menempatkan benda ditempat tertentu

sehingga mudah di ingat dan lain-lain (Santoso & Ismail, 2012).

4. Kognitif Pada Lansia

Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa

tidk dapat mengingat dengan baik dibandingkan dengan

sebelumnya. Proses menua menyebabkan terjadinya gangguan

kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan.

Penyebab mudah lupa pada lansia umumnya antara lain karena

proses berpikir menjadi lamban, kurang dapa menggunakan

strategi daya ingat yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian,

mudah terlihat pada hal yang tidak penting, memerlukan lebih

banyak waktu untuk belajar hal baru dan memerlukan lebih banyak

isyarat bantuan untuk mengingat-ingat kembali apa yang dulu

pernah diingatnya. Gangguan kognitif lain juga menurun

kemampuannya pada lansia adalah intelegensia atau kecerdasan.

Pusat kecerdasan ini ada diotak lapisan luar dan pada orang-orang
yang aktif ternyata bagian ini lebih tebal dibandingkan dengan

orang-orang yang kurang aktif. Ada teori baru yang mengatakan

bahwa kemampuan intelegensi manusia bukan ditentukan oleh

jumlah sel neoron, melainkan oleh jaringan antarsel tersebut, yang

tetap dapat dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan, sehingga

pada lansia yang aktif, fungsi kognitif tetap baik. Pola hidup juga

mempengaruhi “nasib” otak lansia. Secara keseluruhan fungsi

kognitif menunjukan sedikit penurunan pada lansia normal. Dengan

bertambahnya usia, ada penurunan pada kecepatan belajar,

kecepatan didalam memproses informasi baru, dan kecepatan

bereaksi terhadap merangsang sekitarnya (Santoso & Ismail,

2012).

5. Pengertian Panti Jompo

Panti jompo adalah tempat orang-orang yang tidak produktif,

pemalas, dan tidak mandiri. Panti merupakan produk individualis

dan cermi ketidakpedulian pada lansia. Mungkin hal ini bersifat

subjektif, tetapi mungkin hal inilah yang membuat beberapa pastor

tua tidak begitu antusias ketika diminta pindah kerumah jompo

(Jost & Kokoh,2013).

6. Tujuan Didirikan Panti Jompo

Menurut (Adi,2015) Tujuan didirikan Panti Jompo adalah :

a. Membantu usia lanjut atau jompo untuk mempertahankan

identitas kepribadiannya.
b. Memberikan jaminan kehidupan secara wajar baik jaminan fisik,

kesehatan maupun sosial psikologis.

c. Agar dapat ikut menikmati hasil pembangunan, tidak merasa

tekanan, hinaan, serta merasa mendapat perhatian dari seluruh

masyarakat maupun Negara.

7. Fungsi Panti Jompo

Menurut (Tamher & Noorkasiani,2012) fungsi dari panti

jompo adalah untuk memberikan akomodasi dan pelayanan

perawatan bagi lansia yang tidak mempunyai sanak saudara,

mempunyai masalah dengan keluarga atau tidak ingin membebani

keluarganya. Fungsi panti jompo bagi lanjut usia adalah :

a. Tempat bagi usia lanjut yang miskin yang tidak mempunyai

tempat tinggal untuk hidup, dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar manusia .

b. Tempat bagi lansia yang mempunyai keluarga, saudara atau

teman yang dapat merawatnya.

c. Tempat bagi usia lanjut untuk mencapai ketenangan dihari

tuanya yang tidak bisa lansia dapatkan diluar panti.


B. Tinjauan Umum Fungsi Kognitif Lansia Yang Tinggal Di Rumah

Bersama Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang

menjadi klien(penerima)asuhan keperawatan. Keluarga berperan

dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh

anggota keluarga yang sakit. Secara empiris, hubungan antara

kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga

sangat berhubungan atau singifikan (Effendi & Makhfudli,2012).

Keluarga menurut (Friedman,Bowden, & Jones, 2013).

Sebagai sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu

rangkaian bagian yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh

struktur internal maupun lingkungan ekstenalnya.

2. Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga dalam (Effendi dan Makhfudli,2012)

sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti : Keluarga yang terdiri atas ayah,ibu dan anak.

2) Pasangan inti : Keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja.

3) Keluarga dengan orang tua tunggal: Satu orang sebagai

kepala keluarga, biasanya bagian dari konsekuensi

perceraian.

4) Lajang yang tinggal sendirian


5) Keluarga besar yang mencakup tiga generasi

6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia

7) Jaringan keluarga besar.

b. Keluarga Non Tradisional

1) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

2) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kimpul kebo)

3) Keluarga homoseksual (gay/lesbian)

4) Keluarga komuni: keluarga dengan lebih dari satu pasang,

monogamy dengan anak-anak secara bersama-sama

menggunakan fasilitas serta sumber-sumber yang ada.

3. Struktur Keluarga

a. Dominasi Jalur Hubungan Dasar

1) Patrilineal. Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui

jalur garis keturunan ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata

menggunakan struktur keluarga patrilineal.

2) Matrilineal. Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui

jalur garis keturunan ibu. Suku padang merupakan salah satu

contoh suku yang menggunakan struktur matrilineal.

b. Dominasi Keberadaan Tempat Tinggal

1) Patrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang

tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.

2) Matrilokal. Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang

tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.


c. Dominasi Pengambilan Keputusan

1) Patriakal. Dominasi pengambil keputusan ada pada pihak

suami

2) Matriakal. Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak

istri (Effendi & Makhfudli,2012).

4. Fungsi Keluarga

Lima fungsi keluarga menurut (Effendi & Makhfudli,2012)

sebagai berikut :

a. Fungsi Efektif (effective function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan

fungsi efektif tanpak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari

seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan

yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan

reinforcement. Fungsi efektif merupakan sumber energi yang

menentukan kebahagiaan keluarga, perceraian, kenakalan anak,

atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai akibat tidak

terpenuhnya fungsi efektif (Efendi & Makhfudli,2012).

b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (socialization and

social placement function).

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan


mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan

orang lain diluar rumah. Keluarga merupakan tempat individu untuk

belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota

keluarga yang ditunjukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar tentang disiplin, norma-norma,budaya, dan perilaku melalui

hubungan dan interaksi dalam keluarga (Efendi & Makhfudli,2012).

c. Fungsi Reproduksi (reproduction function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain,

banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan

perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua

(Efendi & Makhfudli,2012).

d. Fungsi Ekonomi (economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan

tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan

penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan,

pakaian dan rumah. Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga

dibawah garis kemiskinan (Efendi & Makhfudli,2012).

e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharaan Kesehatan (health care

function)

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan


keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan

keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan memengaruhi

status kesehatan keluarga. Untuk menempatkan dalam perspektif,

fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggl

dan perawatan kesehatan. Tingkat pengetahuan keluarga tentang

sehat sakit juga memengaruhi perilaku keluarga dalam

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga (Efendi &

Makhfudli,2012).

5. Peran Keluarga

Peran formal dalam keluarga (Efendi & Makhfudi,2012) :

a. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah

anak-anaknya berperan sebagai pencar nafkah, pendidik,

pelindung dan pemberi rasa aman.

b. Peran sebgai ibu. Ibu sebgai istri dan ibu dari anak-anaknya

berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota

kelompok social serta sebagai anggota masyarakat dan

lingkungan disamping dapat berperan pula sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga.

c. Peran sebgai anak. Anak melaksanakan peran psikososial

sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

sosial dan spiritual.


6. Kondisi Lansia Yang Tinggal Bersama Keluarga

Menurut (Tamher & Noorkasiani,2012) dalam masyarakat

tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga

mereka masih dapat berperan dan berguna bagi masyarakat.

