Anda di halaman 1dari 21

Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.

Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 32

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN


TERAPI KESEIMBANGAN PADA MBAH S.
DI SERUNI 1 UPT PSTW BONDOWOSO
KABUPATEN BONDOWOSO

TUGAS

Disusun untuk memenuhi laporan akhir Program Studi Pendidikan


Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:
I Komang Arjana, S.Kep
NIM 162311101296

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Setiap manusia
akan mengalami proses menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir karena seseorang pada usia tua ini akan mengalami berbagai macam kemunduran
baik fisik, mental maupun sosialnya. Secara fisik terjadi perubahan pada sel-sel tubuh
karena proses penuaan, sedangkan secara psikologis usia lanjut cenderung bersikap tidak
senang terhadap dirinya sendiri, orang lain dan pekerjaan serta tingkat emosionalnya
sangat tinggi akibat penyesuaian terhadap perubahan dalam pola hidupnya (Agoes, 2003).
Populasi orang berusia di atas 65 tahun sedunia sekarang berada ada 617 juta orang.
Angka tersebut setara dengan 8,5 persen dari jumlah seluruh penduduk planet ini. Namun
demikian, sebelum tahun 2050, jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 1,6
miliar orang—setara dengan hampir 17% penduduk dunia saat itu.
WHO mengatakan di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau
sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali
lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total
polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari
total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
lansia sekitar 80.000.000.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini
tahap yang paling krusial adalah tahap usia lanjut. Dalam tahap ini, pada diri manusia
secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum ( fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada
individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu.
Efek-efek tersebut menentukan usia lanjut dalam melakukan penyesuaian diri secara baik
atau buruk, akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian
diri yang buruk dari pada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan,
itulah sebabnya mengapa usia lanjut lebih rentan dari pada usia madya (Hurlock, 1999).
Jumlah lansia yang terus meningkat, mendapat perhatian dari pemerintah yang
ingin meningkatkan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia dicapai salah satunya
dengan pencegahan masalah yang akan terjadi pada lansia. Jatuh merupakan salah satu
problem yang dihadapi lansia. Saat lansia jatuh akan terjadi penurunan kemandirian
lansia, meningkatnya biaya hidup lansia bahkan kematian, sehingga perlu ada usaha
pencegahan jatuh dengan mengidentifikasi berbagai resiko jatuh pada lansia (Susiani,
2014).

Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti hipertensi,
stroke, sakit kepala atau pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes. Perubahan-perubahan
akubat proses penuaan seperti penurunan pendengaran, pengelihatan, status mental,
lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang,
benda benda di lantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat
buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu jalan yang
tidak tepat (Susiani, 2014).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Senin tanggal 20 Maret 2018
terhadap lansia Mbah S. di Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso Kabupaten
Bondowoso diketahui bahwa Mbah S. mengalami resiko jatuh karena gangguan visual.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam kegiatan yang
akan dilakukan ini adalah bagaimana terapi keseimbangan pada Mbah S. Di UPT PSTW
Bondowoso Kabupaten Bondowoso?

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT


2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dan keterampilan pada klien
dengan resiko jatuh untuk melakukan aktivitas latihan keseimbangan dalam berdiri dan
berjalan di Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso.

2.1.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan dan mendemonstrasikan
bagaimana caranya melakukan terapi keseimbangan dalam berdiri dan berjalan :
a. Klien diharapkan dapat menyebutkan pengertian terapi keseimbangan dalam
berdiri dan berjalan;
b. Klien diharapkan dapat menyebutkan manfaat terapi keseimbangan dalam berdiri
dan berjalan;
c. Klien diharapkan mampu mempraktikkan langkah-langkah terapi keseimbangan
dalam berdiri dan berjalan;
d. Klien mampu melakukan berpindah yang aman dengan memiliki tingkat
kesimbangan yang baik sehingga menurunkan resiko jatuh
e. Klien mampu mengingat hitungan langkah-langkah ke dan dari setiap objek atau
tempat

2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari kegiatan pendidikan kesehatan dan
mendemonstrasikan bagaimana caranya terapi keseimbangan dalam berdiri dan berjalan
antara lain:
1. Menambah pengetahuan klien tentang terapi keseimbangan dalam berdiri dan
berjalan;
2. Menambah keterampilan klien dalam terapi keseimbangan dalam berdiri dan
berjalan dengan tepat di UPT PSTW Bondowoso, Kabupaten Bondowoso;
3. Membantu lansia agar dapat menjaga keseimbangan tubuh untuk dapat melakukan
aktivitas sehari hari seperti naik turun tangga, mampu berjalan di jalan yang tidak
sejajar dan mampu berjinjit untuk meraih barang di tempat yang tinggi;
4. Mencegah klien jatuh saat berdiri dan berjalan.

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Risiko jatuh (risk for fall) merupakan diagnosa keperawatan berdasarkanNorth
American Nursing Diagnosis Association (NANDA), yang didefinisikan sebagai
peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik
(Wilkinson, 2005). Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada
lansia. Perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem muskuloskeletal, saraf, kardio-
vaskuler-respirasi, indra dan integumen.
Jatuh merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak sengaja tergeletak di lantai,
tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk orang yang sengaja
berpindah posisi ketika tidur (WHO, 2007). Risiko jatuh dipengaruhi oleh faktor internal
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri orang tersebut
misalnya dari lingkungan sekitar. Faktor internal salah satunya aialah usia dimana usia
mempengaruhi risiko jatuh dari seseorang, dimana usia atau umur erat kaitannya dengan
proses pertumbuhan dan proses penuaan. Pada lansia yang telah mengalami proses
penuaan, terjadi penurunan fisiologis pada tubuhnya, dan proses penuaan tersebut
berlangsung secara terus menerus.
Gaya berjalan adalah suatu usaha komplek yang bergantung pada fungsi normal dari
kerja berbagai sistem yang terkoordinasi dan terintegrasi. Kerusakan dari suatu fungsi
dapat mengubah sistem, kondisi-kondisi kronis seperti masalah penglihatan, kelemahan
otot dapat mempengaruhi gaya berjalan. Gangguan berjalan adalah a slowing of gait
speed or deviation in smoothness, symmetry, or synchony of body movement, penurunan
kesecapatan berjalan atau berkurangnya kehalusan gerakan, simetris dan kesatuan
gerakan tubuh.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pasien dengan masalah resiko jatuh merupakan hal yang utama dan sering terjadi
pada lansia. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk mengubah perilaku
individu/masyarakat tentang kesehatan dalam hal ini adalah terapi keseimbangan dan
berjalan pada klien dengan resiko jatuh. Tujuan terapi keseimbangan dan berjalan pada
klien dengan resiko jatuh tersebut meliputi terapi keseimbangan rom of motion
persendian kaki, latihan duduk berdiri, latihan angkat satu kaki. Terapi berjalan meliputi
latihan berjalan digaris lurus dan latihan mengingat jumlah langkah dari dan ke suatu
tempat.
BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi masyarakat khususnya lansia untuk menerapkan
cara-cara hidup sehat. Dalam realisasi penyelesaian masalah mengenai teknik
mengurangi resiko jatuh yang dapat dilakukan adalah melakukan latihan
keseimbangan berdiri dan berjalan pada lansia.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini yaitu
Mbah S. di Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondwoso dapat mempraktikkanl atihan
keseimbangan untuk mengurangi resiko jatuh.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : ceramah dan praktek
2. Landasan teori : diskusi dan praktek
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran

: Sasaran : Pemateri
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB V. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


5.1.1 Evaluasi Struktur
a. Tindakan keperawatan dilakukan di depan kamar Mbah S. pada pukul 10.00
WIB
b. Mbah S. menerima baik kedatangan mahasiswa profesi dengan melakukan
pendekatan terlebih dahulu dengan Mbah S.
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d. Implementasi yang dilakukan kepada Mbah S. berjalan lancar dengan
adanya peralatan yang dibutuhkan lengkap dan kesediaan Mbah S. yang
bekerja sama dengan baik

5.1.2 Evaluasi Proses


a. Mbah S. sangat antusias selama proses dilakukannya latihan keseimbangan
dan mengikuti arahan yang diberikan mahasiswa
b. Mbah S. kooperatif selama praktek terapi keseimbangan
c. Mbah S. melakukan semua proses latihan keseimbangandengan seksama

5.1.3 Evaluasi Hasil


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan terapi keseimbangan peserta
dievaluasi dengan cara :
a. Mahasiswa menanyakan kesukaan Mbah S. dan hal-hal yang menyenangkan
bagi Mbah S. sebelum dilakukan tindakan latihan keseimbangan
b. Mbah S. diminta untuk mengulangi apa tujuan dari tindakan latihan
keseimbangan telah dilakukan
c. Mbah S. diminta menyampaikan perasaannya setelah dilakukannya tindakan
latihan keseimbangan
d. Mengetahui dan mampu mempraktikkan teknik relaksasi otot progresif

5.2 Faktor Pendorong


Faktor yang mendorong keberhasilan pendidikan kesehatan dan terapi keseimbangan
adalah diantaranya:
a. Mbah S. sangat kooperatif selama proses pemberian pendidikan kesehatan
b. Mbah S. sangat senang mendapatkan pengetahuan baru terkait terapi keseimbangan
c. Antusias Mbah S. yang senang dilakukan latihan keseimbangan agar tidak mudah
jatuh
d. Dukungan petugas UPT PSTW Bondowoso yang memberikan waktu dan tempat
sehingga kegiatan dapat berjalan lancar

5.3 Faktor Penghambat


Faktor yang menghambat keberhasilan pendidikan kesehatan dan demonstrasi teknik
relaksasi otot progresif adalah diantaranya:
1. Keterbatasan Mbah S. membuat sulit konsentrasi
2. Kondisi Mbah S. yang tidak bisa melihat
3. Suasana di luar kamar yang agak ramai menyebabkan kurang nyaman
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi diatas, menunjukkan bahwa terdapat perubahan
pemahaman pada Mbah. S pada saat sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan dan demonstrasi terapi keseimbangan dalam berdiri dan berjalan. Setelah
dilakukan kegiatan, Mbah. S mampu mengikuti pemateri saat membacakan dan
memperagakan serta melakukan terapi keseimbangan dalam berdiri dan berjalan. Mbah S.
adalah salah satu lansia yang ada di UPT PSTW Bondowoso. Beliau tinggal di wisma
Seruni I UPT PSTW Bondowoso yang merupakan tempat bagi lansia mandiri. Mbah S.
memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan sering merasa pusing dan linu
pada persendian serta mata kiri tidak bisa melihat dan mata kanan hanya melihat secercah
cahaya. Hasil pengukuran tekanan darah pada Mbah S. ketika pengkajian adalah 160/90
mmHg. Berdasarkan keluhan Mbah S. dan pengukuran tekanan darah pada Mbah S.yang
masuk dalam kategori hipertensi dan gangguan visual maka mahasiswa melakukan
implementasi latihan keseimbangan.
Berkurangnya fungsi keseimbangan merupakan penyebab tingginya resiko jatuh (fall
risk) pada lansia. Latihan keseimbangan ini dapat membantu meningkatkan kesimbangan
pada lansia. Jatuh dapat mengakibatkan cedera serius pada lansia, antara lain patah tulang
sendi panggul, patah tulang belakang, patah tulang pergelangan tangan dan cedera kepala.
Waktu yang digunakan sekitar 30 menit.

6.2 Saran
a. Bagi Sasaran
Diharapkan Mbah S. dapat mengontrol resiko jatuh dengan dilakukannya latihan
keseimbangan sehingga komplikasi yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.

b. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat atau teman sewisma dengan Mbah S. mampu ikut andil dalam
memberikan dukungan dan motivasi kepada Mbah S. untuk selalu percaya diri dan
semangat menjalani hidup.
c. Bagi Petugas UPT PSTW Bondowoso
Diharapkan petugas bisa mengaplikasikan kepada para lansia yang mempunyai resiko
jatuh, sehingga resiko jatuh pada lansia dapat dicegah. Petugas UPT PSTW
Bondowoso sebagai salah satu tenaga kesehatan diharapkan memiliki keterampilan,
kemampuan dan pengetahuan untuk mengimbangi masalah kesehatan yang ada di
UPT PSTW Bondowoso, dapat melakukan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan mengajak lansia berperan aktif dalam
segala kegiatan yang berkaitan dengan peningatan status kesehatan.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahar, Magfirah. 2013. Panduan Relaksasi Otot Progresif. http://www.artikel-


keperawatan.com/2013/11/panduan-relaksasi-otot-progresif.html [08 Mei 2014].

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis
Kozier Erb. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J.2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth.8th Ed. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. & Laraia. 2005. Principles and Practice of Phychiatric Nursing. Edisi 8.
Missouri: Mosby Years Book.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Materi
Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan

Pemateri,

I Komang Arjana
NIM 162311101296
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

BERITA ACARA
Pada hari ini Senin, tanggal 26 Bulan Maret tahun 2018 jam 10.00 s/d 10.30 WIB bertempat di
Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso Kabupaten/Kota Bondowoso Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan dan Demonstrasi Terapi Keseimbangan oleh I Komang
Arjana Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti
oleh 2 orang (daftar hadir terlampir)

Bondowoso, 28 Maret 2018

Mengetahui,

Penanggung Jawab Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik
F. Kep Universitas Jember

Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001

Lampiran 2: Daftar Hadir


Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan dan Demonstrasi Terapi Keseimbangan oleh I Komang Arjana
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Jember. Pada hari ini Senin, tanggal
26 Bulan Maret tahun 2018 jam 10.00 s/d 10.30 WIB bertempat di Wisma Seruni 1 UPT PSTW
Bondowoso Kabupaten/Kota Bondowoso Provinsi Jawa Timur.

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN

1. Mbah S. PSTW Bondowoso 1.


Wisma Seruni 1
2. I Komang Arjana Jember 2.

Bondowoso, 26 Maret 2018

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik
F. Kep Universitas Jember

Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001

Lampiran 3: SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Topik/Materi : Terapi Keseimbangan pada Mbah S.

Sasaran : Mbah S. di Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso

Hari/Tgl : Senin 26 Maret 2017

Waktu : 1 x 30 menit

Tempat : Wisma Seruni 1 dan kamar mandi Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso

A. Latar Belakang
Jumlah lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun di Indonesia cenderung meningkat.
Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) pada tahun 2020 perkiraan
penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan Usia Harapan Hidup
sekitar 71,1 tahun (Kemensos, 2010).
Jumlah lansia yang terus meningkat, mendapat perhatian dari pemerintah yang ingin
meningkatkan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia dicapai salah satunya dengan
pencegahan masalah yang akan terjadi pada lansia. Jatuh merupakan salah satu problem yang
dihadapi lansia. Saat lansia jatuh akan terjadi penurunan kemandirian lansia, meningkatnya biaya
hidup lansia bahkan kematian, sehingga perlu ada usaha pencegahan jatuh dengan
mengidentifikasi berbagai resiko jatuh pada lansia (Susiani, 2014).
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti hipertensi,
stroke, sakit kepala atau pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes. Perubahan-perubahan akubat
proses penuaan seperti penurunan pendengaran, pengelihatan, status mental, lambatnya
pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda benda di lantai
(tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air yang terlalu rendah,
lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu jalan yang tidak tepat (Susiani, 2014).

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan Mbah S. untuk mengurangi resiko
jatuh di Wisma Seruni 1 UPT PSTW Bondowoso.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


a. Mbah S. dapat mengetahui pengertian dan tujuan terapi keseimbangan;
b. Mbah S. dapat mengetahui manfaat teknik terapi keseimbangan;
c. Mbah S. dapat melakukan terapi keseimbangan dengan benar dan berkesinambungan.
B. Pokok Bahasan:
Terapi Latihan Keseimbangan

C. Subpokok Bahasan
1. Pengertian latihan keseimbangan
2. Tujuan latihan keseimbangan;
3. Manfaat latihan keseimbangan;
4. Langkah-Langkah latihan keseimbangan.

D. Kegiatan penyuluhan
Tindakan Waktu
Proses
Kegiatan Terapis Kegiatan Sasaran
Pendahuluan a. Memberikan salam, Memperhatikan dan menjawab 5 Menit
memperkenalkan diri, dan salam
membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara umum Memperhatikan
dan manfaat bagi sasaran
c. Menjelaskan TIU dan TIK
d. Memberikan kesempatan kepada Memperhatikan
sasaran untuk bertanya Bertanya dan
menanggapi
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Penyajian a. Menjelaskan tujuan teknik Memperhatikan 7 Menit


relaksasi otot progresif;
b. Menjelaskan manfaat teknik
Memperhatikan
relaksasi otot progresif;
c. Mendemonstrasikan teknik
relaksasi otot progresif dengan Memperhatikan dan
benar mempraktekkan
Praktek d. Menjelaskan tujuan teknik Memperhatikan 15 Menit
relaksasi otot progresif;
e. Menjelaskan manfaat teknik
Memperhatikan
relaksasi otot progresif;
f. Mendemonstrasikan teknik
relaksasi otot progresif dengan Memperhatikan dan
benar mempraktekkan
Penutup a. Menutup pertemuan dengan Memperhatikan 3 Menit
memberi kesimpulan dari materi
yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan kepada Memberi jawaban dan saran
sasaran Memberi komentar dan
c. Mendiskusikan bersama jawaban menjawab pertanyaan bersama
dari pertanyaan yang telah Memperhatikan dan membalas
diberikan salam
d. Menutup pertemuan dengan
memberi salam

E. Model Pembelajaran:
1. Jenis model pembelajaran : ceramah perorangan dan praktek
2. Landasan teori: Konstruktivisme
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

e. Menetapkan tindak lanjut

F. Persiapan
Penyuluh mencari materi tentang teknik latihan keseimbangan untuk mengurangi resiko jatuh
pada lansia.

G. Evaluasi
1. Apakah pengertian dari latihan keseimbangan?
2. Sebutkan manfaat dari latihan keseimbangan?
3. Bagaimana langkah-langkah melakukan latihan keseimbangan?
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 4: Materi

LATIHAN KESEIMBANGAN

Latihan keseimbangan adalah latihan khusus yang ditujukan untuk membantu meningkatkan
kekuatan otot pada anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan sistem vestibular/kesimbangan
tubuh. Organ yang berperan dalam sistem keseimbangan tubuh adalah balance perception. Latihan
keseimbangan sangat penting pada lansia (lanjut usia) karena latihan ini sangat membantu
mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia.
Latihan keseimbangan ini sangat berguna untuk memandirikan para lansia agar
mengoptimalkan kemampuannya sehingga menghindari dari dampak yang terjadi yang disebabkan
karena ketidakmampuannya. Otak, otot dan tulang bekerja bersama-sama menjaga keseimbangan
tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh. Ketiga organ ini merupakan sasaran yang
terpenting dan harus dioptimalkan pada latihan keseimbangan, untuk itu program latihan integrasi
yang lengkap harus dipersiapkan oleh perawat atau fisioterapis. Dasar untuk menciptakan program
latihan keseimbangan yaitu pada awalnya adalah latihan penguatan kemudian latihan penguatan
tersebut dimodifikasikan dengan latihan keseimbangan seperti berdiri dengan satu kaki atau
memejamkan mata.
Sensitivitas sensor proprioseptif berfungsi mengatur keseimbangan tubuh, inilah yang
membuat kita menyadari posisi tubuh sedang berdiri, duduk atau sedang melakukan aktivitas apapun
sehingga tidak terjatuh atau tubuh oleng ketika berdiri. Proprioseptif dapat ditemukan pada beberapa
bagian tubuh seperti sekujur kulit, otot dan sendi. Degenerasi fungsi proprioseptif merupakan awal
gangguan keseimbangan yang sering terjadi ketika mulai memasuki usia ke 50 tahun. Proses alamiah
tersebut akan menyebabkan metabolisme otot menurun, sehingga lemak mudah mengumpul dan
timbunan lemak ini yang membuat otot kehilangan kekuatan, akibatnya keseimbangan tubuh juga
semakin berkurang.
Latihan keseimbangan bertujuan untuk mengasah sensitivitas sensor proprioseptif. Prinsip
gerakan latihan keseimbangan cukup mudah hanya dengan duduk kemudian berdiri yang dilakukan
berulang - ulang, tetapi dapat menjadi sulit bagi mereka yang keseimbangannya terganggu akan
merasa seperti jatuh ketika berdiri.

Gerakan pada latihan keseimbangan meliputi :

A. Keseimbangan 1
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

1. Lakukan pemanasan terlebih dahulu selama 2 menit dengan memutar telapak kaki searah jarum
jam dan sebaliknya. Lakukan hal yang sama pada kaki lainnya;
2. Lakukan gerakan fleksi tumit kaki/plan;tar sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar
3. Lakukan gerakan fleksi paha sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
4. Lakukan gerakan ekstensi paha sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
5. Lakukan gerakan fleksi lutut sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
6. Lakukan gerakan angkat kaki ke samping sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
7. Lakukan gerakan mata ke atas dan ke bawah sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
8. Lakukan gerakan mata ke arah samping kiri dan kanan sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan
sebentar;
9. Lakukan gerakan mata yang difokuskan pada ujung jari sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan
sebentar;
10. Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi kepala sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
11. Lakukan gerakan menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan.

B. Keseimbangan 2
1. Duduk di kursi dengan badan tegak kemudian berdiri dan tahan satu detik. Untuk permulaan
ketika berdiri dapat berpegangan pada kursi. Lakukan 3 sampai 5 set dengan satu set 10 hitungan.
Selanjutnya klien tanpa berpegangan kursi, istirahatkan sebentar;
2. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki setinggi 20 cm, pertahankan kaki selama 10 detik /
hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
3. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki ke samping setinggi 20 cm, pertahankan kaki selama
10 detik / hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
4. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki kebelakang dengan lutut tanpa ditekuk setinggi 20 cm,
pertahankan kaki selama 10 detik / hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
5. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki depan dengan lutut lurus setinggi 20 cm, pertahankan
kaki selama 10 detik / hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
6. Klien istirahat duduk di kursi.

C. Keseimbangan 3
1. Berdiri tegak dan berjalan lurus perlahan dengan langkah kaki rapat, tumit menyentuh ujung ibu
jari kaki. Tempuh perjalanan ke dan dari kamar mandi (± 30 meter).
2. Berdiri tegak dan berjalan dengan langkah biasa disertai dengan menghitung langkah demi
langkah sehingga ketika sampai ditujuan didapat total jumlah langkahnya.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Terapi keseimbangan dilakukan perminggu selama 150 menit atau 25 menit perhari.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 4 : SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


LATIHAN KESEIMBANGAN
F. Kep
Universitas Jember

1 Pengertian Latihan keseimbangan adalah sebuah teknik yang dapat digunakan


untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia.
2 Tujuan Meningkatkan keseimbangan lansia untuk mengurangi resiko jatuh.
3 Indikasi Metode efektif untuk pasien yang mengalami resiko jatuh
4 Kontraindikasi -
5 Persiapan pasien 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda perawat
2. Bina hubungan saling percaya
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
4. Beri kesempatan pada klien untuk bertany
5. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman
6 Persiapan alat 1. Lingkungan atau ruangan yang tenang
2. Tempat tidur atau kursi yang nyaman
7 Cara kerja Tahap pre interaksi:

1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.


2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
3. Mengumpulkan data tentang pasien
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
Tahap Orientasi:

1. Berikan salam, tanyakan nama pasien dan perkenalkan diri


(Selamat pagi mbah, dengan mbah siapa yaa? Perkenalkan saya
perawat sulis, perawat yang bertugas pada pagi hari ini)
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada klien atau keluarga
klien (mbah, adapun tujuan tindakan yang akan saya lakukan ini
adalah untuk membuat mbah agar merasa lebih tenang dan
rileks)
Tahap Kerja:

1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya (Apakah ada yang


ingin ditanyakan mbah)
2. Menjaga privasi klien (Dikarenakan tindakan akan segera saya
mulai, apabila mbah mau di sini atau tempat lain. Apakah mbah
bersedia?)
3. Mencuci tangan (Dengan prinsip 7 langkah benar)

Latuhan Keseimbangan 1
1. Lakukan pemanasan terlebih dahulu selama 2 menit dengan
memutar telapak kaki searah jarum jam dan sebaliknya.
Lakukan hal yang sama pada kaki lainnya;
2. Lakukan gerakan fleksi tumit kaki/plan;tar sebanyak 8-15 kali,
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

lalu istirahatkan sebentar


3. Lakukan gerakan fleksi paha sebanyak 8-15 kali, lalu
istirahatkan sebentar;
4. Lakukan gerakan ekstensi paha sebanyak 8-15 kali, lalu
istirahatkan sebentar;
5. Lakukan gerakan fleksi lutut sebanyak 8-15 kali, lalu
istirahatkan sebentar;
6. Lakukan gerakan angkat kaki ke samping sebanyak 8-15 kali,
lalu istirahatkan sebentar;
7. Lakukan gerakan mata ke atas dan ke bawah sebanyak 8-15
kali, lalu istirahatkan sebentar;
8. Lakukan gerakan mata ke arah samping kiri dan kanan
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
9. Lakukan gerakan mata yang difokuskan pada ujung jari
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar;
10. Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi kepala sebanyak 8-15 kali,
lalu istirahatkan sebentar;
11. Lakukan gerakan menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan.

Latihan Keseimbangan 2

1. Duduk di kursi dengan badan tegak kemudian berdiri dan


tahan satu detik. Untuk permulaan ketika berdiri dapat
berpegangan pada kursi. Lakukan 3 sampai 5 set dengan satu
set 10 hitungan. Selanjutnya klien tanpa berpegangan kursi,
istirahatkan sebentar;
2. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki setinggi 20 cm,
pertahankan kaki selama 10 detik / hitungan dan ulangi
gerakan ini dengan kaki satunya;
3. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki ke samping setinggi
20 cm, pertahankan kaki selama 10 detik / hitungan dan
ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
4. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki kebelakang dengan
lutut tanpa ditekuk setinggi 20 cm, pertahankan kaki selama
10 detik / hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

satunya;
5. Klien berdiri di depan kursi. Angkat kaki depan dengan lutut
lurus setinggi 20 cm, pertahankan kaki selama 10 detik /
hitungan dan ulangi gerakan ini dengan kaki satunya;
6. Klien istirahat duduk di kursi

Latihan Keseimbangan 3
1. Berdiri tegak dan berjalan lurus perlahan dengan langkah kaki
rapat, tumit menyentuh ujung ibu jari kaki. Tempuh perjalanan
ke dan dari kamar mandi (± 30 meter).
2. Berdiri tegak dan berjalan dengan langkah biasa disertai
dengan menghitung langkah demi langkah sehingga ketika
sampai ditujuan didapat total jumlah langkahnya.
Terapi keseimbangan dilakukan perminggu selama 150 menit atau
25 menit perhari.

8 Evaluasi a. Tanyakan pada pasien bagaimana perasaannya sekarang


b. Tanyakan kelelahan yang dirasakan
c. Kaji skala nyeri pasien setelah dilakukan teknik latihan
keseimbangan
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 5: Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Foto Kegiatan Terapi Keseimbangan pada Mbah S. di Wisma Seruni 1


UPT PSTW Bondowoso Kabupaten Bondowoso pada Tanggal 26 Maret 2018

Gambar 2. Foto Kegiatan Terapi Keseimbangan pada Mbah S. di Wisma Seruni 1


UPT PSTW Bondowoso Kabupaten Bondowoso pada Tanggal 26 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai