Anda di halaman 1dari 14

TIPE-TIPE PENELITIAN KUALITATIF

Disusun dalam rangka pelaksanaan tugas Mata Kuliah Penelitian Kualitatif Pembelajaran
Matematika yang diampu oleh Margaretha Madha Melissa,M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Aurelia Evelin Murrena (181414071)


2. Melia Sekarpandan (181414089)
3. Aldila Nindya Puspita (181414110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tipe-Tipe Penelitian Kualitatif” ini tepat pada
waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Margaretha Madha Melissa,M.Pd. yang telah
berkenan membimbing kami dalam mata kuliah Penelitian Kualitatif Pembelajaran Matematika.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkenan membantu kami dalam
pembuatan makalah ini baik secara moral maupun materiil.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan,
bahasa, dan penulisan. Untuk itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat
membangun makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan dapat meningkatkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan
pendidikan.

Yogyakarta, 13 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Penelitian Fenomenologis .................................................................................. 3

B. Penelitian Etnografis ......................................................................................... 6

C. Penelitian Grounded Theory .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian dalam Bahasa Inggris disebut dengan reserch. Jika dilihat dari susunan
katanya,terdiri atas dua suku kata, yaitu re yang berarti melakukan kembali atau pengulangan dan
search yang berarti melihat, mengamati atau mencari, sehingga research dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapat pemahaman baru yang lebih kompleks, dan
lebih komprehensif dari suatu hal yang teliti.

Menurut Denzin & Lincoln (1994) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang ada. Erickson (1968) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang
dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sam pel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian kualitatif banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial. Penelitian


kualitatif merupakan suatu penelitian yang hasil penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau metode kuantifikasi yang lain. Peneliti biasanya menggunakan pendekatan
naturalistic untuk memahami suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif berusaha mendapatkan
pencerahan, pemahaman terhadap suatu fenomena dan ekstrapolasi pada situasi yang sama.

Dalam penelitian kualitatif tersebut memiliki beberapa tipe untuk melakukan penelitian.
Menurut Bungin (2011:49), masalah dalam penelitian kualitatif berwilayah pada ruang yang
sempit, dengan tingkat variasi yang rendah, namun memiliki kedalaman bahasan y ang tidak

1
terbatas. Sementara itu, masalah dalam penelitian kuantitatif biasanya bersifat umum, memiliki
wilayah yang luas dan tingkat variasi yang kompleks, namun berlokasi di permukaan.

Menurut Merriam (2009), ada 6 jenis (enam pendekatan) penelitian kualitatif yang relatif
sering dilakukan atau digunakan dalam penelitian kualitatif, antara lain adalah studi kasus,
penelitian fenomenologis, penelitian etnografis, penelitian grounded theory, penelitian analisis
naratif dan penelitian kritis. Di samping itu, Fraenkel dan Wallen (2009) menyebutkan ada satu
jenis lain dari penelitian kualitatif, yang tidak disebut dalam Merriam (2009), yaitu penelitian
historis. Namun dalam makalah ini penulis hanya akan menjelaskan mengenai penelitian
fenomenologis, penelitian etnografis, dan penelitian grounded theory.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penelitian Fenomenologis
Arti kata dari fenomenologi secara etimologis yaitu berasal dari fenomena dan
logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani, yaitu “phainesthai” artinya menampak,
dan sinonim kata dari kata fantasi, fanton, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya.
Berdasarkan kata tersebut maka terbentuk kata kerja, yaitu “tampak” terlihat karena
bercahaya. Dalam bahasa Indonesia diartikan “cahaya”. Secara harfiah fenomena diartikan
sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Selanjutnya menurut Moleong (2007:8)
fenomenologis mengacu pada kenyataan, atau kesadaran tentang sesuatu benda secara
jelas, memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada
dalam situasi-situasi tertentu, untuk memahaminya memulai dengan diam. Para
fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan oleh
sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri.
Pada awalnya studi tentang fenomenologi berkaitan dengan struktur kesadaran
sebagaimana dialami. Karena itu fenomenologi terkait erat dengan pengetahuan tentang
sesuatu sejauh menampakkan diri dalam pengalaman. Fenomenologi diartikan juga
pengalaman kita tentang sesuatu.
Aliran ini pada awalnya merupakan tanggapan terhadap aliran “Positivisme Positif”
yang menekankan duakisme tubuh dan pikiran atau antara kesadaran dan objek yang
disadari. Bagi fenomenologi, dualism ini tidak dapat dipertahankan karena manusia berada,
menyadari, dan berpikir dengan tubuhnya. Begitu juga dengan kesadaran, kesadaran selalu
berarti sadar akan sesuatu. Tidak akan pernah ada kesadaran lepas dari objek yang disadari.
Aliran ini dimulai di Jerman melalui Edmund Husserl kemudian dikembangkan
oleh Alfred Schuzts, Merleau Ponti, Whitehead, Giorgi, Edmund Husserl mengartikan
fenomenologi sebagai studi tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan
sesuatu. Menurut beliau, kita hanya mengetahui sesuatu, karena sesuatu itu dialami.
Sehingga hal yang penting untuk diketahui adalah apa yang manusia alami dan bagaimana
cara memaknai serta menafsirkan pengelaman tersebut.

3
Dimensi penting dalam fenomenologi, pertama bahwa dalam setiap pengalaman
manusia terdapat sesuatu yang hakiki, penting, dan bermakna. Kedua, pengalaman
seseorang harus dimengerti dalam konteksnya. Untuk menangkap esensinya kita harus
mendalami pengalaman itu apa adanya tanpa ada intervensi pandangan, perspektif dari
luar. Pandangan dari luar harus ditaruh dalam tanda kurung.
Fenomenologi yang diterapkan sebagai metode penelitian, bertujuan untuk mencari
hakikat atau esensi dari pengalaman atau fenomena. Sasarannya adalah untuk memahami
pengalaman sebagaimana disadari. Peneliti, yang menggunakan metode fenomenologi,
harus mendekati objek penelitiannya dengan pikiran polos tanpa asumsi, praduga,
prasangka ataupun konsep. Pandangan, gagasan, asumsi, konsep yang dimiliki oleh peneliti
tentang gejala penelitian harus dikurung sementara (bracketing) dan membiarkan
partisipan mengungkapkan pengalamannya, sehingga nantinya akan diperoleh hakikat
terdalam dari pengalaman tersebut. Peneliti juga harus mengenal dan memahami konteks
pengalaman partisipan, sehingga penafsiran atas pengalaman itu akurat dan dapat
menghasilkan nuansa dan teori baru, khusus dan unik.

Pengalaman
Langsung

Pendekatan

Fenomenologi

Arti muncul Arti via


lewat Interpretasi
pengalaman

Bagan Pendekatan Fenomenologi

Asumsi dasar dari metode fenomenologi ini yaitu pertama bahwa dunia secara
alamiah bercorak sosial. Sesuatu objek hanya dapat ditangkap dan dimengerti dalam
hubungannya dengan subjek. Hanya subjek yang mampu mengalami dan mengerti. Subjek
ini berarti manusia. Jadi hanya manusia yang dapat memberikan arti pada objek yang ada

4
di sekitarnya. Objek tidak akan mampu menunjukan dan mengungkapkan dirinya. Dengan
demikian realitas yang sebenarnya adalah realitas subjektif.
Kedua, dunia dikenal melalui kontak langsung dengan subjek. Hanya dengan
kontak dengan manusia dunia memiliki arti. Atau hanya melalui persepsi subjektif dunia
dapat ditangkap dan dimengerti. Karena manusia itu berbeda-beda, maka dunia dan objek
dapat saja dimengerti atas cara berbeda oleh subjek yang berbeda.
Ketiga, konteks budaya, tempat, situasi, sangat mempengaruhi pemahaman orang
tentang sesuatu. Latar belakang ini tidak terpisah dari manusia. Subjek atau manusia selalu
menemukan dirinya pada ruang dan waktu atau konteks tertentu. Cara pandang, sikap dan
perilaku subjek dilatarbelakangi budaya dan situasi tempat asalnya. Konsep umum
Fenomenologi adalah subjektif, kesadaran dan pengalaman.
Fenomenologi sangat bepengaruh pada metode penelitian, karena hendak
memahami arti yang disampaikan oleh partisipan. Itu berarti pula bahwa realitas
merupakan konstruksi sosial. Oleh karena itu, maka metode kualitatif juga disebut
konstruktifisme, yang berarti bahwa pengertian manusia tentang sesuatu adalah konstruksi
atau dibuat oleh manusia sendiri. Arti dan pengertian tersebut dapat berbeda, karena subjek
yang mengalami juga berbeda.
Perbedaan pandangan partisipan tentang sesuatu merupakan hal yang penting,
karena nantinya akan diperoleh benang merah yang menghubungkan pengalaman-
pengalaman tersebut. Benang merah inilah yang disebut pola-pola atau tema-tema. Disebut
pola atau tema, karena dari sejumlah besar informasi partisipan, ada ungkapan-ungkapan
yang sama, yang salalu muncul. Ungkapan-ungkapan yang sama tersebut disarikan dan
nantinya akan diperoleh pola atau tema-tema khusus. Unsur tersebut menyatukan
pandangan partisipan. Cerita partisipan yang begitu luas, yang nampaknya berbeda satu
sama lain, sesudah dianalisis akan diperoleh pola-pola tertentu. Pola atau tema inilah yang
merupakan hasil (findings) penelitian. Pola dan tema ini kemudian dikonfrontasi dengan
melihat penelitian-penelitian, atau pemikiran-pemikiran sebelumnya, entah dalam jurnal
atau buku-buku ilmiah lainnya.
Pola dan tema yang memberikan makna suatu pengalaman hanya akan dipahami
sesudah melalui proses penafsiran. Tidak ada pemahaman tanpa penafsiran. Di sinilah
peran penting peneliti. Peneliti yang menafsir dan memberi arti atas pengalaman partisipan.

5
Keabsahan penafsiran peneliti ditentukan oleh pengetahuan, keahlian atau kredibilitasnya.
Dan inilah klaim utama keabsahan metode ini.

B. Penelitian Etnografis
Etnografi secara umum adalah penguraian atau gambaran tentang bangsa -bangsa
pada suatu waktu. Gambaran itu mengenai adat istiadat, susunan masyarakat, gambaran
fisik (warna kulit, tinggi badan, dan rambut), bahasa, sistem pengetahuan, sistem peralatan
hidup, kesenian, organisasi sosial, dan sistem religi (www.wikipedia.com). Jika dipahami
dalam penggunaan bahasa Inggris, ethno adalah “people” (orang / manusia), dan graphy
adalah “writing” (tulisan / gambaran). Jadi etnografi adalah ilmu tentang manusia, tentang
asal-usul, istiadat. Kesemuanya ini untuk mencari rasa keingin tahu manusia secara
totalitas dimasa lalu dan dimasa sekarang, dengan tujuan untuk menjelaskan dan kebenaran
tentang suatu masalah. Metode dalam melakukan analisa data dilakukan secara deskripsi
kualitatif, menganalisa tentang suatu masyarakat didasarkan pada penelitian lapangan,
serta menyajikan data-data yang bersifat hakiki. Proses berpikirnya adalah mencari,
menggali, objek yang dinilai berdasarkan apa, dan bagaimana kejadian itu terjadi, hingga
disimpulkan.
Definisi etnografi menurut para pakar peneliti etnografi dalam Genzuk (Center for
Multilingual, Multicultural Research), Marvin Haris dan Orna Johnson (2000) etnografi
adalah metode penelitian tentang potret orang tentang deskripsi tertulis tentang budaya
tertentu – adat istiadat, kepercayaan, dan perilaku. Sumber informasi yang dikumpulkan
adalah melalui kerja lapangan. Mengacu pada kerja lapangan, alternatifnya observasi
partisipan (John Van Maanen, 1996). Adapun menurut David M. Fetterman (1998)
mengatakan bahwa etnografi adalah seni dan ilmu yang menggambarkan suatu kelompok
atau budaya. Deskripsi mungkin dari kelompok suku kecil di tanah eksotis atau ruang kelas
di sub-urbia kelas menengah. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat
disimpulkan etnografi adalah seni “Potret Orang” yang mempelajari masyarakat dan
belajar dari masyarakat.
Penelitian etnografi dikembangkan oleh Spradley, yaitu menekankan kepada usaha
untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka
dalam pikiran mereka dan menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Jadi bentuk

6
sosial dan budaya disini adalah susunan yang ada dalam pikiran (mind) anggota masyarakat
tersebut dan tugas peneliti mengoreknya keluar dari fikiran mereka. Budaya bukanlah
hanya suatu fenomena material seperti benda-benda, manusia, perilaku, atau emosi. Tugas
etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut. Penelitian
etnografi merupakan pekerjaan mendiskripsikan suatu kebudayaan dari sekelompok orang.
Artinya memahami suatu “pandangan hidup” dari sudut pandang “penduduk asli”.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley (1997:3), dengan arti
lain adalah etnografi mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat.
Menurut Spradley prosedur siklus penelitian etnografi mencakup enam
langkah yaitu :
1. Pemilihan suatu proyek etnografi
2. Pengajuan pertanyaan etnografi
3. Pengumpulan data etnografi
4. Pembuatan suatu rekaman etnografi
5. Analisis data etnografi
6. Penulisan sebuah etnografi.

Etnografi berkembang menjadi 2 (dua) bentuk etnografi, yaitu :


1. Etnografi Realis
Pendekatan yang populer digunakan oleh para antropolog budaya dijelaskan
Creswell (2012: 464) etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti
terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah pandangan obyektif
terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut pandang orang ketiga, melap orkan
secara obyektif mengenai informasi yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi
(Creswell, 2012:464)
2. Etnografi kritis
Jenis penelitian etnografi di mana penulis tertarik memperjuangkan emansipasi
kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat (Creswell, 2012: 467) Peneliti kritis
biasanya berfikir dan mencari melalui penelitian mereka, melakukan advokasi
terhadap ketimpangan dan dominasi (Creswell, 2012: 467). Sebagai contoh, ahli
etnografi kritis meneliti sekolah yang menyediakan fasilitas untuk siswa tertentu,

7
menciptakan situasi yang tidak adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan
membiarkan diskriminasi gender.

C. Penelitian Grounded Theory


Penelitian grounded merupakan jenis penelitian yang tidak bertolak dari teori,
tetapi berangkat dari data-data faktual lapangan. Data-data tersebut diproses menjadi teori
berdasarkan metode berpikir deduktif. Penelitian grounded dari dunia empiris, bukan dari
hal yang konseptual dan abstrak, karena penelitian grounded menekankan pada lahirnya
teori berdasarkan data empiris dan realitas sosial.
Grounded theory berhubungan dengan proses pengumpulan data yang kemudian
sering dikatakan melakukan induksi secara alami (Morse, 2001), di mana peneliti ke
lapangan tidak membawa ide-ide sebagai pertimbangan sebelumnya untuk membuktikan
atau tidak. Isu-isu penting dari partisipan muncul dari kisah atau cerita yang mereka
katakan tentang sesuatu yang menjadi interes bersama-sama peneliti. Peneliti menganalisis
data dengan analisis komparatif (constant comparison), mengawali data dengan data secara
refleksif, diteruskan dengan pembandingan interpretasi mereka yang diterjemahkan ke
dalam kode-kode dan kategori. Dengan analisis constant comparison, peneliti di lapangan
membuat teori berdasarkan pengalaman partisipan. Beberapa permutasi dari grounded
theory berkembang bersamaan waktu (MacDonald, 2001; MacDonald & Schreiber, 2001;
Wuest & Merritt-Gray, 2001).
Grounded theory merupakan prosedur penelitian kualitatif yang sistematik, di mana
peneliti suatu teori yang menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi mengenai
suatu topik pada level konseptual yang luas. Sesuai dengan nama yang disandangnya,
tujuan dari Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah
metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/ interaksi, karena itu cocok digunakan
untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk
menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data
menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu
adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis).
Sebagaimana ditegaskan oleh Nurhadiantomo dalam Zuriah (2009:80) bahwa
penelitian atas asumsi yang mendasari penelitian grounded adalah apabila ingin memahami

8
tindakan manusia dengan benar maka tidak dapat digunakan teori atau konsep tentang
tindakan sosial yang dirumuskan terlebih dahulu sebelum penelitian itu sendiri dimulai.
Konsep dan hipotesis itu muncul dari data itu sendiri, dimana kategori, penjelasan, dan
keterangan tidak pernah dibuat sebelum penelitian terjadi.
Hal-hal pokok dalam penelitian grounded yang harus diperhatikan oleh peneliti
sebagai berikut:
1. Peneliti harus bias memahami atau memiliki gambaran sifat-sifat realitas empiris
(lapangan)
2. Permulaan penelitian dimulai dengan suatu pernyataan dasar mengenai dunia empiris
yang dimasuki di lapangan
3. Peneliti harus menetapkan data apa yang akan diambil dan dengan teknik/metode apa
peneliti menggelutinya
4. Peneliti harus melakukan eksplorasi (menjelajahi), di dalam proses menjelajahi,
peneliti mengamati dan mewawancarai berbagai tipe orang untuk memperoleh
informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam.
5. Peneliti harus mampu mengadakan analisis dan menyusun secara sistematis
Metodologi Grounded Theory
6. Peneliti harus mampu merekonstruksi penemuan untuk bangunan baru hipotesis baru.
Penelitian grounded theory bertujuan menghasilkan teori grounded berdasarkan
data empiris (lapangan), tugas seorang peneliti adalah memahami apa yang terjadi di
lapangan, atas dasar situasi dan kondisi tersebut subjek mempunyai peranan penting
sedangkan peneliti melakukan pengamantan berperan serta, wawancara mendalam dan
berwacana.
Prosedur penelitian kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri
dari beberapa langkah yaitu:
1. Perumusan masalah
2. Penggunaan kajian teoritis (bila perlu)
3. Pengumpulan data dan penyampelan
4. Analisis data
5. Penyimpulan atau penulisan laporan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian kualitatif memiliki berbagai tipe, diantaranya adalah penelitian fenomenologis,
etnografis, dan grounded theory. Penelitian fenomenologis bertujuan untuk mencari hakikat
atau esensi dari pengalaman atau fenomena tanpa mempertanyakan penyebabnya, realitas yang
sebenarnya, dan penampilannya. Pada penelitian fenomenologi peneliti harus mendekati objek
penelitian dengan pikiran polos dan tidak berasumsi apapun.
Penelitian etnografis adalah metode penelitian tentang potret orang tentang deskripsi
tertulis tentang budaya tertentu – adat istiadat, kepercayaan, dan perilaku.sumber informasi
yang dikumpulkan adalah melalui kerja lapangan. Penelitian etnografis ini bertujuan
menjelaskan kebenaran suatu masalah. Penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu penelitian
etnorafis realis dan etnografis kritis.
Penelitian grounded merupakan jenis penelitian yang tidak bertolak dari teori, tetapi
berangkat dari data-data faktual lapangan. Penelitian ini menggunakan metode berpikir
deduktif. Peneliti menganalisis data dengan analisis komparatif (constant comparison).
Penelitian grounded theory bertujuan menghasilkan teori grounded berdasarkan data empiris

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Pada makalah ini pembahasan tipe-tipe penelitian kualitatif juga sebatas 3 tipe
yaitu tipe penelitian fenomenologis, etnografis, dan grounded theory karena dibagi dengan
kelompok lain sehingga cenderung tidak membahas semua tipe penelitian kualitatif. Selain itu
penulis mengharapkan kritis dan saran tentang pembahasan makalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ida Zahara. 2018. Metodologi Grounded Theory. 2(2): pages 147-166.

Raco, J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya.


Jakarta : PT Gramedia

Usop, Tari. “Kajian Literatur Metodologi Penelitian Fenomenologi dan Etnografi”

11

Anda mungkin juga menyukai