Disusun
Oleh:
KELOMPOK I
Aigatma Rafida
Semester/Unit : VI (Enam) / 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena dengan rahmat, karunia,
serta nikmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep Dasar
Riset”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Semoga
makalah yang sudah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan, dan kami mohon kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan makalah kami yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
1.2.Rumusan Masalah.........................................................................................................1
2.1.Definisi Metodologi........................................................................................................2
KESIMPULAN ..........................................................................................................6
PENDAHULUAN
Riset dapat diartikan sebagai seprangkat kegiatan yang sistematik dan terarah
untuk pemecahan masalah, penemuan, dan pengembangan batang tubuh ilmu yang
terorganisasikan. Riset juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk metode kerja atau
metode pemecahan masalah yang dilakukan secara terencana dan cermat untuk
mendapatkan data, informasi, dan kesimpulan yang dapat menambah kemampuan
memahami, meramalkan atau mengendalikan keadaan.
Fakta dan konsep yang merupakan penemuan suatu riset dapat menjadi
informasi bagi ilmu pengetahuan dalam hubungan ini ilmu pengetahuan merupakan
tujuan dari riset. Riset dilakukan untuk pengembangan ilmu. Masalah dan variabel yang
diteliti, digali dan diangkat berdasarkan teori-teori yang ada dalam ilmu pengetahuan.
Riset ini sangat penting untuk pengembangan ilmu oleh karena itu perlu
diketahui terkait Definisi Metodologi, Ilmu sosial Positivis, Ilmu Sosial Interpretif, Ilmu
Sosial Kritis, Penelitian Feminis, Definisi Riset, dll.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003), h.103
menemukan makna yang tertanam dalam teks. Setiap pembaca membawa pengalaman
subjektifnya kedalam teks. Ketika mendalami teks, seorang periset berupaya meresap ke
dalam titik pandang yang dilahirkan teks tersebut sebagai suatu keseluruhan, dan
selanjutnya mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam tentang bagaimana
bagian-bagian teks itu berhubungan dengan keseluruhan. Dengan kata lain, makna yang
sejati tidak gampang dan tidak berada dipermukaan, jika ingin menangkap makna itu,
seseorang harus melakukan studi yang rinci atas teks, merenungkan berbagai pesan
yang dibawanya dan mencari hubungan di antara bagian-bagianya.
Pendekatan interpretatif sering menggunakan observasi partisipan dan studi
lapangan. Teknik ini menuntut peneliti untuk menghabiskan banyak waktu untuk
bertemu langsung dengan orang-orang yang dipelajari.
Ilmu sosial interpretatif berkenaan dengan bagaimana orang berinteraksi dan
hidup bersama dengan orang lain. Secara umum, pendekatan interpretatif adalah analisis
sistematis dari tindakan yang bermakna secara sosial melalui pengamatan rinci langsung
terhadap orang-orang dalam pengaturan alam untuk sampai pada pemahaman dan
interprestasi tentang bagaimana orang menciptakan dan memelihara dunia sosial
mereka.3
3?
Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003),h.71
2.4. Ilmu Sosial Kritis
Ilmu sosial kritis ini mencampur pendekatan nomotetis dan ideografis. Terhadap
sejumlah kritik oleh pendekatan interpretif terhadap positivis, ilmu sosial kritis
bersepakat, sambil mengajukan kritiknya sendiri ditambah sejumlah ketaksepakatanya
terhadap interpretativisme. Sering juga pendekatan ini dikaitkan dengan teori konflik,
analisis feminis, dan psikoterapi radikal. Adapula keterikatanya dengan teori kritis yang
pertama kali dikembangakan oleh Franfurt di Jerman pada tahun 1930-an. Kritik yang
diajukan terhadap ilmu positivis adalah bahwa pendekatan ini sempit, antidemokratis
dan tak-manusiawi dalam membangun alasan. Pendekatan kritis ini dipaparkan oleh
Andorno dan Jurgen Habermas dalam esai-esai mereka.
Boirdieu beragumen bahwa riset sosial semestinya refleksif yakni mendalami dan
melakukan kritik terhadap diri (peneliti) sendiri maupun terhadap subjek yang diteliti.
Pendekatan ini pun berwatak poitis. Ia yakin bahwa tujuan suatu penelitiaan adalah
mengungkapkan dan mendemistifikasi peristiwa-peritiwa sehari-hari.
Para peniliti aliran kritis mengencam pendekatan interpretif karena menjadi terlalu
subjektif fan relativis. Mereka mengatakan bahwa pendekatan interpretif
memperlakukan semua titik pandang sebagai sama aja. Kaum interpretivis
memperlakukan gagasan-gagasan manusia lebih penting daripada kondisi-kondisi aktual
dan hanya berfokus pada latar lokal, mikro-level, dan jangka pendek sambil
mengabaikan konteks yang luas dan berjangka panjang. Bagi peneliti kritis, pendekatan
interpretif adalah amoral dan pasif. Tak ada pengambilan posisi nilai yang kokoh atau
secara aktif membantu orang melihat ilusi palsu di sekeliling mereka sehingga mereka
dapat memeprbaiki kehidupan mereka.
Secara umum, ilmu sosial kritis mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu “proses
pencarian secara kritis yang melampaui ilusi permukaan untuk mengungkapkan struktur
nyata dalam dunia material dengan tujuan manusia mengubah kondisi dan membangun
suatu dunia yang lebih baik bagi diri mereka sendiri." 4
4?
Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003),h.76
2.5. Penelitian Feminis
`Studi ini mencoba untuk menguji perbedaan dan persamaan, pengalaman dan
interpretasi keduanya dalam berbagai konteks dan jenis hubungan sosial. Sedangkan
seks dikategorikan sebagai kategori pria dan wanita secara biologis (jenis kelamin).
Seks lebih merujuk kepada pengertian biologis sedangkan gender pada makna
sosialnya.
5
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta:
Paramadina, 1999), h. 73-76.
memiliki alasan yang rasional.
2. Hubungan dan Interaksi. Penelitian feminis kualitatif di sini meliputi hubungan dan
interaksi antar personal (hubungan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan)
ataupun hubungan dan interaksi social yang lebih luas yang berkaitan dengan tugas
dan pekerjaan mereka. Gerakan, Organisasi, dan Struktur Sosial. Ruang lingkup
penelitian ini meliputi gerakan dan organisasi social, pergerakan yang menyangkut
ras, kelas social, dan orientasi seksual yang berusaha untuk menjembatani antara
kajian mikrointeraksional dengan penelitian makrointeraksional yang mencermati
unit-unit sosiologis makro/ masyarakat yang lebih luas. Penelitian ini mengacu
kepada analsisi struktur meso yaitu tentang bagaimana masyarakat dan
kelembagaan berbaur dengan aktivitas manusia.
3. Kebijakan. Hal ini mencakup tinjauan ulang terhadap analisis kualitatif kebijakan.
Meskipun penelitian feminis kualitatif tidak banyak ber-dampak terhadap para
pembuat kebijakan. Seperti penelitian tentang perdebatan seputar aborsi dan alasan
munculnya sindrom pra menstruasi sebagai masalah sosial.
Sedangkan dalam ranah ideologi, feminisme masuk ke dalam kajian-kajian
agama terhadap persoalan-persoalan yang bersentuhan dengan perempuan.
Khususnya yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Wacana ini lahir berdasarkan
tuduhan adanya hegemoni Islam terhadap perempuan muslim di negara-negara
Islam. Sehingga terkesan membatasi ruang gerak dinamis perempuan dan
mendiskriminasikan posisi perempuan di dalam masyarakat, bahkan terkadang
aspirasi dan suara hatinya tak didengarkan.
Sangat mungkin sekali bahwa feminisme dalam Islam memilki koherensi
feminisme yang bersumber dari ajaran Islam yaitu al-Quran dan Sunnah, yang
secara komprehensif telah memaparkan kesamaan hak asasi antara perempuan dan
laki-laki meliputi hak beribadah, keyakinan, potensi dan pendidikan tanpa
mengingkari adanya tamayyuz secara fitrah antara keduanya. Bahkan Al-quran
memuliakan perempuan dengan kehadiran satu surat khusus di antara 114 surat
yang ada di dalamnya yaitu surat Annisa.
