Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REVOLUSI SOCIETY 5.0

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4
DINA DWI P. SETYO ADI W.

ELISABETH IKA P. SHYNTIA HAPINAWAN

HENNY SUSIATI THERESIA SUPRIATI

LUSIA WIDIHASTUTI WIDDYA SARI

MARIA AGATA K. YAYUK INDRIANI

MAYA S. YENI SUSIYANTI

PUJI RAHAYU YOHANES ROSSY

ROSARIA ADENIA A.

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah singkat dengan
metode Small Group Discussion, dengan membahas suatu topik mengenai
Revolusi Society 5.0. Revolusi Society 5.0 adalah suatu kondisi yang terjadi pada
masyarakat dimana munculnya kemajuan teknologi dan inovasi. Dalam revolusi
tersebut juga banyak pro dan kontra yang berkembang di kalangan masyarakat
saat ini.

Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka untuk pembelajaran dengan


metode Small Group Discussion dalam tugas mata kuliah Digital Literasi Di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami berharap diberikan kritik dan saran yang membangun bagi makalah
tersebut.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pada saat ini seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi
berkembang dengan sangat cepat. Dalam perkembangan tersebut
membawa dampak baik positif ataupun negative dalam semua bidang,
mulai dari dunia pendidikan hingga dunia kesehatan. Selain adanya
perkembangan teknologi, kita juga di tuntut untuk berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman. Kita sebagai sumber daya manusia dapat
mengembangkan potensi diri kita dengan berbagai hal untuk menunjang
perkembangan dan bisa mengikuti arus perubahan yang terjadi di bidang
teknologi. Saat ini, sumber daya manusia dituntut untuk memanfaatkan
dan mengembangkan teknologi yang ada, sehingga kita tidak akan
tertinggal mengenai perubahan dan perkembangan teknologi yang saat ini
sedang. Pada era saat ini, era Revolusi Society 5.0 sudah tidak asing lagi
bagi kita. Ketika sebelumnya kita sudah berada di era Revolusi Industri
4.0, yang menurut (Puspita, Yenny; Fitriani, Yessi; Astuti, Sri; Novianti,
Sri, 2020), konsep Revolusi Industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan
(artificial intellegent) sedangkan era Society 5.0 lebih memfokuskan
kepada komponen manusianya. Konsep Society 5.0 ini, menjadi inovasi
baru dari society 1.0 sampai society 4.0 dalam sejarah peradaban manusia.
Ketika ada perkembangan teknologi, revolusi Society 5.0 ini diharapkan
dapat menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi canggih
dapat mengurangi adanya kesenjangan antara manusia dengan masalah
ekonomi ke depannya (A, H., Ariostar, S., & F.N.Purnamawati, 2020).
Tak jarang ketika ada suatu topik yang sedang hangat dibicarakan, selalu
timbul argument pro dan kontra, sesuai dengan pemahaman masing-
masing. Dalam setiap sumber daya manusia, diharapkan tiap individu
dapat beradaptasi dengan cepat dan berupaya untuk mengembangkan diri,
dapat mengikuti arus perubahan teknologi, sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang muncul di sekitar kita dan beberapa tantangan dan
permasalahan sosial yang ada disekitarnya dengan memanfaatkan
berbagai macam solusi dan inovasi maupun terobosan baru yang telah
ada.

B. Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami definisi dari Revolusi Society 5.0
2. Memahami tujuan dari Revolusi Society 5.0
3. Memahami isi dari Revolusi Society 5.0
4. Memahami dampak dari Revolusi Society 5.0

C. Rumusan Masalah.
1. Apa definisi dari Revolusi Society 5.0 ?
2. Apa tujuan dari Revolusi Society 5.0 ?
3. Apa isi dari Revolusi Society 5.0 ?
4. Apa dampak dari Revolusi Society 5.0 ?

D. Manfaat Penulisan.
Penulisan makalah ini dapat memberikan ilmu tambahan mengenai
Revolusi Society 5.0, sehingga mampu menjadi tambahan dari dasar
untuk peneliti metode pembelajaran serta menambah wawasan bagi
mahasiswa lainnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Revolusi Society 5.0.


Menurut (A, H., Ariostar, S., & F.N.Purnamawati, 2020), Era Society 5.0
merupakan kelanjutan dari era Revolusi Industri 4.0, yang dimana lebih
menonjolkan sisi humanisme dalam menyelesaikan masalah-masalah
social, termasuk bidang pendidikan dengan cara mengintegrasikan antara
virtual dan realita. Revolusi Society 5.0 merupakan interaksi dan
kolaborasi antara manusia dengan mesin, dalam hal ini teknologi menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan manusia.
Menurut (Sugiono, 2021), Society 5.0 merupakan salah satu konsep yang
dapat digunakan untuk melihat gambaran koeksistensi antara manusia
dengan teknologi dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut (Adel, 2022), Revolusi industri 5.0 berarti bahwa manusia dan
mesin bekerja sama, untuk meningkatkan efisiensi dari produksi industri.
Para pekerja manusia dan robot universal diharapkan akan meningkatkan
produktivitas industri manufaktur. Industri 5.0 dirancang untuk efisien
dan cerdas mesin.
Dapat disimpulkan, definisi dari Revolusi Society 5.0 adalah interaksi dan
kolaborasi antara manusia dengan mesin, secara bekerja sama, untuk
meningkatkan efisiensi dalam teknologi dalam memecahkan suatu
masalah.

B. Tujuan Revolusi Society 5.0.


Menurut (Faruqi, 2019), tujuan dan konsep yang ingin dibawakan adalah
bagaimana adanya revolusi pada masyarakat yang memanfaatkan
teknologi yang terbaru, dengan juga mempertimbangkan aspek manusia
dan humaniora. Masyarakat yang disebut super smart society ini
memanfaatkan teknologi untuk mempermudah kehidupan, sehingga
muncullah berbagai layanan masa depan (future services) untuk
mengakomodasi kebutuhan ini. Selain itu juga bertujuan untuk
menyelaraskan antara perkembangan ekonomi (baik dari kebutuhan
energi, kebutuhan pangan, kesetaraan kesejahteraan, dan lain-lain) dengan
resolusi permasalahan sosial (dampak terhadap lingkungan sekitar,
industrialisasi yang berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan, kualitas
sumber daya manusia, dan lain - lain) agar dapat terintegrasi dengan baik.
Society 5.0 untuk bertujuan menyelesaikan permasalahan dunia yang
tertuang pada 17 tujuan dunia pada Sustainable Development Goals, yang
terdapat sembilan layanan masa depan yang diharapkan dapat digunakan
oleh masyarakat dengan memaksimalkan potensi perkembangan
teknologi. Menurut (Hotimah & Siti Raihan, 2020), konsep society 5.0
menjadikan manusia sebagai sumber inovasi, dimana tidak hanya terbatas
untuk faktor manufaktur/industri tetapi juga memecahkan masalah sosial
dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual.

C. Isi dari Revolusi Society 5.0.


Menurut (Rojas, Penafiel, Buitrago, & Romero, 2021), Society 5.0
sendiri sebagai bentuk manifestasi dari konsep teknologi masyarakat yang
berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi. Pada Society
5.0, dimana teknologi menjadi bagian dari manusia dan digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan sosial. Society 5.0 dicetuskan oleh
pemerintahan Jepang pada Januari 2016 untuk menyelesaikan
permasalahan sosial dengan menggunakan teknologi. Disinilah Society
5.0 dapat masuk dan diaplikasikan untuk membantu permasalahan-
permasalahan sosial.
Big data adalah data besar dari seperangkat teknik yang dapat
digunakan untuk mengkompilasi dan memproses data dalam jumlah
besar, serta melakukan analisis langsung melalui ilmu suatu data. Hal ini
menghasilkan nilai tambah terkait dengan masyarakat informasi yang
dikumpulkan melalui IoT (Internet of Things) akan dikonversikan ke
dalam sebuah tipe baru pengetahuan dimanifestasikan melalui AI
(Artificial Intelligence). Sebagai bagian dari IoT, semua yang terhubung
ke fitur internet di teknologi canggih yang mengidentifikasi data akurat
dari dunia fisik, memfasilitasi kompilasi data yang sesuai secara real time,
dan mengirimkan data tersebut ke dunia maya. Sedangkan untuk AI
(Artificial Intelligence), digunakan untuk memfasilitasi proses
pengambilan keputusan untuk mengelola sejumlah besar sumber daya
dan, akibatnya, menjamin keamanan.
Teknologi yang ada dapat menghubungkan dan membagikan
informasi kesehatan serta mempermudah perawatan dan penyembuhan.
Jika hal ini dipaksakan misalnya dalam bidang kesehatan di Indonesia,
perawatan kesehatan yang seharusnya mengedepankan tidak hanya
kesembuhan pasien namun juga hubungan interpersonal antara tenaga
kesehatan denga pasien, justru bisa saja tidak terjalin. Perawatan pasien
bisa-bisa hanya sebatas pengobatan tanpa pemberi asuhan yang berbasis
caring didalamnya dan kebutuhan perawatan holistic pada pasien tidak
akan tercapai.

D. Dampak dari Revolusi Society 5.0.


Menurut Haryatmoko, 2020 dalam (Mahayanti & Ismoyo, 2021), 0
beberapa penyebab terjadinya disrupsi digital yaitu :
1. Adanya komputasi awan yaitu kombinasi teknologi computer dan
pengembangan berbasis internet yang menyebabkan luasnya akses
dan optimalisasi unsur-unsur internet.
2. Internet of things yaitu obyek yang bisa menstransfer data melalui
jaringan tanpa interaksi antar manusia, manusia ke komputer
sebagai contoh penggunaan monitor implant jantung, transponder
biochip dan sensor mobil.
3. Kecerdasan buatan seperti drone, mobil tanpa sopir, pembantu
virtual; inteligensi waktu riil yang menyediakan informasi
actual/relevan sehingga memudahkan dalam pengambilan
keputusan berdasarkan data lapangan yang berjangkauan luas.
4. Pencetakan 3 dimensi.
5. Big data: volume (kapasitas data, sumber dan kegiatan), velocity
(pencatatan data dengan satuan waktu tahun, bulan, minggu, jam,
menit), variety (keberagaman format data terstruktur, teks,
numeric, video, audio.
6. Blockchain: protokol aman dimana jaringan computer secara
kolektif sebagai teknologi yang menciptakan blok-blok yang
saling terhubung.

Sedangkan menurut (Kasali, 2018), dampak psikologis yang dapat terjadi


pada era disrupsi digital adalah :

1. Online Dishinhibitation effect (ODE) yaitu orang menjadi berani,


lebih bebas melakukan apa aja tanpa hambatan.
2. Fear of Missing Out (FOMO) dimana orang merasa takut
ketinggalan/sendirian saat yang lain bersosialisasi.
3. Motivasi utama unggahan adalah viral menjadi lebih penting
bukan konten informasi yang berdasarkan pada etika.
4. Pencitraan menjadi utama sehingga kebohongan menjadi suatu
hal yang biasa.
5. Generasi digital cenderung tidak punya acuan waktu (hic et
nunc).
6. Mentalitas insentif instan dimana seseorang ingin mendapatkan
komentar, like, terhadap apa yang telah dilakukan.
7. Lemah dalam hal alarming intuition. Pada tiap manusia
mempunyai alarm yang kuat apabila ada suatu ketidakberesan di
system tubuh namun pada perangkat digital tidak terdapat alarm
itu sehingga sering ditemukan kasus-kasus tanpa disadari menjadi
mudah tertipu dalam dunia maya.

Dalam (Sudirman, et al., 2020), tantangan dan permasalahan yang muncul


dalam pelaksanaan dilapangan salah satunya pemanfaatan teknologi yang
belum merata di setiap daerah, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan,
dan terpencil). Dalam pemanfaatan AI secara signifikan dapat menjadi
ancaman bagi tenaga kesehatan, karena ketika dalam proses
pengembangan AI, maka terjadi proses otomatisasi, tenaga manusia akan
digantikan dengan robot, oleh aplikasi atau yang lainnya, sehingga
memunculkan permasalahan baru yaitu banyaknya pengangguran, yang
disebabkan karena tenaga dan pikiran manusia sudah tergantikan. Namun
di sisi lain, ada berbagai pertimbangan terutama prinsip etik dan legal
dalam memberikan pelayanan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Dengan hal tersebut, maka tenaga kesehatan harus
senantiasa meningkatkan potensi dan kemampuan diri (hardskill / softskill)
serta bijak dalam penggunaan teknologi. Di sisi lain, keraguan dan
ketakutan mempengarungi pola pikir masyarakat yang kontra atas
kehadiran telemedicine, karena adanya telemedicine akan mempengaruhi
hasil diagnosa. Sebagai contoh, ketika melakukan telemedicine, para
peserta menganggap kenyamanan langsung dan kekurangan biaya
perjalanan sebagai keuntungan dari telemedicine, sedangkan kurangnya
kontak pribadi dan diagnostik (rekaman elektroensefalogram [EEG],
analisis darah) dipandang sebagai kerugian. Mayoritas pasien menurut
penelitian (Riyanto, 2021), ingin memiliki janji temu lebih lanjut di tempat.

Menurut (Prasetyo & Prananingrum, 2022), kekurangan dari tindakan


telemedicine meliputi :

1. Ketika seseorang membutuhkan perawatan darurat, mengakses


telemedicine terlebih dahulu bisa menjadi menunda perawatan.
2. Dokter tidak dapat memberikan perawatan penyelamatan jiwa atau
tes laboratorium secara digital.
3. Tidak adanya pemeriksaan fisik secara langsung yang dilakukan
oleh dokter ke pasien juga membuat para tenaga kesehatan belum
bisa memberikan diagnosis secara pasti.
4. Dokter hanya akan memberikan kemungkinan diagnosis disertai
dengan pembanding lainnya.
5. Tidak semua orang dapat mengakses aplikasi telemedicine
terutama pada orang yang lansia.
6. Informasi yang diberikan antara pasien dan dokter menjadi tidak
maksimal dan berisiko menimbulkan kesalahan informasi.
7. Kesalahan teknis seperti yang tidak terduga dapat terjadi seperti
kecepatan internet yang lambat, aplikasi error, sinyal yang kurang
baik dan sebagainya.

Dalam (Mahayanti & Ismoyo, 2021), adanya era disrupsi juga berdampak
sebagai faktor pengguncang di sistem pelayanan kesehatan. Daya tawar
pasien makin tinggi karena internet dapat menjadi sarana komunikasi dan
penyebaran penilaian rumah sakit. Untuk melihat kualitas rumah sakit,
mereka membuat peringkat rumah sakit termasuk dokter, perawat sebagai
tenaga kesehatannya. Pemberian rating semacam itu berpengaruh terhadap
pilihan masyarakat karena luasnya penggunaan internet. Masyarakat
semakin berdaya dan kritis oleh karena itu rumah sakit harus berbenah diri
jika tidak ingin ditinggalkan pasien dan perawat sebagai tenaga kesehatan
harus meningkatkan kinerjanya dan kemampuan komunikasinya, serta
cermat mengikuti dan masuk ke perkembangan teknologi digital/ internet
dan masuk terlibat ke media sosial. Oleh karena itu pendidikan
keperawatan menjadi sangat penting untuk dapat menyiapkan calon-tenaga
perawat yang berkualitas, professional dengan pembekalan karakter. Pada
era 5.0 ini, diperlukan perawat yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara berkualitas kepada pasien dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang akan membantu,
memudahkan dan mempercepat kinerja perawat.

Menurut (Intan, et al., 2021), dalam penerapan society 5.0 tidak hanya di
lihat dari aspek kesiapan teknologi, saja tetapi dari aspek sumber daya
manusia-nya juga. Peran-peran manusia secara berangsur-angsur akan
tergantikan oleh kehadiran robot-robot cerdas, yang mana di tenaga kita,
kedua tangan kreatif kita, kedua kaki yang gesit telah diwakili oleh robot
yang bahkan mereka dapat menjawab berbagai pertanyaan sekaligus untuk
membantu kita. Ada beberapa hal yang termasuk dalam kekurangan
Society 5.0 menurut (Intan, et al., 2021) antara lain :
1. Society 5.0 tidak benar-benar memanusiawikan manusia.
2. Pekerjaan di ambil alih oleh oleh mesin-mesin canggih, ataupun
dengan robot-robot cerdas yang secara otomatis akan menggeser
posisi kita.
3. Presentase pengangguran akan meningkat.
4. Adanya sifat ketergantungan, buruknya lagi kecanduan.
5. Society 5.0 tidak benar-benar berfokus pada sisi humanisme.

Sering dikatakan bahwa transformasi digital memiliki dampak yang drastis,


terutama yang berdampak pada industri konvensional, dan juga meningkatkan
sosial kompleksitas, dan beberapa aspek negatif dari masyarakat digital,
seperti munculnya risiko keamanan dan masalah privasi, sekarang menjadi
lebih jelas. Pada saat yang sama, tren untuk menciptakan nilai baru melalui
digital teknologi dan kontribusi untuk masyarakat masa depan sekarang dapat
dilihat di seluruh dunia. Evolusi transformasi digital bukanlah jalan yang bisa
dihindari. Oleh karena itu, aspek negatif ini harus dibagikan dan diakui
(Fukuyama, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

A, A., H., A., Ariostar, S., M., & F.N.Purnamawati. (2020). Perkembangan
Keprofesian Berkelanjutan Era Society 5.0. Bandung: WIDINA BHAKTI
PERSADA BANDUNG.

Adel, A. (2022). Future of industry 5.0 in society:human-centric solutions,


challenges and prospective research areas. Journal of Cloud
Computing:Advances, Systems and Applications, 2.

Faruqi, U. A. (2019). Survey Paper : Future Service in Industry 5.0. Jurnal Sistem
cerdas 2019 Volume 2 No 1, 67.

Fukuyama, M. (2018). Society 5.0: Aiming for a New Human-Centered Society.


Jurnal Japan Spotlight, 50.

Hotimah, & Siti Raihan, U. (2020). PENDEKATAN HEUTAGOGI DALAM


PEMBELAJARAN di ERA SOCIETY 5.0. Jurnal Ilmu Pendidikan
Volume 1 No. 2 Desember 2020, 152.

Intan, Y. S., Sabila, S. M., Siswahyudianto, Budi, C. F., Margianingsih, R.,


Supriyanto, A., et al. (2021). Human Resource Management. Sleman:
Zahir Publishing.

Kasali, R. (2018). Self Disruption. Bandung: Mizan.

Mahayanti, A., & Ismoyo. (2021). Peran Pendidikan Keperawatan Menghadapi


Era Society 5.0. Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi
Indonesia, 306.

Prasetyo, A., & Prananingrum, D. H. (2022). DISRUPSI LAYANAN


KESEHATAN BERBASIS TELEMEDICINE: HUBUNGAN HUKUM
DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PASIEN DAN DOKTER. Refleksi
Hukum : Jurnal Ilmu, 225-246.
Puspita, Yenny; Fitriani, Yessi; Astuti, Sri; Novianti, Sri. (2020). SELAMAT
TINGGAL REVOLUSI INDUSTRI 4.0, SELAMAT DATANG
REVOLUSI INDUSTRI 5.0. In Prosiding Seminar Nasional Program
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang., 123.

Riyanto, A. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan


Telemedicine. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 9
No.2, 171.

Rojas, C. N., Penafiel, G. A., Buitrago, D. F., & Romero, C. A. (2021). Society
5.0: A Japanese Concept for a Superintelligent Society. Journal
Sustainabillity MDPI, 10.

Sudirman, Martini, M., Asriwati, Jhariah, A., Bima, S. A., Hanifah, A. N., et al.
(2020). Kesehatan Masyarakat Di Era Society 5.0. Bandung: CV Media
Sains Indonesia.

Sugiono, S. (2021). PEMANFAATAN CHATBOT PADA MASA PANDEMI


COVID-19: KAJIAN FENOMENA SOCIETY 5.0. Jurnal Penelitian
Komunikasi dan Pembangunan, 135.

Anda mungkin juga menyukai