Lansia memerlukan dukungan dari lingkungan keluarga dan

masyarakat agar mereka tetap merasa bahagia, sejahtera dan

selalu bergembira. Keluarga masih merupakan tempat berlindung

yang paling disukai para lansia. Dukungan dari keluarga

merupakan unsur terpenting dalam membantu individu

menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri

akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang

terjadi akan meningkat ( Stuart dan Sudeen dalam Tamher &

Noorkasiani,2012).

7. Perbandingan Fungsi Kognitif Lansia Yang Tinggal di Panti dengan

Lansia yang Tinggal di Rumah Bersama Keluarga

Menurut (Wreksoatmodjo, 2013) fungsi kognitif lansia yang

tinggal di panti dengan mereka yang tinggal bersama keluarga,

para lansia penghui panti kurang beraktivitas baik fisik maupun

kognitif, hal ini patut menjadi perhatian karena kurangnya aktivitas

fisik maupun aktifitas kognitif memperbesar resiko penurunan

kognitif. Demikian juga dalam hal social engagement, dibandingkan


dengan para lanjut usia yang tinggal dikeluarga, para lanjut usia

yang tinggal dipanti lebih buruk social engagement nya maupun

aktivitas sosialnya. Menurut (Wresksoatmodjo,2014) lanjut usia

dengan social engagement buruk. Dengan demikian, dalam hal

fungsi kognitif, para lanjut usia penghuni panti rata-rata lebih

rendah dibandingkan dengan mereka yang masih tinggal

dikeluarga. Lanjut usia dengan fungsi kognitif buruk lebih yang

banyak dijumpai diantara para lanjut usia yang tinggal dipanti

daripada di kelompok lanjut usia yang tinggal dikeluarga.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Usia lanjut akan mengalami proses menua, dari proses

menua tersebut akan mengalami perubahan-perubahan salah

satunya perubahan fisik dan fungsi sehingga menyebabkan

perubahan pada sel saraf yang mengakibatkan adanya

pengurangan sel-sel neuron. Ketika sel-sel neuron berkurang maka

lapisan otak mengalami penipisan dan mempengaruhi daya ingat

dan kecerdasan sehingga proses berfikir menjadi lambat, kesulitan

memusatkan perhatian, dan mudah teralih pada hal yang tidak

penting (Dewi,2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia

diantaranya jaringan sosial, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan

dan lingkungan tempat tinggal. Dari beberapa faktor tersebut

lingkungan tempat tinggal seperti tinggal dengan keluarga maupun

tinggal di panti jompo dapat mempengaruhi penurunan fungsi

kognitif. Didalam keluarga terdapat beberapa fungsi keluarga salah

satunya adalah fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi. Fungsi

sosialisasi di dalam keluarga mempengaruhi terbentuknya

hubungan dan interaksi antar anggota keluarga. Jika interaksi

sosial di dalam anggota keluarga baik maka jaringan sosial juga

tinggi. Jaringan sosial yang tinggi akan merangsang otak


mengaktifkan jaringan tambahan sehingga menjadi lebih efisien.

Jaringan otak yang baik mengakibatkan terpeliharanya fungsi

kognitif. Begitu juga yang tinggal di panti jompo. Tinggal dipanti

jompo mempunyai dampak positif dan juga negatif. Dampak negatif

tinggal dipanti jompo salah satunya adalah hanya bertemu dengan

orang-orang yang sama, yang terkadang tidak menyenangkan,

selain itu jauh dari organisasi dan juga masyarakat membuat

interaksi sosial yang terbentuk rendah karena jaringan sosial yang

sedikit. Jaringan sosial adalah yang sedikit mempengaruhi jaringan

pada otak sehingga jaringan di otak menjadi berkurang dan juga

dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.

Adapun bentuk kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:

Independen Dependen

Lansia dipanti

Fungsi kognitif
Lansia dirumah
bersama keluarga

Keterangan :

: : Variabel independen I

: Variabel independen II

: Variabel dependen

: Penghubung antar variabel


B. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen I : Lansia dipanti

Variabel independen II :Lansia dirumah bersama keluarga

2. Variabel Dependen : Fungsi kognitif

C. Defenisi operasional dan kriteria objektif

1. Lansia

a. Lansia dipanti dalam penelitian ini adalah yang tidak memiliki

keluarga dan sebagiannya adalah yang anggota

keluarganya memiliki kesibukan lain dan terdapat perubahan

signifikan pada pasien yang tinggal dipanti werdha,perawat

melakukan komunikasi saat memberikan pelayanan kepada

pasien.

b. Lansia dirumah bersama keluarga dilakukan penelitian

dengan cara mendatangi rumah warga satu persatu dan

melakukan komunikasi saat memberikan pelayanan kepada

pasien.

2. Fungsi kognitif dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

dirasakan oleh pasien selama berada dipanti maupun berada

dirumah bersama keluarga.

Kriteria objektif :

Baik : jika responden mendapat total skor >15

Kurang : jika responden mendapat total skor ≤ 15


D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah

pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus

dibuktikan (Notoatmodjo,2012).

Ha : Ada perbedaan fungsi kognitif lansia yang tinggal di BRSLU

GAU MUBAJI GOWA dengan lansia yang tinggal dirumah bersama

keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ishiki, Okinaga, Tomita, Kawahara, & Tsuji. (2016).Perbedaan Fungsi

Kognitif Lansia Ditinjau dari Tempat Tinggal. DRS Untari. 2020

Kemenkes RI. (2019). Indonesia Mulai Memasuki Periode Aging

Population. https://www.kemkes.go.id. Juli 2019.

Menurut World Health Organization. (WHO,2020), Lansia Adalah

Seseorang yang Telah Memasuki Usia 60 Tahun Keatas. NDS

Priambodo.

Santoso., & Ismail. (2012). Memahami Krisis Lanjut Usia, Jakarta : IKAPI.

Tamher, & Noorkasiani. (2012). Kesehatan Usia Lanjut Dengan

Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Wreksoatmodjo, B. R. (2013). Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang

Tinggal di Keluarga dengan yang tinggal di Panti di Jakarta Barat.

Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Atmajaya CDK-209/ vol.40

no.10, 738-744.

Wreksoatmodjo, B. R. (2014). Pengaruh Sosial Engagement terhadap

fungsi kognitif lanjut usia di jakarta barat. Bagian Neurologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya, Vol 41, 171-

180.

Wreksoatmodjo. (2014). Kognitif, Pengertian, Fungsi, Teori Belajar,

Perkembangan. https://www.quiper.com. 17 mei 2021.


KUISIONER

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Petunjuk pengisian :

Bacalah pertanyaan dibawah ini ,lalu pilihlah satu pilihan yang tersedia

disampingnya dengan memberikan tanda ceklist (√) pada kolom yang

tersedia, dengan keterangan sebagai berikut :

a. TD (Tidak Pernah) : 4

b. KD (Kadang-Kadang) : 3

c. SR (Sering) : 2

d. SL (Selalu) :1

No Pertanyaan TP KD SR SL

1. Apakah anda sering

berinteraksi dengan baik kepada

orang disekitar anda

2. Apakah anda pernah mengalami

kesulitan saat berinteraksi


dengan orang lain

3. Apakah anda pernah memiliki

harapan yang tidak terpenuhi

4. Apakah anda selalu memiliki

semangat yang baik setiap saat

5. Apakah anda sering merasa

rasa resah dan gelisa

6. Apakah anda lebih senang

tinggal didalam ruangan

daripada keluar dan

mengerjakan sesuatu

7. Apakah akhir-akhir ini anda

sering tidak bisa mengingat

sesuatu dengan baik

8. Apakah anda pernah mengalami

halusinasi ketika anda sedang

sendirian

9. Apakah anda sering merasa

kesepian

10. Apakah anda sering melakukan

aktivitas fisik,seperti olahraga

atau berjalan kaki

Anda mungkin juga menyukai