Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAWATAN PADA LANSIA

Kelompok Kecil
1. 202243035 Maya Setyaningtyas
2. 202243052 Shyntia Hapinawan
3. 202243 Heni Widiarti

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta


2022
Kata Pengantar

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME,


karena atas berkat rahmatnya yang diberikan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perawatan
pada Lansia“ dengan baik meskipun jauh dari kesempurnaan .
Tujuan dalam penulisan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok mata kuliah strategi belajar di Stikes Panti
Rapih Yogyakarta, serta membantu menambah wawasan perawatan
pada Lansia.
Akhir kata, kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, namun kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 10 Oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lansia merupakan Lansia merupakan proses penuaan dengan b
ertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tu
buh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jarin
gan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada
lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingg
a kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal
menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbai
ki kerusakan yang diderita. Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60
tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuha
n hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugr
oho (2017) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Lansia memiliki beberapa karakteristik menurut Ratnawati (2017)
yaitu :
1) Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanju
t usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
2) Jenis kelamin Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh
jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup
yang paling tinggi adalah perempuan
3) Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS
2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar ber
status kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lans
ia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan ya
ng cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal in
i disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan den
gan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan ya
ng berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umu
mnya kawin lagi
4) Pekerjaan Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial
dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpar
tisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyar
akat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumb
er dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan
(3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial
5) Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Inf
ormasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunaka
n untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kes
akitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. 13 An
gka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipert
ensi, artritis, strok, diabetes mellitus .
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjad
inya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
1) Perubahan Fisiologis Pemahaman kesehatan pada lansia umum
nya bergantung pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi t
ubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasa
nya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memilik
i gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan
akan menganggap dirinya sakit. Perubahan fisiologis pada lans
ia diantaranya yaitu kulit kering, penipisan rambut, penurunan
pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender, pen
urunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak
bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terh
adap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus terjadi
seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan,
gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
2) Perubahan Fungsional
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilak
u aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting unt
uk menentukan kemandirian
lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tand
a penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi gangguan kognitif seperti disorientasi,
kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilai
an yang buruk.
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan yaitu meliputi masa p
ensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan p
erubahan jaringan sosial.
Proses menua ditandai dengan adanya kemunduran biologis y
ang terlihat seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu
ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru. Kem
unduran lain yang dialami adalah kemunduran fisik antara lain kulit
mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompo
ng, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak
terutama diperut dan pinggul (Maryam, dkk, 2008 dalam Yurintika,
dkk, 2015:2). Dampak dari kurangnya kualitas tidur adalah sering l
upa dan stres yang meningkat serta akan mengalami resiko masalah
kesehatan sistem-sistem tubuh (Weatherspoon, 2017).
Latihan yang baik untuk para lansia adalah dengan
berolahraga. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara
lain adalah senam. Salah satu senam untuk menjaga kesehatan
lansia yang paling murah dan mudah dilakukan adalah senam bugar
lansia. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut (Ni
Putu Dewi Sri Wahyuni, 2015). Senam lansia mampu melatih tulan
g agar tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan ma
mpu menghilangkan radikal bebas. Senam lansia adalah olahraga ya
ng ringan, mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang mudah di
terapkan pada lansia. Aktivitas dari senam lansia merupakan senam
aerobik ringan bagi tubuh karena dilakukan tanpa gerakan meloncat
dan hanya melakukan gerakan keseimbangan dengan fokus pada be
berapa bagian dari otot besar dengan intensitas gerakan dengan kate
gori rigan dan sedang. Senam lansia dilakukan 3 sampai 5 kali perm
inggu dengan waktu pelaksanaan sekitar 15-60 menit (Miasa, dkk, 2
020:158-163 dalam Dindha Amelia, 2020)

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar belakang di atas maka dapat merumuskan beberapa
permasalahan yaitu :
1) Apa yang di maksud dengan perawatan pada Lansia ?
2) Apa manfaat senam lansia?
3) Bagaimana cara memberikan Perawatan yang tepat pada
Lansia ?
4) Bagaimana diit yang seimbang untuk lansia?

1.3 Tujuan pembelajaran


Tujuan pembelajaran perawatan pada Lansia adalah sebagai be
rikut :
1) Memahami perawatan pada lansia
2) Memahami manfaat senam lansia
3) Mampu memberikan perawatan yang tepat pada lansia
4) Memahami tentang diet pada lansia

BAB II
2.1 Diit Pada Lansia
Kualitas diet atau asupan makanan merupakan salah satu faktor y
ang mempengaruhi status gizi seseorang. Kualitas asupan makanan
menunjukkan kesesuaian asupan makan seseorang berdasarkan reko
mendasi yaitu adanya variasi kelompok makanan, kecukupan zat giz
i sesuai kebutuhan, moderasi, dan keseimbangan keseluruhan. Pada
lansia terjadi ketidakseimbangan konsumsi makanan sedang hingga
berat.Kualitas asupan makanan yang baik pada lansia sangat diperlu
kan untuk mengontrol dan mencegah komplikasi penyakit degenerat
if serta dapat membantu memperbaiki status gizinya. Rohmawati
( 2015).
2.2 Senam Lansia

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai aktivitas untuk lansia dapat membantu meningkatkan
kesehatannya secara fisik dan mental. Orang lanjut usia yang aktif
umumnya memiliki risiko yang lebih kecil terhadap penyakit kronis serta
berbagai gangguan mental pada lansia yang sering terjadi. Adapun dari
berbagai jenis aktivitas untuk lansia, senam lansia merupakan salah satu
pilihan yang tepat karena bentuk kegiatannya yang terbilang ringan dan
sesuai dengan kondisi lansia itu sendiri. Senam lansia bila dilakukan
secara rutin memiliki berbagai manfaat diantaranya membantu
meningkatkan kerja jantung sehingga orang lanjut usia bisa memiliki
peredaran darah yang lebih baik, membantu menurunkan tekanan darah
sehingga bisa mengurangi risiko hipertensi hingga penyakit jantung,
membantu meningkatkan sistem kekebalan.

3.2 Saran
Diharapkan lansia lebih aktif mengikuti kegiatan senam lansia
minimal 1x dalam seminggu. Dan bagi keluarga yang mempunyai lansia
dapat memberikan motivasi pada lansia untuk melakukan senam lansia seb
agai salah satu upaya preventif mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, menjaga keseimbangan tubuh sehingga dapat mencegah lansia
dari kejadian jatuh akibat gangguan keseimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

Dindha Amelia. (2020). SENAM LANSIA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KU


ALITAS TIDUR LANSIA DENGAN MEDIA VIDEO. 21(1), 1–9. http://mpoc.
org.my/malaysian-palm-oil-industry/
Ni Putu Dewi Sri Wahyuni. (2015). No TitleÉ?__. SEHAT DAN BAHAGIA DEN
GAN SENAM SEHAT LANSIA, 13(3), 1576–1580.
Ratnawati (2017) .Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri):Tim UB press,
),veteran indonesia.2009

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, d


an Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2
009
Rohmawati N, Asdie AH, Susetyowati. Tingkat Kecemasan, Asupan Makan, dan
Status Gizi pada Lansia di Kota Yogyakarta. J Gizi Klin Indones. 2015;12
(2):62–71.

Anda mungkin juga menyukai