Anda di halaman 1dari 18

Lampiran 7

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TENTANG MEMBUAT BINGKAI


FOTO PADA Tn.M DI MELATI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi tugas stase mata kuliah Profesi Keperawatan Gerontik

oleh
Nikmatul Khoiriyah, S.Kep.
NIM 122311101075

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

BAB 1. LATAR BELAKANG

1.1 Analisa Situasi


Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hal yang
positif diberbagai bidang. Kemajuan dalam bidang medis dan ilmu kedokteran telah
menignkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia
lanjut meningkat dan bertambah cenderung cepat. Proses menua pada seseorang
sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai
saat kematian. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2002).
Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan rata-rata usia
60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan lansia diperkirakan 1.000 per hari, pada tahun 1985
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom
pada masa lalu berubah menjadi “ledakan penduduk lajut usia” (Bandiyah, 2009). Di
Indonesia jumlah lansia mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebanyak 15.262.199
jiwa dengan presentase (7,28%), tahun 2005 menjadi 17.767.709 jiwa dengan presentase
(7,97%), dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi 19.936.895 jiwa dengan
presentase (8,48%), (Padila, 2013). Jumlah lansia di UPT PSTW Bondowoso sebanyak
86 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia
harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan
indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang salah satu diantaranya yaitu bertambah
baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Dengan bertambahnya umur rata-
rata atau[un harapan hidup (life expectancy) pada waktu lahir, karena berkurangnya angka
kematian kasar (crude date rate) maka presentasi golongan tua akan bertambah dengan
segala masalah yang menyertainya (Oktizulvia, 2011).
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan usia lanjut (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Azizah, 2011). Salah satu kegagalan berkaitan
dengan fungsi penurunan daya kemampuan pada lansia adalah penurunan fungsi kognitif
yaitu demensia.
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi
kognitif lansia adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan
suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan
kemandirian secara manual, kreatif, dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan
lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi okupasi
bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan
kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas, dan luang waktu melalui
pelatihan, remediasi, stimulasi, dan fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan kemampuan
individu untuk terlibat dalam bidang kinerja berikut aktifitas sehari-hari dan kegiatan
instrumental hidup sehari-hari. Terapi ini juga memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan
waktu luang yang dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah
disediakan. Contoh terapi okupasi ialah membuat bingkai foto, membuat kipas, membuat
sulak, membuat bunga, menjahit, merajut, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember pada tanggal 19 Maret
2018 terhadap Tn.M dengan risiko kesepian di UPT PSTW Bondowoso diketahui bahwa
klien merasa ingin pulang, tidak memiliki teman untuk bercerita dan mengalami kesulitan
dalam bersosialisasi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempermudah belajar
fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan
pada lansia yaitu dengan terapi okupasi: membuat kerajinan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan yang
akan dilakukan ini adalah kegiatan terapi okupasi (membuat kerajinan berbahan stik es
krim) di UPT PSTW Bondowoso Kabupaten Bondowoso

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan terapi okupasi: membuat bingkai foto ini bertujuan untuk meningkatkan
fungsi kreatif pada lansia, meningkatkan kemampuan interaksi dan kepekaan secara
individual di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Kabupaten Bondowoso.

2.1.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan kegiatan terapi okupasi:
1. Tn.M dapat menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya,
2. Tn.M dapat mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Tn.M mampu meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada,
4. Membantu Tn.M untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu luang
dengan berguna
5. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari kegiatan terapi okupasi antara lain:
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga Tn.M dapat mengembangkan
kemampuan untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya,
2. Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar,
3. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah Tn.M kembali di
lingkungan masyarakat.
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Proses menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
yang terjadi secara perlahan-lahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constatinides, 2006).
Proses tersebut menyebabkan manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi serta mengalami distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai
“penyakit degeneratif”. Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia
lanjut, batas umur seseorang dikatakan usia lanjut adalah ≥ 60 tahun (Nugroho, 1995).
Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan
berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial, kemampuan membuat konsep dan
intelegensi (Kaplan, 1997; American Psychology Assosiation, 2007). Kemampuan
kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan lajunya proses penuaan, tetapi
perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia menunjukkan
penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti
usia muda. Penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu yang mengalami
penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif tersebut, namun juga
terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu, proses penurunan fungsi
kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau
demensia (Pramanta dkk, 2002).
Gangguan kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Individu dengan masalah seperti itu akan memiliki
kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari pengetahuan yang
sebenarnya, kognisi memainkan peran penting dalam kemampuan seseorang untuk
belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal. Gejala utama gangguan kognitif adalah
kesulitan mengingat fakta, pengalaman, informasi, dan rincian, kesulitan belajar hal-hal
baru, disorientasi atau kebingungan, depresi, koordinasi yang buruk dari fungsi motorik,
penurunan kemampuan untuk menilai, keterampilan sosial yang buruk, dan penampilan
glazed. Ada beberapa perawatan gangguan kognitif, diantaranya yaitu terapi, terapi
perilaku dan okupasi untuk memungkinkan klien/lansia tersebut berfungsi senormal dan
semandiri mungkin.
Pengertian dari terapi okupasi adalah terapi artinya penyembuhan atau pengobatan,
sedangkan okupasi (occupational) adalah pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan. Terapi
okupasi atau terapi kerja adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009). Contoh terapi okupasi ialah membuat pajangan
(bingkai foto), membuat kipas, membuat sulak, membuat bunga, menjahit, merajut, dan
lain-lain.
Membuat kerajinan tangan adalah menciptakan suatu produk atau barang yang
dilakukanoleh tangan dan memiliki fungsi pakai atau keindahan sehingga memiliki nilai
jual. Kerajinan tangan yang memiliki kualitas tinggi tentu harganya akan mahal, jika
kalian memiliki keterampilan dan berusaha untuk membuat suatu produk mungkin
dengan kerajinan yang akan anda miliki bisa menjadi suatu usaha yang menjanjikan.
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah

Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotor

Memiliki banyak waktu luang di UPT PSTW Bondowoso

Mudah bosan dan waktu tidak digunakan secara produktif

Intervensi adalah terapi okupasi (membuat kerajinan) untuk menemukan


kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya.

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan terapi okupasi adalah terapi artinya penyembuhan atau pengobatan,
sedangkan okupasi (occupational) adalah pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan. Terapi
okupasi atau terapi kerja adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.

4.2 Sasaran
Tn.M penghuni wisma melati

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : Demonstrasi
2. Landasan teori : Kontruktivisme
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran

: Sasaran

: Pemateri

BAB V. HASIL KEGIATAN


LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

5.1 ANALISIS EVALUASI DAN HASIL-HASILNYA


5.1.1 Evaluasi Struktur:
a. Kegiatan pendidikan kesehatan Terapi Okupasi: Membuat Bingkai Foto
dilakukan pada Tn. M dengan Risiko Kesepian pada hari Selasa, tanggal
27 Maret 2018 pukul 10.00 – 10.20 WIB.
b. Pemateri menuju tempat dilakukannya pendidikan kesehatan terkait
Terapi Okupasi: Membuat Bingkai Foto dilakukan pada Tn. M di Wisma
Melati UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Bondowoso
c. Persiapan lain yang dilakukan adalah menyiapkan klien, menyiapkan alat
dan bahan.
d. Persiapan untuk kegiatan pendidikan kesehatan tentang Terapi Okupasi:
Membuat Bingkai Foto terdiri dari preplanning (BAB 1 - IV), format
pengkajian dan asuhan keperawatan, SAP, SOP, leaflet, lembar daftar
hadir dan berita acara.
e. UPT PSTW memberikan ijin diadakannya pendidikan kesehatan kepada
lansia.
f. Telah terbina hubungan saling percaya antara pemateri dengan Tn. M di
wisma Melati.
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Selama proses kegiatan berjalan lancar dengan perencanaan waktu sesuai
dengan yang diharapkan yaitu 20 menit
b. Proses pembuatan bingkai foto dengan lancar mulai dari awal hingga
akhir sesuai dengan yang diharapkan
c. Tn. M mampu membuat sesuai gambaran yang disampaikan dengan
bantuan mahasiswa
d. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah dilakukan pendidikan
kesehatan mengenai terapi okupasi
5.1.3 Evaluasi Hasil
a. Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai terapi okupasi mampu diikuti
oleh Tn. M di wisma Melati
b. Tn. M tampak kooperatif selama latihan
5.1.4 Faktor Pendorong
a. Dukungan pihak UPT PSTW dan pembimbing wisma yang menyambut
baik serta mengijinkan pemateri memberikan pendidikan kesehatan
terkait terapi okupasi pada klien
b. lansia kooperatif selama latihan
5.1.5 Faktor Penghambat
a. Penjelasan harus lebih pelan dan suara yang lebih kencang untuk
memudahkan klien mamahami informasi yang diberikan
b. Klien termasuk dalam kategori pendiam sehingga respon verbal kurang

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan Terapi okupasi,
diketahui bahwa Tn. M mengetahui bahwa merasa bosan dengan waktu yang banyak
terbuang dengan hanya melamun. Setelah dilakukan kegiatan membuat bingkai foto,
Tn. M dapat mengetahui alternatif keiatan yang positif untuk mengisi waktu luang.
Selain untuk memanfaatkan waktu luang dengan aktivitas positif, membuat
kerajinan tangan sama halnya menciptakan suatu produk atau barang yang
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

dilakukanoleh tangan dan memiliki fungsi pakai atau keindahan sehingga memiliki
nilai jual. Kerajinan tangan yang memiliki kualitas tinggi tentu harganya akan mahal
dan dapat menjadi suatu usaha yang menjanjikan. Tn. M sangat kooperatif selama
proses membuat bingkai foto. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
tentang terapi okupasi pada Tn.M dapat meningkatkan aktivitas positif klien dan
menambah keterampilan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan mental lansia
dan pencegahan terjadinya masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada usia
lansia.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Sasaran:
a. Lansia diharapkan nmampu membuat keputusan untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan yang bermanfaat
b. Pihak UPT PSTW diharapkan mampu melatih lansia untuk memanfaatkan
waktu luang untuk mencegah kebosanan pada lansia dan mengusir rasa
kesepian yang kerap di rasakan lansia.
6.2.2 Bagi Masyarakat
Lansia yang berada di wisma melati dapat mengajari lansia satu wisma
ataupun wisma lain untuk membuat bingkai foto bersama
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan:
a. Bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pada perawat atau kader di UPT
PSTW diharapkan lebih aktif dalam kegiatan maupun program untuk
kesehatan jiwa maupun mental lansia.
b. Tenaga kesehatan yang ada di lingkungan UPT PSTW seperti Puskesmas
setempat mampu melakukan posyandu lansia untuk kesehatan lansia

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kemenkes RI. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Kementerian Kesehatan
RI Pusat Data dan Informasi. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiolMaG44DYAhUITY8KHTV_A6sQ
FggtMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php% 3Ffile
%3Ddownload%2Fpusdatin%2Finfodatin%2Finfodatin%2520lansia
%25202016.pdf&usg=AOvVaw0zV4TG2xXvjfCN0pa2wHO0

Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Moohead, S. M. J., M. L. Maas., dan E. Swanson. 2016. Nursing Outcomes Classification


(NOC). Philadelphia: Elsevier
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik Edisi 3. Jakarta: EGC

Stanley, M. dan P. G. Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Edisi 2. EGC: Jakarta

Widyanto, F. C. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.Yogyakarta:


Nuha Medika.
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Satuan Operasional Prosedur (SOP) jika ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media (Leaflet)
Lampiran 7 : Dokumentasi

Bondowoso, 27 Maret 2018


Pemateri

Nikmatul Khoiriyah, S.Kep.


