Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“FENOMENOLOGIS”

Dosen Pengampu:
Dr. Ujang Jamaludin, M. Si., M.Pd.
Sigit Setiawan, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 12

Renna Apriliana 2227190021


Justin Adelina Mangku 2227190080

PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022

Kata Pengantar

i
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat,
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Fenomenologi”. Penulis berharap dengan hadirnya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kita umumnya pembaca tentang sebuah teori atau aliran yang
menyatakan ilmu pengetahuan timbul dari fenomenologi.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, dan
masyarakat.

Pandeglang, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii


BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
2.1 Fenomenologi ...................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Menurut Para Ahli ............................................................................. 5
2.3 Tujuan Penelitian Fenomenologi ......................................................................... 9
2.4 Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif dengan Metode Fenomenologi ............. 9
2.5 Metode Penelitian Fenomenologi ...................................................................... 10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Fenomenologi ...................................... 11
2.7 Penerapan Metode Penelitian Fenomenologi di SD .......................................... 12
BAB III .............................................................................................................................. 14
PENUTUP ......................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Istilah fenomena sudah menjadi sebuah kata yang tidak asing ditelinga kita.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah hanya sekedar kata yang sudah biasa
dipakai atau hanya sebuah istilah yang menjadi kata penghias dalam pembicaraan,
atau hanya pengalaman panca indera kita, yang kita ungkapkan kepada orang lain.
Menurut penulis sudah sepantasnyalah jika kita berbicara mengenai fenomenologi,
pasti tidak lepas dari suatu terminology. Fenomenologi dengan demikian, merupakan
ilmu yang mempelajari atau apa yang menampakan diri fenomenon. Karena itu, setiap
penelitian atau setiap karya yang membahas cara penampakan dari apa saja, sudah
merupakan fenomenaologi.
Dalam pengertian sederhana, sesungguhnya kita pada waktu-waktu tertentu
membuktikan fenomenologi dalam kehidupan sehari-hari. Mengamati fenomena,
membuka diri, membiarkan fenomena itu tampak, lalu memahaminya. Brouwer
(1983:3), seorang fenomenolog senang melihat gejala (fenomena). Melihat gejala
merupakan dasar dan syarat utlak untuk semua aktivitas ilmiah. Ia bukan ilmu, tetapi
merupakan cara pandang, metode pemikiran.
Fenomenologi dengan demikian secara sederhana dapat dipandang sebagai sikap
hidup dan sebagai metode ilmiah. Sebagai sikap hidup, fenomenologi mengajarkan
kita untuk selalu membuka diri terhdap berbagai informasi darimana pun berasal,
tanpa cepat-cepat menilai, menghukumi atau mengevaluasi berdasarkan prakonsepsi
sendiri. Sebagai metode ilmiah, fenomenologi menunjukan jalan perumusan ilmu
pengetahuan melalui tahap-tahap tertentu, dimana suatu fenomena yang dialami
manusia menjadi subyek kajiannya. Fenomenologi merupakan seperangkat
pendekatan dalam studi filosofis dan sosiologis, serta studi tentang seni (Edgar dan
Sedgwick, 1999:271)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah:
1. Apa itu fenomenologi?
2. Apa pengertian fenomenologi menurut para ahli?
3. Tujuan penelitian fenomenologi

1
4. Langkah-langkah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi
5. Metode penelitian fenomenologi
6. Kekurangan dan kelebihan penelitian fenomenologi
7. Penerapan metode penelitian fenomenologi di SD

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian fenomenologi
2. Untuk mengetahui hakikat, focus, tujuan dan langkah-langkah
fenomenologi
3. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan metode penelitian
fenomenologi
4. Untuk mengetahui penerapanmetode penelitian fenomenologi di SD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fenomenologi
Fenomenologi merupakan metode penelitian yang kritis dan menggali
fenomena yang ada secara sistematis. Penelitian fenomenologi ditekankan pada
subjektivitas pengalaman hidup manusia, sebagai metode yang merupakan penggalian
langsung pengalaman hidup manusia, sebagai metode yang merupakan penggalian
langsung pengalaman yang disadari dan menggambarkan fenomena yang ada tanpa
terpengaruh teori sebelumnya dan mungkin tidak perlu menguji tetang dugaan atau
anggapan sebelumnya (Streubert & Carpenter, 2011)
Pada hakekatnya penelitian kualitatif menggunakan pendekatan secara
fenomenologis. Artinya peneliti berangkat kelapangan dengan pengamatan fenomena
yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun, nanti yang akan membedakan
masing-masing jenis penelitian itulah focus penelitian. Apakah penelitian itu focus
kebudaya, fenomena kasus dan sebagainya.
Penelitian fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-1938)
seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian sosial. Ada
beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl diantaranya yaitu: (a)
pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu studi tentang kesadaran dari
perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat dipahami bahwa penelitian
fenomenolgi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada
pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana manusia menginterpretasikan
pengalamannya.
Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia dipahami bahwa setiap orang akan
melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda.
Sebagai contoh “ perasaan” ( feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok.
Sehingga kalau kita melakukan wawancara kepada seseorang pada pagi hari akan
berbeda pada pagi lainnya.Sehinga jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal
akan mempengaruhi setiap pengalaman manusia. Maka metode dalam fenomenologis
ini menekankan kepada bagaimana seseorang memaknai pengalamannya. Istilah
fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada
pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti
khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari
persfektif pertama seseorang.

3
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Fenomenon, yaitu sesuatu yang
tampak, yang terlihat karena berkecakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai
istilah gejala. Secara istilah fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang
apa yang tampak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi
adalah sesuatu aliran yang membicarakan fenomena. Atau segala sesuatu yang
tampak atau yang menampakan diri. Seorang fenomenologi suka melihat gejala
fenomenologi bergerak dibidang yang pasti. Hal yang menampakan dirinya dilukiskan
tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenologi adalah sesuatu
metode pemikiran “a way of looking at things.”
Lahirnya aliran psikologi fenomenologi sangat dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi. Tokoh filsafat fenomenologi yang terkenal adalah Edmund Huserl
91859-1938). Bagi seorang fenomenologi, kisah seorang individu adalah lebih
penting dan bermakna daripada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut
fenomenologi cenderung menantang sesuatu yang tidak dapat diamati. Fenomenologi
juga cenderung menantang naturalisme biasa juga disebut objektivisme atau
positivism. Hal demikian dikarena fenomenologi cenderung yakin bahwa suatu bukti
atau fakta dapat diperoleh tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal,
semisal angka, atau bahkan kesadaran hidup.
Pendekatan fenomenologi memusatkan perhatian pada pengalaman subyektif.
Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia dan
penafsiran mengenai berbagai kerjadian yang dihadapinya. Pendekatan tersebut
mencoba memahami kejadian fenomenal yang dialami individu tanpa adanya beban
prakonsepsi. Pendekatan fenomenologis meliputi yaitu:
1. Pengamatan, yaitu sesuatu replica dari benda diluar manusia yang
intrapsikis, dibentuk berdasarkan rangsangan-rangsangan dari obyek.
2. Imajinasi, yaitu perubahan (act) yang melihat suatu obyek yang absen atau
sama sekali tidak ada melaui suatu isi psikis atau fisik yang tidak
memberikan dirinya sebagai diri melainkan sebagai reprensentasi dari hal
yang lain. Dunia imajinasi berdasar aktivitas suatu kesadaran.
3. Berfikir secara abstrak. Bidang yang sangat penting dalam hidup psikis
manusia ialah berdikir abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa pikiran
abstrak berdasarkan pengamatan: tak ada hal yang dapat dipikirkan yang
tidak dulu menjadi bahan. Dengan menghilangkan ciri-ciri khas (abstraksi)
terjadi kumpulan ciri-ciri umum, yaitu suau ide yang dapat dirumuskan

4
dalam suatu definisi.
4. Merasa/menghayati. Merasa ialah gejala lain dari kesadaran mengalami.
Pengalaman tidak disadari dengan langsung, sedangkan perasaan biasanya
disadari. Merasa ialah gejala yang lebih dekat dengan diri manusia.
Seperti yang telah disebutkan diawal, bahwa sebagai sebuah aliran,
fenomenologi diartikan sebagai: yang menampkkan dirinya didalam
dirinya sendiri menurut adanya. Dengann demikian, fenomenologi
adalah merupakan refleksi mengenai pengalaman langsung dari setiap
tindakan secara intensif, yang berhubungan obyek tidak cukup sampai
disitu, fenomenologi ini juga menolak penggunaan kerangka teori
sebagai langkah untuk melakukan kajian ataupun penelitian, karena
akan menjadikan hasil kajian atau penelitian menjadi artivisial dan
jauh dari sifat-sifat naturalnya.

