Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILSAFAT SAINS

Dosen Pengampu : DR. Baharudin,M.AG.

Kelompok 3 :

Baiq Anisa Nurhalida ( 200105079 )

Baiq Andin Sekar Ningsih ( 200105080 )

Ansil Haris ( 200105081 )

Kelas : IPS C2

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM


2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sains dan teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat. Pada era globalisasi seperti
sekarang ini, penguasaan sains dan teknologi merupakan indikator signifikan dalam percepatan
pertumbuhan pembangunan suatu bangsa. Upaya mengejar ketertinggalan sains dan teknologi
bangsa-bangsa yang sedang membangun terhadap bangsa-bangsa yang sudah maju bukanlah
suatu hal yang mudah karena kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya masyarakat
setempat. Sains merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan
alamiah, dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari suatu sistem
serta penjelasan tentang pola laku sistem tersebut. Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem
alami maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Sains sebagai proses ilmiah, menurut Ritchie Calder,
(1955 : 37), dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Pengamatan tersebut disebabkan oleh
adanya kontak langsung antara manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai
macam permasalahan. Jadi proses berpikir manusia dilakukan ketika manusia menemukan
masalah dan karena masalah itu berasal dari dunia empiris maka proses berpikir itu di arahkan
pada pengamatan obyek yang bersangkutan dengan dunia empiris pula Kita dapat mempelajari
sains dari alam semesta yang dimulai dengan bertanya kepada alam atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang alam. Dari pertanyaan itulah kemudian muncul sebuah hipotesis
yang akan diajukan secara empiris sehingga dari pengujian empiris tersebut diperoleh informasi
yang valid dan dapat dipercaya. Sains dan hasilnya dapat dirasakan dalam semua aspek
kehidupan manusia. Untuk itu sains harus menjadi bagian internal dari sistem pendidikan
nasional supaya para siswa menjadi warga negara dan masyarakat yang sadar akan pentingnya
sains di era masa kini.
BAB II

FILSAFAT DAN SAINS

1. Definisi Filsafat dan Sains

Filsafat didefinisikan sebagai "kebijaksanaan" . Kata filsafat atau philosophy, berasal dari
bahasa Yunani yaitu Sophia yang berarti kebijaksanaan dan Philein yang berarti mencintai. Jadi,
filsafat adalah semata-mata mencintai kebijaksanaan.
Dari sekian pembagian ilmu dan pembahasan yang membicarakan filsafat, agaknya ada satu hal
yang mendapat porsi lebih utama dari yang lainnya, dan yang satu hal ini dinamai dengan
berbagai macam nama yang maksudnya tetap sama yaitu , filsafat tinggi (’ulya), filsafat utama
(aula), ilmu tertinggi ( a’la), ilmu universal (kulli), teologi (Ilahiyah), dan filsafat metafisika.
Ketika perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih tercurah pada masalah filsafat tinggi,
maka akhirnya kita bisa melihat arti filsafat menurut para filsuf kuno yang terbagi menjadi dua,
pertama adalah arti yang umum ; yaitu berbagai ilmu pengetahuan yang rasional dan yang kedua
adalah arti khusus, yaitu : ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan (Ilahiyah) atau filsafat
tinggi yang nota benenya adalah pecahan dari filsafat teoritis. Sedangkan menurut terminologi
muslimin, filsafat adalah nama bagi seluruh ilmu rasional dan bukan nama dari satu ilmu
tertentu.
Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan.memandang dan
mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai suatu objek. Berdasarkan Webster New
Collegiate Dictionary definisi dari sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains berarti(1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji
kebenarannya; (2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika, kimia dan
biologi).
Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat
dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah
(observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain.
Istilah common sense sering dianalogikan dengan good sense, karena seseorang dapat menerima
dengan baik. Jadi, kaitannya dengan sains, sains beranjak dari common sense, dari peristiwa
sehari-hari yang dialami manusia namun terus dilanjutkan dengan suatu pemikiran yang logis
dan teruji.
Sains merupakan suatu metode berpikir secara objektif. Tujuannya menggambarkan dan
memberi makana pada dunia yang faktual.
Sains adalah gambaran yang lengkap dan konsisten tentang berbagai fakta pengalaman dalam
suatu hubungan yang mungkin paling sederhana (simple possible terms). Sains dalam hal ini
merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan
pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena
yang terjadi di alam.
2.Ruang lingkup sains

Konsepsi siswa tentang sains sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tentang sains. Secara
sederhana sains dapat berarti sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang muncul dari
pengelompokkan secara sistematis dari berbagai penemuan ilmiah sejak zaman dahulu, atau
biasa disebut sains sebagai produk. Produk yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip,
model-model, hukum-hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta pengetahuan
ilmiah.
Sains juga bisa berarti suatu metode khusus untuk memecahkan masalah, atau biasa disebut
sains sebagai proses. Sains sebagai proses ini sudah terbukti ampuh memecahkan masalah ilmiah
yang juga membuat sains terus berkembang dan merevisi berbagai pengetahuan yang sudah
ada.Selain itu sains juga bisa berarti suatu penemuan baru atau hal baru yang dapat digunakan
setelah kita menyelesaikan permasalahan teknisnya, yang biasa disebut sebagai teknologi.
Teknologi merupakan suatu sifat nyata dari aplikasi sains, suatu konsekuensi logis dari sains
yang mempunyai kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sehingga biasanya salah satu definisi
popular tentang sains termasuk juga teknologi di dalamnya.
Sejarah perkembangan sains menunjukkan bahwa sains berasal dari penggabungan dua tradisi
tua, yaitu tradisi pemikiran filsafat yang dimulai oleh bangsa Yunani kuno serta tradisi keahlian
atau keterampilan tangan yang berkembang di awal peradaban manusia yang telah ada jauh
sebelum tradisi pertama lahir. Filsafat memberikan sumbangan berbagai konsep dan ide terhadap
sains sedangkan keahlian tangan memberinya berbagai alat untuk pengamatan alam. Sains
modern bisa lahir dari perumusan metode ilmiah yang disumbangkan Rene Descartes yang
menyodorkan logika rasional dan deduksi serta oleh Francis Bacon yang menekankan
pentingnya eksperimen dan observasi.
Sumbangan konsep dan ide dalam sains terbukti telah banyak mengubah pandangan manusia
terhadap alam sekitarnya. Contoh yang paling terkenal adalah teori relativitas dari Albert
Einstein. Teori relativitas umum ini misalnya telah mengubah pandangan orang secara drastis
akan sifat kepastian waktu serta sifat massa yang dianggap tetap. Disamping kekuatan konsep
dan ide, melalui keampuhan alat dan telitinya pengamatan, kegiatan sains juga terbukti menjadi
pemicu berbagai revolusi ilmiah. Pengamatan bintang-bintang oleh Edwin Hubble melalui
teleskop di Gunung Wilson pada tahun 1920-an misalnya, membawa beberapa implikasi seperti
adanya galaksi lain selain Bimasakti dan adanya penciptaan alam semesta secara ilmiah dengan
makin populernya teori ledakan besar (Big Bang).
Teori-teori dalam sains terus berkembang dengan pesatnya. Suatu teori adalah suatu
konstruksi yang biasanya dibuat secara logis dan matematis yang bertujuan untuk menjelaskan
fakta ilmiah tentang alam sebagaimana adanya. Suatu teori yang baik harus mempunyai syarat
lain selain dapat menjelaskan, yaitu dapat memberikan adanya prediksi; contohnya dengan
pertanyaan: Bila saya melakukan hal ini apa yang terjadi? sebagai contoh, teori kuno yang
menyatakan alam ini terdiri dari empat unsur yaitu tanah, udara, api dan air memenuhi syarat
dapat menjelaskan komposisi alam, namun gagal bila mencoba memperkirakan dari mana semua
unsur itu berasal dan bagaimana interaksinya dalam mahluk hidup.
Namun terkadang teori juga tidak bisa berbuat banyak karena konsekuensinya terlalu rumit
bahkan untuk sekedar diramalkan. Untuk mengatasi hal ini para ilmuwan mengembangkan apa
yang disebut dengan model. Model merupakan penyederhanaan dari suatu teori yang
menjelaskan alam semesta misalnya secara lebih mudah akan satu aspek tertentu, namun
menghilangkan aspek lainnya. Perkembangan teori atom memberikan kita contoh nyata tentang
tentatifnya suatu teori dalam ilmu pengetahuan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan karena teori-teori atau hukum-hukum alam
dalam sains adalah suatu generalisasi atau ekstrapolasi dari pengamatan, dan bukan pengamatan
itu sendiri. Sedangkan pengamatan itu sendiri selalu tidak akurat atau tidak menjelaskan semua
aspek yang seharusnya diamati. Apa yang dijelaskan dengan model atom Thomson contohnya,
hanya berdasar pengamatan dari percobaan sinar katoda saja; model ini direvisi oleh Rutherford
setelah dia membuktikan keberadaan inti. Sehingga unsur ketidakpastian dan kerelatifan menjadi
hal yang penting dalam ilmu pengetahuan modern yang membuatnya terus berkembang.

3. Filsafat dan sains

Pada zaman ini, di barat filsafat khususnya metafisika dianggap bukanlah sebagai sains.
Sebagaimana yang dikatakan August Comte, bahwa filsafat dalam bentuk metafisika adalah fase
kedua dalam perkembangan manusia, setelah agama yang disebut sebagai fase
pertamanya.Adapun yang disebut dengan fase ketiga atau fase yang paling modern dalam
perkembangan manusia adalah sains yang bersifat positivistik ( yang dapat dilihat oleh indra
lahir manusia ).Dan karena sains merupakan perkembangan terakhir fase ketiga maka manusia
modern harus meninggalkan fase-fase sebelumnya yang dianggap sudah kuno seperti fase
agama, teologis dan metafisika filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan sebagai manusia modern.
Berbeda dengan apa yang terjadi dibarat, dalam tradisi ilmiah Islam filsafat tetap dipertahankan
hingga kini dalam posisi ilmiahnya yang tinggi sebagai sumber atau basis bagi ilmu-ilmu umum
yang biasa kita sebut sebagai sains, yakni cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengan dunia
empiris, dunia fisik.
Dalam tradisi Islam, Filsafat adalah induk dari semua ilmu yang menelaah ilmu rasional
(aqliyyah) seperti metafisika, fisika dan matematika. Adapun sains dalam tradisi ilmiah Islam
adalah termasuk kedalam kelompok ilmu rasional dibawah ilmu-ilmu fisik, sehingga mau tidak
mau sains harus tetap menginduk kepada filsafat, khususnya kepada metafisika filsafat. Alih-alih
sains dikatakan terlepas dari filsafat sebagaimana yang disinyalir oleh August Comte, filsafat
justru dipandang sebagai induk dari sains.
Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga bisa dijadikan sebagai basis moral
bagi ilmu dengan alasan bahwa tujuan menuntut ilmu dari sudut aksiologis adalah untuk
memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang menuntutnya.
Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang mempelajari sebab pertama atau Tuhan, yang
menempati derajat tertinggi dari objek ilmu. Oleh karena itu sudah semestinyalah jika metafisika
dijadikan basis etis peneletian ilmiah karena ilmu ini akan memberikan kebahagiaan kepada
siapa saja yang mengkajinya.

4.Perbedaan Filsafat dan Sains

Sains atau science dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa latin scientia yang berarti
“mengetahui” merujuk ke metodologi sistematik yang bertujuan menggali informasi akurat
mengenai fakta dan berusaha memodelkannya. Dari model tersebut manusia berusaha
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentu saja prediksi yang dibuat
harus dapat diandalkan, kuantitatif, dan konkrit.Perbedaan yang paling mendasar antara filsafat
dan sains adalah cara mengambil kesimpulan. Filsafat berusaha mencari kebenaran atas suatu
hipotesa hanya dengan kekuatan berfikir. Sains bertumpu pada data-data yang telah diambil dan
diverifikasi. Oleh karena itu keluaran yang dihasilkan juga berbeda tipe. Teori-teori keluaran
filsafat bersifat Kualitatif dan Subjektif. Sedangkan sains menghasilkan output yang Kuantitatif
dan Objektif.

Terdapat perbedaan yang hakiki antara filsafat dan sains, diantaranya:

1. Sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya.
Filsafat bersifat synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara keseluruhan,
karena keseluruhan mempunyai sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian-bagiannya.

2. Sains bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menentukan fakta-fakta, netral dalam arti
tidak memihak pada etik tertentu.Filsafat tidak hanya menggambarkan sesuatu melainkan
membantu manusia untuk mengambil putusan-putusan tentang tujuan, nilai-nilai dan tentang
apa-apa yang harus diperbuat manusia. Filsafat tidak netral karena, faktor subjektif memegang
peranan yang penting dalam filsafat.

3. Sains mengawali kerjanya dengan bertolak dan suatu asumsi yang tidak perlu diuji, sudah
diakui dan diyakini kebenarannya. Filsafat bisa merenungkan kembali asumsi-asumsi yang telah
ada untuk diuji ulang kebenarannya. Jadi, filsafat dapat meragukan setiap asumsi yang ada,
dimana oleh sains telah diakui kebenarannya.

4. Sains menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang khas. Verfikasi terhadap
teori dilakukan dengan cara menguji dalam praktek berdasarkan metode sains yang
empiris.Selain menggunakan teori, filsafat dapat juga menggunakan hasil sains, dilakukan
dengan menggunakan akal pikiran yang didasarkan pada pengalaman insani.

Jadi, sains berhubungan dan mempersoalkan fakta-fakta yang faktual, diperoleh dengan
menggunakan eksperimen, observasi dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian aspek
kehidupan di dunia ini. Sedangkan filsafat mencoba menghubungkan dengan keseluruhan
pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih komprehensif dan bermakna
tentang sesuatu.
Secara umum manusia berpikir induktif, yaitu dari hal khusus ke umum, dan relatif membuat
asumsi-asumsi yang mendukung hipotesanya. Data bersifat kebalikannya, yaitu membatasi ruang
cakupan teori dan mengerucutkan hipotesa sehingga menjadi teorema yang khusus. Karenanya
filsafat juga menghasilkan teori-teori yang Umum dan Eksperimental, sedangkan keluaran sains
bersifat Spesial dan Empiris.
Walaupun berbeda, filsafat dan sains tetap memiliki sifat-sifat ilmu yaitu temporal,
sistematis, rasional, kritis, dan logis. Temporal artinya bersifat sementara, teori apapun di dunia
ini jika ada teori pengganti yang lebih baik atau lebih global akan ditinggalkan. Sistematis,
rasional, kritis, dan logis adalah cara manusia berpikir. Keempat sifat itu adalah setting default
otak manusia. Bila satu saja ditinggalkan, teori yang dihasilkan tidak akan bertahan.
Bagaimanapun juga ada beberapa hal yang tidak bisa dicover metode sains secara indah.
Disinilah metode filsafat berperan. Ilmu sosial dan psikologi contohnya. Data yang diambil
seringkali terlalu acak untuk dapat dianalisis dengan metode ilmiah. Maka dari itu intuisi dan
pemikiran manusia yang notabene merupakan metode filsafat banyak berperan disana.
5.Titik Temu Filsafat dan Sains

1. Banyak ahli filsafat yang termasyhur yang telah memberikan sumbangannya terhadap
perkembangan sains modern, seperti Leibnitz yang menemukan kalkulus diferensial, Ibnu
Kholdun yang telah memberikan sumbangannya terhadap perkembangan ilmu kedokteran dan
Auguste Comte yang disebut Bapak Sosiologi yang mempelopori perkembangan ilmu sejarah
dan sosiologi.
2. Filsafat dan sains keduanya menggunakan metode berpikir reflektif dalam menghadapi fakta
dunia.
3. Filsafat dan sains keduanya menunjukan sikap kritis dan terbuka dan memberikan perhatian
yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
4. Filsafat dan sains keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan tersusun
secara sistematis.
5. Sains membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan deskriptif dan faktual serta
esensial bagi pemikiran filsafat.
6. Sains mengoreksi filsafat dengan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan
pengetahuan ilmiah.
7. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong, yang menjadikan beraneka macam sains
yang berbada serta menyusun bahan tersebut ke dalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia
yang lebih menyeluruh dan terpadu.
BAB III

KESIMPULAN

Objek filsafat adalah mengambil alih berbagai hasil sains, menambahkan pada hasil-hasil
sains yang diambil alih tersebut dengan berbagai hasil pengalaman etis dan religius umat
manusia kemudian merefleksikannya secara keseluruhan. Harapannya, dengan pengertian seperti
ini kita bisa mencari beberapa kesimpulan umum seperti sifat-sifat dasar atau hakikat alam
semesta, kedudukan dan harapan-harapan kita di alam semesta. Zaman ini sains lebih bersufat
kuantitatif daripada kualitatif. Sifat ini mengungkapkan hubungan tentang intensitas
(keterarahan) dua fenomena. Sebagai contoh, intensitas pada arus listrik dan pada penerangan
sebuah lampu pijar. Untuk mengimbangi pada ketidakmampuhannya dalam menjawab
pertanyaan "bagaimana" yaitu dengan menampilkan kekayaannya akan data seperti melalui
pertanyaan "berapa banyak". Riset monograf dan textbook mirip dengan menekankan pada
hubungan kuantitatif yang bisa diobservasi dan jarang pergi jauh ke dalam daerah pedalaman
spekulatif dimana pertanyaan "bagaimana" harus mendahului "berapa banyak". Usaha
mempelajari hubungan kuantitatif terlalu sering meninggalkan bukan hanya instruktur tetapi juga
waktu luang pelajar untuk lebih banyak melakukan penyelidikan atau spekulasi seperti terhadap
mekanisme hubungan kuantutatif itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Irawan. 2008. Pengantar Singkat Ilmu Filsafat. Bandung: Intelekia Pratama.


Prasetya. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
:http://parapemikir.com/

Anda mungkin juga menyukai