NIM 122311101075
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

BERITA ACARA

Pada hari ini, tanggal 27 Bulan Maret tahun 2018 jam 09.00 s/d 09.15 WIB bertempat di
Wisma Melati UPT PSTW Kabupaten Bondowoso. telah dilaksanakan Kegiatan terapi
okupasi; membuat kerajinan (bingkai foto) oleh Mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh 4 orang (daftar hadir terlampir)

Bondowoso, 27 Maret 2018


Penguji
Keperawatan Gerontik

Ns. Rismawan Adi Yunanto, Skep., M.Kep.


NRP 2921100
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

DAFTAR HADIR

Kegiatan terapi okupasi ; membuat kerajinan (bingkai foto) oleh Mahasiswa Program
Profesi Ners Universitas Jember. Pada hari ini, tanggal 27 Bulan Maret tahun 2018 jam
09.00 s/d 09.15 WIB bertempat di Wisma Melati UPT PSTW Kabupaten Bondowoso

Bondowoso, 27 Maret 2018


Penguji
Keperawatan Gerontik

Ns. Rismawan Adi Yunanto, Skep., M.Kep.


NRP 2921100
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 3: SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/materi : Terapi Okupasi (Membuat bingkai foto)


Sasaran : Tn. M
Waktu : 09.00 – 09.15 WIB
Hari/ Tanggal : Selasa, 27 Maret 2018
Tempat : Wisma Melati UPT PSTW Kabupaten Bondowoso

1. Standar Kompetensi
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dan demonstrasi, peserta diharapkan
dapat memahami mengenai Terapi Okupasi (membuat bingkai foto)

2. Kompetensi Dasar
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dan demonstrasi, lansia diharapkan
dapat:
1. Tn.M dapat menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya,
2. Tn.M dapat mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Tn.M mampu meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada,
4. Membantu Tn.M untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu luang
dengan berguna
5. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

3. Pokok Bahasan
Terapi Okupasi (Membuat bingkai foto)

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian terapi okupasi (Membuat bingkai foto)
b. Tujuan dan manfaat terapi okupasi (Membuat bingkai foto)

5. Waktu
1 x 15 menit

6. Bahan/ Alat yang digunakan


a. Stik es krim
b. Lem tembak
c. foto

7. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Demonstrasi
b. Landasan Teori : Kontruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Mengidentifikasi pilihan tindakan
4. Memberi komentar
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

5. Menetapkan tindakan lanjut

8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi terakit konsep dasar tentang terapi okupasi; menjahit,
mulai dari pengertian, tujuan, manfaat dengan melakukan latihan pada lansia

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Memberi salam Memperhatikan dan 2 menit
2. Memperkenalkan diri dan menjawab salam
membuka penyuluhan.
3. Menjelaskan tentang TIU dan
TIK.
Penyajian 1. Menjelaskan materi tentang ; Memperhatikan, 11 menit
a. Pengertian terapi okupasi ; mendengarkan, dan
membuat bingkai foto menanggapi
b. Tujuan dan manfaat terapi pertanyaan
okupasi ; membuat bingkai
foto
2. Memberikan kesempatan
kepada lansia untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
4. Memberikan kesempatan
kepada lansia untuk
menjelaskan kembali materi
yang sudah disampaikan
Penutup 1. Menyimpulkan materi yang Memperhatikan dan 2 menit
telah diberikan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil pendidikan
kesehatan
3. Salam penutup

10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Apakah pengertian Terapi Okupasi ; Membuat bingkai foto?
b. Apakah tujuan dan manfaat Terapi Okupasi ; Membuat bingkai foto?
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 4: SOP

TERAPI OKUPASI:
MEMBUAT KERAJINAN TANGAN
(BINGKAI FOTO)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP No Dokumen: No Revisi: Halaman:


Tanggal Terbit: Ditetapkan Oleh:
1 Pengertian Terapi okupasi adalah terapi artinya
penyembuhan atau pengobatan, sedangkan
okupasi (occupational) adalah pekerjaan,
aktivitas, kesibukan, jabatan. Terapi okupasi atau
terapi kerja adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak
tergantung pada pertolongan orang lain.
Kerajinan Tangan adalah menciptakan suatu
produk atau barang yang dilakukan oleh tangan
dan memiliki fungsi pakai atau keindahan
sehingga memiliki nilai jual, misalnya membuat
bingkai foto dari stik es krim
2 Tujuan Setelah mengikuti terapi okupasi: membuat
kerajinan klien dapat:
1. Klien/lansia dapat menemukan kemampuan
kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya,
2. Klien/lansia dapat mengembalikan fungsi
fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Klien/lansia mampu meningkatkan toleransi
kerja, memelihara, dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada,
4. Membantu klien/lansia untuk menerima
kenyataan dan menggunakan waktu luang
dengan berguna
5. Meningkatkan interaksi sosial antar
klien/lansia.
3 Indikasi 1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam
kehidupannya karena kesulitan kesulitan
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

yang dihadapi dalam pengintegrasian


perkembangan psikososialnya
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam
kesulitannya berkomunikasi dengan orang
lain.
3. Tingkah laku tidak wajar dalam
mengekpresikan perasaan atau kebutuhan
yang primitif
4. Ketidak mampuan menginterprestasikan
rangsangan sehingga reaksinya terhadap
rangsangan tersebut tidak wajar pula
5. Terhentinya seseorang dalam fase
pertumbuhan tertentu atau seseorang yang
mengalami kemunduran
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan
perasaannya melalui suatu aktivitas dari
pada dengan percakapan
7. Mereka yang merasa lebih mudah
mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktikannya dari pada dengan
membayangkan
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami
gangguan dalam kepribadiannya
4 Kontraindikasi Klien yg tidak memiliki mobilitas fisik yang baik
seperti klien yg tidak memiliki ekstremitas
5 Persiapan Pasien 1. Melakukan perkenalan (terapis dan klien).
2. Menyampaikan tujuan membuat kerajinan
bingkai foto.
3. Membuat validasi kontrak
4. Menjelaskan langkah-langkah terapi
menjahit
6 Persiapan Alat a. Stik es krim
b. Lem tembak
c. Foto
7 Cara Kerja 1. Membuat rancangan atau desain
2. Menyiapkan alat dan bahan.
3. Membuat benda sesuai rancangan,
menempel stik es krim satu dengan yang
lainnya sesuai pola yang diinginkan.
4. Menempelkan foto
5. Finishing ( tahap akhir )

8 Hasil a. Klien mempertahankan kemampuannya


melakukan aktivitas sehari – hari dalam
lingkungan yang berstruktur. Klien
menunjukkan hubungan sosialisasi yang
baik pada keluarga dan lingkungan sekitar.
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 5 : Materi

TERAPI OKUPASI ; MEMBUAT KERAJINAN TANGAN (BINGKAI FOTO)

Terapi okupasi merupakan terapi yang terarah dan bertujuan dimana tidak ada waktu
luang yang percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan
yang berguna bagi diri kita. Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan
atau pekerjaan tertentu. Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan bagian dari rehabilitas medis dan keperawatan. Terapi okupasi adalah ilmu
dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas
terpilih yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlian
yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Prinsip : Pasien tidak
merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu kebutuhan dan akhir suatu
keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup. Sehingga lansia dapat memakai waktu
luangnya / pensiunannya untuk berkreasi dan beraktivitas.
LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 6 : Media (Leaflet)


LPJ P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas 2018
Jember

Lampiran 7 : Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan Membuat Bingkai Foto pada Tn.M di Wisma Melati UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Kabupaten Bondowoso pada tanggal 27 Maret 2018 oleh Nikmatul
Khoiriyah, S.Kep Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan Membuat Bingkai Foto pada Tn.M di Wisma Melati UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Kabupaten Bondowoso pada tanggal 27 Maret 2018 oleh Nikmatul
Khoiriyah, S.Kep Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai