Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang


berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios yang berarti nilai, sedangkan
logos yang berarti teori tentang nilai. Jadi, aksiologi adalah teori tentang
nilai. Menurut Jujun S. Suryasumantri, aksiologi adalah sebagai teori
tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.
Ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan lebih cepat
dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak
memberantas penyakit, kelaparan,

kemiskinan dan berbagai wajah

kehidupan yang sulitlainnya, singkatnya, ilmu merupakan sarana untuk


membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dengan kemajuan
ilmu pengetahuan manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi.
Tapi sayangnya, manusia sering kali menyalahgunakan ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Sebagai contoh, pembuatan bom yang awalnya untuk
memudahkan pekerjaan manusia, namun kemudian dipergunakan untuk
hal-hal negative yang pada akhirnya menimbulkan malapetaka bagi
manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional
dan memihak pada nilai nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika
ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan maka yang terjadi adalah
bencana dan malapetaka bagi manusia.

I.2

Rumusan Masalah
Apa sebenarnya aksiologi itu ?
Apa sajakah komponen persoalan yang berkaitan dengan nilai ?
Apa sajakah jenis jenis nilai dalam aksiologi sebagai cabang ilmu
filsafat ?

I.3

Tujuan Penulisan

menjelaskan apa itu aksiologi.


Menjelaskan beberapa komponen persoalan yang berkaitan
dengan nilai.
Menjelaskan jenis jenis nilai dalam aksologi sebagai cabang ilmu
filsafat.

I.4

ManfaatPenulisan
Penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca dalam

memahami aksiologi sebagai cabang ilmu filsafat yang mempelajari


tentang bagaimana manusia menggunakan ilmunya, dan sekaligus
aksiologi juga memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa
ilmu itu dipergunakan.

BAB II
PERMASALAHAN
Aksiologi adalah teori yang mempelajari tentang nilai. Aksiologi
adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari bagaimana manusia
mengunakan ilmunya, sekaligus juga memberikan jawaban untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Secara singkat,
aksiologi adalah cabang ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat
dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia itusepantasnya digunakan dalam porsinya, ilmu
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia
tidak bisa lepas dari yang namanya ilmu, karena semua kebutuhan
manusia bisa terpenuhi dengan mudah dan cepat karena adanya ilmu.
Dan memang sangat terlihat jelas dari kenyataan yang ada dilapangan
bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu, karena ilmu
sudah banyak memberantas masalah masalah social dalam masyarakat
seperti, penyakit, kemiskinan, kesenjangan social, kelaparan, dan masih
banyak lagi masalah social lainnya. Dengan ilmu yang dimiliki manusia
dapat menciptakan berbagai teknologi.Namun yang disayangkan, pada
kenyataannya banyak manusia yang menyalahgunakan ilmu yang diberi
oleh sang pencipta. Ilmu yang seharusnya dipergunakan untuk membantu
mengembangkan kehidupan kearah yang lebih baik malah seringkali
menjadi pembawa malapetaka dalam hidup manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, melalui makalah aksiologi ini, diharapkan
masyarakat dapat lebih mengerti untuk apa sebenarnya ilmu itu di
anugerahkan oleh sang pencipta, baik kegunaan maupun dampak
positifnya dalam kehidupan manusia, dan berusaha untuk menempatkan
ilmu itu pada tempat yang proporsional dan memihak pada nilai-nilai
positive (kebaikan dan kemanusiaan). Sebab, jika ilmu tidak ditempatkan
pada porsinya yang sesungguhnya, pada akhirnya ilmu itu akan
membawa malapetaka dalam hidup manusia.
3

BAB III
PEMBAHASAN MATERI AKSIOLOGI

III.1 APA ITU AKSIOLOGI


Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani
Kuno, terdiri dari kata aksios yang berarti nilai, dan kata logos yang
berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang nilai. (Uyoh, 2010)
Dalam bidang aksiologi pemikiran filsafat diarahkan pada persoalan
nilai, baik dalam konteks estetika, moral, maupun agama. Yang menjadi
pertanyaan dalam wilayah ini terkait pada apa hakikat nilai? apakah ia
absolut atau relatif? bagaimana menentukan nilai? apakah sumber nilai
itu? dan lain sebagainya. Persoalan nilai ini sesungguhnya adalah muara
bagi keseluruhan aktifitas berfikir filsafat itu sendiri pendeknya, ujung dari
keseluruhan

aktifitas

filsafat

dalam

bidang

metafisika

maupun

epistemologi ialah terwujudnya tingkah laku dan perbuatan-perbuatan


manusia yang mengandung nilai. (Muhmidayeli, 2011)
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu
tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dengan kata lain
apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. ( Mohammad Adib, 2011 )
Ilmu pengetahuan itu hanya alat ( means ) dan bukan tujuan ( ends ).
Substansi ilmu itu bebas nilai ( value-free ) tergantung pada pemakaianya
karena itu sangat dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan
yang sarat muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya keorang-orang yang
berakal picik, sempit. Sebagai contoh, diberbagai bidang terjadi krisis
seperti

ketidak

kemiskinan,

berdayaan,

kemerosotan,

keterbelakangan,

dan

kebodohan,

lainnya

sebagai

keresahan,
dampak

missmanagement, missdirection,missmanipulation, dan lain sebagainya. (


Mohammad Adib, 2011 )

III.2 PERSOALAN YANG BERKAITAN DENGAN NILAI


Dagobert runes (1963:32) mengemukakan beberapa persoalan
yang berkaitan dengan nilai yang mencangkup :
a. Hakikat nilai
Mengenai hakikat nilai banyak teori yang dikemukakannya
diantaranya teori voluntarisme. Teori voluntarisme mengatakan " nilai
adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan. " kaum
hedonisne menyatakan bahwa hakikat nilai adalah " pleasure " atau
kesenangan. Semua kegiatan manusia berarah pada pencapaian
kesenangan. Menurut formalisme nilai adalah " kemauan yang bijaksana
yang didasarkan pada akal rasional ". Menurut pragmantisme, nilai itu
apabila memenuhi kebutuhan dan memiliki nilai instrumentalyaitu sebagai
alat untuk mencapai tujuan. ( Uyoh, 2010 )
b. Tipe nilai
Tipe nilai dapat dibedakan antara nilai intrinsik dan instrumental.
Nilai intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai
instrumental adalah sebagai alat untuk mencapai nilai intrinsik. Nilai
intrinsik merupakan sesuatu yang memiliki harkat atau harga dalam
dirinya dan merupakan tujuan sendiri. Sebagai contoh, nilai keindahan
yang dipancarkan oleh suatu lukisan adalah nilai intrinsik. Dimanapun dan
kapanpun lukisan itu berada akan selalu terlihat indah. ( Uyoh, 2010 )
c. Kriteria nilai
Yang dimaksud kriteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran
dari nilai tersebut, bagaimana yang dikatakan nilai yang baik, dan
bagaimana yang dikatakan nilai yang tidak baik. Kaum hedonisme
menemukan ukuran nilai dalam sejumlah "kesenangan" ( pleasure ) yang
dapat dicapai oleh individu atau masyarakat. Bagi kaum pragmantis, yang
menjadi kriteria nilai adalah "kegunaannya" dalam kehidupan, baik bagi
individu maupun bagi masyarkat. ( Uyoh, 2010 )
d. Status metafisika nilai
yang dimaksud status metafisika nilai adalah bagaimana hubungan
nilai-nilai tersebut dengan realita ( Wikipedia )

Dalam hal ini Dagobret Runes (1963:33) mengemukakan tiga jawaban :


1. Subjectivisme : value is entirely dependent on and relative to
human experince of it;
2. Logical objectivisme
subsistences,

Value

independent

of

are
their

logical
being

assesncess
known,

yet

or
not

exsistensial status of action in reality;


3. Metaphysical objectivisme, values or norms or ideals are intergral,
objective, an active constituens of the metaphysical real
.
Menurut objektivisme, nilai itu berdiri sendiri namun bergantung dan
berhubungan dengan pengalaman manusia dan ilmu pengetahuan,
pertimbangan terhadap nilai berbeda antara manusia yang satu dengan
yang lainnya.
Menurut objektivisme logis, nilai itu suatu wujud, suatu kehidupan yang
logis tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya, namun tidak memiliki
status dan gerak didalam pernyataan.
Menurut objektivisme metafisik, nilai adalah suatu yang lengkap, objektif
dan merupakan bagian aktif dari realitas metafisik. ( Uyoh, 2010 )

III.3 KARAKTERISTIK NILAI


Ada beberapa karakteristik yang berkatian dengan teori nilai, yaitu :

NILAI OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF


Nilai itu objektif, jika ia tidak bergantung pada subjek adau
kesadaran yang menilai, sebalikanya nilai itu subjektif jika eksistensinya,
maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subyek yang
melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat sikis
ataupun fisik. Suatu nilai dikatakan objektif apabila nilai tesebut memiliki
kebenarannya tanpa memperhatikan pemilihan dan penilaian manusia.
Nilai-nilai baik, benar, cantik, adalah merupakanteoritas alam. Yang
merupakan bagian dari sifat-sifat yang dimiliki oleh benda atau tindakan
tersebut. Benda-benda tersebut secara objektif bagus, tindakan tertentu

secara inheren adalah baik, suatu benda adalah indah, karena memang
keindahan barang tersebut dimilikinya. ( Wikipedia )
Nilai itu subjektif apabila nilai tersebut memiliki preferensi pribadi,
dikatakan baik karena dinilai oleh sesorang. Apapun baik atau berharga
bukan karena dalam dirinya, melainkan karena manusia telah menilainya.
Contohnya : pendidikan berharga sebagai hasil penilaian manusia, atau
karena manusia menilainya berharga. ( Uyoh, 2011 )

NILAI ABSOLUT ATAU BERUBAH


Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang berlaku
sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah
sepanjang masa, juga akan berlaku bagi siapapun, tanpa memperhatikan
ras, maupun kelas sosial.
Dipihaklain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai
dengan harapan atau keinginan manusia. Sebagaimana harapan atau
keinginan manusia yang selalu berubah, maka nilai itupun mengungkapan
perubahan-perubahan tersebut, Nilai berubah dalam merespon kondisi
baru, ajaran baru, agama baru, penemuan-penemuan baru dalam sains
dan teknologi, kemajuan dalam pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu,
nilai dapat berasal dari pengalaman, dan diuji oleh pengalaman dalam
kehidupan masyarakat. Mungkin juga sebagai hasil dari suatu kreasi akal
rasional, dan mungkin juga sebagai hasil dari suatu kepercayaan yang
kuat. ( Uyoh, 2011 )

III.4 TINGKATAN (HIRARKI) NILAI


Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan hirarki nilai, yaitu :
Pertama, kaum idealis berpandangan secara pasti terhadap ikatan
nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi dari pada nilai non spiritual ( nilai
material ). Mereka menempatkan nilaireligi pada tingkat yang tinggu,

karena nilai religi membantu dalam menemukan tujuan akhir hidupnya,


dan merupakan kesatuan dengan nilai spiritual.
Kedua, kaum realis juga berpandangan bahwa terdapat tingkatan
nilai, dimana mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada
tingkatan atas, sebab membantu manusia menemukan realitas objektif,
hukum-hukum alam, dan aturan-aturan berpikir logis.
Ketiga, kaum pragmatis menolak tingkatan nilai secara pasti.
Menurut mereka, suatu aktivitas dikatakan baik seperti yang lainnya
apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai
instrumental. Mereka sangat sensitif terhadap nilai-nilai yang menghargai
masyarakat, tetapi mereka berkeyakinan akan pentingnya pengujian nilai
secara empiris daripada merenungkannya secara rasional. Nilai-nilai
partikuler (khusus) hanyalah merupakan alat (instrumen) untuk mencapai
nilai yang lebih baik.

III.5 JENIS JENIS NILAI


Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi :
1) etika
2) estetika

ETIKA
Istilah etika berasal dari kata "ethos" (Yunani), yang berarti adat
kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika
menyebutkan dengan "moral", berasal dari bahasa Yunani, juga berarti
kebiasaan. Walaupun antara etika dan moral terdapat perbedaan, tetapi
para ahli tidak membedakannya dengan tegas, bahkan secara praktis
cenderung untuk memberi arti yang sama. Etika merupakan teori tentang
nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang
memuat dasar-dasar untuk berbuat susila.Sedangkan moral menunjukan
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa pengertian etika yang perlu kita ketahui antara lain :

a) Menurut Langeveld (1961), etika adalah teori perbuatan manusia,


yang ditimbang menurut baik dan buruknya.
b) Dagobert Runes (1963:98) mengemukakan bahwa "Ethics is that
Study or discipline which concerns itself with judgment of approval
or dissapproval, judgments as to rightness or wrongness, goodness
or badness, veitue or vice, desirability or wisdom of action, ends or
objects, or state of affairs"
c) Menurut Encyclopedia Britanica, "Ethics is the systematic study of
the nature of values concept, 'good','bad','ougth','right','wrong',etc,
and of the general principles with justify us in applying the to
anything: also called 'moral philosophy".
Jadi, etika merupakan cabang filsafat atau filsafat moral yang
membicarakan perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik
dan tidak baik. Etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia. Seperti
telah dikemukakan diatas, bahwa etika mempelajari dan mempersoalkan
perilaku manusia.
Oleh karena tugas etika adalah menilai perbuatan manusia, maka lebih
tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma
kesusilaan atau nilai-nilai kesusilaan manusia.

ESTETIKA

Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan


pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Estetika
diartikan sebagai filsafat seni, tetapi berhubungan dengan prinsip estitika
sebagai hakikat keindahan. Sesungguhnya konsep keindahan hanya
salah satu dari sejumlah konsep-konsep dalam filsafat seni.
Randall dan Buchler (1942 ) mengemukakan bahwa ada tiga interpretasi
tentang hakikat seni, yaitu :
Pertama, seni sebagai penembusan ( penetrasi ) terhadap realitas,
selain pengalaman. Setiap benda yang disebut indah harus memiliki sifatsifat tertentu yang absolut ( abadi ).

Kedua,seni sebagai alat untuk kesenangan. Menurut Tolstoy, seni


adalah penyebaran atau penularan emosi oleh seniman. Makin luas emosi
dan makin besar jumlah sentimen moral didalamnya, akan semakin besar
seni tersebut.
Ketiga, seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang kebenaran.
Pandangan ini menganggap seni sebagai akar dalam ikatan pengalaman.
Seni adalah pengalaman, mencerminkan pengalaman, dan menambah
pengalaman. ( Uyoh, 2011 )

10

BAB IV
PENUTUP
IV.I KESIMPULAN
Aksiologi

merupakan

cabang

filsafat

ilmu

yang

mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang


berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios yang berarti nilai, sedangkan
logos yang berarti teori tentang nilai. Jadi, aksiologi adalah teori tentang
nilai. Ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi manusia, karena dengan
ilmu semua kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan lebih cepat dan
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Landasan aksiologi
adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia dengan kata lain apa yang dapat
disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia dengan nilai- nilai yang terkandung didalamnya.

IV.2 SARAN
Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang atau
individu mempergunakan ilmunya. Menurut Jujun S. Suryasumantri,
aksiologi adalah sebagai teori tentang nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh atau yang dianugerahkan oleh
sang pencipta.
Makalah tentang aksiologi ini banyak membahas tentang hal- hal menarik
tentang aksiologi, dan juga menjelaskan bagaimana manusia zaman
sekarang menggunakan ilmu yang dianugerahkan oleh Pencipta. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini juga, penulis mengajak kepada saudarasaudara

sekalian,

untuk

membaca,

sekaligus

memahami,

dan

mempelajari apa dan bagaimana aksiologi dengan lebih mendalam,


karena belajar tentang aksiologi itu sangatlah menarik dan akan
memperluas ilmu pengetahuan kita tentunya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Sadullo, U. 2007. Pengantar filsafat pendidikan, Bandung : Alvabeta.


Muhmidayeli, 2011. Filsafat Pendidikan, Bandung : PT. Revika Aditama.
www.wikipedia.org

12

Anda mungkin juga menyukai