Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Pratiwi, 2013). Hipertensi dapat terjadi dari berbagai faktor, diantaranya yaitu
gaya hidup dan pola makan. Hipertensi juga dapat terjadi akibat obstruksi pada arteri dan
kelemahan otot jantung untuk memompa darah. Hal itu disebabkan karena pada usia lanjut
terjadi penurunan massa otot, kekuatan dari laju denyut jantung maksimal dan terjadinya
peningkatan kapasitas lemak tubuh. Penyebab dari itu semua dapat dicegah dengan cara
melakukan senam lansia secara teratur baik dari semasa muda hingga masa tua. Senam lansia
yang dilakukan secara teratur dapat menanggulangi masalah akibat perubahan fungsi tubuh.
Dampak fisik maupun psikologis pada lansia yang menderita hipertensi adalah sering
mengalami pusing, sakit kepala, tinnitus, penglihatan menjadi kabur dan jika sudah terlalu
lama maka penderita kemungkinan akan mengalami depresi. Senam lansia secara teratur
merupakan cara yang tepat untuk menurunkan tekanan darah pada lansia serta akan
memberikan efek pergerakan pada seluruh otot muskuloskeletal agar tetap terbiasa
melakukan gerakan (jangka panjang) (Pratiwi,2013).
Penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
seiring dengan jumlah penduduk yang yang semakin bertambah banyak. Pada tahun 2025
mendatang diperkirakan sekitar 29 % warga dunia menderita hipertensi. Presentase penderita
hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report
on Noncomunicable Diseases 2010 dari WHO menyebutkan 40 % Negara ekonomi
berkembang memiiki penderita hipertensi, sedangkan megara maju hanya 35 % . kawasan
Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 %, sementara kawasan
Amerika menempati posisi buncit dengan 35 %.Di kawasan Asia Tenggara 36 % orang
dewasa menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 %. Prevalensi
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka
Belitung 30,9 %, di ikuti Kalimantan Selatan 30,8 %, Kalimantan Timur 29,6 %, dan Jawa

1
Barat 29,4 %, dan yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Jadi ada 0,1 %
yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0,7 %. Jadi prevalensi hipertensi di indonesia sebesar 26,5 %
(25,8 % + 0,7 %) (Riskesdes, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Bogor tahun
2012, penyakit Hipertensi menempati urutan pertama pola penyakit penderita rawat jalan di
puskesmas pada kelompok umur 45-69 tahun (11,21 %) dan kelompok umur >70 tahun
(18,7%) (Dinkes Bogor, 2012). Hipertensi terutama diderita oleh lansia. Sedangkan data
yang diambil dari salah satu Puskesmas Jonggol bahwa penderita hipertensi sebesar 333
orang pada tahun 2015. Senam Lansia dilakukan tiap hari sabtu tersebut masih ada yang
belum merealisasikan di Puskesmas Jonggol. Padahal menurut teoritis aktivitas senam lansia
dapat memberi pengaruh terhadap penurunan tekanan darah jika dilakukan secara teratur.
Menurut Green (1980) ada beberapa faktor yang menyebabkan lansia mengikuti
senam antara lain : faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, usia,
pekerjaan dan pendidikan), faktor pendukung (dana dan fasilitas kesehatan) dan faktor
pendorong (petugas kesehatan) (Mubarak, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati
(2010) menunjukkan bahwa senam yang dilakukan oleh lansia dapat mempengaruhi
penurunan tekanan darah pada lansia. Penelitian oleh Sukartini (2010) tentang manfaat
senam terhadap kebugaran lansia yang menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi
tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik,
pernafasan dan kadar imunoglobin.
Pada tahun 2014 wadah senam lansia di Puskesmas Jonggol meningkat 13 orang
meningkat 4 sampai 5 kali lipat ditahun 2015. Pada kenyataannya banyak lansia yang kurang
aktif atau kurang berpartisipasi dalam pemanfaatan posbindu lansia dikarenakan masih
banyaknya lansia yang kurang mengetahui manfaat posbindu lansia.
Visi organisasi :
“Puskesmas jonggol sebagai Puskesmas Jonggol Kebanggaan Masyarakat
Kecamatan Jonggol Yang Mandiri Untuk Hidup sehat “
Misi Organisasi :
1. Mendorong Pembangunan kecamatan jonggol yang berwawasan kesehatan
2. Mendorong Kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat.

2
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata
dan terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatanindividu ,keluarga,masyarakat
beserta lingkungannya.
5. Lansia masyarakat jonggol
6. Sehat mandiri produktif
7. Salamina nyaah ka kolot
Motto :
“Melayani Dengan Sepenuh Hati”
Tata Nilai :
Puskesmas Jonggol “BERHATI NYAMAN “(Bersih, Sehat, Indah, Nyaman dan
Aman).
Singkatan Kepanjangan Makna
BER Bersih Manajemen yang bersih,Transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan
HAT Sehat Teladan dalam Pola Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBS)
I Indah Sopan dan rapih dalam tutur kata dan
penampilan,lingkungankerja
NYA Nyaman Memberikan informasi dan akses kepada seluruh
masyarakat (anak,lansia dan disabilitas)sesuai
kebutuhandan harapan masyarakat Jonggol.
MAN Aman Pelayanan dengan fasilitas yang teruji ,tenaga yang
berkopenten dan mengutamakan keamanan dan
kesematan pasien/sasaran

Khusus untuk program perbaikan lansia masyarakat secara umum ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan yang optimal khususnya pada bidang lansia.

3
1. Mutu Pelayanan Kesehatan Lansia :
Adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan lansia sesuai
denan standard dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar
Penyelenggaraan pelayanan lansia di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang nomor 13 Tahum 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
2. Undang-undang nomor 52 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-undag Nomor 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra
Pemerintah Pusat dan Daerah
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
1.2 PENGERTIAN
Kesehatan keluarga : kesehatan kelompok individu yang berkaitan dalam satu
kesatuan biologik psikologik sosial budaya mencakup segi kesehatan, jasmani,
rohani dan sosial.
Kesehatan lanjut usia : kesehatan mereka yang berusia 60 tahun atau lebih baik
jasmani, rohani, dan sosial.
Pra lanjut usia adalah seorang yang berusia 45-59 tahun.
Lanjut usia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih atau seseorang yang
berusia 60tahun lebih dengan masalah kesehatan.
Kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
Suatu alat untuk mencatat kondsi kesehatan pribadi lanjut usia baik fisik maupun
mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan
kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan oleh lanjut usia sendiri, keluarganya,
kader, petugas kesehatan, atau panti wredha.
Kemitraan dalam pembinaan lanjut usia

4
Bentuk strategi sektor pemerintah dan non pemerintah yang terintegrasi atas dasar
prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melakukan
penanganan lanjut usia secara efektif dan efisein sesuai bidang, kondisi dan
kemampuan masing-masing, sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal.
Kelompok Lanjut Usia
Suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat dimana proses
pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga
swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya
promotif dan preventif.
Puskesmas Santun Lanjut Usia
Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra lanjut usia dan lanjut
usia yang meliputi: aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
lebih menekankan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pro-aktif: berupa pelayanan kesehatan pada saat kegiatan di kelompok lanjut
usia dan melaksanakan kunjungan pada penderita yang dirawat dirumah.
b. Memberikan kemudahan proses pelayanan berupa fasilitas loket dan ruang
pemeriksaan tersendiri di Puskesmas atau sesuai dengan kondisi setempat.
c. Santun : pelayana terhadap lanjut usia dilakukan secara proposional dengan
memberikan perlakuan sopan, hormat dan menghargai sosok insan yang lebih
tua serta memberikan dukungan dalam rangka mendorong kemandiriannya
untuk mencapai masa tua dngan derajat kesehatan yang optimal.
d. Pelayana oleh tenaga profesional serta pengelola program lanjut usia di
Puskesmas bekerja sama dengan unsur lintas sektor maupun swasta
berdasarkan kemitraan.
e. Melaksanakan pelayanan dengan standar teknis pelayanan yang berlaku

1.3 Keadaan dan Masalah


Menurut dokumen Pelembagaan Lanjut Usia Dalam Kehidupan Bangsa yang
diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan Hari Lanjut Usia

5
Nasional tanggal 29 Mei 2006 oleh Presiden RI, batas umue lanjut usia adalah 60
tahun atau lebih.
Secara demografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1980 penduduk berusia 60
tahun keatas sebesar 8 juta atau 5,5% dar jumlah penduduk dan 11,3 juta atau 6,4%
pada tahun 1990. Indonesia memasuki era penduduk brstruktur tua pada tahun 2000
dengan proporsi lanjut usia mencapai 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah
penduduk (BPS, Sensus Penduduk Indonesia, 2000).
Besanya jumlah anjut usia yang menjadi kepala keluarga (rumah tangga) dan
banyaknya mereka yang berstatus sebagai kepala rumah tangga hampir 3(tiga) kali
lebih banyak dibanding lanjut usia perempuan.
Konisi pendidikan kelompok lanjut usia masih sangat memprihatinkan, karena
sebagian besar lanjut usia memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dimana sekitar
70% lanjut usia berpendidikan sekolah dasar ke bawah, lanjut usia yang tidak pernah
sekolah 38,06%, yang tidak tamat sekolah dasar 28,7% dan sisanya tamat sekolah
dasar (Dokumen Rencana Aksi Nasional Tahun 2003)’
Umur harpan hidup (UHH) semakin meningkat, pada tahun 1990 mencapai 64,7
tahun untuk perempuan dan untuk laki-laki 61 tahun, sedangkan pada tahun 1995
meningkat menjadi 66,7 tahun utnuk perempuan da 62,9 tahun untuk laki-laki. Pada
tahun 2009, UHH sudah mencapai 70,6 tahun dan diperkirakan pada tahu 2014 UHH
sudah mencapai 72 tahun.
Perubahan demografi ini akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
lanjut usia, baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat. Secara individu pengaruh proses menua menimbulkan sebagai masalah
baik secara fisik biologis, mental maupun sosial ekonomi. Dengan meningkatkan
jumlah mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya
manusia yang optimal.
Permasalah khusus yang terjadi pada lanjut usia adalah:
o proses ketuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah
fisik, mental dan sosial.
o Perubahan sosialisasi karena produktifitas yang mulai menurun, berkurangnya
kesibukan sosial dan interaksi dengan lingkungan.

6
o Produktifitas yang menurun dengan akibat terbatasnya kesempatam kerja karena
kemampuan dan keterampilan menurun, namum kebutuhan hidup terus
meningkat.
o Kebutuhan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degeneratif yang
memerlukan biaya tinggi.
o Perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
indivudualistik, para lanjut usia kurang mendapat perhatian sehingga sering
tersisih dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar.

1.4 Tujuan Pembinaan


Tujuan Umum
Meningkatan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kesadaran para lanjut usia untuk membina sendiri kesehatannya.
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.

1.5 Sasaran Pembinaan


Pembinaan kesehatan lanjut usia meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu:
Sasaran langsung:
 Kelompok pra lanjut usia 45-49 tahun
 Kelompok lanjut usia 50-69 tahun
 Kelompok lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
Sasaran tidak langsung:
 Keluarga dimana lanjut usia berada.
 Masyarakat dilingkungan lanjut usia berada organisasi sosial yang bergerak di
dalam pembinaan kesehatan lanjut usia.
 Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lanjut usia.

7
 Masyarakat luas.

A. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan lansia di Puskesmas dan
jejaringnya
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan lansia, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan lansia yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga lansia puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan lansia yang bermutu kepada pasien/ klien di
Puskesmas dan jejaringnya
d. Tersedianya acun monitoring dan evaluasi pelayanan lansia di puskesmas dan
jejaringnya

B. SASARAN PEDOMAN
1. Tenaga lansia Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

C. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Pelayanan lansia di Puskesmas
2. Pelayanan lansia di dalam gedung
3. Pelayanan lansia di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Puskesmas : adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab yang menyelenggarakan disatu wilayah kerja.

8
2. Usia lanjut atau lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang
secara fisik terlihat berbeda dengan sekelompok umur lain nya.
3. Melakukan pelayanan kesehatan kepada pra udia lanjut dan usia lanjut meliputi :
aspek promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif dengan lebih menekankan unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Pro-aktif : berupa pelayanan kesehatan pada saat kegiata di kelompok usia
lanjut dan melakasanakan kunjungan pada penderita yan dirawat dirumah.
b. Memberikan kemudahan proses pelayanan.
c. Santun : pelayanan terhadap pada usia lanjut dilakukan secara proporsional
dengan memberikan pelayanan sopan, hormat dan menghargai sosok insan
yang lebih tua serta memberikan dukungan dalam rangka mendorong
kemandiriannya untuk mrrncapai masa tua dengan derajat masa tua yang
optimal.
d. Pelayanan oleh tenaga profesiona serta penatalaksanaannya dikoordinasikan
oleh pengelolah program usia lanjut di puskesmas.
4. Pengertian geriatri : adalah berasal dari kata geros (tua) dan iatrea (rumatan), jadi
jelas bahwa ilmu geriatric adalah bagian dari ilmu kedokteran dan gerontology yang
khusus mempelajari kesehatan dan penyakit-penyakit pada lanjut usia. Pasien lanjut
usiapun mengacu pada ketentuan bahwa ia berusia 60 tahun keatas. Sedangkan pasien
geriatri mengacu pada pengertian bahwa selain berusia 60 tahun keatas juga memiliki
beberapa ciri tertentu yang membedakannya dari pasien lanjut usia maupun pasien
dewasa muda lainnya.
5. Karakteristik pasien geriatri : pasien geriatri memiliki beberapa karakteristik yaitu
multipatologi, tampilan gejala dan tanda tidak khas, daya cadangan faali menurun,
biasanya disertai gangguan status fungsional dan di Indonesia pada umumnya dengan
gangguan nutrisi.
6. Prinsip Penatalaksanaan pasien geriatri : penatalaksanaan masalah kesehatan pada
usia lanjut, perlu memperhatikan karaeteristik pasien geriatri yang dapat
mempengaruhi tampilan klinik, program penatalaksanaan yang diberikan termasuk
pemberian obat, serta resiko penyulit yang potensial muncul. Status fungsional

9
merupakan alat pemantauan yang sangat bermanfaat dalam menilai berat ringannya
penyakit serta keberhasilan pengobatan.
7. Pembinaan lansia terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan
kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif
dalam pembangunan.
8. Pembinaan kesehatan lansia dilaksanakan sebagai bagian dari upaya kesehatan
keluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar dan rujukannya.
9. Pembinaan kesehatan lansia dilaksanakan melalui pendekatan holistik dengan
memperhatikan nilao sosial budaya yang ada.
10. Upaya promotif dan preventif dalam penyelenggaraan oembinaan ksehatan lansia
dilaksanakan secara komperehensif bersama-sama dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
11. Upaya pembinaan lansia dilaksanakan secara terpadu dengan menigkatkan peran
lintas program dan lintas sektor.
12. Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan partisipasi lanjut usia
sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar kekeluargaan dan kegotongroyongan serta
dibina oleh pemerintah pada semua tingkat administrasi.
13. Bentuk partisipasi aktif masyarakat yang diharapkan berupa partisipasi dalam
masalah pendataan, pemanfaatan pelayanan, pengenalan dini masalah kesehatan pada
lanjut usia dan pengaturan transportasi serta pendanaan bagi rujukan yang diperlukan.
14. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan menerapkan kendail mutu
pelayanan di setiap jenjang, penyusunan prosedur tetap pelayanan, penerapan standar
pelayanan, pelatihan tenaga kesehatan mengenai kesehatan lanjut usia

10
PEMBENTUKAN PUSKESMAS SANTUN LANSIA

A. PENGERTIAN
Puskesmas Santun Lansia didefinisikan sebagai Puskesmas yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro-aktif
baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia.
Puskesmas Santu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan.
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lansia.
3. Memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan ksehatan bagi lansia dari
keluarga miskin/tidak mampu.
4. Membrikan dukungan/bimbingan pada lansia dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, agar tetap sehat dan mandiri.
5. Melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin
sasaram lansia yang ada diwilayah kerja puskesmas.
6. Melakukan kerja sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait di tinglat
Kecamatan dengan atas kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup lansia.

B. MANAJEMEN PUSKESMAS SANTUNN LANSIA


Manajemen yang di maksudkan adalah bahwa semua kegiatan akan melalui
tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Diharapkan
dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang terarah serta monitoring dan
evaluasi yang baik, semua kegiatan akan dapat berhasil optimal dan sesuai target
yang ditentukan.
1. Perencanaan
Tahap-tahap yang perlu dilakukan:

11
1) Kesepakatan diantara staf Puskesmas tentang pembinaan kesehatan lansia
meliputi siapa penanggungjawab, koordinator dan pelaksana kegiatan
pelayanan kesehatan lansia.
2) Pengumpulan data sasaran, peta lokasi lansia dan sumber daya pendukung
kegiatan.
3) Melakukan pendekatan dankrja sama dengan lintas sektor di tingkar
Kecamatan/Desa/keseluruhan.
2. Pelaksanaan
Dala pelaksanaan pelayanan melalui strategi Puskesmas Santun Lansia,
diberlakukan prosedur yang memudahkan dan kenyamanan para lansia,
antara lain:
1) Adanya loket khusus
2) Adanya ruang pelayanan khuus dan semua fasilitas yang memudahkan
para lansia untuk mendapatkan pelayanan (kursi khuus untuk lansia,
koridor dengan pegangan, tangga dengan pegangan dan tidak terlalu
terjal, toilet dengan pegangan, dll)
Adapun kegiatan pelayanan bagi lansia meliputi:
1) Kegiatan Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lansia, keluarga ataupun
masyarakat disekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang
perilaku hidup sehat, gizi untuk lansia, proses degeneratif seperti
katarak, presbikuis, dll, upaya meningkatkan kebugaran jasmani,
pemeliharaan kemandirian serta produktivitas lansia.
2) Kegiatan Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan kompikasi akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa
detekdi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat dilakukan di
Kelompok Lansia atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu
Menuju sehat (KMS) lansia/buku pribadi lansia
3) Kegaiatan Kuratif

12
Kegiata pengobatan ringan bagi lansia yang sakit bila dimungkinkan
dapat dilakukan dikelompok Lansia. Pengobatan lebih lanut ataupun
perawatan bagi lansia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pondok Bersalin
di Desa. Bila sakit yang diderita lansia membutuhkan penanganan
dengan fasilitas yang lebih lengkap, maka dilakukan rujukan kerumah
sakit setempat.
4) Kegiatan Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat beruoa upaya mediasi, psikososial,
edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin
mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia.

13
PUSKESMAS Rumah Sakit

Lansia
Datang

Loket Pendaftaran Rujukan

Ruang Periksa/BP/BPG
Ruang
Perawatan

Ruang Apotik Laboratorium


Konseling

Masalah Masalah
(-) (-)

Posyandu

14
KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN DI POSBINDU LANSIA
A. PENGERTIAN
Kelompok Lanjut Usia merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentul oleh masyarakat penduduk lanjut
usia. Kegiatan kelompok Lanjut usia sudah ada di beberapa darah, dengan berbagai
bentuk dan nama sesuai dengan istilah yang dipakai di daerah masing-masing. Di jawa
barat, kelompok Lansia ini disebut sebagai posbindu (Pos Bimbingan Terpadu) Lansia.

B. TATA CARA PEMBENTUKAN KELOMPOK LANSIA


Pembentukan kelompok lansia di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya
pembentukan kelompok tersebut didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya lansia,
untuk memelihara dan meningkatakan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan.
Adanya beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan kelompok
Lansia di masyarakat sesuai dengan kondisi di situasi masing-masing daerah, misalnya
mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok pengajian,
kelompok jemaat gereja, kelompok senam lansia, kelompok arisan lansia,dll.
Pembentukan kelompok Lansia dapat pula dengan menggunakan berbagai
pedekatan lain seperti pedekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD),
Analisis Rumusan Rencana Intervensi Forum Komunikasi (ARRIF) dan lain-lain
1) Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
Pedekatan PKMD merupakan suatu pedekatan yang sudah umum dilaksanakan dan
merupakan pedekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan kelompok baru,
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pertemuan tingkat desa
b. Survei mawas diri
c. Musyawarah Masyarakat Desa

15
d. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
e. Pembinaan dan pelestaria kegiatan
2) Analisa Rumusan Rencana Intervensi dan Forum Komunikasi (ARRIF)
Manajemen ARIF merupakan salah satu manajemen peran serta masyarakat dan telah
dilaksanakan di berbagai daerah untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk
upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) lainnya, seperti : posyandu,
Pondok Bersalin Desa (Polondes), Dana sehat dan sebagainnya.
Tahapan Pembinaan Manajemen ARRIF:
a. Analisis
- Analisis situasi, misalnya ada tidaknya Kelompok Lansia di wilayah tersebut, dan
bila sudah terbentuk, apakah sudah berjalan sesuai rencan
- Analisis tingkat perkembangan (Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri)
- Analisis kasus (kepimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan
pendanaan)
- Analisis sumber daya (tenaga, dana dan alat)
b. Rumusan
- Rumusan masalah, dalam hal ini masalah yang ada dilihat dan keterjangkauan,
tingkat perkembangan, dan sebagainya
- Rumusan Tujuan, untuk mengatasi keterjangkauan dan tingkat perkembangan
- Rumusan Intervensi untuk mengatasi masalah
c. Rencana kegiatan
Merencanakan kegiatan untuk mengatasi masalh, dengan memanfaatkan potensi
yang tersedia
d. Intervensi
Melakukan langkah-langkah penyelesaian sesuai yang telah direncanakan
e. Forum Komunikasi
Melakukan kegiatan pertemuan-pertemuan untuk membahas hasil kegiatan intervensi
dan merencankan tindak lanjut.

16
C. KOMPONEN KELOMPOK LANSIA
1) Kepemimpinan
Kegiatan kelompok Lansia merupakan kegiatan yang prinsipnya dari, oleh dan untuk
masyarakat. Sebagai kegiatan yang dikelola oleh masyarakat, untuk pelaksanaannya
memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin penyelenggaraan kegiatan
tersebut yang biasanya berasal dari kelompok itu sendiri.
2) Pengorganisasian
Direkomendasikan struktur organisasi kelompok Lansia sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di setiap
kelompok sepenuhnya ditentukan oleh kelompok itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang
berkembang dikelompok. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana struktur organisasi
tersebut dapat mendorong kelencaran pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
3) Anggota kelompok
Jumlah anggota kelompok berkisar 50-100 orang. Perlu dipertimbangkan jarak antara
sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila
terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota suatu kelompok kurang dari 50 orang
atau lebih dari 100 orang.
4) Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume
dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota
kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader dan anggota kelompok dapat saja
diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Persyaratan
untuk menjadi kader antara lain :
- Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
- Mau dan mampu berkerja secara sukarela
- Bisa membaca dan menulis huruf latin
- Sabar dan memahami lanjut usia
5) Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok tersebut, berupa iuran/sumbangan
anggota, atau sumber lain seperti donator atau sumber lain yang tidak mengikat.

17
D. PELAKSANAAN KEGIATAN KESEHATAN DI KELOMPOK LANSIA
1. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan di kelompok Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalh kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia
atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskemas.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di
kelompok sebagai berikut:
1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik tutn tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2) Pemeriksaan status mental
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh
4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan steroskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit
5) Pemeriksaan Hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(Diabetes Melitus)
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
dan pemeriksaan
9) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam mampu diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh individu dan atau Kelompok Lansia
10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok Lansia yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat :

18
11) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan sebagai contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia serta menggunakan bahan
makanan yang berasal dari daerah tersebut
12) Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran.

2. SASARAN DAN PRASARANA


Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kelompok Lansia, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang, anatra lain :
1) Tempat kegiatan (gedung, ruang atau tempat terbuka)
2) Meja dan kursi
3) Alat tulis
4) Buku pencatatan (buku register bantu)
5) Kit Lansia, yang berisi timbang dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer
6) Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia/Buku Pribadi Lansia
7) Buku Pedman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia
8) Lembar balik/leaflet sebagai media penyuluhan

3. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia di kelompok,
mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 4 tahapan
(5meja) sebagai berikut :
1. Tahap pertama : pendaftaran anggota Kelompok Lansia sebagai pelaksanaan
pelayanan
2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan
pemeriksaan status mental
4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling

19
E. PEMBINAAN DAN EVALUASI
Penjelasan dan penyelenggaraan kegiatan kelompok Lansia sebagai suatu
bentuk pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari peran masyarakat atau
Kelompok lansia itu sendiri. Dalam pelaksanaannya peran petugas
kesehatan/ptugas lain masih dibutuhkan khususnya dalam pembinaan, agar
kelangsungan dan kesinambungan kegiatan tersebut tetap terpelihara.
Pembinaan yang dilakukan berupa asistensi kepada masyarakat dan
kelompok lansia dengan menggunakan prinsip kemitraan artinya dalam
pelaksanaan pembinaan masyarakat dan posisi Kelompok Lansia sebagai mitra
petugas yang secara bersama-sama menganalisa dan memecahkan masalah
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki kelompok.
Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa
indikator yang dapat dipertimbangkan sebagai alat tolak ukur. Indikator dimaksud
meliputi indikator masukan (inpu), indikator proses dan indikator luaran (output).
Selain itu dalam penyusunan indikator harus memenuhi unsur SMART (Spesific
Measurable Achievable Reliable Time bound )
 Spesifik artinya yang diusulkan bersifat khusus
 Terukur artinya indikator yang diusulkan dapat diukur
 Mudah didapat artinya indikator yang diusulkan optimis dapat
dicapai
 Terpercya artinya indikator tersebut dapat dipercaya
 Waktu tertentu artinya adanya kurun waktu yang jelas
Disamping persyaratan di atas, hal-hal yang perlu dipertimbangkan :
 Indikator bersifat dinamis, artinya dapat berubah sesuai dengan
perkembangan/keadaan
 Mudah diperoleh, artinya dapat diamatio, tersedia
informasi/datanya
 Beragam artinya adanya perbedaan antara unit yang diamati.

20
Beberapa Indikator yang dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi
tingkat perkembangan kegiatan Kelompok Lansia di bidang kesehatan, sebagai
berikut :
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan selama satu tahun.
2. Kehadiran kader
3. Cakupan pelayanan kesehatan
- Cakupan penimbangan (berat badan dan tinggi badan)
- Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (urine dan darah/Hb)
- Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
- Cakupan anggota yang ikut penyuluhan/konseling
4. Kegiatan penunjang anatra lain :
- Senam lansia
- Pengkajian /pendalaman agama untuk kelompok lansia
- Diskusi atau pertemuan ceramah
- Usaha ekonomi produktif
- Rekreasi, dll
5. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan kegiatan kelompok
lansia

Tingkat perkembangan kelompok Lansia dapat digolongkan menjadi 4 strata,


yaitu :

1. Kelompok Lansia Pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan


yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali. Jumlah
kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.
2. Kelompok Lansia Madya adalah kelompok yang telah berkembang dan
melaksanakan kegiatan hamper setiap bulan (paling sedikit 8 x setahun),
jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program < 50% serta masih
memerlukan dukungan dana pemerintah.
3. Kelompok Lansia purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan
melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 x setahun, dengan

21
beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi
(>60%).
4. Kelompok Lansia Mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan
tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan
dana sendiri.

STRATA KELOMPOK LANSIA DI BIDANG KESEHATAN

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI


Frekunsi pertemuan <8 8-9 >10 >10
(x/tahun)
Kehadiran kader (pada <3 >3 >3 >3
hari H)
Cakupan pelayanan <3 >3 >3 >3
kesehatan (jenis)
1) Cakupan
penimbangan (CB) <50% 50%-60% >60% >60%
2) Cakupan
pemeriksaan
Laboratorium (CL) <25% 20%-50% >50% >50%
3) Cakupan
pemeriksaan
kesehatan (CK) <50% 50%-60% >60% >60%
4) Cakupan
kesehatan (CP) <50% 50%-60% >60% >60%
Kegiatan penunjang 0 1 2 >2
(jenis)
Pendanaan kegiatan - - <50% >50%
berasal dari masyarakat

22
GIZI LANJUT USIA

A. PROSES MENU DAN KEBUTUHAN GIZI LANSIA


Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pda
individu, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
eksternal yang mempengaruhi proses menua adalah asupan makanan,
pendidikan, sosail budaya, penyakit infeksi/degenerative, hygiene sanitasi
lingkungan,ekonomi dan dukungan kelurga. Faktor eksternal lain yaitu
kemunduran psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan
sendiri, perubahan status sosial sangat mempengaruhi prores menuan pada
seseorangan.
Asupan makanan sangat mempengaruhi menua karena seluruh aktifitas sel
atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat yang cukup. Sementara itu
perubahan bilogis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang akhirnya
dapat mempengerahui status gizi.
Kondisi lanjut usia yang dapat mempengaruhi status gizi
NO KONDISI LANJUT USIA PERUBAHAN POLA STATUS GIZI
MAKAN
1 Metabolisme basal menurun Kebutuhan energi menurun Cenderung
gemukan/obesitas
2 Aktifitas fisik berkurang Energi yang dipakai sedikit Cenderung
gemukan/obesitas
3 Ekonomi meningkat Mengkonsumsi berlebihan Cenderung

23
gemukan/obesitas
4 Fungsi indra menurun Makanan tidak enak/nafsu Dapat terjadi kurang
makan menurun gizi
5 Penyakit periodontal atau gigi Kesulitan makan makanan Dapat terjadi kurang
tanggal berserat (sayur,daging), gizi dan
cenderung makan makanan gemukan/obesitas
lunak
6 Penurunan sekresi asam Menggangu penyerapan Defisiensi zat gizi
lambung dan enzim pencernaan vitamin dan mineral mikro
makanan
7 Mobilitas usus menurun Susah buang air besar Wasir atau anemia
8 Sering menggunakan obat- Penurunan nafsu makan Dapat terjadi kurang
obatan atau alkohol gizi
9 Gangguan kemampuan motorik Sulit untuk menyiapkan Dapat terjadi kurang
makanan sendiri gizi
10 Kurang bersosialisasi, kesepian Nafsu makan menurun Dapat terjadi kurang
gizi
11 Pendapatan menurun Asupan makanan menurun Dapat terjadi kurang
gizi
12 Demensia (pikun) Sering makan atau lupa makan Dapat terjadi kurang
gizi dan
kegemukan/obesitas

Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lansia mengikuti prinsip gizi seimbang konsumsi
makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau
mengurangi resiko penyakit degenerative dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia
dihitung secara individu.
Pesan gizi seimbang pada lanjut usia :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak

24
4. Makanlah makanan sumber zat besi
5. Biasakan makan pagi
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
7. Lakukan aktifitas dan olahraga secara teratur
8. Pesan lainnya : - Tidak minum alkohol
- Membaca label makanan
-

B. PELAYANAN GIZI INDIVIDU PADA LANSIA


Proses pelayanan gizi individu meliputi
1. Penapisan
Sebelum memberikan pelayanan gizi pada lansia perlu dilakukan penapisan gizi untuk
menentukan apakah lanjut usia dalam kondisi malnutrisi atau tidak. Ada beberapa
instrument penapisan gizi yang dapat dilakukan pada lansia khususnya untuk gizi kurang,
anatra lain Mini nutritional assessment (MNA) dan Nutrional Screening Initiative (NSI).
Instrumen penapisan dapat membantu untuk identifikasi status gizi lansia. Berdasarkan
hasil penapisan selanjutnya lansia yang beresiko perlu mendapat pelayanan gizi.
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Lajnut usia
Terdiri atas 4 langkah sistematis mulai pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi gizi.
1) Pengkajian
a. Antropometri
Data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu yang meliputi
pengukuran Berat badan (BB), tinggi badan (TB), tinggi lutut (TL), panjang depa
(PD), tunggi duduk (TD), Lingkaran lengan atas (LILA), tebal lemak, lingkar
pinggang dan lingkar panggul
Dengan mengaitkan dua variable antropometri tersebut di atas dapat diperoleh
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan perhitungan sebagai berikut :

 IMT (Indeks Massa Tubuh)


Cara menghitung sebagai berikut :

25
IMT = berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT yang digunakan di indonesia
IMT STATUS GIZI
<17,0 Sangat kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
25,1- 27,0 Gemuk
>27,0 Obese

 IMT untuk lansia dengan kondisi khusu (tidak dapat berdiri atau bongkok) dapat
merujuk pada tabel BB/TL. BB/PD. BB/TD (terlampir)
 Lingkar perut
 Digunakan untuk menentukan obesitas sentral cara pengukurannya adalah dengan
berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan dan pada hari pemeriksaan
mengenakan pakaian yang ringan. Pengukuran dilakukan dalam posisi berdiri
tegak dengan kedua tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang
terendah dan krista illiaka pada garis aksila tengan diberi tanda dengan pena. Pita
pengukuran non elastic diletakan melintang diperengahan antara kedua tanda
tersebut melingkar perut secara horizontal. Kemudian dilakukan pembacaan
dalam sentimeter. Selama dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernafas
biasa. Klasifikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas sentral jika lingkar perut
pada laki-laki > 90 cm dan perempuan > 80 cm.
b. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain yang
memberikan informasi mengenai status gizi guna menegakan diagnosis gizi
c. Klinis
Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang
dirasakan seperti penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme berupa
mual, muntah, kesulitan menguyah dan menelan.
d. Riwayat makan

26
Mengkaji data riwayat mkan yaitu mengkaji kebiasaan makan klien secara
kualitatif dan kuantatif.
e. Riwayat peersonal
Pengumpulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat dan
suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan data umum
pasien
2) Menegakan diagnosis
3) Intervensi Gizi
4) Monitoring dan Evaluasi
C. PELAYANAN GIZI MASYARAKAT
Pelayanan gizi pada kelompok lanjut usia diberikan dalam bentuk :
1. Penyuluhan gizi
Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih. Topik penyuluhan
disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia
2. Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi menggunakan KMS lansia yaitu pengukuran tinggi
badan dan berat badan, dilakukan secara berkala (sebulan sekali) bersama
sama dengan pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan
oleh kader yang dibimbing oleh tenaga kesehatan
3. Konseling gizi
Diberikan pada lansia yang membutuhkan diet khusus seperti menderita
penyakit degenerativ yang dapat dilakukan di Poksila atau dirujuk ke
fasilitas pelayanan
4. Pemeberian makanan tambahan
Pemebrian makanan tambahan bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan status gizi lansia.

PEMBINAAN LANSIA DI PANTI WERDHA/PANTI LANJUT USIA


Panti Werdha tidak hanya sebagai rumah. Namun, panti Werdha juga sebagai
tempat untuk menyelenggarakan usaha yang mengarah ke ekonomi produktif, seperti

27
menyulam, meningkatkan rasa percaya diri lansia dan mereka merasa dihargai karena
dilibatkan dalam kegiatan yang sifatnya produktif.
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dan perlu diperhatikan pada
kehidupan lansia yang tinggal di Panti Werdha. Semakin tua seseorang, cenderung
semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dampak perubahan epidemiologis, penyakit
pada lansia kognitif dan psikomotor sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Menurunya kemampuan fisik dan mental lansia menjadikan
tuigas Panti Werdha lebih diarahkan ke pelayanan. Jenis-jenis pelayanan seperti
perawatan kesehatan, perbaikan gizi, pembinaan mental spiritual, penyelanggaraan
olahraga, dan reaksi
Puskesmas yang memiliki Panti Werdha di wilayah kerjanya, wajib melakukan
pembinaan dan pelayanan kesehatan kepada lansia yang tinggal di Panti Werdha secara
berkala minimal 1 kali dalam sebulan. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang dapat
diberikan oleh petugas Puskesmas di Panti Werdha anatra lain :
1. Penyuluhan kesehatan
2. Senam/latihan fisik
3. Pemeriksaan kesehatan untuk deteksi dini penyakit
4. Pemeriksaan laboratorium sederhana
5. Pengobatan
6. Konseling
7. Rujukan apabila ada lanjut usia yang sakit dan tidak bisa
ditangani di Puskesmas

PERAWATAN LANJUT USIA DI RUMAH (HOME CARE)


1. Ruang lingkup pelayanan keperawatan lanjut usia di rumah
a. Pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi lanjut usia dalam kontek
kelurga
b. Melaksanakan pelayanan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung
(indirect care ) serta penangan gawat darurat
c. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi lanjut usia dan keluarganya tentang kondisi
kesehatan

28
d. Mengembangkan pemberdayaan lnjut usia, pengasuh dan kelurga dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
2. Program asuhan keperawatan lanjut usia di rumah
Program asuhan keperawatan lanjut usia di rumah ditujukan untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada pasien lanjut usia yang tidak mampu secara fungsional untuk
mandiri di rumah nmun tidak terdapat indikasi untuk dirawat di Rumah sakit dan secara
teknis sulit untuk berobat jalan di Puskesmas.
3. Kasus prioritas yang perlu dilakukan asuhan keperawatan di rumah
a. Lanjut usia dengan masalah kesehatan :
o Penyakit degeneratif
o Penyakit kronis
o Gangguan fungsi atau perkembangan organ
o Kondisi paliatif
b. Lanjut usia resiko tinggi dengan faktor resiko usia atau masalah kesehatan
c. Lanjut usia terlantar
d. Lanjut usia pasca pelayanan rawat inap (hospitalisasi)
4. Proses asuhan keperawatan lanjut usia
a. Pengkajian
b. Merumuskan masalah/ diagnosis keperawatan
c. Menentukan tindakan / inteervensi keperawatan
d. Menetapkan tujuan pelayanan keperawatan kelurga dengan lanjut usia di rumah
e. Menentukan strategi intervensi keperawatan lanjut usia di rumah

PENCACATAN DAN PELAPORAN PROGRAM LANSIA


Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya, baik peningkatan dan pengembangan
kegiatan di Kelompok Lansia, perlu dilaksanakan pencatatn kegiatan pada kelompok tersebut.
Hal-hal yang dicatat adlah pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dilakukan oleh kelompok lansia
termasuk alat penunjang, serta hal-hal lainnya sesuai kebutuhan. Pencatatan dilakukan juga oleh
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pencatatan di tingkat propinsi dan
Pusat disesuaikan dengan kebutuhan.
1. FORMAT 1 (F1)

29
Format 1 adalah format pencatatan dan pelaporan yang di gunakan di tingkat kelompok
lanjut usia dan di laporkan ke Puskesmas. Format ini diisi oleh petugan pencatat data
dengan di ketahui ketua kelompok lanjut usia. (format laporan dapat dilihat pada lampiran).
2. FORMAT 2
Format 2 adalah format rekapitulasi dari laporan kelompok lanjut usia ( format 1). Format
ini di isi oleh petugas pengelola program kesehatan lanjut usia di Puskesmas dengan
mengetahui Kepala Pukesmas serta di laporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Laporan format 2 dilaporkan tanggal 5 setiap bulan dan sudah merupakan rekapan dari UPT
Puskesmas. (Format Laporan dapat dilihat pada Lampiran) .
3. LAPORAN TAHUNAN PROGRAM LANSIA
Merupakan laporan akhir tahun yang sudah direkap se-UPT Puskesmas dan wajib
dilaporkan oleh petugas lansia dari UPT P uskesmas ke tingkat kabupaten paling lmbat
tanggal 5 januari tahun berikutnya. Terdiri dari 9 komponen yaitu :
1. Data Dasar
2. Hasil pengembangan program
3. Data kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tahun berjalan sesuai sumber dana
4. Data rencana kegiatan tahun berikutnya
Format Laporan dapat dilihat pada Lampiran
4. LAPORAN SKRINING INTELEGENSIA LANSIA
Merupakan laporan bulanan Puskesmas berisikan tentang hasil skrining intelegensia lansia
dengan instrument A-B-C-D-E. Dilaporkan oleh petugas Lansia dari Puskesmas ke tingkat
Kabupaten paling lambat tanggal 5 setiap bulan dan berisikan minimal hasil dari skrining 5
orang sasarn program lansia ( Format dan penjelasannya dapat dilihat pada lampiran)

30
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tanaga lansia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga lansia yang ada di UPT Puskesmas
Jonggol
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Pelayanan kesehatan lansia : Berdasarkan PMK Diampu oleh 1 orang


No.75 Tahun 2014 dengan latar belakang
- Dalam gedung
Tenaga lansia di pendidikan DIII kebidanan
- Luar Gedung puskesmas dgn rawat dan DIII keperawatan
inap diampu oleh 2
orang dengan latar
belakang Pendidikan
minimal DIII lansia

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab upaya lansia dan karyawan
puskesmas yang terlibat dalam kegiatan upaya dikoordinir oleh penanggung jawab UKM.
Sumber daya manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan upaya Perbaikan lansia
adalah:
a. Dokter ( Sarjana Kedokteran)
b. Dokter Gigi (sarjana)
c. Bidan (D3 Kebidanan)
d. Perawat (D3 Keperawatan )
e. Nutrisionis (D3 Gizi)
f. Sanitarian (D3 Kesling)
g. Laboratorium (D3 Analis)

31
C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan kegiatan program lansia dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan/lintas sektor,
dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program lansia dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di break
down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program lansia di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas UPT Puskesmas Jonggol.

32
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

washtafel

Pintu masuk Meja register Tempat tidur periksa


petugas

antrop
ometri

Meja dokter

33
DENAH PUSKESMAS JONGGOL

Pintu Masuk Kasus Emergensi


Pintu Masuk

Intu masuk emergensi/siang


TB PARU-PAL- RUANG TUNGGU
KONSELING PENDAFTARAN
GE D U N G UTAMA
POLI RAWAT JALAN

OBGYN KIA POLI GIGI ANAK/MTBS POLI UMUM IGD

IPAL
RADIOLGI
RUANG OPERASI KATARAK IRNA KEBIDANAN LABORATORIUM

pulang
APOTIK

IRNA NIFAS

IRNA ANAK

IRNA DEWASA

GENSET MESS DAPUR


rawat jalan
Emergensi PEMULASARAN
pulang

34
Struktur organisasi lansia

PELINDUNG
KEPALA
PUSKESMAS

PENANGGUNGJAW
AB
dr Eva Christine

KETUA PELAKSANA
MITRA LANSIA
POLI LANSIA
Bd Rosita bides
mariawati amk

B. STANDAR KUALITAS

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan lansia UPT Puskesmas


Jonggol memiliki penunjang yang harus dipenuhi

Kegiatan pelayanan Sarana Prasarana


kesehatan lansia

- Meja, Kursi

- Alat tulis

Dalam Gedung

- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan

- Timbangan Dewasa

- Microtoice/ Pengukur tinggi badan

35
- Pita cm

- Leaflet

- Alat peraga/ Food Model

- Buku panduan : penuntun diet, pedoman

Pembinaan kes lansia

- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi

Penyuluhan

- Tabel Antropometri

- Timbangan dewasa

- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan

Luar Gedung - Meja, Kursi, ATK, F 2 lansia, dan

Blanko-blanko laporan lain

- garam yodium

- Pita cm

36
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN LANSIA

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Kegiatan pelayanan lansia dilakukan di dalam gedung, antara lain :
Pelayanan kesehatan lansia ( puskesmas santun lansia ) Konseling Gizi diruang
konsultasi Gizi dan senam lansia kolaborasi dengan program prolanis.
2. Kegiatan yang dilakukan diluar gedung meliputi ( 4 Indikator pembinaan lansia )
jadwal, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan-kegiatan antara lain:
a. Persentase puskesmas yang menyelanggarakan pelayanan santun lanjut usia.
b. Jumlah RS yang menyelenggarakn layanan geriatri terpadu.
c. Persentase puskesmas dengan posyandu lansia aktif setiap desa.
d. Persentase puskesmas melaksanakan home care lanjut usia.
e. Penyuluhan yang mendapatkan makanan tambahan
f. Lansia mempunyai buku lansia KIA /KMS
g. Lansia ditimbang yang naik berat badan
h. Lansia ditimbang Tidak naik berat badannya
i. Lansia riwayat DM
j. Lansia Anemia
k. Bina keluarga lansia unuk PHBS
l. Lansia yang tensi darah tinggi
m. Lansia yang tensi darah rendah
n. Kegiatan senam rutin posbindu
o. Kegiatan keterampilan lansia
p. Kegiatan kesenian lansia
q. Kegiatan rohani
r. Kegiatan rekreasi rohani
s. Penyuluhan toga dan dapur hidup
t. Kegiatan sistem 4 tahapan (5 meja)

37
B. STRATEGI / METODE
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya kesehatan
lingkungan. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang
akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain.

2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat)
yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh
masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini
dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

3. Strategi pemberdayaan masyarakat.


Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan
utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain

38
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat,
terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

C. LANGKAH KEGIATAN
Untuk terselenggaranya upaya perbaikan program lansia di UPT Puskesmas Jonggol,
perlu ditunjang dengan managemen yang baik. Managemen upaya perbaikan
program lansia masyarakat di puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematis untuk menghasilkan puskesmas yang efektif dan efisiensi di bidang
upaya perbaikan program lansia.
Managemen upaya perbaikan program lansia di puskesmas dilakukan dengan cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan (Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan (Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan
berkesinambungan.
1. Perencanaan
Perencanan upaya perbaikan program lansia adalah proses penyusunan rencana
tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah dan kebutuhan dan harapan
masyarakat pada upaya perbaikan program lansia di wilayah puskesmas.
Langkah-langkah perencanaan upaya perbaikan program lansia yang dilakukan
oleh puskesmas mancakup hal-hal sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan :
 Berdasarkan ada tidaknya masalah, kebutuhan dan harapan
masyarakat terhadap upaya perbaikan program lansia.
 Bersama masyarakat melalui survey mawas diri (SMD)
b. Menyusun usulan kegiatan (RUK)

39
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan upaya perbaikan
program lansia dilakukan dengan menetapkan :
 Kegiatan
 Tujuan
 Sasaran
 Besar/Volume kegiatan
 Waktu
 Lokasi
 Perkiraan kebutuhan biaya
c. Mengajukan usulan kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka disusun Rencana
Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Bentuk format hampir sama
dengan RUK namun lebih detail dalam biaya dan waktu pelaksanaan.
RUK kemudian disosialisasikan pada tingkat Puskesmas kepada pemegang
upaya lainya pada saat lokakarya mini Puskesmas, tingkat Kecamatan
maupun tingkat desa pada acara pertemuan lintas sektor seperti pertemuan
PKK.
Dalam pertemuaan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan kerjasama
atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta menyukseskan
rencana kegiatan yang sudah di buat.
Setelah RPK disosialisasikan kemudian penanggung jawab upaya gizi
membuat Kerangka Acuan kegiatan serta Standart Operasional untuk
memudahkan dalm melaksanakan kegiatan. Contoh format kerangka acuan
dan SPO terlampir dalam buku pedoman ini.

40
2. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal pelaksanaan
kegiatan, target pencapaian lokasi dan rincian biaya serta tugas para
penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada
waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan hal sebagai berikut :
 Azas penyelengaraan puskesmas
 Berbagai standart pedoman pelayanan upaya program lansia
 Kendali mutu
 Kendali biaya

3. Monitoring evaluasi
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara berkala mencakup
hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan telah penyelengaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
b. Mengumpulkan permaslahan, hambatan dan saran-saran untuk peningkatan
penyelengaraan serta memberikan umpan baik.
c. Pengawasan meliputi pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan
internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau kepala Puskesmas,
sedangkan pengawasan eksternal oleh masyarakat. Pengawasan mencakup
administrasi, pembiayaan dan teknis pelaksanaan serta hasil kegiatan.

4. Rencana Tindak Lanjut


Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan, hambatan dan
saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan dicari pemecahnya untuk
peningkatan mutu pelayanan upaya perbaikan program lansia, untuk kemudian
diterapkan pada kegiatan yang sama di tempat lain.

41
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan rencanan
tahunan atau target dan standart pelayanan yang sudah dibuat. Kemudian
penanggung jawab upaya perbaikan program lansia melaporkan pelaksanaan
kegiatan dan laporan berbagai sumber daya kemudian disampaikan kepada Kepala
Puskesmas.
Dalam melakukan kegiatan upaya pelayanan lansia petugas berpedoman pada
prosedur yang ada, yaitu :
No. NAMA SOP
1. PERENCANAAN PROGRAM LANSIA
2. SOSIALISASI /PENYULUHAN PROGRAM LANSIA
3 PENGELOLAAN DATA SENTINEL LANSIA
4 PENGELOLAAN LB3 LANSIA
5 ANALISIS MASALAH PROGRAM LANSIA
6. ASUHAN HOME CARE
7. PENGELOLAAN SARANA DAN OBAT PADA PELAYANAN LANSIA
14. PENDATAAN LANSIA RESTI (KADARZI)
15. PEMANTAUAN GARAM BERIODIUM PADA LANSIA
16. PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT
17. ANTROPOMETRI
24. KONSELING LANSIA
25. KUNJUNGAN RUMAH
26 PENYULUHAN

BAB V
LOGISTIK

42
Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya
dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur
yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program lansia
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
 Meja, Kursi
 Alat tulis
 Buku catatan Kegiatan
 Leaflet
 buku panduan
 komputer dan printer
 Alat peraga
 Timbangan bayi dan dewasa
 Microtoice
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
 Leaflet
 Buku catatan kegiatan
 Lembar Balik
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program lansia berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk
mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program lansia berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya
dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action )
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

43
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada
petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena
masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak
program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain
:
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko ataudampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.

5. Monitoring dan Evaluasi.

44
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai
dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Puskesmas:
1) Pendataan sasaran
2) Pelatihan kader lansia
3) Advokasi puskesmas Santun Lansia di tingkat Kecamatan
4) Kerja sama lintas sektor (Kelompok BKL, Kelompok Agama, Kesra, PKK, dll)
5) Pembentukan posbindu unggulan
6) Pemenuhan sarana dan prasaranan pelayanan kesehatan lansia di dalam dan di luar
gedung.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
45
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan
merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas
kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum
bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat.
Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

46
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator

Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Keberhasilan suatu program harus ditentukan ddengan indikator, untuk upaya pelayanan
kesehatan lingkungan indikator berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang telah ditentukan
sesuai Kepmenkes no 1457/Menkes/SK/X/2003 ,yang dimaksud dengan SPM adalah suatu
standart dengan batas–batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada masyarakat yang mencakup jenis
pelayanan, indicator dan nilai (BENCHMARK). Prinsip daripada SPM adalah SUSTAINABLE
(terus menerus), MEASUREBLE (terukur) dan FEASIABLE (mungkin dapat dikerjakan).

Adapun SPM Upaya Pelayanan Lansia sebagai berikut :

No. INDIKATOR KINERJA TARGET


1. Presentase puskesmas yg 30%
menyelenggarakan pelayanan
santun usia lanjut
2. Jumlah RS yg menyelenggarakan 15%
layanan geriatri terpadu

47
3. Presentase puskesmas dengan 30%
posyandu lansia aktif disetiap desa
4. Presentase puskesmas 15%
melaksanakan home care lanjut usia
\

STRATA KELOMPOK LANSIA DI BIDANG KESEHATAN

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI


Frekuensi <8 8-9 ≥10 ≥10
pertemuan
(x/tahun)
Kehadiran kader <3 >3 >3 >3
(pada hari H)
Cakupan pelayan <3 >3 >3 >3
kesehatan (jenis)
1) cakupan <50% 50%-60% >60% >60%
penimbangan
(CB)
2) cakupan <25% 20%-50% >50% >50%
pemeriksaan
laboratorium
(CL)
3) cakupan <50% 50%-60% >60% >60%
pemeriksaan
kesehatan
(CK)
4) cakupan <50% 50%-60% >60% >60%
penyuluhan
(CP)

48
Kegiatan 0 1 2 >2
Penunjang (jenis)
Pendanaan - - <50% >50%
kegiatan berasal
dari masyarakat

BAB IX

49
PENUTUP

Buku pedoman perbaikan program lansia di UPT Puskesmas Jonggol merupakan sarana
penunjang yang sangat dibutuhkan sebagai paduan oleh petugas kesehatan khususnya
Nutrisionist UPT Puskesmas Jonggol dalam melaksanakan penyelenggaraan upaya perbaikan
gizi masyarakat di UPT Puskesmas Jonggol, agar dapat melaksanakan perbaikan program lansia
dengan baik, benar, terukur dan teratur sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah UPT Puskesmas Jonggol.
Diharapkan para tenaga kesehatan mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi upaya perbaikan prorgram lansia di puskesmas secara terpadu bersama dengan
lintas upaya dan lintas sector terkait serta peran serta aktif masyarakat.
Pedoman ini jauh dari sempurna oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan lain dapat
membaca dan mempelajari buku-buku atau pedoman perbaikan program lansia lainnya yang
diperlukan sebagai pelengkap pengetahuan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan derajat kesehatan
gizi masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Jonggol semakin meningkat.

Nutrisionis
UPT Puskesmas Jonggol

Bd. Rosita
NIP. 196812042006042004

50

Anda mungkin juga menyukai