Islam telah mengangkat derajat kaum perempuan, sesuatu yang belum pernah
diberikan oleh peradaban sebelum Islam seperti peradaban Yunani, Romawi, Arab
jahiliyah, agama Nasrani dan Hindu. Lebih parah lagi sejarah Eropa dan Inggris
telah menempatkan perempuan pada kasta terendah di tatanan masyarakat mereka.
Meski demikian hal-hal ini tetap tidak bisa membebaskan Islam dari pandangan
negatif Barat tentang aturan-aturan Islam yang mereka anggap kaku dan menjerat
perempuan dalam mata rantai tugas-tugas rumah tangga saja. Tidak hanya itu,
mereka juga menyorot terjadinya kasus tindak kekerasan yang menimpa
perempuan, kecilnya ruang partisipasi perempuan di sektor politik dan publik.
Ditambah lagi dengan himpitan kenyataan nasib kaum perempuan di banyak negara
yang secara realitas mewakili dunia Islam seperti Saudi Arabia, Sudan, Pakistan,
Bangladesh dan lain sebagainya.
Model Pendekatan Penelitian Feminisme
Gender mengacu pada perilaku dan harapan yang dipelajari secara sosial yang
membedakan antara maskulinitas dan feminitas. Sistem kekuasaan laki-laki lebih
diistimewakan daripada perempuan di mana kualitas maskulinitas (rasionalitas,
ambisi, dan kekuasaan) diberikan nilai lebih daripada kualitas feminitas
(emosionalitas, kapasitas, dan kelemahan).
Dengan demikian ada berbagai model pendekatan dalam penelitian feminism
yang menunjukkan kategorisasi dari subtansi kajiannya yaitu sebagai berikut:
1. Feminism berbicara mengenai diskriminasi seks
2. Difference feminism merupakan perbedaan gender yang berakar kuat dan
sebagian secara biologis
3. Postmodern feminism berbicara mengenai konstruksi budaya secara
sewenang-wenang menguntungkan orang-orang yang berkuasa.
Christine Sylvester menerapkan tipologi menarik dalam memandang
masyarakat untuk menganalisis hubungan International adalah sebagai berikut:
1. Feminist empiricism melihat bahwa negara dan sistem antar negara dilihat
secara struktur gender dalam dominasi dan interaksi. struktur dominasi
gender dan interaksi.
2. Feminist standpoint berpendapat bahwa pengalaman perempuan di kehidupan
politik memberi perspektif tentang isu sosial yang memberikan wawasan
valid ke dunia politik. Feminis ini menawarkan kritik terhadap teori yang
dibangun oleh pembuat kebijakan.
3. Feminist pastmodernism adalah istilah sulit untuk menentukan dan untuk
menutupi berbagai kecenderungan. Harding dan Sylvester berargumen bahwa
esensi feminis ini merupakan perlawanan terhadap konsepsi dari “satu kisah
nyata” ke “perspektif universal yang salah”.
Sedangkan pendekatan teoritis utama pada gender atau feminisme, yaitu
sebagai berikut:
1. Feminisme liberal memiliki hirauan utama yaitu hak-hak yang sama bagi laki-
laki dan perempuan dengan adanya kebebasan dan ke-bahagiaan manusia
perorangan. Aliran feminisme Liberal berakar dari filsafat liberalism yang
memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga ia
harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan
hokum. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.
2. Feminisme marxis/sosialis menggambarkan posisi rendah perempuan dalam
struktur ekonomi, sosial, dan politik dari sistem kapitalis, serta adanya analisis
patriarki (pemusatan pada laki-laki). Fokusnya adalah kapitalisme dan patriarki
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak istimewa. Mereka berpendapat
bahwa penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar perempuan mendapat
perlakuan yang sama. Aliran ini memandang masalah perempuan dalam
kerangka kritik kapitalisme.
3. Feminisme radikal mengembangkan feminis yang lebih nyata dan lebih merdeka
sepenuhnya sehingga dapat mencegah penyubordinatan gender pada agenda
tradisional. Oleh karenanya mereka menolak setiap kerjasama dan menjalankan
langkah praktis dan teoritis untuk mengembangkan analisis gender. Aliran ini
bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat
sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Pada pokoknya, aliran ini
berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsi biologis
tubuh perempuan.
4. Feminisme Teologis. Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi
pembebasan yang menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan
ideologi, agama, dan norma-norma masyarakat. mereka berpendapat bahwa
penyebab tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideologi
masyarakat yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki (subordinasi).
5. Ekofeminisme. Aliran ini merupakan jenis feminisme yang meyalahi arus utama
ajaran feminisme, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang
menggunakan prinsip maskulinitas (ideologi untuk menguasai) dalam usaha
untuk mengakhiri penindasan perempuan akibat sistem patriarki.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa riset adalah suatu proses
penyelidikan atau pengujian yang dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tertentu tersebut adalah mempunyai tujuan tertentu, system dan
terorganisasi.Riset mempunyai tujuan tertentu, yaitu meningkatkan atau menambah
6
Azuar Juliandi dan Irfan Saprinal Manurung, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan
Aplikasi, (Medan: UMSUPress, 2014), h. 4
pengetahuan, atau menjawab permasalahan dan memberikan rekomendasi untuk
memperbaikinya. Menurut Sugiyono, tujuan riset ada tiga macam, yaitu menemukan,
membuktikan, dan mengembangkan.
Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasi
oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan
fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian.8Metode ilmiah
boleh dapat dikatakan suatau pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis.Karena idealnya dari ilmu adalah untuk
memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah
7
Nur Sayidah, Metodologi Peneltian (Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian), (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018), h. 9-10.
8
Juliansyah, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertai, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
KENCANA, 2017), h.12.
berkehendak untuk mencari jawaban fakta-fakta yang menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis.
Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dakat
sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan
dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab. Menurut Almack, metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.Metode ilmiah dalam
penelitian mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam bekerja.
1. Masalah Riset, penelitian berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari
fakta-fakta empiris dan sekaligus teori-teori ilmiah. Penggalian masalah ini
merupakan suatu aktivitas penelitian pendahulan, biasa dikenal dengan
identifikasi masalah.
2. Teori, teori adalah seperangkat konstruk, konsep atau preposisi sebagai
gambaran lengkap suatu variable penelitian.
3. Hipotesis, hipotesis adalah jawaban sementara yang merupakan dugaan
penelitian terhadap hal-hal yang dipertanyakan dalam rumusan masalah.
4. Pengumpulan Data, agar masalah terjawab dan hipotesis diterima atau ditolak,
maka peneliti perlu mengumpulkan data dengan berbagai teknik dan isntrumen
pengumpul data yang lazim diunakan, seperti angket, wawancara, penelusuran
dokumen maupun pengamatan. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dapat
berupa data primer maupun sekunder, baik dari sampel penelitan maupun dari
keseluruahan elemen populasi/sensus.
5. Pengolahan dan Penganalisisan Data, data-data yang terkumpul dengan berbagai
teknik dan instrument yang ada adalah bentuk data mentah, untuk itu perlu
diolah agar lebih sederhana sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
analisis.
6. Kesimpulan, langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah
dianalisis. Melalui kesimpulan akan terlihat jawaban dari segala hal yang
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bakti Nasution Hasan, Metodologi Studi Pemikiran Islami, Kalam Filsafat Islam, Tasawuf,
Tarekat ,(Medan: Perdana Publishing , 2016)
Juliandi Azuar, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi, (Medan: UMSUPress, 2014)
Juliansyah, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertai, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
KENCANA, 2017)
Sayidah Nur, Metodologi Peneltian (Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian), (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018)
Tarjo, Metode Penelitian, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2019)
W. Lawrence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003)
12
Ibid, hal.