Disusun Oleh :
Kelompok 6
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat-Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Ilmu
Pengetahuan dan Penelitian”
Harapan kami semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca. Kami mengetahui masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini sehingga kedepannya lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa pentingnya melakukan metodologi penelitian?
5. Bagaimana penelitian kuantitatif dan kualitatif?
6. Bagaimana etika dalam penelitian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan, pendekatan ilmiah dan pendekatan non
ilmiah
2. Untuk mengetahui cara berfikir ilmiah
3. Untuk mengetahui definisi dari riset
4. Untuk mengetahui pentingnya melakukan metodologi penelitian
5. Untuk mengetahui penelitian kuantitatif dan kualitatif
6. Untuk mengetahui etika dalam penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus, yaitu dimana
seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Adapun persyaratan ilmiah
sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaru pradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu (Suriasumantri dan
Jujun S, 1984).
- Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, baik tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya
dapat bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran dimana persesuaian antara tahu dan
objek sehingga, disebut kebenaran objektif, tidak subjektif berdasarkan subjek peneliti
atau subjek penunjang penelitian.
- Metodis
Upaya dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan
dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara
tertentu untuk menjaamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“metodos” yang berari cara. Secara umum metodis berarti cara tertentu yang digunakan
untuk memecahkan masalah.
- Sistematis
Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis,
sehingga membentuk suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
- Universal
Kebenaran yang akan dicapai merupakan kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Maka dari itu, untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu social tentunya harus tersedia konteks tertentu.
B. Sumber-Sumber Pengetahuan
4
Sumber-sumber pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi lima hal, yaitu :
- Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber informasi yang kuat untuk menggambarkan
sesuatu yang pernah dialami dan mampu memberikan sesuatu yang pernah dialami
serta mampu memberikan jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi.
- Wewenang/Otoritas
Wewenang dalam hal ini artinya manusia menjadikan orang lain atau objek yang
memiliki pengalaman atau memiliki sumber keahlian yang dapat dipercaya sehingga,
dapat diterima sebagai kebenaran.
5
Induktif ini adalah suatu proses penarikan simpulan yang dimulai dari pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Proses berpikir induktif ataupun bisa
dibilang induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal hal yang nyata,
maka bisa dikatakan bahwa induktif ini beranjak atau dimulai dari hal hal yang
konkret kepada hal hal yang abstrak.
Induktif dibagi menjadi 2 yaitu
- Induksi sempurna
Terjadi jika suatu simpulan diperoleh dari penjumlahan simpulan khusus.
Sebagai contoh : jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui
bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua
Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
- Induksi tidak sempurna
Terjadi apabila simpulan diperoleh dari lompatan pernyataan yang khusus, hal ini
berarti subjek yang diamati melainkan hanya beberapa subjek sebagai sampel
Berpikir Deduktif
Deduktif adalah pembuatan simpulan dari pernyataan umum ke khusus, silogisme
merupakan suatu bentuk deduksi yang membuat seseorang mencacpai simpulan yang terbaik.
Berpikir deduksi yang teratur terdiri jadi 3 bagian yaitu :
- Pernyataan pertama disebut premis mayor yang berisi pernyataan yang bersifat umum
- Pernyataan kedua disebut premis minor, sifatnya lebih khusus daripada pernyataan
pertama
- Pernyataan ketiga disebut konklusi yang merupakan kesimpulan
Berpikir Reflektif
Berpikir reflektif merupakan berpikir untuk mengingat Kembali hal apa saja yang
telah dilakukan dalam rangka melakukan intropeksi, refleksi, dan spirit koreksi atas
berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah dilakukan dalam kehidupan ini (Saryono,
2008).
Kemampuan berpikir reflektif terdiri dari lima komponen, yaitu :
- Recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasi masalah
6
- Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah
- Suggestion of possible solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternati solusi
pemecahan masalah
- Rational elaboration of an ide, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah
dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
- Test and Formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan
masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan
7
2.2 Cara Berfikir Ilmiah
Sebelum mengetahui bagaimana cara atau proses berpikir ilmiah, perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai makna berpikir itu sendiri. Sutan Takdir Alisjahbana
menyatakan bahwa pikiran memberi manusia pengetahuan yang dapat dipakainya
sebagai pedoman dalam perbuatannya, sedangkan yang menjadi pendorong atas
perbuatan manusia adalah kemauan. Oleh karena itu, berpikir merupakan suatu hal
penting yang membuat kita dapat mengatakan bahwa manusia itu adalah manusia,
sehingga dapat dipahami bahwa berpikir merupakan pondasi sedangkan kemauan
adalah pendorongnya. Salah satu ciri penting yang membedakan antara manusia
dengan hewan adalah berpikir (penggunaan kekuatan akal), namun yang dipertanyakan
apakah setiap penggunaan akal dapat dikategorikan sebagai berpikir? atau pertanyaan-
pertanyaan lainnya. Para ahli telah mencoba mendefinisikan makna berpikir dengan
rumusannya sendiri, namun yang pasti tanpa adanya akal maka kegiatan dalam berpikir
pun tidak mungkin dilakukan.
- Menurut J.M. Bonchenski, berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep. Dapat
dilihat bahwa pengertian berpikir menurutnya sangat sederhana, namun
sebenarnya memiliki makna yang mendalam, yaitu bahwa berpikir bukanlah
kegiatan fisik, melainkan kegiatan mental.
- Menurut Partap Sing Mehra, berpikir adalah mencari sesuatu yang belum diketahui
berdasarkan sesuatu yang sudah diketahui. Defisini ini menunjukkan bahwa
kegiatan berpikir dapat terjadi apabila akal/pikiran seseorang itu telah mengetahui
tentang sesuatu, sehingga sesuatu yang diketahui seseorang itu digunakan untuk
mengetahui sesuati yang lain lagi. Hal ini dapat berupa konsep, data atau sebuah
ide.
- Menurut Jujus S. Suriasumantri, berpikir merupakan proses yang menghasilkan
pengetahuan. Proses ini berpikir mempunyai gradasi yang berbeda, yaitu dari
berpikir sederhana sampai berpikir yang sulit, dari berpikir hanya untuk
mengikatkan subjek dan objek sampai dengan berpikir yang menuntut simpulan
berdasarkan ikatan tersebut.
8
Dari ketiga pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut proses berpikir
dapat terus berlanjut untuk memperoleh pengetahuan yang baru, dan proses itu tidak
berhenti selama upaya pencarian pengetahuan terus dilakukan. Sementara itu Partap
Sing Mehra menyatakan proses berpikir mencakup hal-hal berikut,
- Conception, pembentukan gagasan.
- Judgement, menentukan sesuatu.
- Reasoning, pertimbangan pemikiran/penalaran.
Menurut John Dewey, proses berpikir ilmiah mempunyai urutan-urutannya yaitu:
- Timbul rasa sulit. Baik dalam hal apapun itu seperti kesulitan terhadap penggunaan
suatu alat, sulit memahami sifat, sulit menerangkan suatu hal yang muncul tiba-tiba,
dll.
- Rasa sulit tersebut diberikan definisi dalam bentuk permasalahan.
- Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa hipotesis, inferensi, teori, atau
reka-reka.
- Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan
jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
- Menguatkan ide-ide di atas lalu menyimpulkannya, baik melalui keterangan-
keterangan maupun percobaan-percobaan.
Sementara itu, Kelly mengemukakan bahwa proses berpikir ilmiah mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut.
- Timbul rasa sulit
- Rasa sulit tersebut didefinisikan
- Mencari suatu pemecahan sementara
- Menambah keterangan terhadap pemecahan tersebut yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar.
- Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verfikasi eksperimental.
9
- Mengadakan penelitian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju
pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehinggal menimbulkan rasa
sulit.
- Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang
akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
Langkah-langkah dalam berpikir ilmiah seperti yang dikemukakan di atas ini
mengindikasikan suatu aktivitas atau proses dari suatu kegiatan umum penelitian,
sehingga dapat dipahami bahwa penelitian, merupakan suatu modus berpikir ilmiah.
Tahapan-tahapan logis diterapkan untuk mendapat pemahaman dan pemecahan
masalah pada tingkat empiris. Sehingga berpikir ilmiah menjadi dasar yang penting
dalam sebuah penelitian.
10
a. Riset Tidak Sekedar Mengumpulkan Data : Riset tidak hanya sekedar
mengumpulkan data namun, bisa hal lainnya seperti contoh seorang mahasiswa
mengajukan usulan riset untuk meneliti konsumen yang menikmati acara TV, hal
yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut tidak riset melainkan melakukan
pengumpulan data yakni mengukur pola konsumsi konsumen terhadap jasa stasiun
TV (Suhartanto, 2014:7)
b. Riset Tidak Hanya Memindahkan Fakta : Riset tidah hanya kegiatan
memindahkan data namun, juga menganalisis data sehingga dapat dimaknai dan
ditemukan suatu hal yang dapat bermanfaat (Suhartanto, 2014:7)]
c. Penelitian Tidak Hanya Membongkar-Bongkar Informasi : Penelitian tidak
hanya mengenai membongkar informasi. Namun, penelitian juga dilakukan untuk
mencari data dan melakukan pencocokan dengan kriteria (Suhartanto, 2014:8).
Adapun karakteristik dari riset menurut Suhartanto, 2014:11, yaitu :
- Riset dimulai dari masalah
- Riset membutuhkan tujuan
- Riset menjadi petunjuk hipotesis
- Riset membutuhkan rencana
- Riset mendasarkan pada asumsi-asumsi
- Riset memerlukan data
- Riset merupakan siklus
Jenis Riset
Riset baik di bidang bisnis ataupun bidang lainnya, dapat diklasifikas ikan
menjadi riset dasar (basic research) dan riset terapan (applied research).
a. Riset Dasar
Riset Dasar atau riset murni mencoba untuk memperluas batas-batas pengetahuan.
Jenis riset ini tidak ditujukan untuk secara langsung mencari solusi terhadap suatu
permasalahan tertentu. Tujuan riset dasar adalah tidak mengaplikasikan temuan-
temuannya untuk memecahkan masalah dengann cepat, menghasilkan pengetahuan
dan pemahaman tentang fenomena yang terjadi serta membangun teori berdasarkan
11
temuan riset. Selain itu, riset pemasaran menjadi jenis riset dasar dimana bertujuan
untuk meningkatkan pemasaran sebagai suatu proses (Suhartanto, 2014:11).
b. Riset Terapan
Riset Terapan meliputi studi yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
masalah tertentu atau untuk membuay keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan
tertentu. Dalam konteks pemasaran, pengambilan keputusan berkaitan dengan bidang
pemasaran. Metode ilmiah memerlukan analysis yang sistematis dan logis untuk
menginterpretasikan bukti empiris sehinggam dapat digunakan untuk mengonfirmasi
atau menyangkal konsep sebelumnya (Suhartanto, 2014:12).
Fungsi Penelitian
Fungsi penelitian adalah mencari penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan
untuk pemecahan masalah. Pemecahan masalah dan jawaban dapat bersifat abstrak dan
umum sebagaimana hanya dalam penelitian dasar dan data spesifik biasanya ditemui
dalam penelitian terapan. Adapun tujuan lainnya, yaitu :
- Mendeskripsikan, memberikan data atau informasi
- Menerangkan data atau kondisi/latar belakang terjadinya suatu peristiwa atau
fenomena
- Menyusun teori
- Meramalkan, mengestimasi, dan memproyeksi suatu peristiwa yang mungkin
terjadi
- Mengendalikan peristiwa maupun gejala-gejala yang terjadi
12
dimana memandu seorang peneliti mengenai urutan pelaksanaan penelitian. Kata
“penelitian” berarti suatu proses pencarian kebenaran maupun pembuktian terhadap
fenomena yang dihadapi melalui prosedur kerja tertentu. Sebagai suatu metodologi,
maka usaha pembuktian kebenaran tersebut harus menggunakan pendekatan keilmuan
sehingga, sebagai suatu ilmu dapat dipertanggung jawabkan (Subiyanto, 1).
Penelitian dilakukan untuk memperoleh kebenaran atau membuktikan kebenaran
terhadap suatu objek permasalahan (fenomena). Permasalahan tersebut dapat
bermacam-macam baik yang sangat sederhana ataupun yang sangat kompleks.
Meskipun penelitian mengandung dimensi yang sangat luas dan bervariasi namun,
pokok permasalahanny tetap sama, yaitu ingin melakukan pembuktian terhadap hal
yang diragukan untuk memperoleh pengetahuan yang dianggap baru. Penelitian akan
menggunakan metodologi keilmuan agar mampu mencapai derajat ilmiah yang
objektif.
Menurut Suryana (2010:14) 13ystem beberapa alasan yang menyebabkan
pentingnya tujuan suatu penelitian sebagai suatu kegiatan keilmuan bagi kehidupan
manusia, yaitu :
- Tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk social yang terus berkembang.
Maka, untuk memenuhi kebutuhan itu, manusia selalu berusaha untuk mencoba
menemukan, menghasilkan, dan menerapkan berbagai pengetahuannya termasuk
penemuan di bidang teknologi dan inovasi.
- Penemuan di bidang teknologi dan inovasi mendorong para ilmuwan untuk terus
meneliti dan mengembangkan penemuannya.
- Selain didorong oleh rasa ingin tahu seorang peneliti, para peneliti tersebut juga
didorong oleh adanya tuntutan praktis di lapangan.
Pada setiap penelitian tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka, dengan
memperhatikan berbagai tujuan yang berbeda tersebut, penelitian mengandung tiga
aspek tujuan, yaitu :
- Memperkaya ilmu pengetahuan yang telah ada
- Mencari dan menunjukkan masalah beserta pemecahannya
13
- Menyelesaikan masalah yang telah diketahui (Subiyanto,2)
Ketiga macam bentuk dari penelitian tersebut memiliki dimensi yang berbeda-beda,
yakni :
- Disciplinary Research, tujuan penelitiannya untuk memperkaya ilmu. Jenis
penelitiannya disebut riset dasar.
- Subject Matter Research, tujuan penelitiannya untuk mencari dan menunjukkan
masalah beserta pemecahannya.
- Problem Solving Research, tujuan penelitiannya untuk menyelesaikan masalah
yang telah diketahui. Jenis penelitian ini sering disebut dengan riset kebijaksanaan.
Berdasarkan ketiga klasifikasi tersebut, menunjukkan bahwa tujuan penelitian
dapat mengakibatkan Teknik ataupun pendekatan penelitian berbeda. Selain itu,
metodologi penelitian juga dapat dilihat dari sudut pandang lainnya. Apabila penelitian
ditinjau dari sudut pandang peneliti dalam hubungannya dengan objek yang diteliti,
tujuan penelitian dapat digolongkan menjadi tiga macam (Subiyanto,3) :
14
- Metode Eksperimental : metode penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap objek penelitian disertai control
- Metode Grounded Research : metode ini beranjak dari fakta
- Metode Penelitian Tindakan : penelitian yang dikembangkan Bersama-sama
antara peneliti dan decision maker tentang variable yang dapat dimanipulas ikan
dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan.
Suatu penelitian dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu penelitian menurut sifat
dan menurut tujuannya. Menurut sifat masalahnya (Dirjen Dikti, 1981) penelitian
dibedakan sebagai berikut :
15
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini:
16
Dikenal berbagai istilah
dalam melakukan Dalam penelitian dikenal
Pengolahan Data penelitian di antaranya istilah eksperimen,
fenomenologi, studi kasus, korelasi, dan regresi
dan etnografi
Bertujuan untuk Bertujuan untuk
memperoleh pemahaman menjelaskan hubungan
mendalam, antarvariabel, menguji
Tujuan
mengembangkan teori, teori, dan melakukan
mendeskripsikan realitas generalisasi atas objek
dan kompleksitas sosial penelitian
Terdapat satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Strauss dan Corbin (1997) yaitu
dapatkah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif digabungkan? Untuk memperkuat
pendapat Dezin (1970), secara tegas mereka memberikan jawaban bahwa antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dikombinasikan. Kedua jenis metode tersebut
dapat digunakan secara efektif dalam membuat rancangan penelitian yang sama.
Seseorang dapat menggunakan data kualitatif untuk mengilustrasikan atau untuk
menjelaskan secara kuantitatif atas penemuan-penemuan yang diperolehnya, atau
sebaliknya seorang peneliti dapat menggunakan data kualitatif untuk mengesahkan
analisis kualitatif dari peneliti tersebut.
17
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang
memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hukum
mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi
itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Dengan demikian, meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak
memiliki resiko yang dapat merugikan atau membahayakan responden, namun peneliti
perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan. Sehingga semua penelitian memiliki etika penelitian.
Tujuan Etika
- Mengatur perbuatan manusia, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya
- Membentengi manusia dari upaya melanggar disiplin/aturan yang berlaku
- Memotivasi manusia untuk melakukan perbuatan yang benar/baik dan menghindar
dari perbuatan yang salah/buruk
- Menumbuhkan kesadaran kepada manusia akan makna perbuatannya dan
konsekwensi / akibat dari apa yang telah diperbuatnya
- Meneguhkan hak dan kewajiban seseorang dalam pergaulan sosialnya
Kode Etik Peneliti
Dalam kesepakatan yang diberlakukan secara luas mengenai kode etik penelitian,
ini 9 hal yang wajib diketahui oleh peneliti:
- Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah
- Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan batasan sesuai dengan hukum
- Pengelolaan sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung jawab
- Peneliti mengelola penelitiannya secara jujur, dan adil terhadap lingkungan
penelitiannya
- Peneliti menghormati segala bentuk objek dalam penelitian baik hayati maupun
non hayati
- Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran baik dari peneliti lain
maupun dari pihak luar
18
- Peneliti mengelola, menjalankan, dan melaporkan hasil secara bertanggung jawab,
cermat, dan seksama
- Peneliti dilarang melakukan duplikasi atau plagiat
- Peneliti memberikan pengakuan berupa kutipan dalam penelitiannya
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan,
proses berpikir dapat terus berlanjut dan memperoleh pengetahuan baru. Sebuah proses
tidak akan berhenti selama upaya pencarian pengetahuan terus dilakukan. Selain itu,
adapun riset dimana riset merupakan proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan
analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang suatu
fenomena yang diminati atau menjadi perhatian. Dalam melakukan riset, riset tidak
sekadar mengumpulkan data, tidak hanya memindahkan data, dan tidak hanya
membongkar-bongkar suatu informasi. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
suatu kebenaran terhadap suatu objek permasalahan.
Terdapat 2 macam penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
Menurut Strauss dan Corbin, penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran),
sedangkan penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang didasarkan pada data
kuantitatif atau temuan-temuannya dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistic atau cara-cara lain dari kuantifikasi. Penelitian berkaitan dengan etika, etika
penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang
memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hukum
mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi
itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
20
DAFTAR PUSTAKA
21