Dosen Pembimbing:
Nelwati, S.Kp,MN, Ph.D
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Sandra Cassia Amanda 2121312005
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah, keberkahan serta kemudahan yang berlimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan berjudul “Pendekatan dan Desain Riset Kualitatif Phenemenology”
Mata Kuliah Riset Kualitatif.
Sholawat beriringkan salam marilah kita haturkan Kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita menuju alam yang penuh pengetahuan serta
terang benderang ini. Semoga Rahmat selalu tercurah kepada beliau, keluarga dan seluruh
pengikutnya.
Terima Kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan dosen pengajar dalam mata kuliah
ini. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Untuk itu kami membutuhkan kritikan dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini kedepannya. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Atas semua perhatian pembaca, kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lainnya. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu.Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan
Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang
memberi tekanan pada verstehn, yaitu pengertian interpretatif terhadap pemahaman
manusia.Fenomoenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka.
Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan
untuk mengungkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Yang ditekankan oleh
kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha
untuk masuk kedalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa
sehingga mereka mengerti apa dan bagaiaman suatu pengertian yang dikembangkan
oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenolog
percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman
kitalah yang membentuk kenyataan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fenomenologi merupakan suatu metode analisa berusaha memahami realitas
sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Penelitian fenomenologi mencoba
menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Dan di dapatkan
Rumusan masalah sebagai berikut
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Desain dan Pendekatan Riset Kualitatif Fenomenolgi?
2. Bagaimanakah Memilih Fenomenologi Sebagai Metode Penelitian Kualitatif ?
C. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. German Phase
Edmund Husserl (1857-1938) dan Martin Heidegger (1889-1976)
adalah yang mendominasi selama fase Jerman, yang merupakan fase kedua
perkembangan fenomenologi. Husserl (1931, 1965) meyakini filosofi harus
menjadi ilmu yang kuat yang akan mengembalikan hubungan dengan
memperhatikan manusia secara lebih dalam dan fenomenologi harus menjadi
dasar/fondasi bagi semua filosofi dan ilmu pengetahuan. Menurut
Spiegelberg (1965, dalam Streubert & Carpenter, 2011). Heidegger memiliki
kesamaan dengan langkah-langkah Husserl yang karyanya mungkin
merupakan hasil langsung dari Husserl. Konsep esensi, intuisi, dan
pengurangan fenomenologi dikembangkan selama fase Jerman.
c. French Phase
Gabriel Marcel (1889-1973), Jean – Paul Sartre (1905-1980), dan
Maurice Merleu – Ponty (1905 – 1980) adalah yang mendominasi pada fase
Perancis yang merupakan fase ketiga perkembangan fenomenologis. Konsep
utama yang dikembangkan selama fase ini adalah perwujudan dan being-in-
the-world. Konsep-konsep ini mengacu pada keyakinan bahwa semua
tindakan dibangun di atas pondasi persepsi atau kesadaran akan beberapa
fenomena. Pengalaman hidup, diberikan di dunia yang dirasakan, harus
dijelaskan ( Merleau -Ponty , 1956, dalam Streubert & Carpenter, 2011)
5
memungkinkan perawat untuk mengeksplorasi dan menjelaskan fenomena
penting pada disiplin ilmu keperawatan (Streubert & Carpenter, 2011)
6
e. Meninjau transkrip untuk mengungkap esensi.
f. Menangkap hubungan penting
g. Mengembangkan deskripsi formal dari fenomena tersebut.
h. Kembali ke peserta untuk memvalidasi deskripsi.
i. Meninjau literatur yang relevan
j. Mendistribusikan temuan kepada masyarakat keperawatan.
a. Descriptive Phenomenology
Fenomenologi deskriptif melibatkan "eksplorasi langsung, analisis, dan
deskripsi fenomena tertentu, sebebas mungkin dari pengujian pengandaian,
bertujuan mempresentasikan intuitif maksimum”. Fenomenologi deskriptif
merangsang persepsi kita dari akan pengalaman hidup serta menekankan
kekayaan, luasnya, dan dalamnya pengalaman-pengalaman (Spiegelberg,
1975). Spiegelberg (1965, 1975) mengidentifikasi tiga langkah untuk
fenomenologi deskriptif yaitu : (1) intuiting ; (2) analyzing ; dan (3)
describing. Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai
berinteraksi dan memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter,
2011).
7
dan mengesplorasi hubungan serta keterkaitan antara data dengan fenomena
yang ada (Streubert & Carpenter, 2011).
b. Phenomenology of Essences
Phenomenology of essences melibatkan probing melalui data untuk
mencari tema umum atau esensi dan membangun pola hubungan bersama oleh
fenomena tertentu. Free imaginative variation, digunakan untuk menangkap
hubungan penting antara esensi-esensi, melibatkan studi yang cermat dari
contoh konkret yang diberikan oleh pengalaman-pengalaman peserta dan
variasi sistematis dari contoh-contoh dalam imajinasi. Dalam hal ini, menjadi
mungkin untuk mendapatkan wawasan ke dalam struktur penting dan
hubungan antara fenomena. Probing untuk memberikan esensi rasa untuk apa
yang penting dan apa yang tanpa sengaja ada dalam deskripsi fenomenologis
(Spiegelberg, 1975).
c. Phenomenology of Apperances
Phenomenology of apperances melibatkan pemberian perhatian pada
cara fenomena muncul. Melihat cara fenomena muncul, peneliti memberikan
perhatian khusus pada cara yang berbeda dari sebuah objek itu sendiri.
8
Phenomenology of apperances memfokuskan perhatian pada fenomena yang
diungkapkan melalui keberadaan data (Streubert & Carpenter, 2011).
d. Constitutive Phenomenology
Constitutive phenomenology mempelajari fenomena seperti mereka
menjadi terbangun atau "constituted" dalam kesadaran kita. Constitutive
phenomenology "berarti proses di mana fenomena 'terbentuk' dalam kesadaran
kita, seperti yang kita maju dari kesan pertama untuk gambaran penuh struktur
mereka" (Spiegelberg, 1975). Menurut Spiegelberg (1975), fenomenologi
konstitutif " dapat mengembangkan rasa untuk petualangan dinamis dalam
hubungan kita dengan dunia " (Streubert & Carpenter, 2011).
e. Reductive Phenomenology
Fenomenologi reduktif, meskipun ditujukan sebagai proses yang
terpisah, terjadi bersamaan pada seluruh penyelidikan fenomenologis. Peneliti
terus membahas bias pribadi, asumsi, dan prasangka atau menyisihkan
keyakinan ini untuk memperoleh gambaran paling murni dari fenomena yang
sedang dalam investigasi (Streubert & Carpenter, 2011).
Peneliti mengambil semua hal yang dia tahu tentang fenomena dan
menyimpannya atau mengesampingkannya dalam upaya untuk menjaga apa
yang sudah diketahui terpisah dari pengalaman hidup yang dijelaskan oleh
peserta (Streubert & Carpenter, 2011). Fenomenologi reduktif sangat penting
jika peneliti ingin mencapai deskripsi yang murni. Proses reduktif juga
merupakan dasar untuk menunda setiap tinjauan pustaka sampai peneliti telah
9
menganalisis data. Peneliti harus selalu menjaga secara terpisah dari deskripsi
peserta dengan apa yang peneliti tahu atau percayai tentang fenomena yang
diteliti. Oleh karena itu, menunda tinjauan literatur sampai analisis data selesai
memfasilitasi reduksi (pengurangan) fenomenologi (Streubert & Carpenter,
2011).
f. Hermeneutic phenomenology
Kerangka interpretatif dalam fenomenologi digunakan untuk mencari
tahu hubungan dan makna bahwa pengetahuan dan konteks terkait satu sama
lain (Lincoln & Guba, 1985). Terdapat peningkatan penelitian yang
dipublikasikan keperawatan yang didasarkan pada teori filosofis
hermeneutika. Pendekatan fenomenologis hermeneutik adalah tentang
pentingnya filosofi dari alam dalam memahami fenomena tertentu dan
interpretasi ilmiah fenomena yang muncul dalam teks atau kata-kata tertulis.
Hermeneutika sebagai sebuah pendekatan interpretatif didasarkan pada
pekerjaan dari Ricoeur (1976), Heidegger (1962), dan Gadamer (1976).
10
berikut: "teks ini dibagi menjadi makna unit-unit, yang diubah dengan isi
utuh. Yang timbul dari setiap perubahan makna unit diberikan label, untuk
menemukan tema umum. Selama analisis, ada terus menerus gerakan
antara seluruh dan bagianbagian dari teks“.
3) Ketiga, interpretation of the whole mengikuti dan melibatkan perefleksian
pembacaan bersama dengan membaca interpretatif untuk memastikan
pemahaman komprehensif tentang temuan. Beberapa bacaan biasanya
diperlukan. Lindholm dkk. (1999) melakukan interpretasi terpisah dari
data mereka selama langkah ini dan menjelaskan tema dan subtema dari
data.
11
harus menolong partisipan menjelaskan pengalaman hidupnya tanpa
memimpin diskusi.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian fenomenologi ditekankan pada subjektifitas pengalaman hidup
manusia, sebagai metode yang merupakan penggalian langsung pengalaman yang
disadari dan menggambarkan fenomena yang ada tanpa terpengaruh oleh teori
sebelumnya dan mungkin tida perlu menguji tentang dugaan atau anggapan
sebelumnya.
B. Saran
Dalam pemilihan metode penelitian kualitatif, penggunaan metode fenomenologi
sebaiknya dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai
14
DAFTAR PUSTAKA
Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing: Advamcing the
humanistic imperative. 5th ed. Wolters Kluwer Health
Wu, Pei Xia, Wen-Yi Guo, Hai-Ou Xia, Hui Juan Lu & Shu-Xin Xi. 2010. Patients’
Experience of Living with Glaucoma : a Phenomenological Study. Journal of
Advanced Nursing, 67, 4, 800 -810
Bachtiar S. Bachri. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif , Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No. 1
Basrowi dan Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:
Insan Cendekia
Burhan Bungin. (2009). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
15