Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP DERAJAT

KESEHATAN LANSIA DI DESA PAKAH

KECAMATAN MANTINGAN KABUPATEN NGAWI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
Erna Rokhim
NIM.132021030297

Pembimbing :
1. Dewi Hartinah, S.Kep.Ns.,Med

2. Sukesih, Skep., M. Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia atau sering disebut lansia merupakan manusia yang di

titikberatkan pada tua kronologis yang didasarkan batasan usia sedangkan

konsep jompo lebih berkonotasi ketidakmampuan fisik dan secara sosial tidak

lagi berarti meskipun bisa jadi masih berusia relative muda (Alfan, 2017).

Seorang lansia akan mengalami kemunduran secara fisik dan psikis.

Kemunduran psikis pada lansia akan menyebabkan perubahan pada sifat dan

perilaku yang dapat memunculkan permasalahan pada lansia. Masalah yang

sering ditemukan pada lansia ialah penurunan daya ingat, pikun, depresi,

mudah marah, tersinggung, dan curiga. Hal ini bisa terjadi karena hubungan

interpersonal yang tidak adekuat. Proses menua merupakan proses alamiah

yang telah melalui tiga tahap kehidupan diantaranya masa anak, masa

dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini memliki perbedaan baik biologis

maupun psikologis (Mubarok dkk, 2011).

Menurut WHO dalam empat dekade yang akan datang, populasi jumlah

penduduk lansia diperkirakan akan meningkat dari angka 10% menjadi 22%

(Kemenkes RI, 2016). Kementerian Kesehatan atau Kemenkes (2019)

Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi

peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah

lansia. Di Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18


juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun

2019, dan dapat diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035

menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Peningkatan jumlah penduduk lansia di

masa depan dapat membawa dampak positif maupun negatif. Akan

berdampak positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif,

dan produktif. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk lansia akan menjadi

beban apabila lansia memiiliki masalah penurunan kesehatan (Kementerian

Kesehatan RI, 2017). Adapun penurunan fungsi pada individu menimbulkan

berbagai keterbatasan. Penurunan fungsi fisik akan diikuti penurunan

fungsifungsi mental serta berpengaruh terhadap kehidupan sosial

Masalah kesehatan yang timbul akibat proses penuaan yaitu, infection

(infeksi),immobility (kurang bergerak), instability (tidak stabil berdiridan

berjalan), intellectual impairment (dementia/gangguan intelektual), isolation

(deprsi), impaction (kesulitan BAB), mengalami penyakit dari 2 iatrogenesis

(obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan

tubuh menurun), dan urinary incontinence (sulit menahan buang air kecil).

Salah satu masalah proses penuaan adalah inkontinensia urin (Bustan, 2015).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia pemerintah membuat

beberapa kebjakan-kebijakan pelayanan kesehatan lansia. Tujuan umum

kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan

lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna

bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia,


meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi

profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya ketersediaan data dan

informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatnya peran serta dan

pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam upaya serta

peningkatan kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya

peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat (KEMENKES, 2016).

Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang

terjadi secara pelan, teratur dan pasti. Diawali dari keadaan yang serba lemah,

meningkat sampai puncaknya kemudian menurun sampai kondisi yang lemah

pula. Pada saat mengalami penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan,

kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang sangat merugikan apabila tidak

dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Fase ini biasanya

dikelompokkan ke dalam fase klimakterium, menopause, senium dan

andropause (BKKBN, 2012).

Menurut Nugraheni (2013) “Kebugaran jasmani merupakan salah satu

tolak ukur kesehatan masyarakat setiap kelompok masyarakat termasuk

lansia. Lansia yang memiliki kebugaran jasmani yang tinggi selain sehat dan

segar juga dapat melakukan aktivitas seharihari secara mandiri. Kebugaran

jasmani yang buruk pada lansia sering membuat lansia terlihat tidak sehat dan

sering mengalami cedera akibat terjatuh. Proses menua tidak dapat dihindari

oleh semua orang. Proses penuaan sering disertai oleh adanya peningkatan

gangguan organ dan fungsi tubuh, terjadi perubahan komposisi tubuh, terjadi

penurunan massa bebas lemak dan peningkatan massa lemak. Pada proses
penuaan ini prosentase massa otot menurun. Kekuatan otot pada lansia juga

berhubungan dengan masalah terjadinya keseimbangan yang mempunyai

resiko lansia mudah terjatuh. Salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran

jasmani warga yaitu dengan memberikan perlakuan dengan senam lansi

Jenis olahraga yang sering dilakukan oleh lanjut usia adalah senam

lansia. Seperti yang dilakukan oleh kelompok lansia Unit Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Kegiatan senam lansia dilakukan

secara rutin untuk menjaga kebugaran tubuh. Hasil penuturan oleh salah satu

lansia yang bernama Ibu Bagiyo berusia 49 tahun menyatakan bahwa senam

lansia yang sudah ia ikuti setiap seminggu sekali selama 6 bulan, badan terasa

sehat. Awalnya sering pusing-pusing sekarang tidak merasakan keluhan

tersebut. Menurut penuturannya, dengan kegiatan senam lansia tersebut berat

badan tetap stabil (Romadhon & Sugiarto, 2019).

Senam lansia adalah upaya peningkatan fisik lansia yang diatur dalam

serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana (Mauk 2017).

Bugar Lansia Indonesia (BLI) adalah senam yang dilahirkansesuai dengan

standar gerak lanjut usia dan salah satu gerakanyang telah disesuaikan

dengankarakteristik dan kebutuhan gerak bagi lanjut usia

(Kementrian Pemuda dan Olahraga, 2014). Senam Bugar Lansia Indonesia

terbagimenjadiempat tahap yaitu satu latihan pemanasan (warming up),

latihan inti, gerakan transisi dan latihan pendinginan. Keseluruhan waktu

untuk melaksanakan senam ini adalah 17:50 menit dengan perincian:

gerakan pemanasan 04:58 menit, latihan inti 06:20 menit, gerakan transisi
02:60 dan latihan pendinginan 03:40menit. Mobilisasi gerakan senam

Bugar Lansia Indonesia dengan tujuan membiasakan mobilisasi tubuh

seluruh aspek yang ada di mulai tubuh ekstremitas bagian atas dan tubuh

ekstremitas bagian bawah, diawali dengan mobilisasi-mobilisasi untuk

meningkatkan fungsi saluran nafasdan fungsi aliran darahserta

membiasakan otot-otot leher, pundak, tubuh bagian ektremitas atas dengan

gerakan memuta yang mengikutsertakan abdomen, punggung, panggul, paha

dan juga otot kaki, disamping itu juga ada gerakan untuk

meningkatkan keterampilan menggunakan anggota tubuh seperti melatih

keseimbangan, mengasah koordinasi dan menguatkan otot-otot.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tabita Ma Windri, dkk

(2019) didapatkan bahwa sebelum dilakukan aktivitas fisik rata-rata kualitas

hidup 62,8%dan meningkat menjadi 65.25%.dari domain kualitas hidup ini

dibagi menjadi 4 yaitu kesehatan fisik, kesehatan jiwa, hubungan sosial, dan

lingkungan. Dapat disimpulkan terdapat kenaikan kualitas hidup lansia

dengan rata-rata 2,48%.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di desar pakah,

dapatkan bahwa 5 dari seluruh lansia mengalami penurunan kesehatan. 3

diantaranya sangat jarang melakukan aktivitas fisik yang bermanfaat, yang

mampu melatih otot untuk tetap mendapatkan gerakan yang cukup, 2 yang

lain sudah melaksanakan aktifitas fisik sehari hari dan mengikuti kegiatan

senam lansia yang diadakan oleh kader, mereka yang mengikuti senam
merasa dirinya lebih sehat dan dapat melakukan kegiatan dirumah dengan

baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti rasa perlu melakukan

penelitian mengenai pengaruh senam lansia terhadap derajat keseahatan

lansia didesa pakah

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap derajat keseahatan lansia

didesa pakah?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengatahui pengaruh senam lansia terhadap derajat keseahatan

lansia didesa pakah

2. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui derajat kesehatan lansia sebelum dilakukan senam

lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

b. untuk mengetahui derajat kesehatan setelah dilakukan intervensi pada

kelompok perlakuan

c. untuk menganalisa pengaruh senam lansia terhadap derajat keseahatan

lansia didesa pakah

D. Manfaat Penelitian

Hasil peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:


1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan dan

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan

yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan lansia

2. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,

dan wawasan mengenai peningkatan derajat kesehatan lansia

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

sebagai dasar melaksanakan asuhan keperawatan terhadap lansia

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk melakukan

penelitian lanjut mengenai senam lansia


E. Keaslian Penelitian

Desain
No Judul Nama, Tahun Hasil Perbedaan
Penelitian
1. Pengaruh Bazargan Metode Hasil Variable
senam lansia Romadhon; penelitian penelitian dependen
terhadap Sugiarto menggunakan menunjukka merupakan
tingkat (2019) desain n bahwa tekanan darah,
kebugaran, penelitian aktivitas sedangkan
lemak tubuh kuasi senam lansia dalam
dan eksperimen, berpengaruh penelitian ini
kekambuhan Sampel yang positif nanti dengan
nyeri sendi diteliti adalah terhadap derajat
pada lansia 20 lansia kebugaran keseahtan
dengan tubuh, lansia
pertimbangan terbukti dari
bahwa 20 hasil analisis
lansia tersebut regresi
yang dengan
mengikuti Fhitung =
senam lansia 6,947 >
secara rutin. Ftabel =
Data aktivitas 4,41. Hasil
senam lansia uji t
dan diperoleh
kekambuhan thitung =
nyeri sendi 7,151 >
diukur melalui ttabel = 1,73,
kuesioner, yang berarti
lemak tubuh ada
diukur peningkatan
menggunakan kebugaran
alat body fat tubuh lansia
caliper dan setelah rutin
kebugaran mengikuti
menggunakan senam
penghitungan lansia.
denyut nadi. Senam lansia
Data yang juga
diperoleh berpengaruh
dianalisis terhadap
menggunakan penurunan
regresi dan uji lemak tubuh,
t terbukti dari
hasil analisis
regresi
dengan
Fhitung =
8,905 >
Ftabel =
4,41. Hasil
uji t
diperoleh
thitung = -
5,772 < -
ttabel = -
1,73, yang
berarti
bahwa ada
penurunan
lemak tubuh
setelah
mengikuti
senam lansia
secara
teratur.
Senam lansia
juga
berpengaruh
terhadap
penurunan
kekambuhan
nyeri sendi,
terbukti dari
hasil analisis
regresi
dengan
Fhitung =
9,544 >
Ftabel =
4,41. Hasil
uji t
diperoleh
thitung = -
6,282 < -
ttabel = -
1,73, yang
berarti
bahwa ada
penurunan
kekambuhan
nyeri sendi
setelah
mengikuti
senam lansia
secara
teratur.
2 Pengaruh Ali Mardius, Desain senam lansia Perbedaan
Senam Yuni Astuti penelitian berpengaruh pada varibel
Lansia (2017) menggunakan signifikan dependend
Terhadap kuasi terhadap
Kebugaran eksperimen, fisik
Jasmani Sampel dalam fitness,
Warga penelitian ini karena
Perumahan adalah didapat
Pondok penduduk thitung =
Pinang pondok pinang 5,35 ttabel =
Kelurahan bernomor 2,11 dan
Lubuk Buaya sebanyak 18 terbukti
Kecamatan orang. Alat ada
Koto Tangah yang perbedaan
Kota Padang digunakan rerata
untuk kesegaran
mengukur jasmani
kebugaran sebelum
jasmani perlakuan
masyarakat (uji
adalah 2.4 pendahuluan
km. Data ) Is
dianalisis 22,58 dan
dengan rerata setelah
menggunakan diberikan
uji beda mean perlakuan
. (ujian akhir)
adalah
18,73,
artinya ada
peningkatan
3,85 untuk
kebugaran
jasmani.

3 Peran kader Budi Punjastuti Pelatihan Kader lansia Beda pada


lansia dalam ,Pritta kader, mampu desain
meningkatka Yunitasari, Siti penyuluhan mengelo penelitian
n derajat Maryati (2020) kesehatan, la lansia
kesehatan pemeriksaan minimal 2
lansia lansia secara lansia,
berkala dan Kader
evaluasi lansia
kegitan kader mampu
selama melakukan
mengelola mengukur
lansia tekanan
darah,
kegitan
latihan
gerak
dan terapi
kognitif
pada lansia
yang
bermasalah
dengan
kesehatanny
a,
dilakukanya
senam
lansia
secara
periodic.
Penyuluhan
kesehatan
tentang
Hyperte
nsi dan Dia
betes
mellitus
dilakukan
oleh tim
pengabmas
dengan
hasil
pemantauan
terjadi
penurunan
hasil
pengukuran
tekanan
darah dan
penurunan
hasil kadar
gula
darah
sewaktu
pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai