Dibimbing oleh :
Paramita Ratna Gayatri, S.Kep. Ns, M.Kep
Disusun Oleh :
Vriyanka Oki Novariska
NIM. 40221045
A. DEFINISI
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang
yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi,
dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
B. KLASIFIKASI LANSIA
C. BATASAN LANSIA
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008). Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia adalah sebagai berikut :
1) Menurut Departemen Kesehatan RI (2013), ada empat tahapan yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old)
usia > 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan
menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).
D. KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2015),
karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :
1) Jenis kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
2) Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%
3) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan perbandingan
banyaknya orang tidak produktif (umur 65 tahun) dengan orang berusia
produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut menjadi cermin besarnya beban
A. DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit
yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu
faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia
senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014).
Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia, hipertensi ditandai adalah
pembacaan tekanan darah yang melebihi nilai lebih dari 140 (tekanan darah tinggi)
dan 90 (tekanan darah rendah) mmHg dengan pengukuran berulang saat orang
tersebut sedang dalam kondisi istirahat (WHO, 2013).
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Kategori
N KATEGORI TD SISTOLE TD
O DIASTOLE
2. Berdasarkan Penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya
tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi (Kemenkes RI,
2016).
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)
(Kemenkes RI, 2016).
D. ETIOLOGI
E. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa
dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan
sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer.
Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai
dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga
meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
2. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal
mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan
hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari
dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama
beberapa bulan perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok
bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat
antihipertensi.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor
beta adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme
(ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor
Blocker, ARB) dan antagonis kalsium. Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa
adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan dalam kelompok obat lini pertama.
Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.
c. intervensi keperawatan
Dx
No. Tujuan Intervensi keperawatan
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi relaksasi :
nyaman : nyeri intervensi Observasi :
berhubungan keperawatan selama 3 - identifikasi teknik
dengan gejala x 24 jam maka status relaksasi yang pernah
penyakit kenyamanan digunakan
meningkat dengan - periksa ketegangan otot,
kriteria hasil : frekuensi nadi, tekanan
- keluhan tidak darah, suhu sebelum dan
nyaman menurun (5) sesudah latihan
- mual menurun (5) - monitor respon terhadap
- lelah menurun (5) terapi relaksasi
- gelisah menurun (5)
- meringis menurun Terapeutik :
(5) - ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang yang nyaman
jika memungkinkan
- gunakan nada suara
lembut, dengan irama
lambat dan berirama
- gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
- gunakan pakaian longgar
Edukasi :
- anjurkan mengambil posisi
Terapeutik :
- lakukan oral hygiene jika
perlu
- fasilotasi menentukan
pedoman diet
- sajikan makanan yang
menarik dan susu yang
sesuai
- berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi :
- anjurkan posisi duduk jika
mampu
- ajarkan diet yang
diprogramkan
Edukasi :
-jelaskan alas an intervensi
pencegahan jatuh kepada
pasien dan keluarga
- anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama bebrapa menit
sebelum berdiri
4. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :
pengetahuan intervensi Observasi :
tentang keperawatan selama 1 - identifikasi kesiapan dan
hipertensi x kunjungan maka kemampuan menerima
berhubungan tingkat pengetahuan informasi
Bell, Twiggs, & Olin. 2015.Hipertention : The silent killer : update JNC-8 Guideline
recommendation. Alabama pharmacy association.
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. Hipertensi. 2016. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2016; (Hipertensi):1-7.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
Smeltzer, S & Bare, B. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth's edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC
WHO. 2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce Your
Risk. diambil dari: http://www.who.int.
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. M
Alamat : Dusun Denok RT 013 RW 003, Desa
Jeli, Kec. Karangrejo, Kabupaten
Tulungagung
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 69 tahun
Pendidikan terakhir : tidak sekolah
Agama : islam
Status perkawinan : cerai mati
Lama tinggal di panti :-
Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. Y
Hubungan dengan klien : Anak
B. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup / Meninggal : Meninggal
Umur :-
Pekerjaan :-
Status kesehatan :-
Tahun meninggal : 2020 tahun
Penyebab meninggal : serangan jantung
Anak
Hidup / Meninggal : Hidup
Keterangan :
: Laki laki dan perempuan meninggal
: Laki laki
: Perempuan
: Klien
C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : buruh tani
Pekerjaan sebelumnya : penebang tebu dan buruh tani
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : sumber pendapatan
dari menjadi buruh tani, kecukupan terhadap kebutuhan cukup
Eliminasi
BAK : Frekuensi : 6x sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1x sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada
BAB : Frekuensi : 1x sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
Pengalaman memakai pencahar :-
Aktivitas
Aktifitas sehari – hari : bekerja sebagai buruh tani
Keluhan saat aktifitas : mudah lelah
Kebersihan diri : bersih
Kemampuan kemandirian : mandiri
Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 8 jam
Lama tidur siang :-
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada keluhan
Psikososial
Cemas : ( ) Ya (√ ) Tidak
Hemopoetik
Perdarahan abnormal : ( ) Ya (√) Tidak
Pembengkakan kelenjar limfe: ( ) Ya (√ ) Tidak
Anemia : ( ) Ya (√ ) Tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kepala
Sakit kepala : (√) Ya ( ) Tidak
L. Data Penunjang
Tidak ada data penunjang
Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat
SKOR 20 Normal
TOTA
L
Keterangan :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Kemungkinan ada gangguan fungsi kognitif
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif
SKOR KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan.
E Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G.
Keterangan:
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu.
1 A :
Adapta
si
Saya puas bahwa saya dapat kembali 2
pada keluarga ( teman-teman ) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P :
Partnershi
p
Saya puas dengan cara keluarga ( 2
teman- teman ) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G :
Growt
h
Saya puas bahwa keluarga ( teman- 2
teman ) saya menerima &
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
4 A :
Afe
k
Saya puas dengan cara keluarga (
2
teman- teman ) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 R :
Resolv
e
Saya puas dengan cara teman-teman 2
saya dan saya menyediakan waktu
bersama- sama mengekspresikan afek
dan berespon
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
DO :
- TD : 160/90
mmHg
- N : 98 x/m
- px tampak tidak
memperdulikan
penyakitnya
Edukasi :
- anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- demonstrasikan dengan teknik
relaksasi
- jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
Terapeutik :
- lakukan oral hygiene jika
perlu
- fasilotasi menentukan
pedoman diet
- sajikan makanan yang
menarik dan susu yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi :
- anjurkan posisi duduk jika
mampu
- ajarkan diet yang
diprogramkan
O:
- TD : 150/90 mmHg
- N : 95 x/m
- px tampak tidak memperdulikan
penyakitnya
O:
- TD : 130/90 mmHg
- N : 85 x/m
- px tidak tampak bingung
Pengertian hipertensi
Faktor penyebab
hipertensi
Klasifikasi hipertensi
Makanan pemicu
hipertensi
Makanan penurun
hipertensi
Mengetahui terapi
komplementer hipertensi
1. lansia memperhatikan
penjelasan tentang
pengertian hipertensi,
faktor penyebab
hipertensi, klasifikasi
4. Metode :
- ceramah
- Tanya jawab
5. Evaluasi
- Standar persiapan :
1. Persiapan materi penyuluhan
2. Persiapan tempat
3. Persiapan booklet
4. persiapan alat terapi komplementer
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang
mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia
sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut
(Fauzi, 2014).
Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis
dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia, hipertensi ditandai adalah pembacaan
tekanan darah yang melebihi nilai lebih dari 140 (tekanan darah tinggi) dan 90 (tekanan
darah rendah) mmHg dengan pengukuran berulang saat orang tersebut sedang dalam
kondisi istirahat (WHO, 2013).
C. Klasifikasi Hipertensi
Makanan penurun darah tinggi ini memiliki zat polifenol yang bersifat
antioksidan. Zat tersebut dibutuhkan tubuh untuk mencegah terbentuknya radikal
bebas. Pasalnya, radikal bebas terbentuk, sel-sel tubuh akan rusak dan mengganggu
aliran darah. Jika dibiarkan pembuluh darah akan tersumbat dan akhirnya
menyebabkan tekanan darah naik.
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/makanan-penurun-tekanan-darah-
tinggi/#gref.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3621427/makanan-penurun-tekanan-
darah tinggi-alami-dan-efektif.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/180300023/hipertensi-berikut-13-
makanan penurun-darah-tinggi?page=all.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.]