BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-
Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah
itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena
maupun kecil itu mungkin sangat tidak menutup kemungkinan dan mencari
bingung ingin mencari teori kebenaran karena banyak cara ditempuh untuk
1
2
pengakuan dari salah satu orang atau sekelompok orang saja tetapi kebenaran itu
serta apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain.
ilmu sangatlah penting karena alasannya adalah selain sebagai pelengkap dalam
pembaca makalah ini. Dalam makalah ini penulis memaparkan penulisan yakni
pengertian kebenaran dari secara bahasa maupun dari istilah dan juga pengertian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TEORI-TEORI KEBENARAN
A. Teori Korespondensi
Teori korespondensi adalah teori yang paling diterima secara luas oleh
antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan
(judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena
kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles, dan
Moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad
Makassar terletak di Sulawesi Selatan”, maka hal tersebut benar karena sesuai
dengan objek faktual dan sesuatu dengan fakta bahwa kota Makassar memang
3
5
pernyataan itu adalah tidak benar karena tidak terdapat objek yang sesuai dengan
pernyataan tersebut. Dalam hal ini maka secara faktual “Kota Makassar memang
itu tergantung kepada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu
pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika tidak, maka
dengan kenyataan. Jadi suatu pernyataan dianggap benar jika apa yang dinyatakan
karena kebenaran suatu pernyataan proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah
pernyataan proposisi atau teori didukung oleh fakta atau tidak. Suatu ide, konsep,
atau teori yang benar, harus mengungkapkan relaitas yang sebenarnya. Kebenaran
terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh
kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pengetahuan itu. Oleh
karena itu, bagi teori ini, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi
dengan sendirinya ketika apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai
dengan kenyataan.
Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang
diklaim sebagai pengetahuan dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah
adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan yang ada atau
dapat pula dikatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian subjek dengan objek,
fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan).
Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan,
realita, objek, maka hal tersebut benar. Teori ini menerangkan bahwa kebenaran
itu terbukti benar apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
kenyataan, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual.5
ini. Teori kebenaran menurut korespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat
pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh
nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di
hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti
itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud
sebagai nilai standar atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam
subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada
di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
ada kesesuaian antara subjek dengan objek atau antara pernyataan dengan
kenyataan.
B. Teori Koherensi
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil
test dan eksperimen dianggap reliabel jika kesan-kesan yang berturut-turut dari
satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Misalnya,
suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon pisang adalah
tumbuhan dan pohon pisang adalah makhluk hidup” adalah benar pula, sebab
Salah satu kesulitan dan sekaligus keberatan atas teori ini adalah bahwa
pernyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan yang lain. Hal ini akan
berlangsung terus sehingga akan terjadi gerak mundur tanpa henti (infinite
Karena itu, kendati tidak bisa dibantah bahwa teori kebenaran sebagai
kebenaran sebagai kesesuaian dengan realitas. Dalam situasi tertentu kita tidak
selalu perlu mengecek apakah suatu pernyataan adalah benar, dengan merujuknya
pada realitas. Kita cukup mengandaikannya sebagai benar secara apriori, tetapi,
dalam situasi lainnya, kita tetap perlu merujuk pada realitas untuk bisa menguji
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering
Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman
dan kelanjutan yang teliti dan teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti
bila di dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila telah
dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan
data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
menurut teori koherensi kebenaran atau pernyataan yang benar adalah pernyataan
itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang
C. Teori Pragmatik
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Ideals
Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang
bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam
kehidupan manusia.12
kebenaran ilmiah dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang
sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan
dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu
ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu
bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi tentang
kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan dan ide
kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan tetapi
karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah pertimbangan
kita anggap sah dan benar, atau kita uji dengan faidahnya dan akibat-akibatnya
yang praktis.14
Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
penting bagi James adalah jika suatu ide diangap benar, apa perbedaan praktis
yang akan timbul dari ide ini dibandingkan dengan ide yang tidak benar. Apa
konsekuensi praktis yang berbeda dari ide yang benar dibandingkan dengan ide
yang keliru. Menurut William James, ide atau teori yang benar adalah ide atau
teori yang berguna dan berfungsi memenuhi tuntutan dan kebutuhan kita.
Sebaliknya, ide yang salah, adalah ide yang tidak berguna atau tidak berfungsi
Dewey dan kaum pragmatis lainnya juga menekankan pentingnya ide yang
benar bagi kegiatan ilmiah. Menurut Dewey, penelitian ilmiah selalu diilhami oleh
Kesangsian menimbulkan ide tertentu. Ide ini benar jika ia berhasil membantu
ilmuwan tersebut untuk sampai pada jawaban tertentu yangmemuaskan dan dapat
sebuah jalan kecil. Timbul ide, jangan-jangan jalan ini akan membawanya keluar
dari hutan tersebut untuk sampai pada pemukiman penduduk. Ide tersebut benar
jika pada akhirnya dengan dituntun oleh ide tadi ia akhirnya sampai pada
pemukiman manusia.16
berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna
(useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para
consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari
ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar
tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau
teori pragmatisme menekankan satu atau lebih dari tiga pendekatan, yaitu: Yang
D. Positivisme
sebagai bapak ilmu sosialogi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam
empirisme yang ekstream, adalah pandangan yang menganggap bahwa yang dapat
diselidiki atau dipelajari hanyalah data-data yang nyata/empirik, atau yang mereka
terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai politik dan sosial juga dapat
dijelaskan secara ilmiah dengan mengemukakan perubahan historis atas dasar cara
berpikir induktif. Jadi, nilai-nilai tersebut tumbuh dan berkembang dalam suatu
proses kehidupan dari suatu masyarakat itu sendiri. Penganut paham positivisme
meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan
ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-
E. Esensialisme
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan,
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai
oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela
pula.18
alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada
F. Konstruktivisme
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
dilalui dalam kehidupan manusia selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
memahami nilai. Nilai dianggap sebagai sesuatu yang netral dan tidak punya bias
bukan sebagai sesuatu yang beku, alamiah dan abadi melainkan sebagai produk
dari interaksi, konstruktivisme tidak memaknai interaksi antar nilai ini sebagai
sebuah proses politik yang sangat berpengaruh pada aspek keadilan, kesederajatan
dan kebebasan.21
G. Teori Religiusisme
makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah
teori religius ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber
Secara pasti, kita tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk
metode-metode untuk memperoleh pengetahuan itu. Jika apa yang kita ketahui
ialah ide-ide kita, maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
apabila ada kesesuaian antara subjek dengan objek atau antara pernyataan dengan
kenyataan.
Teori pragmatisme menekankan satu atau lebih dari tiga pendekatan, yaitu:
14
19
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000.
Al-Ahwani Ahmad Fuad, Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Hadiwijono Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat II, Yogyakarta: Kanisius, 1980.
Ismail Fuad Farid, Mutawalli Abdul Hamid, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat, Yogyakarta:
Irchisod, 2003.
Jujun S. Sumiasumantri , Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar Populer, Jakarata: Pustaka
Sinar harapan, 1990.
Keraf Sonny dan Mikhael dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis,
Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Lavine T. Z, Petualangan Filsafat dari Socrates ke Sarte, Yogyakarta: Jendela, 2002.
Martiningsih Wahyu, Para Filsuf dari Plato sampai Ibn Bajjah, Jogjakarta: Irchisod,
2012.
S. Arifin, Apa itu Yang Dinamakan Ilmu, Jakarta : Hasta Mitra,1982.
Rasyidi H. M., Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.