Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. M


DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

Dibimbing oleh :
Paramita Ratna Gayatri, S.Kep. Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
Vriyanka Oki Novariska
NIM. 40221045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 1


Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 2
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 3
BAB I
KONSEP LANSIA

A. DEFINISI

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang
yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi,
dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

B. KLASIFIKASI LANSIA

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :


1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

Klasifikasi lansia menurut Departemen Kesehatan RI (2012) :


1) Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 4


5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.

C. BATASAN LANSIA
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008). Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia adalah sebagai berikut :
1) Menurut Departemen Kesehatan RI (2013), ada empat tahapan yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old)
usia > 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan
menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).

D. KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2015),
karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :
1) Jenis kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
2) Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%
3) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan perbandingan
banyaknya orang tidak produktif (umur 65 tahun) dengan orang berusia
produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut menjadi cermin besarnya beban

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 5


ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai
penduduk usia nonproduktif.
4) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi
indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka kesakitan
menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

E. Permasalahan Lanjut Usia

Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia


lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi
oleh lansia diantaranya:
1) Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki
masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut
dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti
kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun
kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap
bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, 17 akan membawa
kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota
keluarga (Suardiman, 2011).
2) Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya
kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-
rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali
seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 6


3) Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan
terhadap penyakit (Suardiman, 2011).
4) Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau
kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak,
misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya bersumber
dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian
pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis
(Kartinah, 2008).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 7


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2012). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut


Usia. Depkes : Jakarta.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buletin jendela data dan Informasi
Kesehatan.
Effendi, F. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kartinah dan Agus, S. 2008. Masalah psikososial pada lanjut usia. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1, No. 1. diakses pada 20 November
2018, https://publikasiilmiah.ums.ac.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2015, 2016. Infodatin pusat data dan informasi situasi
lanjut usia di Indonesia.
Kuntjoro, Z. 2007. Masalah kesehatan jiwa lansia. diakses pada 11 November 2018,
www.e-psikologi.com.
Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.
Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Suardiman, S. P. 2011. Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 8


BAB II
KONSEP HIPERTENSI

A. DEFINISI

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit
yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu
faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia
senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014).
Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa
terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia, hipertensi ditandai adalah
pembacaan tekanan darah yang melebihi nilai lebih dari 140 (tekanan darah tinggi)
dan 90 (tekanan darah rendah) mmHg dengan pengukuran berulang saat orang
tersebut sedang dalam kondisi istirahat (WHO, 2013).

B. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan Kategori

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JNC – VII 2003

N KATEGORI TD SISTOLE TD
O DIASTOLE

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 9


1. NORMAL <120 DAN <80
2. PRA-HIPERTENSI 120-139 ATAU 80-89
3. HIPERTENSI 140-159 ATAU 90-99
TINGKAT 1
4. HIPERTENSI >160 ATAU >100
TINGKAT 2
Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 DAN <90

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT (Bope & kellerman, 2017)

klasifikasi Tekanan darah sistole Tekanan darah


diastole
Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 ≥160 ≥100

Hipertensi krisis >180 >110

2. Berdasarkan Penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya
tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi (Kemenkes RI,
2016).
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB)
(Kemenkes RI, 2016).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 10


C. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,
tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas,
rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar
darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
Hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah
(Smeltzer, 2013) :
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain
selain tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta
kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan
bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen]).

D. ETIOLOGI

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 11


Menurut Smeltzer (2013) berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi
terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -
95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer,
2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak
bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam
hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan
hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang
secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan
disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan,
medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat
menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).

E. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa
dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan
sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer.
Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai
dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga
meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 12


kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Dengan dilepaskannya norepineprin akan mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor
(Ramadhani, 2014).
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin. Pada
saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin
(Ramdhani,2014)
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II yang menyebabkan adanya sutu vasokontriktor yang kuat.
Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi.
Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan distensi
daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung ( volume sekuncup ) sehingga terjadi penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Ramdhani, 2014).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 13


Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 14
F. WOC / POHON MASALAH

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 15


G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipertensi menurut Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017 ada 2 :
1. Pengendalian faktor resiko
a. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan sesorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight). Dengan demikian, obesitas harus dikendalikan dengan
menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan.
Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat
memasak.
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol
tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak jaringan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan
proses arterosklerosis dan peningkatan tekanan darah.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 16


Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri.
f. Mengurangi komsumsi alkohol
Hindari komsumsi alkohol berlebihan Laki-laki : Tidak lebih dari 2
gelas per hari; Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari.

2. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal
mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan
hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari
dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama
beberapa bulan perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok
bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat
antihipertensi.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor
beta adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme
(ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor
Blocker, ARB) dan antagonis kalsium. Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa
adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan dalam kelompok obat lini pertama.
Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.

I. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 17


wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Biodata
- Biodata Pasien (umur, jenis kelamin, pekejaan, Pendidikan, agama,
alamat)
- Biodata PenanggungJawab (umur, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, alamat
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama Keluhan saat dikaji
- Riwayat penyakit sekarang Penjelasan dari apa keluhan yang klien
rasakan
- Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat yang penyakit yang pernah
dialami sebelumnya
- Riwayat Penyakit kesehatan Keluarga Riwayat penyakit keluarga
dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan
3. Pola Gordon
- Pola persepsi kesehatan Menggambarkan persepsi klien dan
penanganan kesehatan dan kesejahteraan.
- Pola Nutrisi / Metabolik Menggambarkan masukan nutrisi;
keseimbangan cairan dan elektrolit; kondisi kulit, rambut, dan kuku
- Pola Elinminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi usus,
kandung kemih, dan kulit
- Pola aktifitas / latihan Pengkajian Barthel Indeks/ Katz Indeks
- Pola tidur / istirahat Menggambar pola tidur, istirahat dan persepsi
tentang tingkat energi.
- Pola kognitif / perceptual Menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan, pengecapan, perabaan, penghidu, persepsi nyeri,
bahasa, memori dan pengambilan keputusan
- Persepsi diri/konsep diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 18


- Pola peran / hubungan Menggambarkan keefektifan peran dan
hubungan dengan orang terdekat.
- Pola seksual/reproduksi Menggambarkan kepuasan atau masalah
yg aktual atau dirasakan dg seksualitas
- Pola Mekanisme koping Bagaimana mengatasi masalah dialaminya
- Pola nilai dan keyakinan Agama yang dianut klien adakah
gangguan dalam beribadah
4. Faktor Lingkungan
1. Luas rumah /wisma
2. Keadaan Lingkungan dalam rumah/ wisma
- Penerangan
- Kebersihan dan kerapihan
- Pembagian ruangan
- Sirkulasi udara
- Keamanan
- Sumber air minum
- Ruang Pertemuan
3. Keadaan Luar rumah/ wisma
- Pemanfaatan halaman
- Pembuangan air limbah
- Pembuangan sampah
- Sanitasi
- Sumber pencemaran
5. Pemeriksaan Fisik
- Sistim musculo skeletal
- Sistim kardiovasculer
- Sistim respirasi
- Sistim integument
- Sistem urinaria
- Sistim Gastrointestinal

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 19


b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeti berhubungan dengan gejala penyakit
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d proses penuaan
3. Resiko cidera ditandai dengan perubahan sensasi
4. Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi

c. intervensi keperawatan

Dx
No. Tujuan Intervensi keperawatan
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi relaksasi :
nyaman : nyeri intervensi Observasi :
berhubungan keperawatan selama 3 - identifikasi teknik
dengan gejala x 24 jam maka status relaksasi yang pernah
penyakit kenyamanan digunakan
meningkat dengan - periksa ketegangan otot,
kriteria hasil : frekuensi nadi, tekanan
- keluhan tidak darah, suhu sebelum dan
nyaman menurun (5) sesudah latihan
- mual menurun (5) - monitor respon terhadap
- lelah menurun (5) terapi relaksasi
- gelisah menurun (5)
- meringis menurun Terapeutik :
(5) - ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang yang nyaman
jika memungkinkan
- gunakan nada suara
lembut, dengan irama
lambat dan berirama
- gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
- gunakan pakaian longgar

Edukasi :
- anjurkan mengambil posisi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 20


yang nyaman
- anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
- demonstrasikan dengan
teknik relaksasi
- jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia

2. Disfungsi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi:


motilitas intervensi Observasi :
gastrointestinal keperawatan selama 3 - identifikasi status nutrisi
b.d proses x 24 jam maka - identifikasi alergi dan
penuaan motilitas intoleransi makanan
gastrointestinal - identifikasi makanan yang
membaik dengan disukasi
kriteria hasil : - identifikasi kebutuhan
- mual menurun (5) kalori dan jenis nutrien
- muntah menurun (5) memperingan nyeri
- monitor asupan makanan
- monitor berat badan

Terapeutik :
- lakukan oral hygiene jika
perlu
- fasilotasi menentukan
pedoman diet
- sajikan makanan yang
menarik dan susu yang
sesuai
- berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- berikan suplemen
makanan jika perlu

Edukasi :
- anjurkan posisi duduk jika
mampu
- ajarkan diet yang
diprogramkan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 21


3. Resiko cidera Setelah dilakukan Pencegahan cidera :
ditandai dengan intervensi Observasi :
perubahan keperawatan selama 3 - identifikasi lingkungan
sensasi x 24 jam maka tingkat yang berpotensi
nyeri menurun menyebabkan cidera
dengan kriteria hasil : - identifikasi obat yang
- keluhan nyeri menyebabkan ccidera
menurun (5) - identifikasi kesesuaian alas
- meringis menurun kaki atau stoking elastis
(5) pada ekskremitas bawah
- gelisah menurun (5)
- sulit tidur menurun Terapeutik :
(5) - sediakan pencahayaan
yang memadai
- gunakan lampu tidur
selama tidur
- sediakan alas kaki antislip
- pastikan barang barang
pribadi mudah dijangkau
- pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
- gunakan alas lantai jika
beresiko mengalami cidera
serius
- sediakan psipot atau urinal
untuk eliminasi di tempat
tidur
- diskusikan mengenai
terapi fisik

Edukasi :
-jelaskan alas an intervensi
pencegahan jatuh kepada
pasien dan keluarga
- anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama bebrapa menit
sebelum berdiri
4. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :
pengetahuan intervensi Observasi :
tentang keperawatan selama 1 - identifikasi kesiapan dan
hipertensi x kunjungan maka kemampuan menerima
berhubungan tingkat pengetahuan informasi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 22


dengan kurang meningkat dengan - identifikasi faktor faktor
terpapar kriteria hasil : yang dapat meningkatkan
informasi - perilaku sesuai dan menurunkan motivasi
anjuran meningkat (5) perilaku hidup bersih dan
- perilaku sesuai sehat
pengetahuan
meningkat (5) Terapeutik :
- pertanyaan tentang - sediakan materi dan media
masalah yang dihadapi pendidikan kesehatan
menurun (5) - jadwalkan pendidikan
- persepsi yang keliru kesehatan sesuai
terhadap masalah kesepakatan
menurun (5) - berikan kesempatan untuk
- perilaku membaik bertanya
(5)
Edukasi :
- jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- ajarkan stategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 23


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Bell, Twiggs, & Olin. 2015.Hipertention : The silent killer : update JNC-8 Guideline
recommendation. Alabama pharmacy association.

Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier,


Inc.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. Hipertensi. 2016. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2016; (Hipertensi):1-7.

Ramadhani. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Graha Ilmu: Yogyakarta

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.

Smeltzer, S & Bare, B. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth's edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC

WHO. 2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce Your
Risk. diambil dari: http://www.who.int.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 24


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. M
Alamat : Dusun Denok RT 013 RW 003, Desa
Jeli, Kec. Karangrejo, Kabupaten
Tulungagung
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 69 tahun
Pendidikan terakhir : tidak sekolah
Agama : islam
Status perkawinan : cerai mati
Lama tinggal di panti :-
Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. Y
Hubungan dengan klien : Anak
B. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup / Meninggal : Meninggal
Umur :-
Pekerjaan :-
Status kesehatan :-
Tahun meninggal : 2020 tahun
Penyebab meninggal : serangan jantung
Anak
Hidup / Meninggal : Hidup

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 25


Umur : 29
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Status kesehatan : baik
Tahun meninggal :-
Penyebab meninggal : -
Genogram :

Keterangan :
: Laki laki dan perempuan meninggal

: Laki laki

: Perempuan

: Klien

C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : buruh tani
Pekerjaan sebelumnya : penebang tebu dan buruh tani
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : sumber pendapatan
dari menjadi buruh tani, kecukupan terhadap kebutuhan cukup

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 26


D. Riwayat Lingkungan Hidup
Kebersihan dan kerapihan ruangan : ruangan tidak bersih dan tidak rapi
Penerangan : penerangan kurang terang, lampu kurang terang, ventilasi
jendela hanya ada di 1 kamar dan di ruang tamu
Keadaan kamar mandi dan WC : keadaan kamar mandi dan wc cukup kotor
Pembuangan sampah : dibakar
E. Riwayat Rekreasi
Hobi / minat : tidak ada
Keanggotaan organisasi : pengajian mingguan
Liburan / perjalanan : ke makan bung karno blitar
F. Sumber/sistem Pendukung yang digunakan :
G. Status Kesehatan
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : hipertensi
Gejala yang dirasakan : pusing, mual, tengkuk terasa nyeri
Faktor pencetus : makanan yang kurang terkontrol
Timbulnya keluhan : (√) Ya ( ) Tidak
Upaya mengatasi : meminum obat pusing
Konsumsi obat – obatan sendiri : (√) Ya ( ) Tidak
Konsumsi obat tradisional : ( ) Ya (√) Tidak
Obat-obatan
NO NAMA OBAT DOSIS
1 Osk*don 3 x1 hari (saat pusing)
2
3
4

Status kesehatan masa lalu

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 27


Penyakit yang pernah di derita : asam lambung
Riwayat alergi (obat, makanan, debu, binatang) : tidak ada riwayat alergi
Riwayat kecelakaan : tidak ada riwayat kecelakan
Riwayat dirawat di RS : ya, operasi bisul
Riwayat konsumsi obat : konsumsi obat beli di warung (osk*don)
H. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari
Pantangan makanan : tidak ada pantanagn makan
Keluhan yang berhubungan dengan makan : tidak ada keluhan

Eliminasi
BAK : Frekuensi : 6x sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1x sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada
BAB : Frekuensi : 1x sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : tidak ada
Pengalaman memakai pencahar :-

Aktivitas
Aktifitas sehari – hari : bekerja sebagai buruh tani
Keluhan saat aktifitas : mudah lelah
Kebersihan diri : bersih
Kemampuan kemandirian : mandiri
Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 8 jam
Lama tidur siang :-
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada keluhan
Psikososial
Cemas : ( ) Ya (√ ) Tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 28


Depresi : ( ) Ya (√ ) Tidak
Gugup : ( ) Ya (√) Tidak
Kesulitan dalam mengambil keputusan : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kesulitan berkonsentrasi : ( ) Ya (√) Tidak
kesulitan berhubungan dengan oranglain : ( ) Ya (√ ) Tidak
Stressor yang dihadapi saat ini : apabila pusing secara tiba tiba
Mekanisme koping yang digunakan : meminum obat anti nyeri
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : E = 4, V = 5, M = 6

Tanda-tanda vital : TD : 160/90 mmHg RR : 2x/menit


S : 36,5 Nadi : 98x/menit
Sistem Integumen
Luka : ( ) Ya (√) Tidak
Pruritus : ( ) Ya (√) Tidak
Pigmentasi : ( ) Ya (√) Tidak
Mudah memar : ( ) Ya (√ ) Tidak
Perubahan tahi lalat : ( ) Ya (√ ) Tidak
Perubahan kuku : (√ ) Ya ( ) Tidak
Pola penyembuhan lesi :

Hemopoetik
Perdarahan abnormal : ( ) Ya (√) Tidak
Pembengkakan kelenjar limfe: ( ) Ya (√ ) Tidak
Anemia : ( ) Ya (√ ) Tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kepala
Sakit kepala : (√) Ya ( ) Tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 29


Pusing saat perubahan posisi : (√) Ya ( ) Tidak
Mata
Masalah penglihatan : (√) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri
( ) Kanan
Kabur : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√)
Tidak
Gatal : ( ) Ya: ( ) Kiri ( ) Kanan
(√ ) Tidak
Nyeri : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√)
Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan
(√) Tidak
Pemakaian kacamata : ( ) Ya (√ ) Tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√)
Tidak
Keluhan lain :
Telinga
Masalah pendengaran : (√ ) Normal ( ) Terganggu : ()
Kiri ( ) Kanan
Tinitus : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan
(√ ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ()
Kanan (√) Tidak
Pemakaian alat bantu pendengaran : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan
(√) Tidak
Tuli : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan
(√ ) Tidak
Keluhan lain :
Hidung dan sinus
Epistaksis : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 30


Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan
(√ ) Tidak
Keluhan lain :
Mulut dan tenggorokan
Nyeri tenggorokan : ( ) Ya (√ ) Tidak
Luka : ( ) Ya (√ ) Tidak
Serak : ( ) Ya (√ ) Tidak
Kesulitan menelan : ( ) Ya (√ ) Tidak
Perdarahan gusi : ( ) Ya (√) Tidak
Pemakaian gigi palsu : ( ) Ya (√ ) Tidak
Masalah dalam pemakaian gigi palsu : ( ) Ya (√) Tidak
Riwayat infeksi : (√) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : gigi keropos
Leher
Kekakuan : ( ) Ya (√) Tidak
Benjolan : ( ) Ya (√) Tidak
Nyeri tekan : ( ) Ya (√) Tidak
Keluhan lain : tidak ada keluhan
Payudara
Benjolan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√) Tidak
Bengkak : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak
Nyeri tekan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak
Keluhan lain :
Sistem Pernapasan
Batuk : ( ) Ya (√ ) Tidak
Sesak nafas : ( ) Ya (√) Tidak
Asma : ( ) Ya (√) Tidak
Keluhan lain : tidak ada keluhan
Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada : ( ) Ya (√ ) Tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 31


Palpitasi : ( ) Ya (√ ) Tidak
Keluhan lain : tidak ada keluhan
Sistem endokrin
Polifagia : ( ) Ya (√ ) Tidak
Polidipsi : ( ) Ya (√ ) Tidak
Poliuria : ( ) Ya ( ) √ Tidak
Sistem persyarafan
Kejang : ( ) Ya (√ ) Tidak
Tremor : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak
Kelumpuhan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak
Keluhan lain : tidak ada keluhan
K. Data Tambahan
Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )
= fungsi intelektual utuh ( skor 2 )
Mini - Mental State Exam ( MMSE )
= mungkin ada gangguan fungsi kognitif ( skor 20 )
Depresi Geriatri
= tidak depresi (skor YA : 2, skor Tidak : 0)
Indeks Katz
=A
Apgar Keluarga
= fungsi keluarga sehat ( skor 10 )

L. Data Penunjang
Tidak ada data penunjang

Kediri, 22 November 2021

( Vriyanka Oki Novariska )

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 32


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Tn. M Tanggal : 22/11/2021


Jenis kelamin :L Umur : 69 tahun
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Skor
+ -
NO Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini ? (tanggal, bulan 22 november 2021
+ dan tahun)
+ 2 Hari apa sekarang ini ? senin
+ 3 Apa nama tempat ini ? Ruang tamu
+ 4 Dimana alamat anda ? Dusun denok, desa jeli
RT 013 RW 003
+ 5 Berapa umur anda ? 69
- 6 Kapan anda lahir ? 1 Juli 1952
+ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? Jokowidodo

+ 8 Siapa presiden sebelumnya ? SBY

+ 9 Siapa nama kecil ibu anda? Sanah

- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 20,17,14,11,8 (dibantu


3 dari setiap angka baru, semua secara anak)
menurun !
Jumlah Kesalahan Total 2

Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 33


a. Bisa dimaklumi jika terdapat lebih dari satu kesalahan, bila subyek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi jika terdapat kurang dari satu kesalahan, bila subyek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 34


MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
PENILAIAN ASPEK KOGNITIF DAN FUNGSI MENTAL

Nama klien : Tn. M Tanggal : 22/11/2021


Jenis kelamin : L Umur : 69 Th
SKOR SKOR
MAX MANULA
ORIENTASI
5 3 Sekarang ( hari ), ( tanggal ), ( bulan ), ( tahun ), dan
( musim ) ?
5 5 Sekarang kita berada dimana : ( jalan ), ( no. Rumah ),
( kota ), ( kabupaten ), ( propinsi )
REGRISTASI
3 3 Minta klien menyebutkan nama 3 buah benda, 1 detik untuk
tiap benda. Kemudian mintalah manula mengulang ke 3 nama
tersebut. Berikan Bila masih salah, ulanglah penyebutan ke 3
nama benda tersebut. Sampai ia dapat mengulangnya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah ( misal : bola,
kursi, sepatu )
( Jumlah percobaan ............................)
PERHATIAN DAN KALKULASI
5 - Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah.
Berhenti setelah 5 hitungan ( 93, 86, 79, 72, 65 ).
Kemungkinan lain, ejalah kata ”dunia” dari akhir ke awal ( a-
i-n-u-d )
MENGINGAT
3 3 Tanyakan kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan di
atas.
BAHASA
2 2 a. Apakah nama benda-benda ini ? Perlihatkan pensil dan jam
1 1 tangan
3 3 b. Ulanglah kalimat berikut : ” tidak ada jika, dan, atau tetapi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 35


1 - c. Laksanakan 3 perintah ini : Ambil selembar kertas dengan
1 - tangan kanan anda, lipat kertas menjadi dua dan letakkan
1 - di lantai
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : ” PEJAMKAN
MATA ANDA ”
e. Tulislah sebuah kalimat
f. Tirulah gambar ini

SKOR 20 Normal
TOTA
L

Keterangan :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Kemungkinan ada gangguan fungsi kognitif
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 36


SKALA DEPRESI GERIATRIK
PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA

Nama klien : Tn. M Tanggal : 22/11/2021


Jenis kelamin : L Umur : 69 Th
NO SKALA DEPRESI GERIATRIK YA TIDAK
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ? YA TIDAK
Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan
2 YA TIDAK
hal-hal yang menarik minat anda ?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ? YA TIDAK
4 Apakah anda sering bosan ? YA TIDAK
5 Apakah anda biasanya semangat / gembira ? YA TIDAK
Apakah anda takut jangan-jangan sesuatu yang tidak baik
6 YA TIDAK
akan terjadi pada diri anda ?
7 Apakah anda biasanya merasa senang / bahagia ? YA TIDAK
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? YA TIDAK
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada pergi ke
9 YA TIDAK
luar dan melakukan hal-hal yang baru?
Apakah anda merasa mengalami kesulitan untuk mengingat
10 YA TIDAK
daripada biasanya ?
Apakah anda mengganggap sesuatu yang luar biasa bahwa
11 YA TIDAK
anda hidup sekarang ?
Apakah menurut anda keadaan anda sekarang rasanya
12 YA TIDAK
kurang berharga ?
13 Apakah anda merasa penuh energi ? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa situasi anda tanpa harapan ? YA TIDAK
Apakah anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih
15 YA TIDAK
berhasil daripada anda ?
SKOR TOTAL 2 0
KETERANGAN :
Hitung jawaban yang bercetak tebal
a. Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai skor 1
b. Skor 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
c. Skor 10 atau lebih merupakan depresi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 37


Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 38
INDEKS KATZ
PENILAIAN TINGKAT KEMANDIRIAN PADA AKTIVITAS KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

Nama klien : Tn. M Tanggal : 22/11/2021


Jenis kelamin : L Umur : 69 Th

SKOR KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan.
E Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil
dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G.

Keterangan:
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu.

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 39


NO ITEMS PENILAIAN Selalu Kadang- Tidakp
(2) Kadang ( ernah (
1) 0)

1 A :
Adapta
si
Saya puas bahwa saya dapat kembali 2
pada keluarga ( teman-teman ) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P :
Partnershi
p
Saya puas dengan cara keluarga ( 2
teman- teman ) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G :
Growt
h
Saya puas bahwa keluarga ( teman- 2
teman ) saya menerima &
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.

4 A :
Afe
k
Saya puas dengan cara keluarga (
2
teman- teman ) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 R :
Resolv
e
Saya puas dengan cara teman-teman 2
saya dan saya menyediakan waktu
bersama- sama mengekspresikan afek
dan berespon

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 40


JUMLAH 10

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 41


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Daftar Prioritas Masalah :


1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Defisit pengetahuan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 42


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Peningkatan tekanan Gangguan rasa nyaman :
- Px mengatakan vascular otak nyeri
nyeri pada lehernya
- px mengeluh Tekanan intracranial
pusing
- px mengatakan Nyeri kepala
tidak nyaman
dengan kondisinya Gangguan rasa nyaman :
DO : nyeri
- grimace (+)
- TD : 160/90
mmHG
- N : 98x/m
P : tekanan darah
tinggi
Q : seperti tertimpa
benda berat
R : pada tengkuk
S : skala nyeri 6
T : hilang timbul

2. DS : Suara peristaltic berubah Disfungsi motilitas


- px mengeluh tidak gastrointestinal
nyaman dengan Mual
kondisinya
- px mengeluh mual Disfungsi motilitas
DO : gastrointestinal

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 43


- px tampak gelisah
3. DS : Kurangnya terpapar Defisit pengetahuan
- Px mengatakan inormasi
masih bingung
makanan apa saja Gagal mencapai
yang harus dihindari pengendalian yang optimal
oleh penderita
hipertensi Sulit membedakan
- px mengatakan makanan yang boleh/tidak
bingung apa saja dikonsumsi oleh penderita
makanan yang boleh hipertensi
dikonsumsi oleh
penderita hipertensi Defisit pengetahuan

DO :
- TD : 160/90
mmHg
- N : 98 x/m
- px tampak tidak
memperdulikan
penyakitnya

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 44


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. M


Dx Medis : Hipertensi
N
DX KEP TUJUAN INTERVENSI
O
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi relaksasi :
intervensi Observasi :
nyaman b.d gejala
keperawatan selama - identifikasi teknik relaksasi
penyakit d.d px 2 x 24 jam maka yang pernah digunakan
status kenyamanan - periksa ketegangan otot,
mengeluh nyeri
meningkat dengan frekuensi nadi, tekanan darah,
pada lehernya kriteria hasil : suhu sebelum dan sesudah
- keluhan tidak latihan
nyaman menurun (5) - monitor respon terhadap terapi
- mual menurun (5) relaksasi
- lelah menurun (5)
- gelisah menurun Terapeutik :
(5) - ciptakan lingkungan tenang
- meringis menurun dan tanpa gangguan dengan
(5) pencahayaan dan suhu ruang
yang nyaman jika
memungkinkan
- gunakan nada suara lembut,
dengan irama lambat dan
berirama
- gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain
- gunakan pakaian longgar

Edukasi :
- anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- demonstrasikan dengan teknik
relaksasi
- jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 45


2. Disfungsi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi:
intervensi Observasi :
motilitas
keperawatan selama - identifikasi status nutrisi
gastrointestinal 2 x 24 jam maka - identifikasi alergi dan
motilitas intoleransi makanan
b.d proses
gastrointestinal - identifikasi makanan yang
penuaan d.d px membaik dengan disukasi
kriteria hasil : - identifikasi kebutuhan kalori
mengeluh mual
- mual menurun (5) dan jenis nutrien memperingan
- muntah menurun (5) nyeri
- monitor asupan makanan
- monitor berat badan

Terapeutik :
- lakukan oral hygiene jika
perlu
- fasilotasi menentukan
pedoman diet
- sajikan makanan yang
menarik dan susu yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- berikan suplemen makanan
jika perlu

Edukasi :
- anjurkan posisi duduk jika
mampu
- ajarkan diet yang
diprogramkan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 46


3. Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :
intervensi Observasi :
pengetahuan b.d
keperawatan selama - identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar 2 x kunjungan maka kemampuan menerima
tingkat pengetahuan informasi
informasi d.d Px
meningkat dengan - identifikasi faktor faktor yang
mengatakan masih kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
bingung apa itu - perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku
anjuran meningkat hidup bersih dan sehat
hipertensi (5)
- perilaku sesuai Terapeutik :
pengetahuan - sediakan materi dan media
meningkat (5) pendidikan kesehatan
- pertanyaan tentang - jadwalkan pendidikan
masalah yang kesehatan sesuai kesepakatan
dihadapi menurun - berikan kesempatan untuk
(5) bertanya
- persepsi yang
keliru terhadap Edukasi :
masalah menurun - jelaskan faktor resiko yang
(5) dapat mempengaruhi kesehatan
- perilaku membaik - ajarkan perilaku hidup bersih
(5) dan sehat
- ajarkan stategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 47


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. M


Dx Medis : Hipertensi
No. Dx Tanggal Jam Impementasi Evaluasi
1. Senin, 16.00 - identifikasi teknik relaksasi yang S:
29/11/2021 pernah digunakan - Px mengatakan nyeri pada lehernya
- identifikasi skala nyeri - px mengeluh pusing
- periksa frekuensi nadi, tekanan darah, - px mengatakan tidak nyaman dengan
suhu sebelum dan sesudah latihan kondisinya
- ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan O:
suhu ruang yang nyaman jika - grimace (-)
memungkinkan - TD : 150/90 mmHg
- gunakan nada suara lembut, dengan - N : 95x/m
irama lambat dan berirama
- gunakan relaksasi sebagai strategi P : tekanan darah tinggi
penunjang dengan analgetik atau Q : seperti tertimpa benda berat
tindakan medis lain R : pada tengkuk
- gunakan pakaian longgar S : skala nyeri 4
- anjurkan mengambil posisi yang T : hilang timbul
nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan sensasi A : Masalah belum teratasi
relaksasi P : Intervensi dilanjutkann\
- demonstrasikan dengan teknik
relaksasi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 48


2. Senin, 16.00 - identifikasi status nutrisi S:
29/11/2021 - identifikasi alergi dan intoleransi - px mengeluh mual
makanan
- identifikasi makanan yang disukasi O:
- fasilitasi menentukan pedoman diet - Px sudah tidak tampak gelisah
- sajikan makanan yang menarik dan
susu yang sesuai A : Masalah belum teratasi
- berikan makanan tinggi serat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mencegah konstipasi
- anjurkan posisi duduk jika mampu

3. Senin, 16.00 - identifikasi kesiapan dan kemampuan S:


29/11/2021 menerima informasi - Px mengatakan masih bingung
- identifikasi faktor faktor yang dapat
makanan apa saja yang harus dihindari
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan oleh penderita hipertensi
sehat
- px mengatakan bingung apa saja
- jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan makanan yang boleh dikonsumsi oleh
- berikan kesempatan untuk bertanya
penderita hipertensi

O:
- TD : 150/90 mmHg
- N : 95 x/m
- px tampak tidak memperdulikan
penyakitnya

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 49


A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 50


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. M


Dx Medis : Hipertensi
No. Dx Tanggal Jam Impementasi Evaluasi
1. Selasa, 16.00 - identifikasi teknik relaksasi yang S:
30/11/2021 pernah digunakan - Px mengatakan sudah tidak nyeri pada
- periksa frekuensi nadi, tekanan darah, lehernya
suhu sebelum dan sesudah latihan - px tidak mengeluh pusing
- ciptakan lingkungan tenang dan tanpa - px mengatakan sudah nyaman dengan
gangguan dengan pencahayaan dan kondisinya
suhu ruang yang nyaman jika O:
memungkinkan - grimace (-)
- gunakan nada suara lembut, dengan - TD : 130/90 mmHg
irama lambat dan berirama - N : 85x/m
- gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau A : Masalah teratasi
tindakan medis lain P : Intervensi dihentikan
- gunakan pakaian longgar
- anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi

2. Selasa, 16.00 - fasilitasi menentukan pedoman diet S:


30/11/2021 - sajikan makanan yang menarik dan - px sudah tidak mengeluh mual
susu yang sesuai
O:

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 51


- berikan makanan tinggi serat untuk - Px sudah tidak tampak gelisah
mencegah konstipasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Selasa, 16.00 - identifikasi kesiapan dan kemampuan S:
30/11/2021 menerima informasi - Px mengatakan sudah tidak bingung
- berikan kesempatan untuk bertanya
makanan apa saja yang harus dihindari
oleh penderita hipertensi
- px mengatakan sudah tidak bingung
apa saja makanan yang boleh dikonsumsi
oleh penderita hipertensi

O:
- TD : 130/90 mmHg
- N : 85 x/m
- px tidak tampak bingung

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 52


Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 53
FORMAT
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

POKOK BAHASAN : Hipertensi


SUB POKOK BAHASAN : Diet hipertensi dan terapi komplementer hipertensi
WAKTU : Selasa, 30 November 2021 pukul 16.00 WIB
SASARAN : Tn. M
TEMPAT : Rumah Tn. M

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan selama 1 jam diharapkan lansia dapat memahami
tentang hipertensi, diet hipertensi dan terapi komplementer hipertensi.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 jam diharapkan lansia dapat
:
1. Mengetahui apa pengertian hipertensi
2. Mengetahui faktor penyebab hipertensi
3. Mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Mengetahui makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi
5. Mengetahui makanan yang dapat menurunkan hipertensi
6. Mengetahui terapi komplementer hipertensi

3. Kegiatan Belajar Mengajar


N TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
O

1 Pembukaan 10 menit Orientasi : Ceramah


- Mengucapkan salam
- Orientasi/
memperkenalkan diri

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 54


- Menyampaikan
maksud dan tujuan
- Kontrak waktu
penyuluhan
Tujuan :
Untuk membina hubungan
saling percaya antara
mahasiswa dengan Tn. M
agar Tn. M dapat menerima
informasi dari mahasiswa
dengan baik

2 Pelaksanaan 40 menit Kerja : Ceramah dan


Menjelaskan materi tentang booklet
hipertensi dan
pencegahannya

 Pengertian hipertensi
 Faktor penyebab
hipertensi
 Klasifikasi hipertensi
 Makanan pemicu
hipertensi
 Makanan penurun
hipertensi
 Mengetahui terapi
komplementer hipertensi

1. lansia memperhatikan
penjelasan tentang
pengertian hipertensi,
faktor penyebab
hipertensi, klasifikasi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 55


hipertensi, makanan
yang dapat memicu
hipertensi, makanan
yang dapat menurunkan
hipertensi, dan terapi
komplementer
hipertensi
2. lansia dapat menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas

3 Penutup 10 menit Terminasi : Ceramah


1. Menyimpulkan materi
2. Mengevaluasi lansia
tentang materi yang
diberikan
3. Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
salam

4. Metode :
- ceramah
- Tanya jawab

5. Evaluasi
- Standar persiapan :
1. Persiapan materi penyuluhan
2. Persiapan tempat
3. Persiapan booklet
4. persiapan alat terapi komplementer

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 56


- Standar proses :
1. Penyampaian materi
2. Sesi tanya dan jawab
- Standar hasil :
1. Lansia mampu mengetahui tentang pengertian hipertensi
2. Lansia mampu mengetahui faktor penyebab hipertensi
3. Lansia mampu mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Lansia mampu mengetahui makanan pemicu hipertensi
5. Lansia mampu mengetahui makanan penurun hipertensi
6. Lansia mampu mengetahui terapi komplementer hipertensi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 57


LAMPIRAN

HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang
mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia
sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut
(Fauzi, 2014).
Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis
ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab
terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis
dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).
Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia, hipertensi ditandai adalah pembacaan
tekanan darah yang melebihi nilai lebih dari 140 (tekanan darah tinggi) dan 90 (tekanan
darah rendah) mmHg dengan pengukuran berulang saat orang tersebut sedang dalam
kondisi istirahat (WHO, 2013).

B. Faktor Penyebab Hipertensi


Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI,
2013). Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan lebih
atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyairesiko yang lebih besar terkena

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 58


hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan pola
hidup (Life style) yang tidak sehat (Rahajeng & Tuminah, 2009).
Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri
sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial.
Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh faktor yang
saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam patofisiologi adalah
faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan
obesitas (Dwi & Prayitno 2013).

C. Klasifikasi Hipertensi

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JNC – VII 2003


N KATEGORI TD SISTOLE TD
O DIASTOLE
1. NORMAL <120 DAN <80
2. PRA-HIPERTENSI 120-139 ATAU 80-89
3. HIPERTENSI 140-159 ATAU 90-99
TINGKAT 1
4. HIPERTENSI >160 ATAU >100
TINGKAT 2
Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 DAN <90

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT (Bope & kellerman, 2017)


klasifikasi Tekanan darah systole Tekanan darah diastole

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 ≥160 ≥100

Hipertensi krisis >180 >110

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 59


D. Makanan Pemicu Hipertensi
Makanan pemicu hipertensi menurut Sutono (2008) adalah sebagai berikut :
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi. Makanan tersebut dilarang karena
dapat memicu penyakit darah tinggi dan jantung, Misalnyaa penggunaan
santan kelapa yang berlebihan.
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti biskuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin. Selain pemicu hipertensi
semakin parah makanan tersebut juga menjadi penyebab penyakit kanker.
3. Makanan dan minuman dalam kaleng misalnya sarden, sosis, kornet, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink. Makanan olahan dalam kaleng tak
hanya meningkatkan risiko hipertensi, tetapi juga memicu obesitas dan
penyakit kardiovaskular.
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayuran atau buah-buahan, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). Makanan yang
diawetkan seperti yang disebutkan dapat meningkatkan tekanan darah.
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi atau kambing, kuning
telur, kulit ayam). Makanan yang sudah disebutkan tersebut mengandung
lemak jenuh yang bisa memperparah penyakit hipertensi.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, msg, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
Makanan yang mengandung garam dapat merusak pembuluh darah dan arteri
dalam jantung sehingga bisa meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. Alkohol
juga berpotensi merusak dinding arteri sehingga bisa meningkatkan risiko
penyakit jantung. Kebiasaan mengonsumsi alkohol bagi pengidap tekanan
darah tinggi bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang lebih serius.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 60


E. Makanan Penurun Hipertensi
Makanan penurun hipertensi menurut Putri, A (2018) adalah sebagai berikut :
1. Pisang
Kandungan kalium yang tinggi dalam buah pisang dapat membantu
menyeimbangkan kadar natrium yang tinggi dalam tubuh para penderita
hipertensi, sehingga makanan ini dinilai efektif sebagai penurun darah tinggi.
Anda dapat mengonsumsi pisang secara langsung atau juga sebagai teman untuk
makan sereal atau yogurt.
2. Sayuran hijau
Selain pisang, sayuran hijau seperti bayam, kale, lobak hijau, sawi, dan selada,
juga mengandung kalsium yang juga berguna sebagai makanan penurun darah
tinggi. Setengah cangkir bayam matang mampu memberikan 12% dari kebutuhan
kalsium harian orang dewasa.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk selalu mengonsumsi sayuran hijau
setiap harinya sebagai makanan untuk membantu mengontrol tekanan darah Anda.
3. Kentang
Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung kalium dan
magnesium tinggi. Kedua mineral ini mampu menurunkan tekanan darah. Kentang
juga memiliki kandungan serat yang Anda perlukan. Yang jadi permasalahan di
sini adalah cara pengolahan kentang yang biasanya ditambahkan dengan garam.
Penambahan garam ini membuat kentang menjadi makanan yang
mengandung garam tinggi, di mana justru dapat meningkatkan tekanan darah.
Untuk mendapatkan manfaat kentang sebagai makanan penurun darah tinggi,
sebaiknya Anda coba untuk mengonsumsi kentang yang hanya direbus atau
dipanggang tanpa penambahan garam.
4. Ikan
Ikan juga merupakan salah satu makanan yang ampuh menjadi penurun darah
tinggi. Beberapa jenis ikan tertentu, seperti ikan trout, memiliki kandungan
vitamin D yang dapat membantu menurunkan tekanan darah Anda.
Manfaat ikan terhadap tekanan darah ini juga telah diteliti. Penelitian
yang diterbitkan oleh Nutrition Journal menyebutkan bahwa makan ikan
berlemak, seperti salmon, sebanyak tiga kali seminggu dikaitkan dengan
penurunan tekanan darah diastolik selama lebih dari delapan minggu.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 61


Selain itu, banyak penelitian sebelumnya yang telah menemukan bahwa
asam lemak omega-3 yang terkandung di makanan berbahan dasar ikan memiliki
efek penurun tekanan darah tinggi.
Penambahan garam justru dapat meningkatkan tekanan darah Anda. Ingat,
sebaiknya hanya konsumsi garam maksimal 6 gram setiap hari untuk membantu
mengontrol tekanan darah Anda. Anda bisa memasak ikan dengan cara
mengoleskan minyak zaitun dan tambahkan dengan lada hitam, lalu panggang
ikan sampai matang.
5. Delima
Delima sebagai penurun darah tinggi juga telah dibuktikan dalam penelitian
lain. Penelitian yang diterbitkan dalam Phytotherapy Research mengungkapkan
bahwa 21 pasien hipertensi yang diberikan jus delima selama dua minggu,
mengalami penurunan tekanan darah yang cukup drastis.

Makanan penurun darah tinggi ini memiliki zat polifenol yang bersifat
antioksidan. Zat tersebut dibutuhkan tubuh untuk mencegah terbentuknya radikal
bebas. Pasalnya, radikal bebas terbentuk, sel-sel tubuh akan rusak dan mengganggu
aliran darah. Jika dibiarkan pembuluh darah akan tersumbat dan akhirnya
menyebabkan tekanan darah naik.

F. Terapi Komplementer Hipertensi


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional
ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terapi komplementer juga
ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan
terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 62


klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan
prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik
(bio, psiko, sosial, dan spiritual) (Smith et al., 2004).
Berikut Terapi Komplementer Hipertensi menurut Ramdani, M, Hidayat
Rusti (2020) :
 Tomat
Tomat mengandung beberapa unsur yang baik untuk tubuh
seperti vitamin C, antioksidan, kalium yang baik untuk kesehatan.
Kandungan kalium dalam tomat mencapai 360 mg dari 100 gram tomat
merah (Sulihandri, dkk 2013). Konsumsi jumlah kalium yang cukup
dapat mengurangi Cerebrovascular Accident (CVA) secara independen
dari pengurangan tekanan darah (Houston, 2011).
Jumlah asupan kalium yang tinggi memiliki manfaat
menurunkan tekanan darah pada orang dengan hipertensi dan tidak
memiliki efek buruk pada konsentrasi lipid darah, konsentrasi
katekolamin, atau fungsi ginjal pada orang dewasa (Aburto, et al.
2013). Namun, jika konsumsi kalium makanan rendah (di bawah 40
mEq / hari [1,5 g / hari) telah terbukti terhadap peningkatan tekanan
darah dan peningkatan risiko stroke (Mount, 2018). Penelitian lainya
oleh Zhang, et al. (2013) menjelaskan bahwa asupan natrium yang
tinggi dan rendah kalium meningkatkan tekanan darah sistolik.

Prosedur pengolahan dan pemberian Tomat (solanum lycopersium)


dengan cara yaitu :
1) memilih tomat merah yang segar
2) tomat yang sudah dipilih kemudian dicuci bersih;
3) timbang tomat seberat 150 gr
4) tomat yang sudah ditimbang kemudian dipotong kecil dan
tambahkan 50 ml air serta dimasukan kedalam blander
5) tomat diblander sampai dengan halus

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 63


6) tomat yang sudah halus diberikan kepada penderita hipertensi
dengan dosis 2 kali dalam satu hari pada pukul 08.00 WIB dan
pada pukul 20.00 WIB (Ramdani, M, Hidayat Rusti, 2020).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 64


Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 65
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 66
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 67
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 68
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 69
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 70
DAFTAR PUSTAKA

Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program
Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Vol 5/ No. 1.

Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier,


Inc.

https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/makanan-penurun-tekanan-darah-
tinggi/#gref.

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3621427/makanan-penurun-tekanan-
darah tinggi-alami-dan-efektif.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/180300023/hipertensi-berikut-13-
makanan penurun-darah-tinggi?page=all.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.

WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.]

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 71


DOKUMENTASI

Mahasiswa melakukan pengkajian

Mahasiswa melakukan implementasi hari ke 1

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 72


Mahasiswa melakukan implementasi hari ke 2

Mahasiswa melakukan demonstrasi terapi komplementer

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 73

Anda mungkin juga menyukai