2.2 Pengertian Menurut Para Ahli


Teori Fenomenologi Menurut Edmund Husserl
Fenomenologi seperti yang kita pelajari kini sebenarnya merupakan
pengembangan visi Edmund Husserl ketika meluncurkan buku Logical
Investigations (1901).Itupun tanpa mengabaikan para pemrakarsa intensionalitas
(kesadaran selalu disengaja atau diarahkan).Dalam buku inilah Husserl
merumuskan fenomenologi klasik yang pada waktu itu dianggap sebagai
psikologideskriptif (kadang disebut sebagai fenomenologi realis).
Dalam fenomena klasik, Husserl mencantumkan limaterm utama dari visinya,
yaitu
1. Intentionality, yakni bahwa apa yang disebut sebagai “kesadaran” selalu
merentang antara sebuah subjek terhadap objek sehingga setiap kesadaran
selalu merujuk pada intense tertentu.
2. Intuition, menjelaskan bahwa objek yang disengaja itu secara langsung
hadir dalam atau dengan permainan subjek berdasarkan intensionalitas
tertentu.
3. Evidance, yaitu bahwa presentasi dari objek yang dituju itu telah tampil
sehingga diterima, dimengerti, disadari, sebagai kebenaran; objek itu telah
menjadi nyata.
4. Noesis&Noema, dua konsep kenamaan dari Husserl, dimana noesis

5
merupakan tindakan seseorang ketika dia memberikan rasa atau karakter
tertentu. Sedangkan noema bersifat noematic.
5. Empathy&Intersubjectivity,empathy merujuk pada hal memasuki diri
orang lain lalu mengalamu sesuatu, dan Intersubjectivity artinya terlibat
dengan orang lain
6. Lifeworld, menerangkan tentang “dunia” yang didiami orang lain sama
seperti yang kita diami.

Fenomenologi menurut Husserl berdasarkan pada premis bahwa realitas


dunia yang terdiri dari atas benda-benda atau peristiwa merupaka fenomena yang
dapat dirasakan atau dipahami melalui dan dalam kesadaran manusia. Artinya,
fenomenologi merupakan studi tentang bagaimana kita memahami pengalama
orang lain, dan mempelajari struktur pengalaman yang sadar dari orang lain, baik
individu maupun kelompok masyarakat.Pengalaman tersebut bersumber dari titik
pandang subjektif atau pengalaman orang pertama yang mengalami pengalaman
secara intensionalitas. Dengan fenomenologi, kita dapat mengarahkan analisis kita
pada kondisi yang memungkinkan intensionalitas, kondisi yang melibatkan
keterampilan dan kebiasaan motorik hingga ke praktik-praktik kehidupan manusia
berdasarkan latar belakang sosial sampai kepada penggunaan bahasa sekalipun
(Moran, 2000).
Oleh karena itu, meurut Husserl, fenomenologi membimbing kita agar
dapat memberikan dan memahami makna terhadap pengalaman orang lain yang
bersifat intersubjektivitas. Dalam bahasa Van Manen (1990), dari fenomenologi
pula kita dapat menggambarkan bagaimana seseorang berorientasi kepada
pengalaman hidup, dan selalu mempertanyakan cara bagaimana dia mengalami
dunia, memuaskan rasa ingin tahu dia tentang dunia dimana kita semua hidup
sebagai manusia.
Salah satu prinsip dasar lainnya yang terkait dengan fenomenologi
menyebutkan bahwa hanya sebuah analisis kegiatan dan susunan kesadaran yang
bisa memberikan pengertian tentang fenomena yang kita alami karena kesadaran
diri mewakili mereka.Husserl menekankan aspek kesengajaan dari kesadaran;
kesadaran diarahkan terhadap objek-objek; kesadaran yang bermuatan aksi-aksi
yang disengaja dan objek-objek yang diinginkan.Landasan Husserl adalah
kesadaran dan objek yang dimaksudkannya; kesadaran tidak terpisah dengan

6
dunia, tetapi bergabung melalui niatan.

Fenomenologi tersusun dari beberapa asumsi, yaitu:


1. Fenomenologi menampilkan pengalaman manusia yang bersifat
inheren dan subjektif
2. Fenomenologi menjelaskan pengalaman subjektif sebagai esensi
dari struktur pengalaman manusia
3. Fenomenologi membuat kita dapat mengakses struktur
pengalaman dengan mendiskripsikan pengalaman tersebut.

Fokus fenomenologi terletak pada bagaimana kita memberikan makna


terhadap pengalaman, Fenomenologi sebagai metodologi penelitian, yang terdiri
dari fenomenologi deskriptif & fenomenologi interpretif.Metodologi yang
mendasari fenomenologi mencakup empat tahap:
1. Bracketing, proses mengidentifikasi dengan menunda
setiap keyakinan dan opini yang sudah terbentuk
sebelumnya tentang fenomena yang sedang diteliti.
2. Intuition, terjadi ketika seorang peneliti tetap terbuka untuk
mengkaitkan makna-makna fenomena tertentu dengan
orang-orang yang telah mengalaminya. Intuisi
mengharuskan peneliti menjadi seseorang yang benar-
benar tenggelam dalam fenomena tersebut.
3. Analysing, melibatkan proses seperti coding (terbuka,
axial, dan selektif), kategorisasi sehingga membuat sebuah
pengalaman mempunyai makna yang penting. Setiap
peneliti diharapkan mengalami kehidupan dengan data
yang akan dideskripsikan demi memperkaya esensi
pengalaman tertentu yang bermunculan.
4. Describing, menggambarkan. Peneliti mulai memahami
dan dapat mendefinisikan fenomena menjadi “fenomenon”
(fenomena yang menjadi). Fenomenologi mendeskripsikan,
“how one orients to lived experience” atau peneliti
fenomenologi selalu mengajukan “question the way we
experience the world, to want to know the world in which

7
we lives as human beings”.

Fenomenologi Transendental menurut Husserl, suatu pendekatan


filsafat yang mengambil pengalaman intuitif fenomena (apa yang terpresentasi
kepada kita sebagai bentuk refleksi fenomenologis) dijadikan sebagai titik
awal dan sekaligus dari sana pula kita mengekstrak esensi pengalaman orang
lain, mendapatkan makna pengalaman sesungguhnya.
Fenomenologi menolak pandangan dunia ilmiah atau sistem metafisika
yang menggabungkan ilmu-ilmu di atas bidang karena ilmu-ilmu tersebut
merupakan gambaran dasar.

Teori Fenomenologi Menurut Alfred Schutz


Schutz tampaknya tidak begitu saja menerima konsep yang ditawarkan
Husserl.Schutz lalu mengubah proyek filosofis Husserl menuju cara-cara
anggota umum masyarakat mencermati kehidupan sehari-hari mereka dengan
pemahaman etnometodologis. Schutz menegaskan ilmu-ilmu sosial mestinya
lebih memusatkan perhatiannya pada cara-cara dunia kehidupan, yaitu dunia
yang diterima apa adanya oleh setiap individu, dialami oleh para anggotanya.
Pendekatan Alfred Schutz berbeda dengan pendekatan Husserl, bahwa
pendekatan fenomenologi Schutz terhadap realitas sosial dapat dicirikan pada
imanen dan duniawi.Schutz tidak terlalu membahas tentang mengungkap
karakter tertentu dari suatu gejala melainkan sebagai konsep sejarah sosial
dalam arus kehidupan sosial yang sadar dan riil, juga memahami dunia sosial
sebagai realitas yang diinterpretasikan secara menyeluruh.Fenomenologi
Schutz memandang dunia kehidupan sehari-hari ialah realitas fundamental dan
terpenting manusia yang dikonstruksikan sebagai
intersubjektivitas.Intersubjektivitas adalah ketentuan dunia nyata dan tidak
memerlukan eksplikasi fundamental.Bahwa kita menanggapi interaksi sosial
dan hidup dalam dunia nyata yang sudah terbentuk sebagai komunitas.
Menurut Schutz, pengamat ilmiah berurusan dengan cara memaknai
dan menjadikan dunia sosial bermakna. Fokus kajiannya dicurahkan pada cara
anggota-anggota dunia sosial memahami dan menindaklanjuti objek
pengalaman mereka seolah-olah objek pengalaman tersebut merupakan benda-
benda yang berdiri sendiri dan terlepas dari diri mereka. Inilah titik tolak

8
radikal dari asumsi-asumsi yang mendasari sikap alami oleh Schutz, dan
merupakan sikap yang menganggap dunia pada prinsipnya berada di luar sana.
Benar-benar terpisah dari aksi persepsi atau interpretasi.
Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi
dalam penelitian ilmu sosial.Schutz melihat secara jelas implikasi
sosiologisnya didalam analisis ilmu pengetahuan, berbagai gagasan dan
kesadaran.Schutz tidak hanya menjelaskan dunia sosial semata, melainkan
menjelaskan berbagai hal mendasar dari konsep ilmu pengetahuan serta
berbagai model teoritis dari realitas yang ada. Dalam pandangan Schutz
memang ada berbagai ragam realitas termasuk di dalamnya dunia mimpi dan
ketidakwarasan.Tetapi realitas yang tertinggi itu adalah dunia keseharian yang
memiliki sifat intersubyektif yang disebutnya sebagai the life world. Menurut
Schutz ada enam karakteristik yang sangat mendasar dari the life world

2.3 Tujuan Penelitian Fenomenologi


Rose, Beeby, & Parker (1995, dalam Streubert & Carpenter, 2011)
menyatakan tujuan dari penelitian dengan pendekatan fenomenologi adalah untuk
mengembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari
kesatuan makna dengan mengidentifikasi inti fenomena dan menggambarkan
secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari.

2.4 Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif dengan Metode Fenomenologi


Streubert (1991, 2011) menjelaskan langkah-langkah metode fenomenologi yaitu;
1. Menjelaskan deskripsi pribadi tentang fenomena yang menarik
2. Mengurung pengandaian/asumsi peneliti. Mengurung adalah cara
menghindari asumsi-asumsi pribadi peneliti terhadap fenomena yang
seedang diteliti. Peneliti bersikap netral dan terbuka dengan fenomena
yang ada.
3. Wawancara peserta
4. Berhati-hati/cermat membaca transkip wawancara untuk mendapatkan
pengalaman umum
5. Meninjau transkip untuk mengungkap esensi
6. Menangkap hubungan penting.
7. Mengembangkan deskripsi formal dari fenomena tersebut

9
8. Kembali kepeserta untuk memvalidasi deskripsi
9. Meninjau literatur yang relevan
10. Mindistribusikan temuan kepada masyarakat

2.5 Metode Penelitian Fenomenologi


Penelitian fenomenologis selalu berusaha untuk mengurangi pengalaman
pribadi dalam makna bersama atau dalam esensi universal (esensialisasi) dari
suatu fenomena yang secara sadar dialami oleh sekelompok individu.Perlu dicatat
lagi bahwa pengalaman adalah pengalaman individu. Peneliti mengumpulkan
cerita dari sekelompok orang untuk mencari makna yang sama.
Ketika kami melakukan studi fenomenologis, pengalaman kehidupan oral menjadi
bentuk data utama yang harus dikumpulkan. Untuk mendapatkan data ini secara
alami diperlukan pembukaan informan untuk menunjukkan apa yang telah ia
alami di masa lalu. Beberapa bagian perlu dipahami ketika melakukan penelitian
fenomenologis. Mengacu pada langkah-langkah ini, saya merujuk pada pendapat
ahli tentang metodologi Creswell :
1. Para peneliti menemukan bahwa perumusan masalah yang diajuka relevan
dengan penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi. Perumusan
masalah penelitian yang relevan dalam penerapan fenomenologi adalah
masalah penelitian di mana sangat penting untuk memahami pengalaman
pribadi sekelompok orang dalam kaitannya dengan fenomena yang mereka
jalani. Memahami pengalaman-pengalaman ini nantinya akan berkontribusi
pada proses perkembangan politik atau untuk pemahaman yang lebih dalam
tentang fenomena yang sedang dipelajari.
2. Ketika para peneliti berkumpul, para peneliti menangkap fenomena itu dan
mempertanyakan artinya bagi sekelompok orang yang
mengalaminya.Misalnya, apa artinya menjadi pro, apa artinya menjadi
korban HIV / AIDS, apa artinya kehilangan sesuatu atau seseorang yang
Anda cintai, dan sebagainya.
3. Sebagai manusia, para peneliti harus menyimpan pengalaman pribadi mereka
sebanyak mungkin dalam fokus penelitian mereka. Upaya ini disebut
“braket”. Tujuan dari kurung adalah untuk membantu para peneliti
mendapatkan pemahaman yang paling mendalam dan objektif tentang
fenomena yang dialami oleh informan secara pribadi, tanpa terkontaminasi

10
oleh para peneliti itu sendiri. Misalnya, studi fenomenologis terhadap orang
yang baru saja patah hati. Ahli fenomenologi, misalnya, harus meninggalkan
pengalaman patah hati sebanyak mungkin.
4. Data fenomenologis dalam bentuk narasi deskriptif yang berasal dari cerita
orang yang mengalami fenomena yang diteliti. Data penelitian
fenomenologis berasal dari wawancara mendalam dengan sekelompok
individu. Jumlahnya tidak bisa ditentukan. Beberapa peneliti
merekomendasikan antara 5-25 orang. Pertanyaan yang diajukan oleh
seorang ahli fenomenologi dapat bervariasi. Biasanya, peneliti bertanya apa
yang dialami dan bagaimana fenomena itu bisa dialami.
5. Proses analisis data pada prinsipnya serupa dengan analisis kualitatif lainnya,
yaitu data ditranskripsikan dan dengan demikian berkaitan dengan
perumusan masalah interpretasi. Proses bolak-balik serta analisis data
kualitatif secara umum.
6. Setiap topik yang muncul dalam proses analisis berisi narasi teks. Pada
prinsipnya, deskripsi tekstual tentang apa yang telah dialami peserta dan
bagaimana mereka mengalaminya. Dari deskripsi tekstual, peneliti
menggambarkan sifat universal dari fenomena yang diteliti. Deskripsi
intelektual tipikal dari penelitian fenomenologis terdiri paragraf yang
panjang dan dalam.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Fenomenologi


Kelebihan Penelitian Fenomenologi
Kelebihan mempergunakan metode penelitian fenomenologi diantaranya;
1) Perspektif Unik, Ada beberapa nilai yang dapat ditemukan dalam
memfokuskan penelitian pada bagaimana orang memandang suatu peristiwa
atau fenomena, daripada hanya bagaimana fenomena itu ada dalam ruang
hampa.
2) Pemahaman Mungkin manfaat terbesar dari penelitian fenomenologi adalah
kenyataan bahwa hal itu dapat memberi kita pemahaman yang mendalam dan
terperinci tentang satu fenomena.
3) Kaya Data, Karena data diperoleh dari cukup banyak individu, maka data
yang dapat diterima seseorang melalui penelitian fenomenologi lebih kaya
dan mengesankan. Hal tersebut merupakan bentuk penelitian yang

11
memungkinkan pendekatan yang benar-benar unik untuk memahami
fenomena.
Kekurangan Penelitian Fenomenologi
Kekurangan mempergunakan metode penelitian fenomenologi diantaranya;
1) Subjektivitas, Menetapkan reliabilitas dan validitas dalam penelitian
fenomenologi dapat menjadi tantangan tersendiri, sehingga ada
kecenderungan penelitian bersifat subjektif.
2) Bias, Bias yang ditimbulkan peneliti dapat mempengaruhi penelitian, dan ini
terutama berlaku pada penelitian fenomenologis.
Presentasi hasil, Mempresentasikan temuan penelitian ini lebih sulit karena
hasil penelitian dapat terbukti sangat kualitatif, yang membuatnya sulit untuk
menyajikan temuan dengan cara yang dianggap berguna oleh praktisi.

2.7 Penerapan Metode Penelitian Fenomenologi di SD


Penerapan metode penelitian fenomenologi di sekolah dasar. Pendekatan
fenomenologi menjadi pilihan dengan pertimbangan, penelitian ini berupaya
untuk mengungkap femenomena pendidikan nilai kepedulian sosial melalui
budaya sekolah. Penerapam metode penelitian fenomenologi ini dilakukan di
SD Tumbuh 1 Yogyakarta. Mengingat budaya sekolah adalah sebuah kesatuan
dari warga sekolah dan masyarakat, maka dalam penelitian ini yang menjadi
informan adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik.
Obyek penelitian ini adalah situasi sosial di sekolah yang terdiri dari
tiga unsur yaitu:tempat atau ruang-ruang yag ada di sekolah, warga sekolah
sebagai pelaku, serta aktivitas yang dilakukan oleh warga sekolah yang
berkaitan dengan pendidikan nilai kepedulian sosial melalui budaya sekolah.
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti sendiri . Peneliti sebagai instrmen penelitian melaksanakan fungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti terjun
sendiri kelapangan, pada tahap grand qusetion, tahap focused and selection,
melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
Untuk mendukung keabsahan data penelitian ini, dilakukan dengan uji
kredibilitas data dengan cara meningkatkan ketekunan dengan melakukan

12
pengamatan yang terus menerus, triangulasi baik teknik, sumber dan waktu,
Peer debrieng (membicarakannya dengan orang lain). Melalui upaya-upaya
tersebut diharapkan keabsahan data memperoleh derajat kepercayaan dan data
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Teknik analis data menggunakan model analisis interaktif (Milles, dan
Hubermand, 1992: 20). Aktivitas dala analisis data tersebut, meliputi: data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar
pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia
(sosiologi). Pendekatan fenomenologi hampir serupa dengan pendekatan
hermeneutics yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk
memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah
dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek
kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Peneliti akan
mengkaji secara mendalam isu sentral dari struktur utama suatu objek kajian dan
selalu bertanya "apa pengalaman utama yang akan dijelaskan informan tentang
subjek kajian penelitian". Peneliti memulai kajiannya dengan ide filosofikal yang
menggambarkan tema utama. Translasi dilakukan dengan memasuki wawasan
persepsi informan, melihat bagaimana mereka melalui suatu pengalaman,
kehidupan dan memperlihatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman
informan.

3.2 Saran
Penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah kami masih banyak
kesalahan serta jauhdari kata sempurna
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan dalam penyusunan
makalah kami dengan menggunakan pedoman dari bebeberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari pembaca

14
Daftar Pustaka
Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing: Advamcing the
humanistic imperative. 5th ed. Wolters Kluwer Health

Wu, Pei Xia, Wen-Yi Gou, Hai-Ou Xia, Hui Juan Lu & Shu-Xin Xi. 2010.
Patienst’Exprience of living with glaucoma: a phenomenological Study. Journal of
Advanced Nursing, 67, 4, 800 -810

Jailani, M. Syahran, RAGAM PENELITIAN QUALITATIVE (Ethnografi,


Fenomenologi, Grounded Theory, dan Study Kasus), jurnal

Alase, Abayomi. 2017. The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide


to a Good Qualitative Reseach Approach. International Journal of Education and
Literacy Studies, Vol. 5 No. 2, April 2017. DOI: 10.7575/aiac.ijels.v.5n.2p.9

Almalki, Sami. 2016. Integrating Quantitative and qualitative Data in Mixed Methods
Research—Chalenges and Benefits. Journal of Education and Learning, vol. 5, No. 3,
Hlm. 288—296. Doi: 10.5539/jel.v5n3p288

Bayir, Aidan dan Tim Lomas. 2016. Difficulties Generating Self-compassion: An


Interpretative Phenomenological Analysis. The Journal of Happiness & Well-Being,
Vol. 4 No. 1. Hlm. 15—33.

Brady, Shane R. 2015. Utilizing and Adapting the Delphi Method for Use in
Qualitative Research. International Journal of Qualitative Methods, hlm. 1—6. DOI:
10.1177/1609406915621381

Eddles-Hirsch, Katrina. 2015. Phenomenology and Educational Research.


International Journal of Advanced Research, Vol. 3 Issue 8, Agustus 2015.

Hashemnezhad, Hossein. 2015. Qualitative Content Analysis Research: A Review


Article. Journal of ELT and Applied Linguistics, Vol. 3 Issue 1, Maret 2015. Hlm.
54—62.

15

Anda mungkin juga menyukai