“FENOMENOLOGIS”
Dosen Pengampu:
Dr. Ujang Jamaludin, M. Si., M.Pd.
Sigit Setiawan, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Kata Pengantar
i
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat,
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Fenomenologi”. Penulis berharap dengan hadirnya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kita umumnya pembaca tentang sebuah teori atau aliran yang
menyatakan ilmu pengetahuan timbul dari fenomenologi.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, dan
masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Langkah-langkah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi
5. Metode penelitian fenomenologi
6. Kekurangan dan kelebihan penelitian fenomenologi
7. Penerapan metode penelitian fenomenologi di SD
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fenomenologi
Fenomenologi merupakan metode penelitian yang kritis dan menggali
fenomena yang ada secara sistematis. Penelitian fenomenologi ditekankan pada
subjektivitas pengalaman hidup manusia, sebagai metode yang merupakan penggalian
langsung pengalaman hidup manusia, sebagai metode yang merupakan penggalian
langsung pengalaman yang disadari dan menggambarkan fenomena yang ada tanpa
terpengaruh teori sebelumnya dan mungkin tidak perlu menguji tetang dugaan atau
anggapan sebelumnya (Streubert & Carpenter, 2011)
Pada hakekatnya penelitian kualitatif menggunakan pendekatan secara
fenomenologis. Artinya peneliti berangkat kelapangan dengan pengamatan fenomena
yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun, nanti yang akan membedakan
masing-masing jenis penelitian itulah focus penelitian. Apakah penelitian itu focus
kebudaya, fenomena kasus dan sebagainya.
Penelitian fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-1938)
seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian sosial. Ada
beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl diantaranya yaitu: (a)
pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu studi tentang kesadaran dari
perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat dipahami bahwa penelitian
fenomenolgi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada
pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana manusia menginterpretasikan
pengalamannya.
Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia dipahami bahwa setiap orang akan
melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda.
Sebagai contoh “ perasaan” ( feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok.
Sehingga kalau kita melakukan wawancara kepada seseorang pada pagi hari akan
berbeda pada pagi lainnya.Sehinga jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal
akan mempengaruhi setiap pengalaman manusia. Maka metode dalam fenomenologis
ini menekankan kepada bagaimana seseorang memaknai pengalamannya. Istilah
fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada
pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti
khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari
persfektif pertama seseorang.
3
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Fenomenon, yaitu sesuatu yang
tampak, yang terlihat karena berkecakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai
istilah gejala. Secara istilah fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang
apa yang tampak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi
adalah sesuatu aliran yang membicarakan fenomena. Atau segala sesuatu yang
tampak atau yang menampakan diri. Seorang fenomenologi suka melihat gejala
fenomenologi bergerak dibidang yang pasti. Hal yang menampakan dirinya dilukiskan
tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenologi adalah sesuatu
metode pemikiran “a way of looking at things.”
Lahirnya aliran psikologi fenomenologi sangat dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi. Tokoh filsafat fenomenologi yang terkenal adalah Edmund Huserl
91859-1938). Bagi seorang fenomenologi, kisah seorang individu adalah lebih
penting dan bermakna daripada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut
fenomenologi cenderung menantang sesuatu yang tidak dapat diamati. Fenomenologi
juga cenderung menantang naturalisme biasa juga disebut objektivisme atau
positivism. Hal demikian dikarena fenomenologi cenderung yakin bahwa suatu bukti
atau fakta dapat diperoleh tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal,
semisal angka, atau bahkan kesadaran hidup.
Pendekatan fenomenologi memusatkan perhatian pada pengalaman subyektif.
Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia dan
penafsiran mengenai berbagai kerjadian yang dihadapinya. Pendekatan tersebut
mencoba memahami kejadian fenomenal yang dialami individu tanpa adanya beban
prakonsepsi. Pendekatan fenomenologis meliputi yaitu:
1. Pengamatan, yaitu sesuatu replica dari benda diluar manusia yang
intrapsikis, dibentuk berdasarkan rangsangan-rangsangan dari obyek.
2. Imajinasi, yaitu perubahan (act) yang melihat suatu obyek yang absen atau
sama sekali tidak ada melaui suatu isi psikis atau fisik yang tidak
memberikan dirinya sebagai diri melainkan sebagai reprensentasi dari hal
yang lain. Dunia imajinasi berdasar aktivitas suatu kesadaran.
3. Berfikir secara abstrak. Bidang yang sangat penting dalam hidup psikis
manusia ialah berdikir abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa pikiran
abstrak berdasarkan pengamatan: tak ada hal yang dapat dipikirkan yang
tidak dulu menjadi bahan. Dengan menghilangkan ciri-ciri khas (abstraksi)
terjadi kumpulan ciri-ciri umum, yaitu suau ide yang dapat dirumuskan
4
dalam suatu definisi.
4. Merasa/menghayati. Merasa ialah gejala lain dari kesadaran mengalami.
Pengalaman tidak disadari dengan langsung, sedangkan perasaan biasanya
disadari. Merasa ialah gejala yang lebih dekat dengan diri manusia.
Seperti yang telah disebutkan diawal, bahwa sebagai sebuah aliran,
fenomenologi diartikan sebagai: yang menampkkan dirinya didalam
dirinya sendiri menurut adanya. Dengann demikian, fenomenologi
adalah merupakan refleksi mengenai pengalaman langsung dari setiap
tindakan secara intensif, yang berhubungan obyek tidak cukup sampai
disitu, fenomenologi ini juga menolak penggunaan kerangka teori
sebagai langkah untuk melakukan kajian ataupun penelitian, karena
akan menjadikan hasil kajian atau penelitian menjadi artivisial dan
jauh dari sifat-sifat naturalnya.
5
merupakan tindakan seseorang ketika dia memberikan rasa atau karakter
tertentu. Sedangkan noema bersifat noematic.
5. Empathy&Intersubjectivity,empathy merujuk pada hal memasuki diri
orang lain lalu mengalamu sesuatu, dan Intersubjectivity artinya terlibat
dengan orang lain
6. Lifeworld, menerangkan tentang “dunia” yang didiami orang lain sama
seperti yang kita diami.
6
dunia, tetapi bergabung melalui niatan.
7
we lives as human beings”.
8
radikal dari asumsi-asumsi yang mendasari sikap alami oleh Schutz, dan
merupakan sikap yang menganggap dunia pada prinsipnya berada di luar sana.
Benar-benar terpisah dari aksi persepsi atau interpretasi.
Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi
dalam penelitian ilmu sosial.Schutz melihat secara jelas implikasi
sosiologisnya didalam analisis ilmu pengetahuan, berbagai gagasan dan
kesadaran.Schutz tidak hanya menjelaskan dunia sosial semata, melainkan
menjelaskan berbagai hal mendasar dari konsep ilmu pengetahuan serta
berbagai model teoritis dari realitas yang ada. Dalam pandangan Schutz
memang ada berbagai ragam realitas termasuk di dalamnya dunia mimpi dan
ketidakwarasan.Tetapi realitas yang tertinggi itu adalah dunia keseharian yang
memiliki sifat intersubyektif yang disebutnya sebagai the life world. Menurut
Schutz ada enam karakteristik yang sangat mendasar dari the life world
9
8. Kembali kepeserta untuk memvalidasi deskripsi
9. Meninjau literatur yang relevan
10. Mindistribusikan temuan kepada masyarakat
10
oleh para peneliti itu sendiri. Misalnya, studi fenomenologis terhadap orang
yang baru saja patah hati. Ahli fenomenologi, misalnya, harus meninggalkan
pengalaman patah hati sebanyak mungkin.
4. Data fenomenologis dalam bentuk narasi deskriptif yang berasal dari cerita
orang yang mengalami fenomena yang diteliti. Data penelitian
fenomenologis berasal dari wawancara mendalam dengan sekelompok
individu. Jumlahnya tidak bisa ditentukan. Beberapa peneliti
merekomendasikan antara 5-25 orang. Pertanyaan yang diajukan oleh
seorang ahli fenomenologi dapat bervariasi. Biasanya, peneliti bertanya apa
yang dialami dan bagaimana fenomena itu bisa dialami.
5. Proses analisis data pada prinsipnya serupa dengan analisis kualitatif lainnya,
yaitu data ditranskripsikan dan dengan demikian berkaitan dengan
perumusan masalah interpretasi. Proses bolak-balik serta analisis data
kualitatif secara umum.
6. Setiap topik yang muncul dalam proses analisis berisi narasi teks. Pada
prinsipnya, deskripsi tekstual tentang apa yang telah dialami peserta dan
bagaimana mereka mengalaminya. Dari deskripsi tekstual, peneliti
menggambarkan sifat universal dari fenomena yang diteliti. Deskripsi
intelektual tipikal dari penelitian fenomenologis terdiri paragraf yang
panjang dan dalam.
11
memungkinkan pendekatan yang benar-benar unik untuk memahami
fenomena.
Kekurangan Penelitian Fenomenologi
Kekurangan mempergunakan metode penelitian fenomenologi diantaranya;
1) Subjektivitas, Menetapkan reliabilitas dan validitas dalam penelitian
fenomenologi dapat menjadi tantangan tersendiri, sehingga ada
kecenderungan penelitian bersifat subjektif.
2) Bias, Bias yang ditimbulkan peneliti dapat mempengaruhi penelitian, dan ini
terutama berlaku pada penelitian fenomenologis.
Presentasi hasil, Mempresentasikan temuan penelitian ini lebih sulit karena
hasil penelitian dapat terbukti sangat kualitatif, yang membuatnya sulit untuk
menyajikan temuan dengan cara yang dianggap berguna oleh praktisi.
12
pengamatan yang terus menerus, triangulasi baik teknik, sumber dan waktu,
Peer debrieng (membicarakannya dengan orang lain). Melalui upaya-upaya
tersebut diharapkan keabsahan data memperoleh derajat kepercayaan dan data
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Teknik analis data menggunakan model analisis interaktif (Milles, dan
Hubermand, 1992: 20). Aktivitas dala analisis data tersebut, meliputi: data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar
pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia
(sosiologi). Pendekatan fenomenologi hampir serupa dengan pendekatan
hermeneutics yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk
memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah
dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek
kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Peneliti akan
mengkaji secara mendalam isu sentral dari struktur utama suatu objek kajian dan
selalu bertanya "apa pengalaman utama yang akan dijelaskan informan tentang
subjek kajian penelitian". Peneliti memulai kajiannya dengan ide filosofikal yang
menggambarkan tema utama. Translasi dilakukan dengan memasuki wawasan
persepsi informan, melihat bagaimana mereka melalui suatu pengalaman,
kehidupan dan memperlihatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman
informan.
3.2 Saran
Penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah kami masih banyak
kesalahan serta jauhdari kata sempurna
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan dalam penyusunan
makalah kami dengan menggunakan pedoman dari bebeberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari pembaca
14
Daftar Pustaka
Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing: Advamcing the
humanistic imperative. 5th ed. Wolters Kluwer Health
Wu, Pei Xia, Wen-Yi Gou, Hai-Ou Xia, Hui Juan Lu & Shu-Xin Xi. 2010.
Patienst’Exprience of living with glaucoma: a phenomenological Study. Journal of
Advanced Nursing, 67, 4, 800 -810
Almalki, Sami. 2016. Integrating Quantitative and qualitative Data in Mixed Methods
Research—Chalenges and Benefits. Journal of Education and Learning, vol. 5, No. 3,
Hlm. 288—296. Doi: 10.5539/jel.v5n3p288
Brady, Shane R. 2015. Utilizing and Adapting the Delphi Method for Use in
Qualitative Research. International Journal of Qualitative Methods, hlm. 1—6. DOI:
10.1177/1609406915621381
15